• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penetapan Harga Jual Jasa Wedding Organizer (Studi Kasus Pada Oro Islamic Wedding And Event Organizer Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Penetapan Harga Jual Jasa Wedding Organizer (Studi Kasus Pada Oro Islamic Wedding And Event Organizer Malang)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Perusahaan Jasa 2.1.1. Definisi Secara umum perusahaan dapat diartikan sebagai sebuah organisasi yang beroperasi (menjalankan bisnisnya) untuk tujuan menciptakan keuntungan (profit) dengan cara menjual produk (barang dan atau jasa) kepada pelanggannya ( Hery, 2007:1). Ditinjau dari jenis usahanya (produk yang dihasilkan atau dijual) perusahaan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Organisasi jasa adalah organisasi yang memproduksi dan memasarkan jasa-jasa tak berwujud Supriyono (2000: 263). Selanjutnya Soemarso (2004:22) secara singkat menyebutkan bahwa perusahaan jasa adalah perusahaan yang kegiatannya menjual jasa.. Jasa tersebut berupa berbagai pelayanan yang memberikan kemudahan,. kenyamanan bagi masyarakat yang memerlukannya. Sektor usaha jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud, seperti pelayanan kesehatan, jasa keuangan, rekreasi, dan jasa reparasi (Mahmud, 2011:11). Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa perusahaan jasa adalah perusahaan yang kegiatan ekonominya memproduksi dan menjual dalam bentuk jasa. Jasa yang dihasilkan bermacam-macam bentuk pelayanan dan tentunya sesuai dengan permintaan konsumen. Dikatakan sebagai kegiatan ekonomi, hal ini berarti jasa yang 7.

(2) 8. dihasilkan oleh perusahaan tidak dapat diperoleh konsumen tanpa adanya proses penukaran jasa tersebut dengan sejumlah nilai yang telah disepakati. 2.1.2. Karakteristik Perusahaan Jasa Perusahaan jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan dagang maupun perusahaan. manufaktur.. Antony dan. Govindrajan. (2005:391-393). menjelaskan beberapa karakteristik perusahaan jasa/organisasi jasa dalam beberapa point berikut : 1. Ketiadaan persediaan penyangga. Barang dapat disimpan dalam bentuk persediaan, yang merupakan penyangga untuk memperkecil dampak fluktuasi dalam volume jumlah penjualan terhadap proses produksi. Sedangkan jasa tidak dapat disimpan. Perusahaan jasa harus mencoba untuk meminimalkan kapasitasnya yang tidak terpakai. Lebih lanjut lagi, biaya dari banyak organisasi jasa pada dasarnya bersifat tetap dalam jangka pendek. Oleh karena itu variabel kunci dihampir semua organisasi jasa adalah sampai sejauh mana kapasitas sekarang ini disesuaikan dengan permintaan. Organisasi jasa berusaha melakukan penyesuaian dengan dua cara. Pertama, organisasi jasa tersebut mencoba untuk meningkatkan permintaan selama periode sepi dengan usaha-usaha pemasaran dan konsesi harga. 2. Kesulitan dalam mengendalikan kualitas. Suatu perusahaan manufaktur dapat melakukan pengukuran kualitas produknya sebelum dikirim ke pelanggan dengan kasat mata atau menggunakan instrument..

(3) 9. Sedangkan perusahaan jasa tidak dapat menilai kualitas produk sampai pada saat jasanya diserahkan, dan sering kali penilaian tersebut bersifat subjektif. 3. Padat karya Perusahaan manufaktur dapat menambah peralatan dan mengotomatisasi lini produksi, dengan demikian perusahaan menggantikan buruh dan mengurangi biaya. Hampir semua perusahaan jasa bersifat padat karya dan tidak dapat melakukan hal tersebut. 4. Organisasi multi-unit Beberapa organisasi jasa mengoperasikan banyak unit diberbagai lokasi, dimana setiap unit adalah relatif kecil. Kesamaan dari unit-unit yang terpisah memberikan dasar yang umum untuk menganalisis anggaran dan mengevaluasi kinerja, yang tidak ada di perusahaan manufaktur. Sejalan dengan Antony dan Govindrajan, Supriyono (2000:266-267) juga menjelaskan beberapa karateristik perusahaan jasa antara lain: 1. Sebagian besar biayanya adalah biaya tetap. 2. Variabel kunci organisasi jasa 3. Kesulitan dalam pengendalian mutu 4. Padat sumber daya manusia (SDM). 5. Organisasi unit ganda. 2.1.3. Perbedaan Perusahaan Jasa, Dagang dan Manufaktur Hansen dan Mowen (2001:136) mengungkapkan ada empat area yang menjelaskan bahwa jasa berbeda dari produk antara lain: tidak berwujud, tidak.

