• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI PEREDAM BISING AKIBAT LALULINTAS PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN SUDIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI PEREDAM BISING AKIBAT LALULINTAS PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN SUDIANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 183-190 183

KONDISI PEREDAM BISING AKIBAT LALULINTAS

PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA SULTAN

HASANUDDIN TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT

DI KAWASAN PERMUKIMAN SUDIANG

Martelens Ch. Liu

Prodi Teknik Perencanaan Transportasi Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 Tlp. 081339483377 martelensliu@yahoo.co.id Abstract

The aircraft traffic activities at the Sultan Hasanuddin Airport, Makassar, has been causing noise disturbance on the people who live in the vicinity. This study aims to analyze the condition of the area and landscaping noise barrier protecting Sudiang residential areas, adjacent to the airport. The data were analyzed to produce a concept of handling the problem. The results show that noise barriers located in the Sudiang residential area fall in the low category, with less capability to reduce or solve the noise problem. For this reason, the noise barrier system in Hasanuddin Airport needs to be improved so that people living in the airport area is not disturbed.

Keywords: airports, noise, noise barrier.

Abstrak

Kegiatan lalulintas pesawat udara di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, menyebabkan gangguan kebisingan pada masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kondisi ruang dan lansekap peredam bising yang terdapat di wilayah permukiman Sudiang, yang berdekatan dengan Bandar udara ini. Data yang diperoleh dianalisis untuk menghasilkan suatu konsep penanganan masalah yang ada. Hasil studi ini menunjukkan bahwa peredam kebisingan yang terletak di Kawasan Permukiman Sudiang termasuk dalam kategori rendah, yang kurang berhasil mengatasi persoalan kebisingan. Dengan demikian sistem peredam kebisingan di Bandar Udara Hasanuddin perlu ditingkatkan sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar Bandar udara tidak terganggu.

Kata-kata Kunci: bandar udara, bising, peredam bising.

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan permintaan layanan transportasi udara di Bandar Udara Sultan Hasanuddin terus meningkat sehingga dilakukan peningkatan sarana dan prasarana, seperti penambahan jumlah dan kapasitas pesawat udara serta membuat jalur landasan pacu baru dengan panjang 3.100 m x 45 m. Landasan pacu baru ini menimbulkan polusi suara yang berasal dari deru pesawat udara, yang menyebabkan gangguan terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman di sekitar bandar udara.

Data kebisingan, khususnya di Kawasan Permukiman Sudiang, adalah sebesar 58,08 desibel (dBA). Data ini berarti bahwa kebisingan telah melampaui baku mutu

(2)

184 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 183-190  tingkat kebisingan untuk daerah permukiman, menurut Kepmen LH No. 48/MEN LH/II/1996 danKeputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2003.

Peningkatan jumlah pergerakanan pesawat udara dan perubahan tata guna lahan akan menimbulkan rmasalah terhadap lingkungan, yaitu peningkatan emisi suara (kebisingan). Untuk itu dilakukan kajian tentang kondisi peredam bunyi akibat lalulintas pesawat udara di Bandar Udara Sultan Hasanuddin terhadap aktivitas masyarakat di Kawasan Permukiman Sudiang.

Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan di suatu lingkungan bandar udara yang disebabkan oleh kegiatan operasional bandar udara tersebut, yaitu bunyi suara mesin pesawat udara. Suara ini menimbulkan kebisingan yang mempengaruhi aktivitas karyawan bandar udara (ground handling) dan penduduk yang tinggal di sekitar bandar udara. Efek psikologis kebisingan pada manusia adalah dapat membuat kaget dan mengacaukan konsentrasi, mempengaruhi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi hasil pekerjaan dan keselamatan kerja, serta mengakibatkan penurunan kemampuan pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi.

Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No. 48/MEN LH/II/1996). Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama atau terus menerus, yang selanjutnya ditulis sebagai NAB.

Tabel 1 Baku Tingkat Kebisingan Menurut Kepmen LH No. 48/MEN LH/II/1996

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan (dBA)

Peruntukan Kawasan Permukiman dan permukiman Perdagangan dan jasa

Perkantoran dan perdagangan Ruangan terbuka hijau Industri

Pemerintahan dan fasilitas umum

55 70 65 50 70 60 Lingkungan Kegiatan

Rumah sakit atau sejenisnya Sekolah atau sejenisnya Tempat ibadah atau sejenisnya

55 55 55

Keterrangan : *) Disesuaikan dengan Ketentuan Menteri Perhubungan

Pengaruh operasi pesawat udara terhadap permukiman bukan saja fungsi intensitas penerbangan tunggal tetapi juga lamanya penerbangan dan jumlah pesawat udara yang beroperasi (Basuki, 1985). Untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh operasi pesawat udara tersebut dapat dilakukan pengaturan media dengan perencanaan yang tepat. Beberapa metode yang dapat dilakukan meliputi penataan lansekap, perencanaan tata guna lahan, penggunaan bangunan peredam bising, dan memperbanyak tanaman.

