• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sebuah kawasan yang harus dimiliki sebuah daerah minimal 30% dari total luas yang ada, tentu kebutuhan ini didasarkan pada fungsi dari RTH sendiri, salah satu manfaatnya adalah menyerap emisi CO2 yang ada di udara. Penelitian dilakukan melalui pendataan lapangan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH. Menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda.Penelitian untuk menghitung emisi kendaraan bermotor disini dengan menggunakan 2 metode, pertama pendekatan konsumsi bahan bakar dan kedua pendekatan Vehichle Kilometre Travelled (VKT), diperoleh perkiraan emisi karbon dioksida dari kegiatan kendaraan bermotor di Kecamatan Gresik yang akan dibandingkan dengan serapan karbon dioksida dari pemanfaatan RTH. Didapatkan hasil emisi CO2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik. Sedangkan untuk daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah 225.26 g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% dari emisi, sedangkan daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah 297.67 g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor.

Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Perhitungan emisi CO2, Daya serap CO2, Konsumsi bahan bakar dan VKT

I. PENDAHULUAN

Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat dengan RTH, adalah area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH harus ada minimal 30% di setiap tata ruang wilayah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).Produksi karbon dioksida meningkat seiring dengan banyaknya jumlah populasi manusia dan berbagai aktifitasnya, termasuk teknologi transportasi yang semakin pesat sebagai alat mobilitas manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, berbagai data menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penggunaan kendaraan bermotor dan permintaan bahan bakar di berbagai daerah. Kegiatan ini tentu menimbulkan emisi CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar, apalagi jika pembakaran yang terjadi tidak sempurna, maka akan timbul emisi baru selain CO2 seperti methan, sulfur dan gas berbahaya lainya.

Peningkatan emisi karbon dioksida harus dikendalikan dengan cara mempertahankan luasan hutan keseluruhan di

Indonesia dan luasan kawasan ruang terbuka hijau untuk daerah perkotaan, dalam kondisi apapun termasuk ditengah pesatnya pembangunan daerah seperti ekspansi wilayah industri, perdagangan atau untuk kepentingan kesejahteraan ekonomi lainya. Kabupaten Gresik bersikap dengan mengeluarkan Perda Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011, menetapkan 33,3% RTH di tahun 2030 dari awalnya 33,55%, untuk kecamatan Gresik, ini menunjukkan upaya mempertahankan luasan meskipun terjadi penurunan luasan dari 185,84 ha ke 184,46 ha dari luas total kecamatan 554 ha.

Manfaat RTH dalam menyerap emisi CO2 dapat dipelajari melalui pendataan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH, sebab menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda. Dalam penelitian ini difokuskan pada karbon dioksida yang diproduksi dari aktifitas kendaraan bermotor berdasarkan jumlah konsumsi energi atau penjualan bahan bakar ke daerah kecamatan Gresik setiap tahunya, serta perhitungan emisi melalui pendekatan VKT (Vehichle Kilometer

Traveled). Dengan adanya penelitian ini diharapkan upaya

untuk menjaga RTH ditingkatkan, karena fungsinya yang mampu mereduksi polutan udara seperti Karbon dioksida (CO2)yang dapat mengganggu kesehatan manusia pada konsentrasi 5000 ppm lewat 2-8 jam.

Latar belakang ini yang mengawali ide untuk melakukan penelitian berjudul “Analisa Pemanfaatan Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kecamatan Gresik)”.

Penelitian ini mempunyai tujuan sebgai berikut:

1. Mengkaji perbandingan jumlah emisi dari dua pendekatan yakni konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor.