(4) 10. terpisahkan, heterogenitas dan tidak tahan lama. Tidak berwujud mengacu pada sifat non fisik dari jasa bertentangan dengan produk. Tidak terpisahkan berarti bahwa produksi dan konsumsi tidak terpisahkan dari jasa. Heterogenitas mengacu pada peluang variasi yang lebih besar dalam kinerja jasa dibandingkan pada produksi produk. Tidak bertahan lama berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan tetapi harus dikonsumsi saat dilakukan. Perbedaan antara perusahaan jasa, dagang dan manufaktur juga dapat dilihat dari perbedaan informasi dalam laporan keuangan. Tjahjono dan Sulastiningsih (2003: 370) menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut kedalam tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Perusahaan Jasa, Dagang dan Manufaktur Perbedaan Persediaan. Output dijual. Perusahaan Jasa. Perusahaan Dagang Persediaan bahan Persediaan bahan habis pakai habis pakai Persediaan barang dagangan. yang Jasa. Biaya produksi Tidak ada. Biaya pokok Tidak jelas per unit. Perusahaan Manufaktur Persediaan bahan habis pakai Persediaan bahan baku Persediaan barang dalam proses Persediaan produk jadi Barang yang dibeli Barang yang dari perusahaan diproduksi sendiri lain Tidak ada Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Sebesar harga beli Sebesar biaya pokok produksi.

(5) 11. Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa tidak mempunyai persediaan, perusahaan dagang mempunyai persediaan barang jadi tetapi tidak terdapat persediaan barang setengah jadi seperti yang terdapat pada perusahaan manufaktur. Jika perusahaan dagang dan manufaktur mempunyai produk atau output berupa barang yang bisa dilihat, maka perusahaan jasa sebaliknya. Perbedaan selanjutnya juga terlihat dari harga pokok per unit, pada perusahaan jasa, harga pokok per unit bisa dikatakan tidak jelas dan pada perusahaan dagang harga pokok per unit di peroleh sebesar harga belinya dari produsen. Kemudian berbeda dengan perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang tidak memerlukan perhitungan dan pembuatan laporan harga pokok produksi (www.siskasridahlia.blogspot.com, 2012). 2.1.4. Bentuk Usaha Ada beragam bentuk-bentuk usaha yang lakukan oleh perusahaan jasa. Antony dan Govindrajan (2005: 393-407) mengelompokkan bentuk-bentuk usaha perusahaan jasa sebagai berikut: 1. Organisasi Jasa Profesional Misalnya organisasi penelitian dan pengembangan, kantor pengacara, kantor akuntan, organisasi pelayanan kesehatan, perusahaan teknik, perusahaan arsitektur, kantor konsultan, agen iklan, organisasi simfoni dan organisasi kesenian lainnya, serta organisasi olahraga. 2. Organisari Jasa Keuangan.

(6) 12. Organisasi ini meliputi bank komersial dan istitusi penghematan, perusahaan asuransi dan perusahaan efek. Perusahaan-perusahaan ini berada dalam bisnis yang terutama bertujuan untuk mengelola uang. 3. Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aktiva atau labanya kepada, atau untuk manfaat dari anggotanya, pejabatnya maupun direkturnya. Dalam banyak kelompok industri, terdapat baik organisasi nirlaba maupun organisasi yang berorientasi laba. Ada rumah sakit nirlaba dan rumah sakit yang mencari laba, sekolah dan perguruan tinggi yang nirlaba dan yang mencari laba. Beberapa bentuk usaha dari perusahaan jasa selanjutnya adalah sebagai berikut (http://allschoollesson.blogspot.com, 2012) : 1. Bidang usaha komunikasi. : perusahaan telepon, station TV, radio. 2. Bidang profesi. : akuntan, klinik bersalin. 3. Bidang hiburan. : bioskop, taman hiburan, kebun binatang. 4. Bidang properti. : hotel, asrama, guest house. 5. Bidang Keahlian perorangan. : salon kecantikan, penjahit, studio foto. 6. Bidang pertanggungan. : asuransi. 2.2. Harga Jual 2.2.1. Definisi Harga Jual Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat, karena memiliki atau.

(7) 13. menggunakan produk atau jasa tersebut Kotler (2001:439). Kemudian Lamb dan Mc. Daniel (2001:268) mendefinisikan harga sebagai sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Sedangkan menurut Angipora (1999:24) harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk, dimana harga tersebut merupakan variabel dari program bauran pemasaran yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Selain itu harga juga menggambarkan sebuah pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan apa yang menjadi keperluannya dan salah satu program dari bauran pemasaran yang ikut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Oleh karena itu, penetapan harga merupakan salah satu keputusan penting bagi pelaku usaha (Zalshabila, 2012) 2.2.2. Tujuan Penetapan Harga Ada beberapa tujuan penetapan harga menurut Payne (2000:173) antara lain pertama, tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, memaksimalkan keuntungan, penetapan harga untuk memastikan maksimalisasi profitabilitas dalam periode tertentu. Ketiga, maksimalisasi penjualan, tujuan penetapan harga untuk membangun pangsa pasar. Hal ini mungkin melibatkan penjualan dengan merugi pada awalnya dalam upaya merebut pangsa pasar yang tinggi. Selanjutnya tujuan penetapan harga yang terakhir adalah untuk menjaga kebanggaan produk (prestige). Artinya sebuah.

