Halaman II- 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI FLORES TIMUR
2.1 Aspek Geografi dan Demografi Aspek Geografi
Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak antara 080 04’-08040’ LS dan 1220 38’-1230 57’ BT. Utara berbatasan dengan laut Flores, selatan berbatasan dengan laut Sawu, timur berbatasan dengan Kabupaten Lembata dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka. Luas wilayah seluruhnya 5.983,38 km², terdiri dari luas daratan 1.812,85 km² (31 persen luas wilayah) yang tersebar pada 3 pulau besar dan 27 pulau kecil serta luas lautan 4.170,53 km² (69 persen luas wilayah). Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 Kecamatan dan 229 Desa dan 21 Kelurahan. Sebaran Kecamatan, Desa/Kelurahan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Flores Timur
Pulau Kecamatan Desa Kelurahan
Luas Daerah Area (Km²) Luas % 1. Wulanggitang 11 - 255,96 14,11 2. Titehena 14 - 211,70 11,68 3. Tanjung Bunga 16 - 234,55 12,94 4. Ile Mandiri 8 - 74,24 4,10 5. Larantuka 2 18 75,91 4,19 6. Demon Pagong 7 - 57,37 3,16 7. Ile Bura 7 48,53 2,68 8. Lewolema 7 108,61 5,99
Flores Timur Daratan 72 18 1066,87 58,85
9. Solor Barat 14 1 128,28 7,08 10. Solor Timur 17 - 66,56 3,67 11. Solor Selatan 7 - 31,50 1,74 Solor 38 1 226,34 12,49 12. Adonara Barat 18 - 55,97 3,09 13. Wotan Ulumado 12 - 75,81 4,18 14. Adonara Timur 19 2 108,94 6,01 15. Ile Boleng 21 - 51,39 2,83 16. Witihama 16 - 77,97 4,30 17. Klubagolit 12 - 45,12 2,49 18. Adonara Tengah 13 - 57,99 3,20 19. Adonara 8 - 46,45 2,56 Adonara 119 2 3106,06 28,66 Flores Timur 229 21 1.812,85 100
Halaman II- 2 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Flores Timur
Sumber : RTRW Kab. Flores Timur Tahun 2007-2027 (dengan penambahan Kec. Solor Selatan)
Secara topografi bentangan alam Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah berbukit dan bergunung. Kondisi alam tersebut ditandai dengan tingkat kemiringan, ketinggian dan tekstur tanah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.2; 2.3 dan 2.4 berikut ini.
Tabel 2.2 Topografi Kabupaten Flores Timur
No Kemiringan/Ketinggian/ Tekstur Tanah Luas (Km 2 ) 1 Kemiringan : 0 – 12 % 12 – 40 % > 40 % 417, 20 799,86 615,79 2 Ketinggian : 0 – 12 m 100 – 500 m > 500 m 568,81 934,63 291,41 3 Tekstur Tanah : Kasar Sedang Halus 934,63 856,17 38,56
Sumber : RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027 KEC. SOLOR
SELATAN
Halaman II- 3 Tabel 2.3 Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Flores Timur
Lokasi
Klasifikasi Menurut Kemiringan (Ha)
Total 0-8% (Datar) 9-15% (Landai) 16-25% (Agak Curam) 26-40% (Curam) >40% (sangat Curam) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Adonara 4.444,0 2.978,0 718,0 3.849,0 39.975,0 51.964,0 Solor 621,0 1.121,0 4.544,0 2.686,0 13.662,0 22.634,0 Daratan Flores 3.318,0 15.767,0 5.332,0 20.421,0 61.846,0 106.684,0 Total 8.383,0 19.866,0 10.594,0 26.956,0 115.483,0 181.282,0 Sumber : RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027
Tabel 2.4 Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Flores Timur
Lokasi
Klasifikasi Menurut Ketinggian (Ha)
Total <2 m (Datar) 2-10 m (Ber-ombak) 2-10 m (Berge-lombang) 15-50 m (Berbukit Sedang) 50-300 m (Berbukit) > 300 m (Ber-gunung) Adonara 2.508 1.227 3.871 - 3.965 40.393 51.964 Solor 62 1.639 3.264 - 1.881 15.229 22.634 Daratan Flores 1.084 7.208 3.276 472 6.011 33.565 51.616 Total 4.213 10.074 10.411 472 11.857 89.187 126.214
Sumber : RTRW Kabupaten Flores Timur, Tahun 2007-2027
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat kemiringan di atas 12%; daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata di atas 100 m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. Kondisi wilayah geografis Flores Timur yang demikian dibarengi dengan keadaan iklim yang kering mengakibatkan wilayah Flores Timur rawan bencana longsor dan banjir.
Letak geografis Flores Timur tersebut berdampak pada klimatologi yaitu hanya mengalami 2 musim, sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni-September angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember-Maret angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap enam bulan setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Konsekuensinya Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu terancam bencana kekeringan setiap tahun, karena hanya 4 bulan (Januari-Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah, sedangkan 8 bulan sisanya relatif kering.
Halaman II- 4
Di wilayah Flores Timur terdapat empat buah gunung api yang masih aktif yaitu gunung Lewotobi laki-laki dengan tinggi 1.584 m dari permukaan laut, gunung Lewotobi perempuan dengan tinggi 1.703 m dari permukaan laut, gunung Leraboleng dengan tinggi 1.117 m dari permukaan laut, dan gunung Ile Boleng dengan tinggi 1.659 m dari permukaan laut. Masing-masing tersebar di pulau Flores (bagian timur) dan pulau Adonara. Pada satu sisi gunung-gunung tersebut banyak memberikan kontribusi terhadap tingkat kesuburan tanah, namun pada sisi yang lain menjadi sumber bencana yang setiap saat dapat mengancam yaitu gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Gambar 2.2 Gunung Ile Boleng & Lewotobi
Gunung Ile Boleng di P. Adonara Gunung Lewotobi Perempuan dan Laki-laki
Sumber
: Profil Kabupaten Flores Timur Tahun 2010
Berdasarkan potensi yang ada maka wilayah Flores Timur merupakan daerah potensial untuk pengembangan bidang pertanian dan pariwisata. Pengembangan pertanian diutamakan pertanian hortikultura dan perkebunan, karena umumnya daerah-daerah dengan ketinggian beragam tersebut mempunyai iklim (suhu) yang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Kawasan pertanian di kabupaten Flores Timur secara keseluruhan seluas 17.641,34 ha dengan rincian pertanian sawah seluas 128,43 ha, tegal seluas 3.624,17 ha dan perkebunan seluas 13.888,74 ha.
Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 79 mata air yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik. Sumber mata air tersebut umumnya berada pada kawasan hutan. Potensi kawasan hutan lindung yang perlu dijaga terdapat di kecamatan Ile Mandiri, Adonara Tengah, Ile Boleng, Wotan Ulumado, Adonara Timur, Demon Pagong, Ile Bura, Larantuka, Lewolema, Tanjung Bunga, Titehena dan Wulanggitang yang berfungsi melindungi kawasan yang ada di bawahnya dengan luas 27.996, 56 ha.
Halaman II- 5 Aspek Demografi
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Flores Timur sebanyak 232.605 orang, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 111.494 orang dan perempuan sebanyak 121.111 orang. Total penduduk tersebut tersebar pada tiga pulau yang secara administrasi terdiri dari 19 kecamatan, 229 desa dan 21 kelurahan. Sebaran penduduk pada 19 kecamatan tersebut, dapat dicermati dalam diagram berikut:
Gambar 2.3 Penduduk Flores Timur dan seberannya di Kecamatan
Sumber : Hasil olahan (sumber data :BPS Flores Timur, Hasil SP Tahun 2010)
Konsentrasi penduduk Flores Timur paling tinggi di Kecamatan Larantuka diikuti Kecamatan Adonara Timur, dan yang terendah di Kecamatan Demon Pagong. Kepadatan penduduk Flores Timur adalah 128 orang per km2 dengan kepadatan paling tinggi di Kecamatan Larantuka sebesar 762 orang per km2, sedangkan paling rendah di Kecamatan Tanjung Bunga sebesar 46 orang per km2. Tingkat kepadatan penduduk yang demikian menggambarkan bahwa sesungguhnya wilayah Flores Timur masih cukup luas untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Walaupun demikian aksesibilitas antarwilayah masih merupakan faktor penghambat karena kesembilan belas kecamatan tersebut tersebar pada tiga pulau besar yakni pulau Adonara sebanyak 8 kecamatan, pulau Flores (bagian timur) sebanyak 8 kecamatan dan pulau Solor sebanyak 3 kecamatan.