2. Membandingkan hasil perhitungan antara daya serap CO2 dari vegetasi pada RTH dan emisi CO2 kendaraan bermotor.

3. Mengkaji upaya pengoptimalan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau eksisting di kecamatan Gresik.

II. METODOLOGI

Penelitian lapangan ini adalah untuk menganalisa emisi karbon dari aktifitas kendaraan bermotor dilihat dari konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor untuk wilayah kecamatan Gresik. Hasil emisi yang didapat kemudian dibandingkan dengan fungsi Ruang Terbuka Hijau dalam menyerap emisi CO2, kemampuan penyerapan

Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang

Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO

2

Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan

Gresik)

Nur Mazidatun Ni’mah dan Joni Hermana

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

akan dianalisa menurut jenis pohon dan luasan RTH.Berikut proses tahapan penelitian:

A. Menghitung Emisi CO2 dengan Pendekatan VKT 1. Data primer jarak tempuh masing-masing jenis

kendaraan pertahunya atau data km/tahun dan sata sekunder dari Dispenda Kabupaten Gresik untuk jumlah kendaraan.

2. Data faktor emisi, Faktor emisi CO2 pada pembakaran bahan bakar relatif sensitive terhadap proses pembakaran itu sendiri dan bergantung hanya pada karbon yang terkandung dalam bahan bakar, faktor emisi tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 1. yang akan digunakan untuk metode VKT pada faktor emisi dengan satuan (gram/km) dan untuk pendekatan konsumsi bahan bakar untuk faktor emisi dengan satuan (gram/L).

Tabel 1. Faktor Emisi CO2

No. Jenis Kendaraan Faktor Emisi (gram/Km) Faktor Emisi (gram/L) 1 Sedan Premium 329.66 2558.8 2 Minibus Premium 346.30 2693.4 3 Minibus Solar 375.89 3642.8 4 Jeep Premium 402.53 2991.3 5 Jeep Solar 424.44 4106.2 6 Pick up Premium 373.63 2178.1 7 Pick up Solar 399.64 2897.6 8 Mikrolet Premium 358.94 2780.5 9 Mikrobus Solar 703.19 4586.2 10 Bus Solar 859.00 1593.7 11 Truck Solar 771.15 1593.7 12 Sepeda motor 122.19 2275.1

(Sumber: Lestari dan adolf, 2008)

3. Menghitung emisi CO2dengan rumus pada persamaan Emisi CO2 = VKT (km/tahun) x Faktor Emisi (gram/km)……….(2.1) Dengan,VKT = Jumlah kendaraan x Jarak tempuh rata-rata kendaraan (km/tahun)……….(2.2) B. Menghitung Emisi CO2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan bakar

Proses yang dibutuhkan untuk mengetahui emisi dengan pendekatan ini adalah:

1. Data penjualan bahan bakar di 5 SPBU di Kecamatan Gresik dari tahun 2009-2011, data yang diperoleh dalam satuan kL/tahun, data konsumsi bahan bakar perjenis kendaraan, karena data penjualan yang didapat belum rinci untuk tiap kendaraan, maka dilakukan survey lapangan ke 5 SPBU mengenai komposisi pemakaian bahan bakar, baik premium atau solar untuk tiap jenis kendaraan, kemudian diolah dan didapat prosentase rata-rata pemakaian tiap jenis kendaraan pengguna premium.

2. Menghitung emisi CO2 dengan rumus pada persamaan Emisi =

Konsumsi Bahan Bakar (kL/tahun) x Faktor Emisi………..(2.3) C. Membandingkan hasil perhitungan emisi CO2 dari Pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan bakar

Setelah dianalisa dari dua pendekatan untuk mendapatkan data emisi CO2, diperoleh hasil perhitungan yang akan dibandingkan, dan dipilih yang paling mendekati kondisi lapangan untuk dihitung pada tahap selanjutnya dengan metode Box Model.

D. Perhitungan Metode Box Model

Proses selanjutnya adalah menggunakan metode Box Model

dengan,

q L (- Ut)/L

C(t) = ---(1 – e) ………....(2.4) U H

dan diperlukan data untuk mengisi rumus pada persamaan meliputi:

C(t) = konsentrasi pencemar (mg/m3), yang akan dicari Q = rata-rata emisi pencemar per meter persegi

(mg/m2/detik), q dapat dihitung dengan membagi emisi CO2 total (didapat dari hasil pendekatan VKT atau konsumsi bahan bakar) dalam satuan mg/detik dengan luas area box, luas area box adalah luas Kecematan Gresik yakni 5.5540.000 m2

L = panjang kotak (m), Asumsi box berbentuk persegi, maka panjang (L) = lebar (W)

diketahui luas = panjang x lebar 5.5540.000 m2 = L2

L = 2353.7 meter

W = lebar kotak, sama dengan L yakni 2353.7 meter H = tinggi pencampuran udara (m), diambil dari pohon

yang paling tinggi dari hasil survey, yakni 10 meter U = rata-rata kecepatan angin (meter/detik)

t = waktu tempuh (detik), didapat dari panjang box dibagi rata-rata kecepatan angin.