(8) 14. perusahaan jasa mungkin berharap untuk menggunakan penerapan harga guna menempatkan diri secara eksklusif. Kemudian Boone dan Kurtz (2002:70) juga mengatakan ada empat kategori dasar atau sasaran penetapan harga, antara lain : (1) profitabilitas; (2) volume; (3) tingkat kompetisi; (4) prestige. Lebih lanjut lagi Mahmud (2011:89-90) membagi tujuan penetapan harga menjadi dua. Tujuan penetapan harga yang dimaksud antara lain: 1. Tujuan berorientasi laba Perusahaan dapat memilih satu diantara dua tujuan berorientasi laba dalam kebijakan penetapan harga, mencapai target laba atau meningkatkan laba. 2. Tujuan berorientasi penjualan Bila perusahaan memilih tujuan yang berorientasi penjualan, perusahaan dapat menempuh. langkah-langkah:. meningkatkan. volume. penjualan. dan. mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar. 2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Keputusan harga jual merupakan keputusan yang sulit, karena adanya faktorfaktor yang terlibat dalam pembuatan keputusan tersebut, sehingga perlu pertimbangan mendalam dan teliti untuk mendapatkan harga jual yang sesuai dengan keinginan dan tujuan perusahaan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: (1) keadaan perekonomian; (2) permintaan dan penawaran; (3) elastisitas permintaan; (4) persaingan; (5) biaya; (6) tujuan manajer; (7) serta pengawasan pemerintah (Swastha dan Irawan 1990).

(9) 15. Madura (2001: 126-127) juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar antara lain: (1) pendapatan konsumen; (2) preferensi (selera) konsumen; (3) biaya produksi. Sedangkan Hansen dan Mowen (2001: 630) menjelaskan bahwa permintaan pelanggan, elastisitas harga permintaan dan struktur pasar juga memperngaruhi harga. Dalam penjelasan lain, Mahmud (2011: 86-88) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga kedalam dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain : (1) tujuan pemasaran; (2) strategi bauran pemasaran; (3) biaya; (4) dan metode penetapan harga. Kemudian faktor eksternalnya antara lain : (1) pasar dan permintaan; (2) persaingan; (3) dan persepsi konsumen terhadap harga dan nilai. Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menetapkan harga, baik harga produk yang berupa barang ataupun jasa. Pada perusahaan yang memproduksi jasa, perusahaan lebih sulit menetapkan harga produknya karena kualitas jasa baru dapat dirasakan ketika produknya diserahkan kepada konsumen. 2.3. Penetapan Harga Jual Perusahaan Jasa 2.3.1. Menetapkan Harga Jual Pada dasarnya, dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki (Mulyadi, 2001:348). Oleh karena itu banyak perusahaan memulai penetapan harga dari biaya. Mereka menghitung biaya produk dan.

(10) 16. menambah laba yang diinginkan. Biasanya sebagian merupakan biaya dasar dan markup. Markup adalah presentase yang dibebankan kepada biaya dasar; termasuk di dalamnya adalah laba yang diinginkan dan setiap biaya yang tidak termasuk dalam biaya dasar. Setiap jasa yang pada dasarnya homogen dan diproduksi berulangkali dapat memperoleh manfaat dari pendekatan perhitungan harga pokok produksi …. Jasa tidak dapat disimpan …. Banyak jasa-jasa yang dilakukan dengan cara tidak terdapat persediaan barang dalam proses” (Hansen dan Mowen, 2000:196). Uraian tersebut menggambarkan bahwa perhitungan harga pokok produksi juga bisa digunakan untuk perusahaan yang memproduksi jasa. Harga jual jasa pada organisasi jasa profesional didasarkan atas waktu SDM profesional yang digunakan untuk melaksanakan penugasan. Namun, organisasi jasa tertentu menentukan harga jual jasanya berdasarkan kontrak harga tetap dengan kliennya, meskipun kontrak berharga tetap tersebut juga dihitung berdasarkan taksiran waktu SDM profesional yang diperlukan. Jika harga jual didasarkan waktu maka besarnya harga jual adalah sebesar tarif kompensasi (tidak sama dengan yang dibayarkan pada SDM profesional) SDM sesuai dengan derajat keprofesionalannya ditambah dengan pembebanan biaya overhead dan laba yang diharapkan dari penugasan atau proyek tersebut (Supriyono 2000). 2.3.2. Metode Penetapan Harga Secara garis besar metode penentuan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama (Ciptono, 2000 : 157) antara lain:.

(11) 17. 1.. Metode penentuan harga berbasis permintaan. Metode ini lebih menekankan faktor – faktor yang mempengaruhi selera dan preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba dan persaingan. Paling sedikit terdapat tujuh metode penentuan harga yang termasuk dalam metode penentuan harga berbasis permintaan, yaitu: a. Skimming pricing Skiming pricing adalah metode yang diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatife selama tahap perkenalan, Kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan dengan baik jika konsumen tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan pada pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan konsumen. b. Penetration pricing Dalam metode ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah sehingga akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relative singkat. Selain itu metode ini juga bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya per unit. Pada saat yang bersamaan metode penetrasi juga dapat mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh setiap perubahan menjadi terbatas. c. Prestige pricing.

(12) 18. Metode ini merupakan metode yang menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen amat peduli dengan statusnya dan akan tertarik dengan produk yang kemudian akan membelinya. d. Price lining Price Lining adalah metode yang digunakan perusahaan dalam menjual produk yang lebih dari satu jenis. Harga untuk lini produk tersebut bervariasi dan ditetapkan pada tingkat harga tertentu yang berbeda. e. Odd-even pricing Metode ini digunakan perusahaan dalam menetapkan harga dimana harga tersebut besarnya mendekati jumlah genap tertentu. f. Demand backward pricing Merupakan metode yang berdasarkan suatu target harga tertentu, kemudian perusahaan mnyusuaikan kualitas komponen-komponen produknya. Dengan kata lain produk didesain sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi target harga yang ditetapkan. g. Bundle pricing Metode bundle pricing merupakan gabungan dua atau lebih produk dalam satu harga paket. 2. Metode penentuan harga berbasis biaya Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga didasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya.