Halaman II- 6 Diagram 2.4 Luas Wilayah, Kepadatan dan Sex Ratio
Sumber : Hasil olahan (sumber data: BPS Flores Timur, Hasil SP Tahun 2010)
Sex ratio penduduk Flores Timur sebesar 92. Hal ini berarti jumlah penduduk perempuan 8 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Sex ratio terbesar di Kecamatan Tanjung Bunga, yakni sebesar 100 dan terkecil di Kecamatan Solor Selatan, yakni sebesar 78 yang berarti jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Bunga berimbang antara laki-laki dan perempuan, sedangkan di Kecamatan Solor Selatan jumlah penduduk perempuan 22 persen lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari penduduk laki-laki di hampir setiap kecamatan disebabkan karena banyak tenaga kerja laki-laki mencari kerja di luar daerah bahkan di luar negeri khususnya di Malaysia. Dari total penduduk tersebut, 80 persen beragama Katolik, 0,6 persen beragama Kristen Protestan, 19 persen beragama Islam dan sisanya kurang dari 0,5 persen beragama Hindu dan Budha.
Laju pertumbuhan penduduk Flores Timur per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 1,65 persen. Laju pertumbuhan penduduk ini lebih rendah dibanding laju pertumbuhan penduduk NTT (2,06 persen) namun lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk nasional (1,49 persen). Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk periode 1990-2000, maka laju pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan yang sangat tajam, yakni mencapai 87,5 persen (Laju Pertumbuhan Penduduk 1990-2000 = 0,88 persen). Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Larantuka (2,97 persen) disusul Adonara Barat (2,22 persen) dan Wotan Ulumado (2,02 persen). Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Solor
Halaman II- 7
Selatan (0,25 persen) disusul Solor Timur (0,50 persen) dan Wulanggitang (0,92 persen).
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu kondisi manusia dan masyarakat suatu wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik lahir maupun bathin secara adil, merata, rukun, damai, toleransi, berdisiplin, kreatif, produktif dan profesional. Kondisi tersebut dapat dilihat dari aspek ekonomi dan sosial budaya dengan berbagai ukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif. Gambaran kesejahteraan masyarakat tersebut difokuskan pada uraian berdasarkan analisis tentang pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial serta seni budaya dan olahraga.
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan PDRB
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi yang
digambarkan oleh pertumbuhan PDRB khususnya PDRB-ADHK. Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Flores Timur meningkat selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 3,12 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi 3,40 persen pada tahun 2009 kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 sebesar 5,16 persen. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peran berbagai sektor dengan kontribusi yang berfariasi sebagaimana pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dalam PDRB ADHB dan ADHK Tahun
2008-2010 Kabupaten Flores Timur
No Sektor Pertumbuhan ADHB (%) ADHK (%) 2008 2009 2010 2008 2009 2010 1 Pertanian 28,83 10,29 9,92 2,16 3,24 2,13 2 Pertambangan& Penggalian 18,49 7,07 6,63 2,63 2,70 3,90 3 Industri Pengolahan 18,63 10,04 13,97 3,07 2,93 1,61 4 Listrik,Gas & Air bersih 60,33 9,80 14,43 3,94 4,01 11,77
5 Konstruksi 15,90 11,07 13,96 2,14 0,07 3,32
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 16,12 13,84 18,39 2,67 5,40 6,36 7 Pengangkutan & Komunikasi 2,85 6,46 7,11 3,37 3,58 4,39 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 16,07 13,35 17,44 2,24 4,51 6,75
9 Jasa-jasa 31,93 13,37 14,80 3,96 3,07 8,17
PDRB 22,30 11,45 12,78 3,12 3,40 5,16
Sumber : BPS, 2011
Dalam kurun waktu tahun 2008-2010, PDRB ADHK selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 PDRB ADHK sebesar Rp. 571 milyar, meningkat menjadi Rp. 590 milyar pada tahun 2009 dan meningkat lagi menjadi Rp. 620 milyar pada tahun 2010. Kontribusi terbesar terhadap peningkatan PDRB tersebut adalah sektor pertanian disusul sektor jasa-jasa. Tingginya kontribusi sektor pertanian disebabkan oleh sebagian besar penduduk Flores Timur bekerja disektor pertanian. Walaupun demikian laju pertumbuhan ekonomi pada sektor
Halaman II- 8
pertanian semakin menurun dari tahun ke tahun. Sedangkan sektor jasa-jasa selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti tergambar pada Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian di kabupaten Flores Timur sudah mulai bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2010 ADHK 2000
No Sektor 2007 2008 2009 2010 Rp (000) % Rp (000) % Rp (000) % Rp (000) % 1. Pertanian 182.752.798 35,02 196.092.110 34,34 202.441.745 34,28 206.760.984 33,30 2. Pertambangan dan Penggalian 3.944.448 0,76 4.142.362 0,73 4.254.128 0,72 4.419.844 0,71 3. Industri Pengolahan 5.973.086 1,14 6.502.459 1,14 6.692.832 1,13 6.800.822 1,10
4. Listrik,Gas & Air bersih 1.263.599 0,24 1.935.559 0,34 2.013.168 0,34 2.250.136 0,36
5. Konstruksi 23.249.636 4,46 21.432.789 3,75 21.448.530 3,63 22.160.304 3,57
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
67.626.179 12,96 65.944.327 11,55 69.505.716 11,77 73.924.261 11,90
7. Pengangkutan & Komunikasi
51.084.035 9,79 58.969.856 10,33 61.082.159 10,34 63.765.563 10,27
8. Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
23.649.988 4,53 26.319.487 4,61 27.506.477 4,66 29.362.545 4,73
9. Jasa-jasa 162.268.316 31,10 189.732.904 33,22 195.551.250 33,12 211.524.888 34,06
PDRB 521.812.095 100 571.071.853 100 590.496.005 100 620.969.347 100
Sumber : BPS, 2011
Tabel 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2010 ADHB
No Sektor 2007 2008 2009 2010 Rp (000) % Rp (000) % Rp (000) % Rp (000) % 1. Pertanian 314.406.528 34,45 405.036.479 36,29 446.723.429 35,91 491.039.028 35,00 2. Pertambangan dan Penggalian 6.775.043 0,74 8.027.920 0,719 8.595.406 0,69 9.165.006 0,65 3. Industri Pengolahan 10.179.567 1,12 12.075.847 1,08 13.288.166 1,07 15.144.588 1,08
4. Listrik,Gas & Air bersih
2.437.243 0,27 3.907.696 0,35 4.290.821 0,34 4.909.957 0,35
5. Konstruksi 37.512.728 4,11 43.172.114 3,87 47.950.661 3,85 54.642.580 3,89
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
106.706.355 11,69 123.903.338 11,1 141.053.861 11,34 167.000.461 11,90 7. Pengangkutan & Komunikasi 105.459.421 11,56 108.464.575 9,72 115.475.557 9,28 123.689.471 8,82 8. Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan 46.175.447 5,06 55.297.866 4,95 62.678.934 5,04 73.612.487 5,25 9. Jasa-jasa 283.051.608 31.01 356.357.979 31,92 403.988.228 32,47 463.788.686 33,06 PDRB 912.739.940 100 1.116.243.814 100 1.244.045.063 100 1.402.992.264 100 Sumber : BPS, 2011
Halaman II- 9 Tabel 2.8 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2010
ADHB dan ADHK Kabupaten Flores Timur
NO Sektor
2007 2008 2009 2010
ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK
% % % % % % % % 1 Pertanian 34,45 35,02 36,29 34,34 35,91 34,28 35,00 33,30 2 Pertambangan& Penggalian 0,74 0,76 0,719 0,73 0,69 0,72 0,65 0,71 3 Industri Pengolahan 1,12 1,14 1,08 1,14 1,07 1,13 1,08 1,10 4 Listrik,Gas&Air bersih 0,27 0,24 0,35 0,34 0,34 0,34 0,35 0,36 5 Konstruksi 4,11 4,46 3,87 3,75 3,85 3,63 3,89 3,57
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 11,69 12,96 11,1 11,55 11,34 11,77 11,90 11,90 7 Pengangkutan & Komunikasi 11,56 9,79 9,72 10,33 9,28 10,34 8,82 10,27 8 Keuangan, sewa, & Jasa
Perusahaan
5,06 4,53 4,95 4,61 5,04 4,66 5,25 4,73 9 Jasa-jasa 31.01 31,10 31,92 33,22 32,47 33,12 33,06 34,06
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS, 2011
Kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah disumbangkan oleh sektor pertanian. Tabel 2.9 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor andalan pada sebagian besar kecamatan kecuali Kecamatan Larantuka. Kecamatan Ile Bura, Lewolema, Adonara Tengah,
Adonara, Tanjung Bunga, Ile Boleng, Witihama, Titehena,
Wulanggitang, Klubagolit, Solor Timur, Solor Barat dan Adonara Barat adalah kecamatan dengan kontribusi sektor pertanian lebih dari 50 persen sedangkan Kecamatan Larantuka memberikan kontribusi kurang dari 5 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa sumber pendapatan sebagian besar penduduk Flores Timur berasal dari sektor pertanian. Sedangkan sektor jasa-jasa merupakan sumber pendapatan utama di Kecamatan Larantuka yakni sebesar 65,87 persen karena Kecamatan Larantuka merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2010 yakni sebesar 5,16 persen tersebut memberi gambaran bahwa tingkat pendapatan penduduk semakin tinggi. Walaupun demikian, kondisi tersebut tidak membawa dampak kesejahteraan yang signifikan karena daya beli masyarakat tidak meningkat sebagai akibat dari laju inflasi yang cukup tinggi yakni mencapai 10,6 persen pada tahun 2009 dan 8,48 pesen pada periode yang sama (lihat Tabel 2.10).