(3)

Kondisi Peredam Bising Akibat Lalulintas Pesawat Udara (Martelens Ch. Liu) 185  Bila digunakan tanggul atau gundukan tanah tanpa penghalang atau pembatas harus diperhatikan lebar dan kemiringan tanggul. Biasanya perbandingan lebar dan tinggi tanggul adalah 1:4 dengan kemiringan di kedua sisi adalah 1:2 (Lord dan Templeton, 2001). Cara lain yang juga efektif untuk mengurangi kebisingan adalah melalui perencanaan penggunaan lahan yang tepat untuk daerah-daerah sekitar bandar udara (Horonjeff, 1993).

Perancangan bangunan peredam bising dapat mengikuti ketentuan yang terdapat pada Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999, Tentang Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising. Dimensi bangunan peredam bising tersebut harus memenuhi ketentuan tinggi minimal 2,75 m, dengan semakin tinggi bangunan semakin baik kemampuannya meredam bising, dan tebal dinding minimal 10 cm.

Penanaman pohon rimbun dengan jarak tanam tertentu dan sesuai dengan batas ketinggian pada lingkungan bandar udara dapat berfungsi sebagai zona penyangga. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 77, Tahun 1998, menjelaskan bahwa jenis-jenis tanaman atau pohon yang dapat berfungsi meredam kebisingan adalah casia siame (johar), hibiscus tiliaceus (waru), pterocarpus indicus (angsana), mimussops elengi (tanjung), filicium decipiens (kiara payung), dan polyalthia longifolia (glondongan). Beberapa jenis tanaman yang tidak mengundang burung, yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan, adalah cassuarina equisetifolia (cemara angin), pinus mercusii (pinus), dan famili pinaceae.

Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental serta bersifat deskriptif dan kuantitatif. Tujuan yang ingin dicapai adalah menggambarkan secara sistematis, cermat, dan akurat kondisi peredam bunyi di Bandar Udara Hasanuddin, Makassar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi di Bandar Udara Hasanuddin, diperlukan penataan bandar udara ini dan daerah di sekitarnya yang berwawasan lingkungan (eco-airport) serta harus terintegrasi dengan tata ruang wilayah dan sistem transportasinya. Penataan Bandar Udara Hasanuddin mencakup areal di sisi darat (landside area) dan di sisi udara (airside area).

Permukiman Sudiang terletak di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Kawasan ini terkena dampak langsung pengembangan Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Arah landasan pacu baru di bandar udara ini hampir tegak lurus dengan arah landasan pacu lama dengan maksud untuk memudahkan lepas landas dan mengurangi risiko kecelakaan serta memperhitungkan keleluasaan dan keamanan naik-turunnya pesawat udara. Peta lokasi bandar udara ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada kenyataannya lokasi landasan pacu baru ini menimbulkan masalah kebisingan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Permukiman Sudiang. Tingkat kebisingan di Kawasan Permukiman Sudiang mencapai 58,08 dBa, yang berarti telah melebihi ambang batas tingkat kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 dan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2003.

(4)

186 berja dari p Kond masi untuk kebis alum Kare minim 076/K Bisin Tahu pena yang (angs longi Perhu beton sebag diper perm tingg sepan klasi klasi berpe Tahu Deng m d minim Hasil pen arak 1.500 m pagar pemb disi bising h sangat jar k kawasan singan dapa minium, tem ekteristik iso mal 2,75 m KPTS/Db/1 ng), atau (3 un 1988. Untuk m anaman poh g ditanam, s sana), mim ifolia (glon ubungan No Dinding n dengan ti gai pembat roleh bahw mukaan tana gi tembok d njang 200 ifikasi seda ifikasi renda Peningka edoman pad un 1999, T gan menggu dan dibagia mum. ngamatan m m dari loka batas dan tin