(13) 19. langsung, biaya overhead dan laba. Dalam metode ini ada empat jenis yang termasuk ke dalam metode penentuan harga berbasis biaya yaitu : a. Standard markup pricing, yaitu harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk b. Cost plus percentage of cost pricing, yaitu perusahaan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi. Metode ini seringkali digunakan untuk menentukan harga satu item atau hanya beberapa item. c. Cost plus fixed fee pricing, yaitu dalam metode ini perusahaan akan mendapatkan ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya tetap perusahaan hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final proyek tersebut yang disepakati bersama. d. Experience curve pricing, yaitu metode yang dikembangkan atas dasar konsep efek belajar (learning effect) yang menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan menurun antara 10% hingga 30% untuk peningkatan sebesar dua kali lipat pada pengalaman perusahaan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa tersebut. 3. Metode penentuan harga berbasis laba Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Dalam metode.

(14) 20. ini ada tiga jenis metode yang termasuk dalam metode penentuan harga berbasis laba, yaitu : a. Target profit pricing, yaitu berupa ketetapan atas besarnya target laba tahunan yang dinyatakan sebagai spesifik b. Target return on sales pricing, yaitu dalam metode ini perusahaan menetapkan tingkat harga tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume penjualan. c. Target return on investment pricing, yaitu dalam metode ini perusahaan menetapkan besarnya suatu ROI tahunan dengan rasio antara laba dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan asset yang mendukung produk tertentu. 4. Metode penentuan harga berbasis persaingan Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode penentuan harga pesaingan terdiri atas empat macam, yaitu: a. Customary pricing, yaitu metode yang digunakan untuk produk-produk yang harganya ditentukan oleh faktor-faktor seperti tradisi, saluran distribusi yang terstandarisasi atau faktor-faktor pesaingan lainnya. b. Above, at or below market pricing, yaitu metode penetapan harga dimana perusahaan secara cermat memilih penetapan harga yang berada di atas, sama atau dibawah harga pasar..

(15) 21. c. Los leader pricing, yaitu metode yang menjual suatu produk di bawah harga biayanya. Tujannya bukan untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan, tetapi menarik konsumen dan membeli produk lainnya, khususnya produk yang ber-markup cukup tinggi. Jadi suatu produk dijadikan semacam pancingan agar produk lainnya juga laku. d. Sealed bid pricing, yaitu metode yang menggunakan sistem penawaran harga dan biasanya melibatkan agen pembelian. Mulyadi (2001: 348) juga menguraikan metode penetapan harga jual dalam bentuk-bentuk berikut ini: 1. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing) Metode harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan suatu presentase markup (tambahan diatas jumlah biaya) yang dihitung dengan formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan dengan formula sebagai berikut:. Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan Cost-plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk baik barang maupun jasa. Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan: full costing dan variable costing. Dalam pendekatan full costing. taksiran biaya penuh yang.

(16) 22. dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:. Tabel 2.2 Unsur Biaya Penuh dengan Pendekatan Full Costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (variable dan tetap). Rp xx xx xx. Taksiran total biaya produksi Biaya Administrasi dan Umum Biaya pemasaran. Rp xx xx. Rp xx. Taksiran total biaya komersial. xx. Taksiran biaya penuh. Rp xx. Dalam pendekatan variable costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur berikut ini: Tabel 2.3 Unsur Biaya Penuh dengan Pendekatan Variable Costing Biaya Variabel: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variable. Rp xx xx xx. Taksiran total biaya produksi variable Biaya Administrasi dan Umum variabel Biaya pemasaran variabel. Rp xx Rp xx xx.

(17) 23. Taksiran total biaya variabel Biaya tetap: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variable Taksiran total biaya tetap Taksiran biaya penuh. xx. Rp xx xx xx xx Rp xx. Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan. Laba yang diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Untuk memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer penentu harga jual perlu mempertimbangkan: a. Cost of Capital, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi dalam perusahaan. Besarnya cost of capital dipengaruhi olehsumber aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan. Jika misalnya seluruh aktiva perusahaan yang digunakan untuk berusaha dalam tahun anggaran yang akan datang berasal dari kredit bank dengan bunga sebesar 24% per tahun, sedangkan tarif pajak penghasilan atas laba perusahaan sebesar 35%, maka effective cost capital yang harus dibayar oleh perusahaan untuk investasi adalah 15,6% {(100%-35%)x24%}..

(18) 24. b. Risiko Bisnis. Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar presentase yang ditambahkan pada cost of capital dalam memperhitungkan laba yang diharapkan. c. Besarnya capital employed. Jumlah investasi (capital employed) yang ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan faktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan dalam harga jual. Semakin besar investasi yang ditanamkan dalam memproduksi dan memasarkan produk atau jasa, semakin besar pula laba yang diharapkan. Rumus penentuan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini Biaya yang berhubungan Harga jual per unit =. langsung dengan volume. + Persentase Markup. (per unit) Persentase Markup dihitung dengan rumus: Laba yang. Biaya yang tidak dipengaruhi +. Persentase diharapkan. langsung oleh volume produk. Markup = Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk. 2. Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time and Material Pricing) Penentuan harga jual waktu dan bahan ini pada dasarnya merupakan costplus pricing. Metode penentuan harga jual ini digunakan oleh perusahaan.