Tabel 2.9 Kontribusi Sektor dan PDRB ADHK Tahun 2010 per Kecamatan
NO Kecamatan Pertumbuhan (%) Pertan ian Pertamb an gan & P en ggalian In d u stri Pengo lah an Lis trik ,G as & Air Be rs ih Kon stru ksi Perda gan gan , H o tel , & Re sto ra n Penga n gku ta n & Ko m u n ika si Ke u an gan , se w a, & Jas a Perusah aa n Jasa -ja sa [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] 1 Wulanggitang 52,69 0,39 1,86 0,20 2,00 18,51 0,13 1,23 21,41 2 Titehena 54,59 0,57 0,57 0,04 2,80 17,94 0,06 1,15 20,12 3 Ilebura 64,04 0,31 1,43 - 1,94 21.07 1,15 0,94 9,12 4 Tanjung Bunga 58,73 0,51 0,92 0,03 2,55 19,42 1.25 1,22 15,38 5 Lewolema 63,01 0,36 1,08 - 2,11 20.71 1,53 1,12 10.08
Halaman II- 10 NO Kecamatan Pertumbuhan (%) Pertan ian Pertamb an gan & P en ggalian In d u stri Pengo lah an Lis trik ,G as & Air Be rs ih Kon stru ksi Perda gan gan , H o tel , & Re sto ra n Penga n gku ta n & Ko m u n ika si Ke u an gan , se w a, & Jas a Perusah aa n Jasa -ja sa 6 Larantuka 2,39 0,54 1,16 0,68 3,60 2,03 14,30 9,09 65,87 7 Ile Mandiri 47,90 0,81 1,99 - 3,89 15,28 4,91 1,33 23,88 8 Demon Pagong 46,644 3,84 2,56 - 4,64 17,76 5,89 1,01 17,66 9 Solor Barat 52,10 0,76 0,63 0,12 3,64 17,44 12,84 1,41 11,06 10 Solor Timur 52,15 0,68 0,55 0,17 3,21 19,24 13,26 1,33 4,72 11 Solor Selatan* 12 Adonara Barat 51,30 1,10 0,68 0,25 4,99 16,92 15,57 1,33 7,86 13 Wotan Ulumado 40,83 1,00 1,25 - 4,88 14,91 21,03 1,48 14,63 14 Adonara Tengah 60,13 0,98 0,71 0,31 4,90 19,08 0,93 2,07 10,90 15 Adonara Timur 44,90 0,74 0,68 0,61 4,34 16,67 16,13 2,46 13,48 16 Ile Boleng 55,23 0,90 0,90 0,10 4,21 19,58 5,25 1,83 12,01 17 Witihama 54,94 0,97 0,76 0,10 4,41 19,13 7,87 1,67 10,15 18 Klubagolit 52,31 1,08 0,76 - 4,38 16,60 6,76 2,25 15,81 19 Adonara 60,06 0,52 0,55 - 2,15 20,47 5,82 2,09 8,34
Sumber : BPS, 2011 *datanya bergabung dengan kecamatan induk
b. Laju Inflasi
Laju inflasi di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2008 cukup tinggi yakni sebesar 17 persen, lebih tinggi 7,01 persen dibanding tahun 2007. Hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yakni kondisi ekonomi yang kurang stabil di tingkat nasional dimana secara nasional tingkat inflasi sepanjang tahun 2008 mencapai 11,06 persen.
Tabel 2.10 Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2007-2010 Kabupaten Flores Timur
Uraian 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pertumbuhan Inflasi (%) 9,99 17 10,6 8,48 11,12
Sumber : BPS, 2010
Gambar 2.5 Grafik laju inflasi kabupaten Flores Timur Tahun 2007 s.d 2010
Halaman II- 11
Seiring dengan semakin stabilnya perekonomian nasional dengan tingkat inflasi sampai dengan desember 2009 sebesar 2,78 persen, tingkat inflasi kabupaten Flores Timur tahun 2009 menurun menjadi 10,6 persen dan 8,48 persen pada tahun 2010.
Fokus Kesejahteraan Sosial
Kinerja pembangunan khususnya kesejahteraan sosial ditunjukkan oleh indikator-indikator: angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, rasio penduduk yang bekerja.
Tabel 2.10. Perkembangan Indikator Kesejahteraan Sosial Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No Indikator 2007 2008 2009 2010
1. Angka melek huruf 90,22 89,37 89,08 88,18
2. Rata-rata Lama Sekolah 6,40 6,50 6,60 6,60
3. Angka Partisipasi Kasar
- SD 96,96 111,82 116,55 116,89
- SMP 86,62 90,95 100,50 103,02
- SMA 96,36 106,21 116,60 115,75
4. Angka Partisipasi Murni
- SD 93,81 93,48 94,88 95,85
- SMP 84,59 76,34 80,38 81,18
- SMA 65,88 72,54 83,17 84,01
5. Angka Pendidikan yang ditamatkan
- SD 31,12 37,57 30,99
- SMP 11,86 14,21 12,89
- SMA 11,74 15,29 11,99
- PT 3,72 3,30 2,64
6. Angka kelangsungan hidup bayi 0,95 0,54 0,46 0,90
7. Usia Harapan Hidup 67,51 69,00 69,00
8. Rasio penduduk yang bekerja 0,67 0,965 0,961
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Kinerja pembangunan khususnya bidang seni budaya dan olahraga tergambar dari berbagai indikator. Hasil evaluasi lima tahunan menunjukkan bahwa jumlah kelompok/sanggar seni di Kabupaten Flores Timur sebanyak 47 kelompok, dengan keunikan dan keistimewaannya tersendiri pada masing–masing kelompok. Kelompok/sanggar seni ini dikelola sendiri (milik swasta), dan ada 2 kelompok yang menjadi milik Pemerintah Daerah yakni kelompok Teratai yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informasi serta kelompok Tut Wuri Handayani yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Di bidang olahraga, prasarana dan sarana olahraga masih sangat terbatas. Lapangan olahraga yang tersedia merupakan swadaya masyarakat dan belum memenuhi standar nasional. Sementara pemerintah daerah baru
Halaman II- 12
memiliki gedung olahraga sebanyak 1 buah, lapangan volley sebanyak 3 buah. Pengembangan bakat dan prestasi dilaksanakan melalui berbagai kegiatan baik pada tingkat lokal, regional maupun nasional.