di lokasi in rang. Karen n permukim at berupa: mbok terbua olasi dari b m dan teba 1999, Tent ) tanaman meningkatka on yang dap seperti casia mussops elen ndongan), o. 77 tahun atau tembo inggi 2 m d tas, juga b wa ketinggia ah di bagian di bagian b m. Kondi angkan kon ah karena ke atan kondis da Keputus Tentang Pe unakan pedo an barat di Gambar 1 P menunjukka si tinggal la nggi pesaw ni sangat b na kebising man, bahan (1) atap y at dari bat bahan bangu al 10 cm tang Pedom pohon yang an kondisi p pat meredam a siame (joh ngi (tanjung dan jati e 1988. ok pembata dan tebal 0 berfungsi s an dinding n selatan (K arat (Kawa isi peredam ndisi pered eberadaann si peredam san Direktu edoman Pe oman ini, ti itambah de Jurnal Tr Peta Lokasi B an bahwa pe andas dan m wat udara da buruk karen an telah me n bangunan yang terbua ta atau bat unan), (2) t (Keputusan man Peren g sesuai Ke peredam bu m bunyi de har), hibiscu g), filicium emas, harus as Bandar U 0,6 m. Dind ebagai per dari muka Kawasan S asan Sudian m bunyi d dam bunyi ya rata-rata bunyi atau ur Jenderal erencanaan inggi dindin engan 2 m ransportasi Vol Bandar Udara ermukiman mendarat pe ari permuka na peredam elampau ba n yang dig at dari dari tako, dan m tembok per n Direktur ncanaan Te eputusan M unyi di sekit ngan jarak us tiliaceus m decipiens s sesuai d Udara Sulta ding atau te redam buny tanah berv Sudiang Ray ng) hanya 0 di bagian s di bagian a kurang dar u tembok p Bina Marg Teknik B ng di bagian m, agar me l. 11 No. 3 Dese yang akan esawat udar an tanah sa m bunyi, sep

aku mutu tin gunakan u i papan asb memakai p redam bisin Jenderal B eknik Bang Menteri Perh tar bandar u minimal 2 m (waru), pte (kiara pay dengan Kep an Hasanud embok ini, yi. Dari ha variasi. Ting ya) adalah 0,5 m dari p selatan dian utara dian ri 50%. pembatas di ga No. 076/ Bangunan P n selatan pe menuhi pe ember 2011 : 1 dibangun h ra, berjarak aat landing 5 perti pepoh ngkat kebis untuk mere bes atau le plafon (Tab ng dengan t Bina Marga gunan Per hubungan N udara, dilak m. Pohon-p erocarpus in yung), poly putusan Me ddin terbuat selain berf asil pengam ggi tembok 2 m, sedan permukaan nggap term nggap term ilakukan de /KPTS/Db/ Peredam B erlu ditamba ersyaratan t 83-190  hanya 50 m 50 m. honan, ingan eduksi embar bel 8. tinggi a No. redam No. 77 kukan pohon ndicus althia enteri t dari fungsi matan k dari ngkan jalan masuk masuk engan 1999, ising. ah 0,5 tinggi

(5)

Kondi lokas disya demi Perm kawa belum Band Segm sekol rata-r untuk batak bisin perm sedan umum plafo sekol rata alum minim poho Bang si Peredam Bis Hasil pe si Permukim aratkan pad ikian tinggi mukiman Su asan permu m teratur. S dar Udara S men B, Segm Pengama lah terdapa rata kurang k permukim ko untuk te ng terbuat da Pengama mukiman dan ng dan ting mnya meng on tripleks d Pada Se lah ditanam di sini kur minium, din mal 4 mm. Pekarang on bervarias gunan umum

sing Akibat Lalu engamatan m man Sudian da segmen i i bangunan udiang, kebi ukiman. Sal Sesuai deng Sultan Hasa men C, dan atan di Seg at jenis poho g dari 2 m. S man dan se embok. Ban ari batu bata atan di Seg n sekolah ggi pohon ra ggunakan at dengan teba egmen C d mi beberapa rang dari 2 nding temb gan permuk si dengan ke mnya mem ulintas Pesawat menunjukka ng adalah ini adalah 1 di lokasi i isingan tela ah satu pen gan hasil pe anuddin dik Segmen D. gmen A men on yang ber Secara umum ekolah adal ngunan um a diklasifika gmen B me ditanami be ata-rata kura tap dari lem al minimal 4 Gambar iperoleh in a jenis poho 2 m. Bang ok dari ba kiman dan erimbunan j mpunyai ata t Udara (Martel an bahwa j 1.500 m. K 16,875 m (1 ini masih m ah melampau nyebabnya engamatan elompokkan . nunjukkan rvariasi deng m terlihat b lah lembar mumnya me asikan seba enunjukkan ermacam-m ang dari 6 m mbar alumin 4 mm. r 2 Kondisi P nformasi ba on dengan k unan umum ata, dan m sekolah di jarang dan t ap yang ter lens Ch. Liu) arak antara Ketinggian 1500/4500 memenuhi s ui baku mu adalah kare di lapangan n menjadi 4 bahwa di p gan kerimb bahwa bahan aluminium enggunakan gai peredam bahwa, se macam jenis m. Banguna nium, temb Peredam Buny ahwa pekar kerimbunan mnya meng memakai pla i Segmen D tinggi poho rbuat dari l a ujung land bangunan x 45 = 16, syarat. Khu utu tingkat k ena kondisi n, lokasi pe 4 segmen, y pekarangan bunan jarang n bangunan m untuk ata n plafon. T m bising ting cara umum pohon den an permukim bok dari bat