(19) 25. bengkel mobil, dok kapal, dan perusahaan lain yang menjual jasa reparasi dan bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Volume jasa dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuk melayani customer, sehingga perlu dihitung harga jual persatuan waktu yang dinikmati oleh customer. Sedangkan volume bahan dan suku cadang yang diperlukan sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas barang dan suku cadang yang diserahkan kepada customer, sehingga perlu dihitung harga jual per satuan bahan dan suku cadang. Perusahaan yang menjual jasa reparasi pada dasarnya menjual jam tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang pekerjaannya dapat dengan mudah diidentifikasikan kepada pesanan yang diterima dari pelanggan. Perhitungan harga jual waktu dilakukan dengan formula berikut ini: Tabel 2.4 Formula Harga Jual Waktu (Time Pricing) Biaya tenaga kerja langsung Markup per jam tenaga kerja langsung atau presentase. xx. markup dari biaya tenaga kerja langsung. xx +. Harga jual waktu. xx. Markup atau persentase markup dihitung sebagai berikut: Biaya tidak langsung. xx.

(20) 26. Laba yang diharapkan. xx. Jumlah. xx. Taksiran jam tenaga kerja langsung atau taksiran biaya. xx :. tenaga kerja langsung. Markup per jam tenaga kerja langsung atau persentase markup dari biaya tenaga kerja langsung. xx. Perhitungan biaya tenaga kerja langsung per jam dihitung dengan formula sebagai berikut: Tabel 2.5 Formula Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung per Jam Taksiran upah tenaga kerja yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja langsung selama tahun anggaran. xx. Biaya kesejahterahan tenaga kerja langsung (misalnya tunjangan kesehatan, tunjangan kesejahterahan, dsb.) xx + Jumlah biaya tenaga kerja langsung xx Jam kerja tenaga kerja langsung dalam tahun anggaran (dihitung dengan mengalikan jumlah tenaga kerja langsung dengan jam kerja selama tahun anggaran).

(21) 27. xx : Biaya tenaga kerja langsung per jam. xx. Perhitungan markup atas biaya langsung. Perhitungan ini terdiri dari dua unsur biaya tidak langsung dan laba yang diharapkan. Perhitungan markup dan unsur yang membentuknya disajikan sebagai berikut: Tabel 2.6 Formula Perhitungan Markup dan Umur yang Membentuk Markup Biaya tidak langsung Taksiran biaya tidak langsung selama tahun anggaran: Gaji pengawas dan biaya tenaga kerja tidak langsung lain. Rp xx. Biaya depresiasi aktiva tetap. xx. Biaya asuransi. xx. Biaya listrik. xx. Biaya air. xx. Biaya reparasi aktiva tetap. xx. Biaya umum. xx +. Jumlah biaya tidak langsung. Rp xx. Perhitungan laba yang diharapkan Taksiran jumlah aktiva pada awal tahun anggaran Tariff kembalian investasi (return on investment) yang. Rp xx xx +.

(22) 28. diharapkan (dalam persentase). Laba yang diharapkan per tahun. Rp xx. Perhitungan markup Biaya tidak langsung. Rp xx. Laba yang diharapkan. xx +. Jumlah. Rp xx. Jam tenaga kerja langsung atau biaya tenaga kerja langsung. xx :. dalam tahun anggaran. Markup (dalam rupiah per jam tenaga kerja langsung) atau. xx. persentase markup. Penentuan harga jual bahan baku dan suku cadang. Perusahaan yang menjual jasa reparasi disamping menjual jam kerja tenaga kerja langsung yang digunakan untuk menghasilkan jasa, juga menjual bahan dan suku cadang. Harga jual bahan dan suku cadang terdiri dari unsur-unsur berikut ini: Tabel 2.7 Formula Harga Jual Bahan Baku dan Suku Cadang Harga beli bahan baku dan suku cadang Persentase markup x harga beli bahan baku dan suku cadang. Rp xx xx +.

(23) 29. Harga jual bahan baku dan suku cadang. Rp xx. Persentase markup dihitung dengan formula sebagai berikut:. Biaya tidak langsung. Rp xx. Laba yang diharapkan. xx +. Jumlah. xx. Taksiran nilai bahan dan suku cadang yang akan dibeli. xx :. dalam tahun anggaran. Persentase markup. xx. 3. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract Pricing) Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya. Dalam cost-type contract, harga jual yang dibebankan kepada customer dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk memasarkan produk dan jasa. Misalkan untuk sebuah kontrak perusahaan A mengeluarkan biaya penuh sebagai berikut:.

(24) 30. Biaya langsung proyek. Rp 450.000.000. Biaya tidak langsung proyek Total biaya penuh proyek. 125.000.000 Rp 575.000.000. Harga jual yang dibebankan kepada pemilik proyek dalam cost-type contract dihitung sebagai berikut: Total biaya penuh proyek. Rp 575.000.000. Laba 10% x Rp 575.000.000. 57.500.000. Harga jual yang dibebankan. Rp 632.500.000. 4. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing) Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan regular perusahaan. Biasanya customer yang melakukan pesanan khusus ini meminta harga dibawah harga jual normal, bahkan seringkali harga yang diminta customer berada dibawah biaya penuh, karena biasanya pesanan khusus mencakup jumlah yang besar. Dalam keadaan seperti ini, yang perlu dipertimbangkan oleh manajer penentu harga jual adalah: a. Pesanan reguler adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya tetap yang akan terjadi dalam tahun anggaran. Dengan demikian jika manajer penentu harga jual yakin bahwa seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran akan dapat ditutup oleh pesanan yang reguler, maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap..