Hasil perhitungan dari persamaan box model akan didapat C(t) atau konsentrasi pencemar dalam satuan mg/m3, kemudian akan diperoleh data perhitungan emisi CO2 akhir dari penelitian ini, dengan persamaan:

Emisi CO2 = (volume x konsentrasi)/waktu

= (Luas kecamatan x H)xC(t)/t………(2.5) E. Menghitung Daya Serap CO2 dari RTH Menurut Jenis Pohon

1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi, per jenis pohon, volum pohon diperoleh dari data tinggi pohon dalam meter dikalikan luas tajuk pohon dalam m2 yang dihitung menggunkan rumus luas lingkaran , dengan diameter tajuk pohon yang didapat dari survey lapangan.

2. Menghitung daya serap pohon hasil sampling

 Kemampuan penyerapan pohon

= daya serap (mg/m3/hari) x jumlah pohon x volum (m3) ………(2.6) 3. Kemudian dihitung penyerapan secara total satu kawasan,

dari hasil survey jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, luas tutupan lahan yang disurvey, akan didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH dalam gram/detik, sehingga didapat:

(3)

Rata-rata penyerapan per m2 RTH =

=

..…...(2.7)

Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH kecamatan Gresik,

maka:

Total serapan kawasan

= rata-rata penyerapan per m2(gram/detik/m2) x luas tutupan lahan RTH (m2)……….(2.8) Sehingga akan didapat gambaran penyerapan dari jenis vegetasi pohon yang terdapat di RTH kecamatan Gresik. F. Menghitung daya serap CO2 dari RTH Menurut Luasan

Perhitungan daya serap disini akan menggunakan persamaan, S = 0.2278 x e(0.0048 x I) ……….(2.9) Dimana S adalah laju serapan yang bergantung pada I atau intensitas cahaya, data intensitas cahaya diambil selama 12 bulan, mewakili 2 musim, I dalam satuan watt/m2 dan S dalam satuan g/cm2/detik. Berikut tahapan perhitungan serapan emisi CO2:

 Menghitung rata-rata laju serapan dalam satu tahun atau S rata-rata

 Menghitung luasan tajuk atau tutupan lahan dari luas total hasil sampling, akan didapatkan prosentase luasan tutupan lahan dari luas total hasil sampling.

 Prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) hasil sampling akan digunakan untuk asumsi prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) RTH Kecamatan Gresik keseluruhan.

 Menghitung kemampuan serapan CO2 kawasan Kecamatan Gresik dengan persamaan:

Serapan CO2 (gram/detik)

=S rata-rata (g/cm2/detik) x Luasan tutupan lahan kawasan

(cm2)……….(2.10)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Emisi menurut Jarak Tempuh atau (VKT)

Jarak tempuh kendaraan dimaksudkan untuk melihat jarak tempuh suatu jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun). Beberapa jenis kendaraan memiliki nilai VKT yang dapat dipantau seperti mikrolet, bus dan microbus. Hal ini disebabkan karena jenis kendaraan ini melintasi rute yang sama setiap waktunya, berbeda dengan jenis kendaraan penumpang (sedan, mini bus, jeep), pick up dan truck dimana jarak tempuh selalu berbeda pada tiap waktu.

Kendaraan yang tersampling, meskipun diusahakan dengan pemilihan alamat kendaraan berdasarkan STNK, namun untuk kendaraan pribadi seperti, sepeda motor, mini bus, merupakan jenis angkutan penumpang yang tidak memiliki jalur trayek tetap, sehingga nilai VKT bergantung dari aktivitas dan tujuan pengendara. Angkutan berat seperti bus dan truck yang lewat dijalan-jalan kecamatan Gresik kebanyakan milik industri atau pabrik, digunakan sebagai transportasi antar kota, sehingga pengaruh beban emisi yang nantinya ditimbulkan tidak terbatas di kawasan Kecamatan Gresik

Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik dapat dilihat pada Tabel

2.dan emisi CO2 dari Pendekatan VKT dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini,

Tabel 2.

Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik

No. Kendaraan Jumlah

Jarak tempuh rata-rata/tahun (Km/tahun) 1 Sedan 724 14881 2 Minibus 1578 14788 3 Jeep 247 12664 4 Pick up 1185 17319 5 Mikrolet 33 13713 6 Mikrobus 32 15446 7 Bus 48 19211 8 Truck 364 19415 9 Sepeda Motor 39024 9694.6 Jumlah Total 43235 Sumber: Hasil Survey

Tabel 3.

Emisi CO2 dari Pendekatan VKT

No Jenis Kendaraan Emisi CO2

(Ton/tahun) 1 Sedan Premium 3551.71 2 Minibus Premium 7271.94 3 Minibus Solar 878.27 4 Jeep Premium 1126.58 5 Jeep Solar 134.38 6 Pick up Premium 6904.45 7 Pick up Solar 823.64 8 Mikrolet Premium 162.43 9 Mikrobus Solar 347.57 10 Bus Solar 792.11 11 Truck Solar 5449.76 12 Sepeda motor 46227.17 Emisi Total 73670.00

Sumber: Hasil Survey

Komposisi beban emisi dari pendekatan VKT dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini,

Gambar 1. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Bermotor dengan Pendekatan VKT

Gambar 1. diatas menunjukkan beban emisi paling tinggi dimiliki Roda dua atau sepeda motor, karena pendekatan

5% 11% 2% 11% 0% 63% 0% 1% 7% Sedan Mini bus Jeep Pick up Mikrolet Roda dua Mikrobus

(4)

VKT berdasarkan jarak tempuh rata-rata yang telah dilalui masing-masing kendaraan, dengan jumlah sepeda motor yang sangat tinggi berpengaruh pada emisi yang mencapai 63%, kemudian disusul oleh Minibus, pick up dan truck. B. Emisi CO2 menurut Konsumsi Bahan Bakar

Berikut data konsumsi bahan bakar, dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini,

Tabel 4.

Data Konsumsi Bahan Bakar Perjenis Kendaraan di Kecamatan Gresik Kendaraan Bahan

Bakar

Konsumsi Bahan Bakar (kL/tahun)

2009 2010 2011 Sedan Premium 2508.20 2585.00 2877.00 Minibus Premium 9405.75 9693.75 10788.75 Solar 1964.64 1224.96 1293.12 Jeep Premium 548.67 565.47 629.34 Solar 65.49 40.83 43.10 Pick up Premium 971.93 1001.69 1114.84 Solar 155.53 96.98 102.37 Mikrolet Premium 1285.45 1324.81 1474.46 Mikrobus Solar 106.42 66.35 70.04 Bus Solar 272.87 170.13 179.60 Truk Solar 1528.05 952.75 1005.76

Roda dua Premium 10189.56 10501.56 11687.81

Roda tiga Premium 172.44 177.72 197.79

Sumber:(Pertamina UPMS V dan hasil survey)

Hasil perhitungan emisi CO2 dari konsumsi bahan bakar 3 tahun terakhir 2009-2011 dapat dilihat pada Gambar 2. dibawah ini,

Gambar 2. Grafik Emisi CO2 tahun 2009-2011 menurut Konsumsi Bahan Bakar di Kecamatan Gresik

Dari Gambar 2. grafik diatas dapat menunjukkan jumlah emisi terjadi penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010, hal ini karena terjadi pengalihan bahan bakar dari solar ke bio solar, dimana secara keselurahan tahun 2010 terjadi peningkatan komsumsi meskipun sedikit, namun penggunaan solar menurun hampir separuh dan penggunaan bio solar menigkat dari 2.781 kL ke 5.059 kL, sedangkan untuk konsumsi premium terjadi peningkatan namun sedikit sekali, kemudian dari tahun 2010 ke 2011 terjadi peningkatan 7638 ton CO2 dari hasil analisa karena terjadi peningkatan signifikan di konsumsi premium, untuk solar dan bio solar relatif naik namun sedikit.