yi angan di p n jarang. Tin ggunakan a afon triplek D ditanami on rata-rata k lembar alum das pacu de maksimal 875 m), De usus di Kaw kebisingan u i peredam b eredam bun yaitu Segme permukima g. Tinggi p n yang digun ap dan bata Tembok per ggi. m, di pekara ngan kerimb man dan se ta, dan mem

permukiman nggi pohon atap dari le ks dengan i beberapa kurang dari minium, tem 187  engan yang engan wasan untuk bunyi nyi di en A, an dan pohon nakan a atau redam angan bunan kolah makai n dan n rata-embar tebal jenis i 2 m. mbok

(6)

188 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 183-190  terbuat dari bata, plafon tripleks dengan tebal minimal 4 mm, dan tembok pembatas terbuat dari batu bata.

Kondisi peredam bunyi di Kawasan Permukiman Sudiang, berupa tanaman pohon, dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Kondisi Peredam Bunyi Berupa Tanaman Pohon di Kawasan Permukiman Sudiang

Segmen Tanaman Jenis Tanaman % Tingkat

Peredam Kerimbunan Ketinggian Pohon

A Jarang < 2 m Variasi 20-% Rendah

B Sedang > 4 m Variasi 60% Sedang

C Jarang < 2 m Variasi 30-% Rendah

D Jarang < 2 m Variasi 15-% Rendah

Tabel 3. Kondisi Peredam Bunyi Berupa Bahan Bangunan di Kawasan Permukiman Sudiang

Segmen Atap Dinding Pagar Tinggi

Bangunan (m)

Tingkat Peredam

A Lembar aluminium Bata Bata 11 Rendah

B Lembar aluminium/ Asbes Semen Bata - 6 Tinggi C Lembar Aluminium/ Asbes Semen Bata Bata/

Aluminium 4 Rendah

D Lembar Aluminium/ Asbes semen Bata Variasi 6 Sedang Data pada Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukan bahwa tanaman pohon di Segmen A

masih rendah karena kerimbunan, jenis tanaman, ketinggian pohon rata-rata kurang dari 2 m, dan jarak pohon rata-rata lebih dari 10 m sehingga tidak dapat mereduksi bunyi. Bangunan tertinggi pada Segmen A ini dari permukaan tanah adalah 11 m dengan bahan bangunan atap yang digunakan adalah lembar aluminum yang dapat mereduksi kebisingan hingga 22 dBA. Menurut US Environment Protection Agency (1971), tingkat kebisingan pesawat udara komersial untuk pendaratan 1.000 ft adalah (85-90) dBa, sehingga kebisingan minimal di lokasi ini adalah 63 dBA (selisih antara85 dBA dan 22dBA). Dengan prinsip yang sama dapat diketahui bahwa tanaman dan bangunan di Segmen B, Segmen C, dan Segmen D dapat mereduksi kebisingan berturut-turut sebesar 24 dBA, 22 dBA, dan 24 dBA. Dengan demikian, dengan menggunakan kriteria US Environmental Protection, kebisingan di Segmen B, Segmen C, dan Segmen D berturut-turut adalah 61 dBA, 63 dBA, dan 61 dBA.

Dari analisis yang dilakukan tersebut diperoleh bahwa di Kawasan Sudiang ini perlu diterapkan konsep penataan peredam bunyi. Konsep tersebut dapat berupa penanaman pohon dan penggunaan bahan bangunan. Penaman pohon peredam kebisingan di pekarangan rumah, sekolah, dan tanah kosong dapat berupa Casia Siame (Johar), Hibiscus Tiliaceus (Waru), Pterocarpus Indicus (Angsana), Mimussops Elengi (Tanjung), Filicium Decipiens (Kiara Payung), atau Polyalthia Longifolia (Glondongan), sesuai Surat Keputusan Menhub No. 77, tahun 1988. Untuk penutup atap dapat digunakan bahan yang mereduksi kebisingan tertinggi, yaitu Asbes Semen, yang dapat mereduksi bising sebesar 26 dBA, menggunakan bahan untuk plafon berbentuk