(25) 31. b. Jika dengan menerima pesanan khusus, perusahaan diperkirakan tidak hanya mengeluarkan biaya variabel saja, namun memerlukan biaya tetap karena harus beroperasi diatas kapasitas yang tersedia, maka harga jual pesanan khusus harus diatas biaya variable ditambah dengan kenaikan biaya tetap karena pesanan khusus tersebut. Horngren, Datar dan Foster (2011:498) menambahkan pendekatan berbasis-pasar untuk menentukan harga jual produk. Pendekatan berbasis pasar untuk penetapan harga dimulai dengan pertanyaan apa yang diinginkan pelanggan dan bagaimana para pesaing akan bereaksi terhadap apa yang kita lakukan serta berapa harga yang akan kita bebankan.Penetapan harga berbasis pasar diawali dengan harga target (target pricing). Harga target (target pricing) adalah estimasi harga produk atau jasa yang bersedia dibayar oleh calon pelanggan. Estimasi ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang akan dinikmati oleh pelanggan atas produk dan jasa serta berapa banyak pesaing yang mengenakan harga tersebut. Dengan kata lain, target pricing tidak didasarkan pada unsur biaya. Harga-lah yang menentukan biaya produk. Metode ini ditetapkan agar harga jual produk tidak lebih tinggi daripada harga produk pesaing. Dengan metode ini, harga jual produk dapat ditetapkan berdasarkan tiga alternative. Yakni: (1) Sama dengan harga produk pesaing; atau (2) Lebih rendah daripada harga produk pesaing; atau (3) Lebih tinggi daripada harga produk pesaing (www.pengusahamuslim.com). Dalam penetapan harga berbasis pasar perusahaan perlu melakukan analisis pesaing. Perusahaan perlu memahami teknologi, produk atau jasa, biaya dan kondisi.

(26) 32. keuangan pesaing tersebut. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengevaluasi bagaimana produk atau jasanya berbeda di pasar dan menentukan harga yang dapat dibebankan sebagai akibat dari perbedaan tersebut. Berikut ini adalah langkah dan kalkulasi penetapan harga target: 1. Mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan potensial 2. Memilih harga target 3. Mendapatkan biaya target per unit dengan mengurangkan target laba operasi per unit dari harga target Harga target merupakan dasar untuk menentukan biaya target. Biaya target per unit (target cost per unit) adalah harga target dikurangi target laba operasi per unit (target operating income per unit) yang diinginkan oleh perusahaan atas pejualan produk atau jasa. Total pendapatan target Total target laba operasi Laba operasi target per unit Biaya target per unit. =. =. =. =. Harga arget (per unit). X. Total unit penjualan. % target laba. Total pendapatan. operasi. target. Total target laba operasi Harga target. :. -. Total unit penjualan Laba operasi target per unit. 4. Melakukan analisis biaya 5. Melakukan rekayasa nilai (value engineering) untuk mencapai biaya target.

(27) 33. 2.4. Harga Pokok Produksi Produk Jasa 2.4.1. Definisi Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah biaya produksi setelah memperhitungkan barang dalam proses atau barang setengah jadi. Hansen dan Mowen (2004:48) mengungkapkan bahwa harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu. Sedangkan menurut Mulyadi (2007: 10) harga pokok produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi pada dasarnya menunjukkan harga pokok produk (barang dan jasa) yang diproduksi dalam satu periode akuntansi tertentu. Dengan kata lain, harga pokok produksi adalah sejumlah biaya atau pengorbanan yang dinilai dengan uang untuk untuk menyelesaikan atau memproduksi barang atau jasa pada waktu tertentu. 2.4.2. Klasifikasi Biaya Produk Jasa Menurut Mulyadi (2007:13-16) ada beberapa cara penggolongan biaya yang sering dilakukan, antara lain: 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek adalah bahan bakar, maka semua yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar..

(28) 34. 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam penggolongan biaya dengan cara ini, biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan sesuatu yang dibiayai. Biaya dapat dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atau obyek pembiayaan. Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah produk. Sedangkan jika perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah jasa. Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai tersebut, biaya dibagi menjadi dua golongan yaitu: a. Biaya langsung (Direct cost). Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai dalam hal ini dapat berupa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat sesuatu produk atau jasa. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect cost). Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung, tidak mudah diidentifikasikan dengan produk. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory overhead costing)..

(29) 35. 4. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama untuk tujuan perencanan, pengendalian serta pengembangan keputusan. Berdasarkan perilakunya terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi: a. Biaya Tetap (Fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Karakteristik biaya tetap adalah: 1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu. 2) Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya per satuan. b. Biaya Variabel (Variable cost). Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel. Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel). Karakteristik biaya variabel adalah.

(30) 36. biaya. persatuan. dipengaruhi. oleh. perubahan. volume. kegiatan. (http://dwiermayanti.wordpress.com, 2011). c. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah minimal untuk menyediakan produk dan jasa. Sedangkan unsur variable merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Akan tetapi sifat perubahannya. tidak. sebanding,. biaya. akan. berbanding. terbalik. dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan. 5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh pengeluaran modal adalah untuk pembelian aktiva tetap, reparasi besar aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk..