Fokus Indeks Pembangunan Manusia
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang menggambarkan kinerja pembangunan manusia untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Komponen pembentuk IPM adalah usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Secara internasional (standar PBB), peringkat IPM ditentukan pada kisaran lebih besar 80,0 termasuk kategori tinggi, antara 66,0-79,9 kriteria menengah atas, antara 50,0-65,9 kriteria menengah bawah dan kurang dari 50,0 termasuk kriteria kurang. IPM Kabupaten Flores Timur dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 berada pada kriteria menengah atas dan berada di atas rata-rata Provinsi NTT serta sudah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD Provinsi NTT. Pada tahun 2007 target IPM NTT sebesar 64,8 dan 2009 sebesar 66,0 sedangkan IPM Flores Timur telah mencapai 66,74 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 67,77 pada tahun 2009. Akan tetapi Flores Timur masih berada pada urutan ke 4 (empat) setelah Kota Kupang, Kabupaten Ngada dan Alor. Secara Nasional, sejak tahun 2005 NTT tetap berada pada peringkat 31 dari 33 provinsi. Perbandingan IPM antarkabupaten/kota se-NTT seperti pada Tabel 2.11 serta komponen dan peringkat IPM pada Tabel 2.12.
Halaman II- 13 Tabel 2.12 Komponen dan Peringkat IPM Kabupaten/Kota se-NTT Tahun 2009
2.3 Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib
Kinerja layanan urusan wajib ditunjukkan oleh indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan. Kinerja dari masing-masing urusan tersebut sebagai berikut:
a. Urusan Pendidikan
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan pendidikan antara lain: angka partisipasi sekolah, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah dan rasio guru terhadap murid.
Halaman II- 14
Tabel 2.13 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Pendidikan Tahun 2007-2010
Sumber : Dinas P&K Kab. Flores Timur, 2010
Angka Partisipasi Sekolah pada setiap jenjang pendidikan tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan. Angka Partisipasi Kasar pada tahun 2008 untuk SD/MI 111,82% meningkat menjadi 116,55% tahun 2009, tingkat SMP: 90,95% meningkat menjadi 100,50% tahun 2009. Tingkat SLTA: 106,21% meningkat menjadi 116,60% tahun 2009. Angka Partisipasi Murni (APM): pada tahun 2008 untuk tingkat SD/MI: 93,48% meningkat menjadi 94,88% pada tahun 2009, tingkat SMP: 76,34% meningkat menjadi 80,38% pada tahun 2009, dan tingkat SLTA: 72,54% meningkat menjadi 83,17% pada tahun 2009. Angka partisipasi sekolah yang tinggi tersebut harus didukung dengan ketersediaan sarana pendidikan dengan rasio yang memadai. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar yakni sebesar 84,12; SMP/MTs 56,49; dan SMA/MA/SMK sebesar 47,71 pada tahun 2010. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar dan menengah.
Sedangkan rasio guru terhadap murid pada tahun 2007 untuk jenjang SD/MI/SDLB sebesar 16,00; SMP/MTs: 12,91 dan SMU/MA sebesar 10,96 dan SMK sebesar 7,20. Pada tahun 2009. Rasio tersebut mengalami beberapa perubahan pada setiap jenjang pendidikan. Pada jenjang SD/MI/SDLB menurun menjadi 10,00; SMP/MTs meningkat menjadi 14,00 dan SMU/MA meningkat menjadi 25,00 serta SMK menjadi 24,00 dan pada tahun 2010, pada jenajang SD/MI sebesar 74,2; SMP/MTs sebesar 76,53; dan SMA/MA sebesar 91,87 serta SMK sebesar 91,08.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah yang tinggi telah didukung dengan ketersediaan sekolah dan guru yang cukup memadai. Akan tetapi sebarannya masih belum merata pada semua kecamatan. Salah satu penyebabnya adalah faktor geografis yang menyebabkan rendahnya aksesibilitas antarwilayah.
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010
1 Angka Partisipasi Kasar
a. SD/MI (%) 96,96 111,82 116,55 116,89 b. SMP/MTs (%) 86,62 90,95 100,50 103,02 c. SMU/MA/SMK (%) 96,36 106,21 116,60 115,75 2 Angka Partisipasi Murni
a. SD/MI (%) 93,81 93,48 94,88 95,85 b. SMP/MTs (%) 84,59 76,34 80,38 81,18 c. SMU/MA/SMK (%) 65,88 72,54 83,17 84,01 3 Rasio guru terhadap murid
a. SD/MI 16,00 14,70 10,00 74,2
b. SMP/MTs 12,91 12,67 14,00 76,5
c. SMU/MA 10,96 12,69 25,00 91,9
Halaman II- 15 b. Urusan Kesehatan
Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu. Karena Posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.
Selain posyandu, indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Kesehatan Kabupaten
Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Rasio posyandu per satuan balita 14,55 22,96 24,78 25,25 2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per
satuan penduduk
0,30 0,28 0,30 0,31 3. Rasio rumah sakit per satuan penduduk 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 4. Rasio dokter per satuan penduduk 0,13 0,06 0,13 0,16 5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk 2,11 1,95 2,06 2,00
7. Cakupan desa/kelurahan UCI 50 62 96,01
8. Cakupan Puskesmas 77,78 94,44 94,74 94,74
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Flores Timur dan BPS,2010
Kinerja pelayanan umum bidang kesehatan sebagaimana Tabel 2.14 menunjukkan bahwa rasio posyandu terhadap jumlah balita sebesar 22,96 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi 24,78 persen pada tahun 2009. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu Posyandu melayani 100 balita.
Selain itu, cakupan puskesmas sudah cukup memadai akan tetapi ketersediaan dokter masih jauh dari harapan. Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk. Sedangkan kondisi eksisting sebagaimana pada Tabel 2.14 menunjukkan bahwa rasio dokter per satuan penduduk sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 masih jauh dari standar nasional, yakni satu orang dokter melayani 7.256 penduduk pada tahun 2007 dan 6.113 penduduk pada tahun 2010.
Halaman II- 16 c. Urusan Pekerjaan umum
Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan pekerjaan umum antara lain:
Tabel 2.15 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Pekerjaan Umum Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
0,28 0,29 0,28 0,30 2. Rasio Jaringan Irigasi 1,93 1,77 1,84 1,81 3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 1,68 1,54 1,80 1,82 4. Persentase rumah tinggal bersanitasi 61,00 66,59 67,76 68,52
5. Rasio rumah layak huni 0,94 0,94 0,01
6. Panjang jalan dilalui Roda 4 0,0025 * * 0,0034 Sumber : Dinas PU dan BPS, 2010 *data tidak tersedia
Upaya peningkatan pelayanan pada urusan pekerjaan umum selalu dilaksanakan setiap tahun. Walaupun demikian, tingkat pelayanan masih perlu ditingkatkan karena masih banyak permasalahan yang harus segera diatasi. Sebagaimana Tabel 2.15, proporsi jaringan jalan dalam kondisi baik hanya mencapai 0,28 pada tahun 2007 dan meningkat 0,30 pada tahun 2010. Angka tersebut menunjukkan bahwa dari total panjang jalan yang ada (533,07 km), hanya 30 persen berkondisi baik. Demikian pula dengan indikator lainnya.
Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh nisbah antara luas areal terairi terhadap luas rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi nisbah tersebut semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi. Tabel 2.15 menunjukkan bahwa rasio jaringan irigasi berfluktuasi dalam kurun waktu tahun 2007-2010. Tahun 2007 sebesar1,93 menurun menjadi 1,77 pada tahun 2008, meningkat lagi menjadi 1,84 pada tahun 2009 kemudian menurun lagi menjadi 1,81 pada tahun 2010. Kondisi ini dipengaruhi oleh tidak stabilnya debit air untuk irigasi. Indikator lain seperti rasio tempat ibadah per satuan penduduk, persentase rumah tinggal bersanitasi, rasio rumah layak huni dan panjang jalan dilalui roda 4, selalu meningkat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan terbesar terjadi pada persentase rumah tinggal bersanitasi dengan rata-rata perubahan sebesar 3,38 persen pertahun. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran hidup sehat pada masyarakat.
d. Urusan Perumahan
Dari hasil SUSENAS 2010 diketahui bahwa 88,59% dari total rumah tangga menghuni rumah dengan status milik sendiri. 4,99% lainnya di rumah milik orang tua/sanak saudara. Sisanya tinggal di rumah dengan status kontrak, sewa, rumah dinas, bebas sewa dan lainnya. 64,48% rumah tangga menghuni rumah dengan luas lantai di bawah 50 m2 dan 37,93% dari mereka menempati rumah dengan lantai tanah. Sebagian besar tempat
Halaman II- 17
tinggal tersebut beratap seng (86,96%). Beton dan genteng hanya 0,49%. Sisanya beratapkan ijuk/rumbia, asbes dan lainnya.
Rumah tangga menempati rumah dengan dinding tembok sebanyak 49,70%, berdinding bambu 44,21%, sisanya berdinding kayu dan lainnya.
Pada umumnya rumah tangga sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama (72,69%). Namun masih banyak juga yang menggunakan pelita (26,91%). 53,86% dari mereka menggunakan mata air terlindung sebagai sumber air minum utama, 20,93% menggunakan sumur terlindung, 14,14% menggunakan ledeng dan 11,97% sisanya menggunakan sumber air lainnya.
Sebagian besar rumah tangga (68,52%) memiliki fasilitas tempat buang air besar sendiri. Namun yang tidak memiliki fasilitas tersebut masih cukup besar, yaitu 24,44%. Sisanya tidak memiliki fasilitas sendiri tetapi menggunakan secara bersama dengan rumah tangga lain (6,86%) dan menggunakan fasilitas umum (0,19%).
Indikator-indikator tersebut sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan perumahan dengan perkembangan sejak tahun 2007 sebagimana Tabel 2.16 berikut:
Tabel 2.16 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Perumahan Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Rumah tangga pengguna air bersih (%) 98,38 92,81 95,12 93,1 2. Rumah tangga pengguna listrik (%) 58,08 62,84 74,86 72,89 3. Rumah tangga ber-Sanitasi (%) 61,00 66,59 67,76 68,52 4. Rumah tidak layak huni (buah) 3.274 3.350 * 3.274
Sumber : BPS, 2010 *data tidak tersedia
e. Urusan Tata Ruang
Sejak tahun 2007-2010, kinerja pelayanan umum pada urusan tata ruang antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2027; Sedangkan rencana detailnya masih dalam proses penetapan. Sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang, pemerintah daerah membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, terakhir dengan Keputusan Bupati Flores Timur Nomor 226 Tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten Flores Timur Tahun 2010.
f. Urusan Perencanaan Pembangunan
Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan perencanaan pembangunan antara lain tersedianya dokumen perencanaan baik jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek (1 tahun).
Tabel 2.17 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No Indikator 2007 2008 2009 2010
1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA
ada ada ada ada 2. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD ada ada ada ada
Halaman II- 18
No Indikator 2007 2008 2009 2010
yang telah ditetapkan dengan PERKADA 3. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD
yang telah ditetapkan dengan PERKADA
ada ada ada ada 4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD ada ada ada ada
Sumber : Bappeda dan PM Kab. Flores Timur
Sehubungan dengan beberapa indikator tersebut, sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dokumen perencanaan tersebut telah ditetapkan baik dengan Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Kepala Daerah (Perkada). RPJP Kabupaten Flores Timur ditetapkan dengan Perda Nomor 14 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Flores Timur Tahun 2005-2025 kemudian dirubah dengan Perda Nomor 17 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Perda Nomor 14 Tahun 2005 dan RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2005-2010, kemudian direvisi dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2005-2010. Sedangkan RKPD setiap tahunnya ditetapkan dengan Peratutan Bupati, terakhir tahun 2011 ditetapkan dengan Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2010.
g. Urusan Perhubungan
Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan perhubungan antara lain jumlah arus penumpang angkutan umum, rasio ijin trayek, jumlah pelabuhan (laut, udara dan terminal) serta beberapa indikator pelayanan seperti lama dan biaya pengujian kelayakan angkutan umum, dan pemasangan rambu-rambu.
Sampai dengan tahun 2010 di wilayah kabupaten Flores Timur terdapat 4 buah pelabuhan perintis yaitu pelabuhan Larantuka, Tobilota, Menanga dan Terong. Pelabuhan-pelabuhan perintis tersebut selalu disinggahi kapal-kapal berukuran besar dari luar Flores Timur, kecuali pelabuhan Laut Tobilota. Sedangkan pelabuhan laut Larantuka, selain disinggahi kapal-kapal barang/dagang dari luar, juga kapal penumpang milik PT. Pelni yaitu KM Sirimau dan KM Awu. Selain pelabuhan perintis tersebut, terdapat Pelabuhan lokal/rakyat yang diusahakan baik atas bantuan pemerintah maupun swadaya masyarakat yang tersebar di beberapa lokasi kecamatan antara lain di Kecamatan Adonara Barat, Witihama, Ile Boleng, Solor Barat, Solor Timur dan Titehena dan pelabuhan/dermaga penyeberangan Fery, di Waibalun-Larantuka dan Boleng Kecamatan Ile Boleng.
Arus kunjungan dan penumpang kapal laut pada pelabuhan laut Larantuka dalam kurun waktu tahun 2009-2010 seperti pada Tabel 2.18.
Halaman II- 19
Tabel. 2.18 Arus Kunjungan dan Penumpang Kapal Laut pada Pelabuhan Laut Larantuka Tahun 2009 dan 2010
Bulan
Tahun 2009 Tahun 2010
Kunjungan
Kapal Jumlah Penumpang
Kunjungan
Kapal Jumlah Penumpang
Turun Naik Turun Naik
Januari 554 13.609 11.779 526 11.675 9.453 Februari 451 9.750 7.430 489 9.804 7.851 Maret 585 14.326 12.555 565 11.736 9.340 April 686 12.728 9.319 586 14.323 11.029 Mei 664 12.712 9.420 569 13.416 2.063 Juni 552 11.165 8.029 641 15.990 11.507 Juli 656 16.107 10.999 626 18.820 13.458 Agustus 607 12.785 9.023 582 14.019 11.332 September 616 15.399 10.218 560 15.155 11.281 Oktober 615 13.783 10.801 564 14.752 10.832 November 512 12.732 12.595 565 14.783 11.299 Desember 620 14.962 9.819 609 17.491 14.176 Jumlah 7.118 160.058 121.987 6.882 171.964 123.621 Sumber : BPS, 2011
Selain terdapat parasarana transpotasi darat dan laut, terdapat sebuah bandara udara yang bernama “Gewayan Tanah” yang terdapat di Watowiti Kecamatan Ile Mandiri. Frekuensi penerbangan setiap hari pergi pulang Kupang dengan pesawat berukuran kecil, karena landasan pacunya tidak cukup bagi mendaratnya pesawat-pesawat berkapasitas besar. Pemerintah Kabupaten Flores Timur saat ini sedang melaksanakan upaya pengembangan bandara ini melalui perluasan landasan pacu, sehingga di tahun – tahun mendatang diharapkan bandara Gewayan Tanah dapat melayani penerbangan pesawat berkapasitas besar, dan juga dapat menambah rute penerbangan ke kota-kota lain di Indonesia, baik melalui Kupang maupun penerbangan langsung dari Larantuka.
h. Urusan Lingkungan Hidup
Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan lingkungan hidup antara lain persentase penanganan sampah, persentase penduduk berakses air minum, persentase luas permukiman tertata, tempat pembuangan sampah per satuan penduduk dan penegakan hukum lingkungan serta pencemaran status mutu air.