komposisi beban emisi CO2 dari masing-masing jenis kendaraan, baik pengguna premium atau solar dapat diilustrasikan pada Gambar 3. dan Gambar 4.dibawah ini,

Gambar 3. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Pengguna Premium menurut konsumsi Bahan bakar

Gambar 4. Komposisi Beban Emisi CO2 dari Kendaraan Pengguna Solar menurut konsumsi Bahan bakar

Dari Gambar 3 dan 4 menunjukkan, emisi terbesar dari pengguna bahan bakar premium dan solar adalah dari kendaraan minibus atau mobil pribadi sebesar 41%, meskipun secara jumlah sepeda motor menempati urutan pertama namun tidak untuk emisinya yang berada di urutan kedua dengan 37%, karena konsumsi persatuan mobil yang tinggi membuat minibus berada di posisi paling besar dalam menyumbang emisi di kawasan Kecamatan Gresik, dan kemudian truck sebanyak 22% sebagai pengguna solar dengan emisi terbesar kedua.

Hasil perhitungan emisi CO2 dari dua pendekatan, melalui metode VKT atau menurut konsumsi bahan bakar, dapat disajikan pada Tabel 5. dibawah ini,

Tabel 5.

Perbandingan Emisi CO2 tahun 2011 di Kecamatan Gresik dari pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan Bakar

Emisi CO2 menurut pendekatan VKT

Emisi CO2 dari Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar 73.670,02 ton/tahun 78.816,1 ton/tahun Sumber: (Hasil Perhitungan)

Estimasi beban emisi yanglebih mendekati kondisi di lapangan adalah estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakar, hal ini disebabkanestimasi dengan pendekatan kecepatan kendaraan merupakan pendekatan yang sederhana karena dengan kecepatan rata-rata yang sama, terdapat perbedaan jumlah percepatan dan perlambatan sehingga konsumsi rata-ratanyapun akan menjadi sangat berbeda. Sementara estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakarmempertimbangkan faktor termasuk frekuensi dan rata-rata percepatan dan perlambatan, cara berkendarapengemudi, banyaknya beban mesin kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemompaan dan penggunaan airconditioning. (Eldewisa, 2008) sehingga untuk perhitungan pada Box Model digunakan data emisi dari pendekatan konsumsi bahan bakar yang akn dibahas selanjutnya. 2009 2010 2011 Series1 73501 71177 78816 66000 68000 70000 72000 74000 76000 78000 80000 em isi CO 2 ( ton /tah u n ) 10% 41% 3% 3% 6% 37% Sedan Mini bus Jeep Pick up Mikrolet 64% 2% 4% 4% 4% 22% Minibus Jeep Pick up Mikrobus Bus Truck

(5)

C. Perhitungan Box Model q L (- Ut)/L C(t) = --- (1 – e) U H

0.45mg/m2/detik x2.354m (- 3,6x653,8)/2.354 C(t) = ---(1 – e) (3,6)x(12) 1012.5 (- 1) C(t) = --- (1 – e) 43,2 = 15,5 mg/m3

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh konsentrasi CO2 yang tertahan pada box dan ditanggung oleh area Kecamatan Gresik yaitu sebesar 15,5 mg/m3 atau bila dinyatakan dalam massa yaitu sebesar:

Emisi CO2 = (volume x konsentrasi)/waktu = [(Luas kecamatan x H) x C(t)] / t = [(5.54x106 m2 x 12 m) x 15,5 mg/m3] /

653,8 detik = 1.576.078,3 mg CO2/detik = 1.576.08 g CO2/detik

Hasil perhitungan emisi CO2 menunjukkan bahwa beban emisi CO2 yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik lebih kecil bila dibandingkan dengan total emisi CO2 primer yang dikeluarkan sebesar 2500 g CO2/detik. Hal ini berarti bahwa total emisi CO2 maksimal yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik hanya dari kegiatan transportasi sebesar 1.576,08 g CO2/detik, sisanya sebesar 923.92 g CO2/detik lepas ke udara bebas.