(31) 37. b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain biaya iklan, biaya telex dan biaya tenaga kerja. 2.4.3. Metode Harga Pokok Produksi Produk Jasa Perusahaan jasa, dagang dan manufaktur memiliki kebutuhan yang berbeda akan data dan teknik akuntansi, begitu pula dalam memilih harga pokok produksi. Pemilihan metode penentuan harga pokok produksi jasa dipengaruhi oleh keunikan produk jasa yang dihasilkan, baik jasa yang bersifat heterogen maupun homogen. 1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jasa : Aplikasi Overhead dan Job Order Costing. Perusahaan jasa juga membutuhkan informasi unit biaya. Perusahaan jasa harus mengidentifikasi unit jasa yang disediakan (Hansen dan Mowen, 2000: 145). Sistem job order costing sangat berguna pada industri jasa (Horngren, 2011). Sebagai contoh kantor akuntan, konsultan, agen periklanan, rumah sakit dan bengkel. Pada kantor akuntan, setiap audit adalah satu job. Biaya dari audit akan di akumulasikan kedalam catatan biaya job. Berdasarkan catatan jam kerja, biaya tenaga kerja langsung dari staff profesional-rekan audit, manajer audit dan staff audit-akan ditelusuri ke job individual. Biaya langsung lainnya seperti perjalanan, akomodasi keluar kota, telepon, faks, serta biaya fotocopy juga akan ditelusiri ke job. Biaya dukungan sekretariat, staff kantor, sewa, serta penyusutan perabotan.

(32) 38. dan peralatan merupakan biaya tidak langsung karena biaya-biaya tersebut tidak dapat ditelusuri ke job dengan cara yang ekonomis. Biaya tidak langsung akan di alokasikan ke job, misalkan dengan menggunakan dasar alokasi biaya seperti jam kerja profesional. Contoh lain dalam usaha wedding organizer, unit jasa yang dihasilkan tergantung dari unit bisnis yang dimiliki. Ada wedding organizer yang murni, maka unit jasanya hanya satu yaitu kerja yang dilakukan sebagai perencana dan penyelenggaraan pernikahan. Setiap proyek pernikahan adalah satu job. Berbeda lagi apabila wedding organizer tersebut memiliki unit bisnis lainnya, misalkan rias pengantin, maka proyek rias pengantin adalah satu job dan setiap proyek pernikahan bisa menjadi dua job. Perusahaan jasa menggunakan data biaya dengan cara yang sama dengan perusahaan manufaktur. Namun, karena perusahaan jasa tidak memproduksi produk fisik, maka mereka tidak perlu menghitung persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Ada dua cara umum yang dipakai untuk mengukur biaya yang berhubungan dengan produksi: perhitungan biaya sebenarnya dan perhitungan biaya normal (Hansen dan Mowen, 2000:141). Sistem biaya yang mengukur biaya overhead berdasarkan basis yang ditentukan sebelumnya dan menggunakan biaya sebenarnya untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut sistem perhitungan biaya normal..

(33) 39. Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya depresiasi, dan amortisasi aktiva tetap, serta biaya asuransi. umpamanya,. merupakan. contoh. dari. biaya. overhead. pabrik. (http://dwiermayanti.wordpress.com, 2011). Biaya overhead biasanya dibebankan ke proyek atau pesanan berdasarkan biaya tenaga kerja langsung (Blocher, Stout dan Cokins, 2012). Tarif overhead yang ditentukan sebelumnya dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Tarif overhead = Anggaran overhead tahunan : Anggaran tingkat kegiatan tahunan. Overhead yang dianggarkan adalah estimasi terbaik dari jumlah overhead (utilitas, tenaga kerja tak langsung, depresiasi, dan sebagainya) untuk diadakan pada tahun yang akan datang. Dalam menentukan biaya overhead, penting untuk memilik basis kegiatan yang berhubungan dengan konsumsi overhead. Lima pendorong kegiatan yang umum dipakai antara lain: a. Unit yang di produksi b. Jam tenaga kerja langsung c. Rupiah tenaga kerja langsung d. Jam mesin.

(34) 40. e. Bahan langsung Langkah setelah menentukan tarif overhead adalah menghitung pembebanan overhead, formulanya adalah sebagai berikut:. Pembebanan overhead = Tarif overhead x Kegiatan produksi sebenarnya. Selain menggunakan formula di atas, Blocher, Stout dan Cokins (2011:165) menuliskan formula lain untuk menghitung harga pokok produksi dengan sistem job order costing ini. Mereka mengambil contoh kasus pada kantor pengacara. Kantor tersebut memiliki anggaran estimasi biaya untuk satu tahun yaitu: Kompensasi staff profesional Biaya lainnya Total biaya yang di anggarkan untuk tahun tersebut. $. 500.000 500.000. $ 1.000.000. Biaya lainnya mencakup bahan baku tidak langsung dan persediaan, fotokopi, beban-beban yang berkaitan dengan komputer, asuransi, sewa kantor, utilitas (listrik, air dan sebagainya), biaya pelatihan, honor jasa akuntansi, biaya tenaga kerja tidak langsung untuk karyawan pendukung kantor, dan beban-beban kantor lainnya. Kantor pengacara ini membebankan biaya overhead pabrik ke klien atau pesanan berdasarkan persentase yang telah ditentukan sebelumnya dari gaji profesional yang dibebankan ke klien. Data terbaru menunjukkan bahwa jam kerja yang dibebankan ke klien rata-rata sebesar 80 persen dari jam kerja yang tersedia.