Perkembangan beberapa indikator tersebut menunjukkan kemajuan walaupun belum sepenuhnya memberikan dampak yang signifikan. Salah satu diantaranya adalah persentase rumah tangga pengguna air bersih yakni sebesar 98,38 persen pada tahun 2007 menurun menjadi 93,1 persen pada tahun 2010. Persentase penduduk berakses air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal.
Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,
Halaman II- 20
terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh
dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
i. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil
Kinerja layanan urusan kependudukan dan catatan sipil dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain rasio penduduk berKTP per satuan penduduk, rasio pasangan berakte nikah, kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk dan penerapan KTP Nasional berbasis NIK. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penerapan KTP Nasional berbasis NIK sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 sedangkan perkembangan beberapa indikator lainnnya berfluktuasi dari tahun 2007-2009 sebagaimana Tabel 2.19.
Tabel 2.19 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 0,018 0,021 0,017
2. Rasio bayi berakte kelahiran 0,30
3. Rasio pasangan berakte nikah 0,74 1,41 1,64
4. Kepemilikan KTP 0,18 0,21 0,17
5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
5,42 11,51 8,60
6. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK sudah sudah sudah sudah
Sumber : diolah dari Flores Timur Dalam Angka 2010.
Rasio penduduk yang memiliki KTP per satuan penduduk tahun 2007 sebesar 0,018. Hal ini menggambarkan bahwa dari total penduduk wajib KTP, hanya 1,8 persen yang memiliki KTP. Pada tahun 2009, rasio tersebut mengalami penurunan sebesar 0,01 menjadi 0,017. Artinya, dari total penduduk wajib KTP, hanya 1,7 persen yang memiliki KTP. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indikator lainnya. Sedangkan untuk indikator kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk, tahun 2007 sebesar 5,42. Angka ini menggambarkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 5 orang yang memiliki akte kelahiran. Tahun 2008 meningkat menjadi 11,51 sedangkan tahun 2009 kembali menurun menjadi 8,60.
Kondisi ini diakibatkan oleh belum akuratnya data kepemilikan dokumen kependudukan baik KTP maupun akte kelahiran dan akte nikah dan juga tergantung dari tingkat kesadaran masyarakat atas kewajiban sebagai warga negara serta dipengaruhi juga oleh kebutuhan untuk memenuhi syarat-syarat administrasi lain yang mengharuskan adanya administrasi kependudukan.
j. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kinerja pemerintah daerah pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dinilai cukup baik. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator yang mengalami peningkatan. Partisipasi angkatan kerja meningkat dari 93,48 % pada tahun 2007 menjadi 95,45 % pada tahun 2009 dan 69,73 pada tahun 2010. Begitu juga dengan persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah pada tahun 2009 sebesar 3,86 atau mengalami peningkatan sebesar 0,44 % dibanding tahun 2008. Sedangkan tahun 2010 menurun menjadi 3,82 %. Walaupun demikian nilai penurunannya tidak signifikan yakni hanya 0,04 point. Hal ini
Halaman II- 21
menunjukan bahwa semakin besar peran serta perempuan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan, baik yang berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup perempuan secara khusus maupun kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat secara umum.
Tabel 2.20 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
2,92 3,42 3,86 3,82 2. Partisipasi perempuan di lembaga
swasta
97,08 96,58 96,14 96.18 3. Partisipasi angkatan kerja
perempuan
93,48 94,05 95,45 95,60 Sumber : BPS, 2011
k. Urusan Keluarga Berencana
Hasil evaluasi terhadap kinerja pemerintah daerah pada layanan urusan keluarga berencana menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Beberapa indikator yang sering digunakan antara lain rata-rata jumlah anak per keluarga, rasio akseptor KB, cakupan peserta KB aktif dan keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1. Data BPS menunjukkan, pada tahun 2007 dan 2008 rata-rata jumlah anak per keluarga sebesar 2,11 menurun menjadi 2,05 pada tahun 2009. Rasio akseptor KB pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 51,77 sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 10,06 % dibandingkan dua tahun sebelumnya. Demikian juga dengan cakupan peserta KB aktif pada tahun 2009 sebesar 12,43 persen atau mengalami peningkatan sebesar 2,25% dari tahun 2008. Sedangkan tahun 2010 meningkat lagi menjadi 14,43%. Meningkatnya kedua indikator ini berperan besar dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yang ditunjukan dengan menurunnya rata-rata jumlah anak dalam keluarga. Keberhasilan pemerintah daerah pada urusan keluarga berencana juga berdampak pada menurunnya persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I sebesar 1,01 % pada tahun 2009 dan 6,7% pada tahun 2010.
Tabel 2.21 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Keluarga Berencana
Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Rata-rata jumlah anak per keluarga * * 4 4 2. Rasio akseptor KB (%) 51,77 51,77 61,83 * 3. Cakupan peserta KB aktif (%) 10,18 10,18 12,43 14,43 4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera I (%)
* 73,92 72,91 66,12 Sumber : BPS,2011 *data tidak tersedia
l. Urusan Sosial
Urusan sosial merupakan urusan wajib pemerintah daerah. Melalui urusan tersebut, pemerintah daerah dapat melakukan berbagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial di masyarakat.
Halaman II- 22
Data BPS tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk rawan sosial di kabupaten Flores Timur masih relatif tinggi sebagaimana tergambar pada Tabel 2.24 berikut ini:
Tabel 2.22 Penduduk Rawan Sosial Kabupaten Flores Timur Tahun 2009
No Kecamatan Fakir Miskin (KK) Balita Terlan tar Anak Terlantar Lanjut Usia Terlantar Komunitas Adat Terpencil Penyan dang Cacat 1 Wulanggitang 50 5 1 58 180 29 2 Titehena 62 2 20 92 - 31 3 Ilebura 243 - - 12 - 8 4 Tanjung Bunga 204 - 10 50 834 135 5 Lewolema 530 6 19 64 - 63 6 Larantuka 467 - - 104 - 174 7 Ile Mandiri 386 - 10 60 - 88 8 Demon Pagong 58 - - 45 136 88 9 Solor Barat 270 - 70 111 204 106 10 Solor Timur 225 - 4 150 169 108 11 Solor Selatan 131 - 10 60 - 152 12 Adonara Barat 107 - 7 27 667 23 13 Wotan Ulumado 123 3 - 43 79 48 14 Adonara Tengah 553 - 26 79 180 45 15 Adonara Timur 200 - - 88 180 58 16 Ile Boleng 413 14 15 123 - 177 17 Witihama 40 4 32 91 162 103 18 Klubagolit 91 2 2 12 - 25 19 Adonara 98 - - 11 - 4 Jumlah 4.251 36 226 1.190 2.791 1465 Sumber : BPS, 2010
Berdasarkan sebaran penduduk rawan sosial tersebut, pemerintah daerah belum menyediakan sarana dan prasarana secara proporsional. Sampai dengan tahun 2010, sarana sosial berupa panti baru berjumlah 13 buah yang terdiri dari panti anak cacat sebanyak 3 buah, panti sosial bina remaja sebanyak 4 buah, panti sosial anak sebanyak 5 buah sedangkan panti lanjut usia baru tersedia 1 buah yang sebagian besar berada di ibu kota kabupaten.
m. Urusan Ketenagakerjaan
Di kabupaten Flores Timur, dari penduduk usia 15 tahun ke atas, 69,73 persen di antaranya merupakan angkatan kerja. Dari angkatan kerja tersebut 67,02 persen di antaranya bekerja dan sisanya 2,70 persen aktif mencari pekerjaan. Dari angkatan kerja yang bekerja, 37,46 persen di antaranya berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap dan 29,37 persen lainnya merupakan pekerja tidak dibayar.