(7)

Kondisi Peredam Bising Akibat Lalulintas Pesawat Udara (Martelens Ch. Liu) 189  tripleks dengan teba minimal 4 mm, yang dapat mereduksi mereduksi kebisingan sebesar 21 dBa, dan menggunakan dinding tembok bata yang berkualitas, yang dapat mereduksi kebisingan horizontal sebesar 40 dBA.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis peredam bunyi di Bandar Udara Hasanuddin, Makassar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi peredam bunyi di Kawasan Permukiman Sudiang berupa kerimbunan atau kerapatan pepohonan di kawasan ini termasuk dalam kategori rendah.

2. Kondisi peredam bunyi untuk bukit atau gunung di sekitar bandar udara, berupa kerimbunan atau kerapatan pepohonan yang tergolong sangat jarang, sehingga termasuk dalam kategori peredam bunyi rendah.

3. Kondisi pagar pembatas untuk peredam bunyi di bagian barat dan di bagian selatan termasuk kategori sedang.

4. Kondisi peredam bunyi untuk tata ruang pada Segmen A, Segmen C, dan Segmen D, yang berupa kerimbunan, tinggi, dan jenis tanaman pepohonan termasuk kategori rendah sedangkan untuk Segmen B termasuk pada kategori sedang.

5. Kondisi peredam bunyi yang terbuat dari bahan bangunan pada Segmen A dan Segmen C termasuk dalam kategori rendah, yang terdapat pada Segmen B termasuk dalam kategori tinggi, dan yang terdapatpada Segmen D termasuk dalam kategori sedang.

Dengan mengamati kondisi peredam bunyi di lokasi penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembangunan di sekitar Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, khususnya di Kawasan Permukiman Sudiang harus mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh ICAO dengan tinggi bangunan maksimal 45 m.

2. Dimensi dinding pembatas di lokasi studi harus memperhatikan dimensi yang disyaratkan, yaitu dengan tinggi minimal 2,75 m dan tebal minimal 0,1 m agar dapat mereduksi kebisingan dengan baik.

3. Penanaman pohon perlu dilakukan dengan memperhatikan jenis-jenis tanaman yang dapat mereduksi kebisingan.

4. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembangunan permukiman di Kawasan Permukiman Sudiang harus dapat mereduksi bunyi, yaitu atap terbuat dari asbes semen atau lembar aluminium, dinding terbuat dari batu bata atau batako, dan plafon terbuat dari tripleks dengan tebal minimal 4 mm.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita A. 2010. Penataan Bandar Udara Hasanuddin Berwawasan Lingkungan. Makassar.

(8)

190 Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 3 Desember 2011 : 183-190  Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 781/Menkes/per/XI/87

Tentang Pembagian Zona-Zona Peruntukan. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 076/KPTS/Bb/1999 Tanggal 20 Desember 1999 Tentang Pedoman Teknik Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising. Jakarta.

Departemen Perhubungan. Peraturan Menteri Perhubungan No. 17 Tahun 2005, Tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan Bandar Udara. Jakarta.

Gubernur Sulawesi Selatan. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2003 Tanggal 5 Maret 2003, Tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air, Udara Penetapan Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi serta Baku Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MEN LH/II/1996, Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta.

Gambar

Tabel 1  Baku Tingkat Kebisingan Menurut Kepmen LH No. 48/MEN LH/II/1996
Tabel 2. Kondisi Peredam Bunyi Berupa Tanaman Pohon di Kawasan Permukiman  Sudiang

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai sumbangan pemikiran untuk perusahaan dalam memberikan evaluasi geometri jalan tambang batu kapur dan merekomendasikan perbaikan serta perawatan jalan yang standar

jenis ramuan obat untuk kesehatan ternak sebagai contoh kulit.. kayu nangka yang dicampur dengan air laut dapat

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan, dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

Pada tahap planning, masalah yang dirasakan oleh PRIMASAGA Strategic Consultant adalah harga yang berubah, sulitnya memprediksi mood peserta, kurangnya pemahaman

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa pelumasan menggunakan oli sintetis dapat meningkatkan nilai efektifitas mata bor dengan mengurangi gesekan antara mata bor dan benda

Fungsi dari isolasi adalah membatasi proses serapan kalor agar udara pada ruang cool box tidak menyebar ke lingkungan dan juga mencegah masuknya kalor yang

Waktu Dengung Pada Kondisi Aktual Auditorium Dari hasil simulasi yang tertera pada gambar, didapatkan pernyataan mengenai metode perhitungan waktu dengung yang paling sesuai