(35) 41. untuk karyawan profesional. Jam kerja sisanya dianggap sebagai biaya overhead pabrik tambahan. Dengan data-data tersebut perusahaan atau kantor pengacara mengestimasikan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sebagai berikut: 1. Biaya tenaga kerja langsung: $ 500.000 x 80% = $ 400.000 2. Biaya overhead pabrik yang dianggarkan: Biaya lain-lain. $ 500.000. Biaya gaji untuk jam kerja yang tidak dapat dibebankan $ 500.000 - $ 400.000 =. $ 100.000 $ 600.000. Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya:. Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Biaya tenaga kerja langsung yang di anggarkan. $ 500.000 =. =. 150%. $ 400.000. Tabel 2.8 Perhitungan biaya untuk Kantor Pengacara Klien: George Christantos Karyawan yang Jam dibebankan Mitra 10 Manajer 20 Staf ahli 100 130. Tarif Gaji. Tarif Penagihan. $ 100 80 30. $ 250 200 100.

(36) 42. Total Pendapatan dan Biaya untuk Pesanan Pelanggan Ini Pendapatan Jasa Biaya Jasa: - Tenaga kerja langsung - Overhead pabrik. ($240 x 10) + ($200 x 20) + ($100 x 100) = $16.500 ($100 x 10) + ($80 x 20) + ($30 x 100). = $ 5.600. $5.600 x 150%. = $ 8.400. Total biaya jasa Laba operasi atas klien ini. = $14.000 $ 2.500. Sumber : Blocher, Stout dan Cokins, 2012 Perusahaan jasa cocok menerapkan sistem perhitungan harga pokok produksi dengan sistem job order costing karena jasa biasanya bervariasi dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya. Contoh usaha dengan proses pesanan mencakup percetakan, perbaikan mobil, jasa ahli kecantikan dan lain sebagainya. Selain itu perhitungan harga pokok produksi dengan sistem job order costing juga mengakumulasikan biaya berdasarkan pekerjaan. 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jasa dengan Pendekatan Proses Setiap jasa yang pada dasarnya homogen dan diproduksi berulangkali dapat memperoleh manfaat dari pendekatan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan proses. Untuk. mengilustrasikan. bagaimana. jasa. dihitung. biayanya. dengan. menggunakan pendekatan proses, dapat dilihat pada jasa pembersihan gigi oleh.

(37) 43. dokter gigi. Biaya produksi dan jumlah pasien pembersihan gigi yang dilayani untuk bulan Mei adalah sebagai berikut: Bahan baku langsung. Rp. 200.000. Gaji dokter. Rp 2.500.000. Overhead. Rp 1.800.000. Jumlah biaya produksi. Rp 4.500.000. Jumlah pembersihan. 300. Berdasarkan data di atas, biaya unit jasa dapat dihitung: Biaya unit = Biaya periode/keluaran produk = Rp 4.500.000/300 = Rp 15.000 per pembersihan 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berjudul Penentuan Harga Jual Pada Perusahaan Jasa Dengan Menggunakan Metode Time And Material Pricing (Studi Kasus Pada Bengkel Mobil “Dwi Karya” Purwodadi-Pasuruan). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menentukan harga jual servis tune up dengan menggunakan metode time and material pricing pada bengkel mobil “Dwi Karya”. Teknik analisa data yang digunakan untuk menentukan harga jual servis tune up pada bengkel mobil “Dwi Karya” dengan menggunakan rumus penentuan harga jual waktu (time pricing) serta rumus menentukan harga jual bahan dan suku cadang (material pricing) kemudian harga jual waktu dan harga jual bahan serta suku cadang ditambahkan sehingga diperoleh harga jual waktu dan bahan serta suku cadang..

(38) 44. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa selama ini bengkel mobil “Dwi Karya” Purwodadi-Pasuruan dalam menentukan harga jual produk dan jasa servisnya belum tepat, karena antara harga jual yang berlaku pada bengkel mobil “Dwi Karya” Purwodadi-Pasuruan terdapat perbedaan dengan harga jual yang menggunakan metode time and material pricing. Oleh karena itu penulis dari penelitian ini menyarankan sebaiknya bengkel mobil “Dwi Karya” Purwodadi-Pasuruan dalam menentukan harga jual servis tune up menggunakan metode time and material pricing sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga servis tune upnya untuk mendapatkan laba yang lebih besar dan mampu bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak dibidang sejenis..

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variable costing adalah metode penetapan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang

Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan. Dalam keadaan normal, harga jual harus dapat menutup biaya penuh dan dapat menghasilkan laba

Pada pendekatan biaya variabel, penentuan harga jual produk atau jasa ditentukan sebesar biaya variabel ditambah markup yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan

Pendekatan full costing dipilih karena dalam metode ini penentuan harga pokok produk dilakukan dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yaitu biaya bahan baku,

Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk atau

Full costing merupakan metode penentuan harga produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang teridiri dari biaya

Penentuan Harga Jual Menurut Full Costing Penentuan harga jual untuk jenis gamis menurut full costing adalah jumlah biaya produksi pesanan ditambah dengan jumlah biaya non-produksi