Layanan urusan ketenagakerjaan diukur dengan beberapa indikator antara lain angka partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan pencari kerja yang ditempatkan. Data BPS menunjukkan bahwa dari 66,92 persen angkatan kerja yang bekerja bila dirinci menurut tingkat pendidikan, maka pekerja dengan tingkat pendidikan Diploma/Universitas sebanyak 4.510 orang (laki-laki 1.69 0rang dan perempuan 2.168 orang); SLTA Umum 6.825 orang (laki-laki 4.720 orang dan perempuan 2.105 orang); SLTP Sederajat 10.281 orang (laki-laki 7.196 orang dan perempuan 3.085 orang); SD 46.186 orang (laki-laki = 24.896 orang dan
Halaman II- 23
perempuan 21.290 orang); tidak tamat SD 18.488 orang (laki-laki 8.655 orang dan perempuan 9.833 orang); dan tidak memiliki pendidikan formal 5.582 orang (laki-laki 2.223 orang dan perempuan 3.359 orang). Sedangkan bila dirinci menurut jenis pekerjaan, maka (1) Tenaga Profesional, Teknisi dan lain-lain berjumlah 5.472 orang; (2) Pejabat Pelaksana dan Tenaga Tata Usaha Penjualan berjumlah 8.676 orang; (4) Tenaga Usaha Jasa berjumlah 1.195 orang; (5) Tenaga Usaha Pertanian berjumlah 63.134 orang; (6) Tenaga Produksi, Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar berjumlah 10.273 orang; (7) TNI / POLRI bejumlah 418 orang; (8) Tenaga kerja lain-lain berjumlah 529 orang.
n. Urusan Koperasi dan UKM
Layanan urusan koperasi dan UKM yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah salah satunya ditunjukkan oleh persentase koperasi aktif. Jumlah Koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Flores Timur sampai dengan Tahun 2009 sebanyak 92 unit. Dari jumlah koperasi tersebut, yang berstatus masih aktif sebanyak 73 unit (79%) dan sisanya sebanyak 19 unit tidak aktif. Selain indikator tersebut, indikator lain adalah jumlah BPR/LKM dan jumlah UKM. Perkembangan jumlah koperasi dan UKM meningkat sejak tahun 2007 sebagaimana Tabel 2.23.
Tabel 2.23 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Koperasi dan UKM Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Persentase koperasi aktif 78 79 79
2. Jumlah BPR/LKM 1 1 1 1
3. Usaha Mikro dan Kecil 221 242 316
o. Urusan Penanaman Modal
Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi daerah. Selain investasi pemerintah berupa belanja pembangunan, sampai dengan desember 2010 terdapat 13 penanam modal yang terdiri dari 5 (lima) penanam modal asing (PMA) dan 8 (delapan) penanam modal dalam negeri (PMDN). Ketigabelas investor tersebut mengembangkan usahanya di bidang perikanan dan perkebunan dengan total investasi sebesar Rp. 82.696.540.000.- Kelima PMA tersebut adalah PT. Asa Mutiara Nusantara yang bergerak di bidang budidaya dan pembibitan mutiara, PT. Okishin Flores bergerak di bidang pengolahan dan pengawetan ikan serta pengumpulan dan pengangkutan es balok, PT. Mutiara Adonara bergerak di bidang budidaya mutiara, PT. Indo Primo Ikan bergerak di bidang pengalengan dan pembekuan ikan dan PT. Eka Prima bergerak di bidang pengumpulan dan pengiriman hasil perkebunan (mente). Selain itu terdapat 7 (tujuh) Penanaman Modal Dalam Negeri yang bergerak dibidang kelautan dan perikanan yaitu PT. Jasa Putra Abadi, CV. Rosario Mutiara, PT. Ocean Mitramas, CV. Mutiara Iwan Abadi, PT. Cendana Indopearls, PT. Tri Tunggal Lintas Benua, CV. Cahaya Kemilau Abadi dan 1 (satu) bergerak di bidang restoran dan perhotelan yakni PT. Atma Sugeh Abadi.
Halaman II- 24
Penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat daerah yang ditimbulkan oleh investasi asing cukup besar, baik berupa penyerapan tenaga kerja langsung maupun dengan pola kemitraan dengan nelayan lokal. PT. Asa Mutiara Nusantara menyerap tenaga kerja sebanyak 35 orang, PT. Okhisin Flores sebanyak 138 orang, PT. Mutiara Adonara sebanyak 55 orang, PT. Indo Primo Ikan sebanyak 60 orang, PT. Eka Prima sebanyak 20 orang, PT. Jasa Putra Abadi sebanyak 26 orang, CV. Rosario Mutiara sebanyak 20 orang, PT. Ocean Mitramas sebanyak 6 orang, CV. Mutiara Iwan Abadi sebanyak 18 orang, PT. Cendana Indopearls sebanyak 30 orang, PT. Tri Tunggal Lintas Benua sebanyak 58 orang dan PT. Atma Sugeh Abadi sebanyak 15 orang.
Perkembangan penanaman modal berskala nasional sejak tahun 2007 sampai tahun 2010 selalu mengalami peningkatan sedangkan rasio daya serap tenaga kerjanya terus merosot selama kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sebagaimana Tabel 2.24.
Tabel 2.24 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Penanaman Modal
Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2010
No INDIKATOR 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
8 7 10 13
2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
18.955.680.000 18.955.680.000 69.352.790.000 82.696.540.000
3. Rasio daya serap tenaga kerja
59,0 56,6 42,8 40,3
4. Kenaikan/penurunan Nilai Realisasi PMDN
18.955.680.000 18.955.680.000 69.352.790.000 82.696.540.000 Sumber : Bappeda dan PM Kab. Flores Timur, 2010
Sampai saat ini belum pernah dilakukan pengkajian tentang manfaat dan dampak dari kegiatan investasi asing tersebut. Sementara itu belum ada pengusaha lokal yang memiliki modal yang cukup kuat untuk melakukan investasi pada bidang-bidang yang strategis. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pengusaha lokal pada umumnya berskala kecil seperti perniagaan, perdagangan eceran, perhotelan, bengkel kayu, bengkel mobil, foto copy dan penjilidan, jasa konstruksi dan leveransir, apotik, kontraktor, rumah makan, rental komputer, TV kabel, biro perjalanan dan wisata. Dinamika ekonomi yang ditimbulkan oleh swasta lokal belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas bagi masyarakat dan mendorong timbulnya transformasi struktural tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Selain gambaran kondisi tersebut, hasil evaluasi lima tahunan menunjukkan bahwa perkembangan dunia perdagangan di kabupaten Flores Timur, baik industri kecil dan jenis usaha non formal, serta penyerapan tenaga kerja dan nilai investasinya mengalami peningkatan. Peningkatan nilai investasi terbesar terjadi di perusahaan kecil yaitu sebesar 43,19% dan usaha non formal sebesar 71,03%, diikuti oleh perusahaan menengah dan besar masing-masing sebesar 12,6% dan 10,4%. Penyerapan tenaga kerja peningkatan terbesar pada usaha non formal sebesar 63,4%, diikuti penyerapan tenaga kerja pada perusahaan besar sebesar 18,5%.
Halaman II- 25 p. Urusan Kebudayaan
Kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan, dapat diukur dengan adanya penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana penyelenggaraan seni dan budaya dan pelestarian benda, situs dan kawasan cagar budaya.
Berdasarkan data BPS, sampai dengan tahun 2008 tercatat ada 4 fasilitas yang disebut sebagai “museum”. Semuanya dikategorikan sebagai museum sejarah. Jumlah pengunjung sepanjang tahun 2008 adalah sebanyak 27.707 orang dengan penerimaan sebesar Rp. 92.656.550.- selain itu, kelompok/sanggar seni yang terdapat di Kabupaten Flores Timur sejumlah 47 kelompok, dengan keunikan dan keistimewaannya tersendiri pada masing–masing kelompok. Kelompok/sanggar seni ini dikelola sendiri (milik swasta), dan ada 2 kelompok yang menjadi milik Pemda, yakni kelompok Teratai yang dikelola oleh Dinas Pariwisata, dan kelompok Tut Wuri Handayani yang dikelola oleh Dinas Pendidikan.
q. Urusan Kepemudaan dan Olahraga
Banyaknya jumlah organisasi pemuda menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan. Semakin banyak jumlah organisasi pemuda menunjukkan kemampuan dan perhatian Pemerintah Daerah dalam upaya memberdayakan pemuda dalam pembangunan daerah.
Banyaknya jumlah kegiatan kepemudaan dan keolahragaan menggambarkan tingginya antusiasme pemuda dan organisasi olahraga di daerah untuk berperan serta dalam pembangunan daerah dan merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi kepemudaan dan keolahragaan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Sampai dengan tahun 2009, tercatat 74 buah organisasi kepemudaan, karang taruna sebayak 213 buah dan organisasi keolahragaan sebanyak 11 buah. Sarana tersebut sebagian besar milik masyarakat atau lembaga swasta, sedangkan pemerintah daerah baru membangun 1 (satu) buah gedung olah raga.
r. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, dilakukan melalui program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal, program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, program pendidikan politik masyarakat; program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam; program pengembangan wawasan kebangsaan dan program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung program tersebut adalah Pembentukan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat sebanyak 1 kelompok; pengamanan dan penegakan perda; operasi gabungan; pengamanan Semana Santa 2010, hari raya keagamaan dan Pengamanan Pemilu Kepala Daerah. Selain itu, kegiatan lainnya adalah Sosialisasi dan Fasilitasi Pembentukan Forum Pembauran Kebangsaan dan Dewan Pembina Forum Pembauran Kebangsaan Tingkat Kabupaten, Sosialisasi Wawasan Kebangsaan Dan Ketahanan Nasional, dengan output yang diharapkan adalah terlaksanya sosialisasi di kecamatan; kegiatan Seminar Peningkatan Kapasitas Politik Masyarakat dan Penyuluhan UU Parpol.
Hasil dari program pendidikan politik masyarakat terlihat dari adanya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum. Hasil pemilihan
Halaman II- 26
umum anggota DPRD Kabupaten Flores Timur Tahun 2010-2014 menunjukkan bahwa dari 103.794 suara sah tersebar ke 38 partai politik peserta pemilu dengan rincian sebagai berikut : Partai Hanura 5.904 suara, Partai Karya Peduli Bangsa 2.993 suara, PPPI 1.357 suara, Partai Peduli Rakyat Nasional 3.504 suara, Partai Gerindra 3.150 suara, Partai Barisan Nasional 1.718 suara, PKPI 3.603 suara, PKS 1.896 suara, PAN 3.650 suara, PIB 1.278 suara, Partai Kedaulatan 775 suara, PPD 1.495 suara, PKB 2.562 suara, PPI 1.047 suara, P.Nasional Indonesia Marhaenis 1.104 suara, PDP 2.650 suara, PKP 1.565 suara, PMB 1.596 suara, PPDI 3.679 suara, PDK 667 suara, P.Republikan 2.478 suara, P.Pelopor 1.959 suara, P. Golkar 12.876 suara, PPP 2.373 suara, PDS 2.344 suara, PNBKI 3.175 suara, PBB 2.562 suara, PDIP 12.289 suara, PBR 2.682 suara, Partai Patriot 873 suara, P.Demokrat 7.299 suara, PKDI 3.400 suara, PIS 609 suara, PKNU 1.366 suara, P.Serikat Indonesia 406 dan Partai Buruh 910 suara. Sedangkan Partai Merdeka dan Partai NU Indonesia tidak mendapat suara.
s. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Layanan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dapat dievaluasi melalui beberapa indikator antara lain rasio jumlah Polisi Pamong Praja (Pol.PP) per 10.000 Penduduk, jumlah Linmas per 10.000 penduduk, rasio pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pelayanan perijinan, penegakan PERDA, cakupan patroli Polisi Pamong Praja, Tingkat penyelesaian pelanggaran K3, dan Sistem Informasi Manajemen Pemerintah Daerah. Dari berbagai indikator tersebut, hasil evaluasi menunjukkan bahwa rasio jumlah Pol.PP per 10.000 penduduk sebesar 4,39 pada tahun 2007, meningkat menjadi 4,49 pada tahun 2008 kemudian berkurang sebanyak 0,41 pada tahun 2009 menjadi 4,08 dan tahun 2010 menjadi 4,05. Hal ini menggambarkan masih rendahnya jumlah Polisi Pamong Praja yakni 10.000 penduduk hanya dilayani oleh 4 anggota Pol.PP. Bila ditinjau dari sebaran per wilayah kecamatan, maka rata-rata hanya terdapat 1 anggota Pol.PP per kecamatan. Dari jumlah yang ada, jumlah pelanggaran perda yang ditangani sebanyak 4 kasus pada tahun 2007 dan 2008, 5 kasus pada tahun 2009 dan 7 kasus pada tahun 2010. Cakupan patroli Pol. PP sebanyak 50 kali pada tahun 2007, 60 kali pada tahun 2008, dan meningkat menjadi 80 kali pada tahun 2009 serta 85 kali pada tahun 2010. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman dan keindahan) sebanyak 150 pada tahun 2007, 98 pada tahun 2008, 100 pada tahun 2009 dan 120 pada tahun 2010.
Pada bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi sejak 2007 berfluktuasi. Tahun 2007 sebesar 4,16, meningkat menjadi 4,69 pada tahun 2008 kemudian menurun menjadi 4,12 pada tahun 2009 dan kembali meningkat menjadi 4,25 pada tahun 2010. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, jumlah penduduk miskin menurun dari 31.200 jiwa pada tahun 2007 menjadi 29.260 jiwa pada tahun 2008, 24.840 jiwa pada tahun 2009 dan 4.227 jiwa pada tahun 2010. Kondisi tersebut bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain se Nusa Tenggara Timur maka posisi Flores Timur sebagaimana pada Tabel 2.25.
Halaman II- 27
Tabel 2.25 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota se-NTT per Juli 2010.
KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK MISKIN
2007 2008 2009 2010 Kota Kupang 20.300 46.110 35.420 35.600 Ngada 21.800 19.430 17.300 17.200 Flores Timur 31.200 29.260 24.840 22.400 Ende 46.000 57.480 51.710 56.400 Nagekeo 18.900 16.770 15.600 16.500 Sikka 50.500 45.900 40.460 40.200 Timor Tengah Utara 60.400 55.170 50.620 52.200 Lembata 33.500 28.840 26.960 31.500 Manggarai Barat 53.500 48.280 45.920 45.300 Timor Tengah Selatan 147.500 130.770 123.420 126.600
Manggarai Timur * * 58.980 65.700 Sumba Timur 82.800 81.090 76.560 74.000 Belu 83.900 82.740 77.140 54.700 Manggarai 150.500 137.780 66.890 67.100 Alor 48.200 43.180 39.220 40.300 Kupang 111.600 95.630 90.030 63.100 Rote Ndao 30.100 38.830 37.300 39.500 Sumba Barat 43.500 38.380 36.330 35.300 Sumba Barat Daya 53.300 88.650 86.270 85.100 Sumba Tengah 76.100 21.490 20.770 21.300 Sumber : BPS Provinsi NTT, 2011 *data tergabung dengan kab.induk
Selain pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, indikator lain dari layanan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian adalah layanan di bidang administrasi pemerintahan. Sampai dengan tahun 2010, pada bidang ini telah dibangun sistem infromasi manajemen keuangan daerah dan sistem informasi administrasi kependudukan.
t. Urusan Ketahanan Pangan
Urusan ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah daerah. Kinerja layanan urusan tersebut diukur dengan ada tidaknya regulasi tentang ketahanan pangan di daerah dan besar kecilnya ketersediaan pangan utama setiap tahun. Sejak tahun 2009, telah dibuat regulasi ketahanan pangan yakni Peraturan Bupati tentang Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur. Sedanglan ketersediaan pangan utama sebesar 21,67 persen pada tahun 2008, meningkat menjadi 24,22 persen tahun 2009 dan 25,74 persen pada tahun 2010. Hasil analisis Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2010, kebutuhan karbohidrat per tahun sebesar 36.397 ton EB sedangkan kebutuhan protein per tahun sebesar 468.340,99 ton BK.
Kerawanan pangan yang sering terjadi di Kabupaten Flores Timur adalah rawan pangan transient dengan penyebab utama adalah; kekeringan, angin, banjir dan serangan hama. Pemerintah daerah melakukan tindakan antisipatif dan langkah-langkah penanganan, baik