D. Daya Serap CO2 Menurut Jenis Pohon di RTH Kecamatan Gresik

Setiap jenis pohon mempunyai kemampuan penyerapan yang berbeda, dari hasil pengamatan, ditemukan jenis pohon, tinggi dan luas tajuk yang beragam, untuk dapat mengetahui kemampuan penyerapan total, dilakukan tahap perhitungan sebagai berikut:

1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi per jenis pohon, contoh untuk jenis pohon Angsana di alun-alun Gresik:

 Jumlah pohon Angsana di alun-alun kota=123 buah

 Menghitung luas total tajuk pohon Angsana di Alun-alun ∑

=130,6 m2

 Menghitung rata-rata tinggi pohon Angsana di alun-alun = 4.2 meter

 Volume = 130,6 m2 x 4,2 meter = 548 m3 2. Menghitung daya serap per pohon

 Daya serap pohon Angsana = 4.2602 ppm/hari atau 4.260,2 mg/m3/hari (Pentury, 2003)

 Kemampuan penyerapan pohon angsana di Alun-alun kota

= daya serap x jumlah pohon x volum = 4.260,2 mg/m3/hari x x 548,52 m3

= 2336787,899 mg/hari atau 27 mg/detik atau 0,027 g/detik

Jumlah penyerapan akhir menurut jenis pohon dapat dilihat pada Tabel 6. dibawah ini,

Tabel 6.

Data Pohon, Volume, Luas dan Jumlah Penyerapan Vegetasi pada hasil sampling di RTH Kecamatan Gresik

No. Jenis Pohon

Jumlah volume pohon (m3) Luas Tutupan lahan (m2) Jumlah Penyerapan (g/detik) 1 Angsana 3561.97 718.5930 0.1756 2 Glodokan 789.43 168.1354 0.0192 3 Beringin 3725.83 628.2588 0.0261 4 Terembesi 9061.19 1332.1531 0.4433 5 Jambu 22.30 3.8452 * 6 Mangga 86.94 21.2051 0.0042 7 lamtoro 31.53 8.9062 * 8 Asam keranji 96.76 24.1896 0.0009 9 Mahoni 1565.93 279.7914 0.0254 Total 18941.879 3185.0777 0.6947

Keterangan: *pada jenis pohon Jambu dan Lamtoro belum diketahui daya serapan CO2

3. Kemudian dihitung penyerapan secara total, semua jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, dari luas tutupan lahan yang disurvey, didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH sebesar 0.6947 g/detik, sehingga didapat:

rata-rata penyerapan per m

2

RTH =

=

=

= 0.000218105 g/detik/m

2

Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH

kecamatan Gresik, maka:

= rata-rata penyerapan per m

2

x luas tutupan lahan

RTH

= 0.000218105 g/detik/m2 x 1032789.048 m2 = 225.256 g/detik

Sehingga didapat penyerapan dari jenis vegetasi pohin yang terdapat di RTH kecamatan Gresik adalah 225.256 g/detik. Melihat data yang ada, hasil penelitian menunjukkan penyerapan paling tinggi didapat dari pohon Trembesi, kemudian pohon Angsana, namun untuk jenis pohon jambu dan lamtoro belum ada data sekunder tentang daya serap pohon jenis tersebut.

E. Daya Serap CO2 Menurut Luasan di RTH Kecamatan Gresik

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas Pentury (2003), untuk menghitung laju serapan CO2, digunakan model hampiran pola hubungan antara laju serapan dan luas tajuk tanaman dengan formulasi matematika sebagai berikut:

S = 0,2278 exp (0,0048 . I)

Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka dapat diperoleh laju serapan CO2 persatuan luas, contoh perhitungan laju serapan pada bulan Januari:

I = 416.62 watt/m2 S = 0.2278 x e(0.0048 x 416.62) = 1.6828 µg/cm2/menit = 2.804 x 10-8 g/ cm2/detik

(6)

didapatkan rata-rata serapan CO2 oleh RTH yaitu sebesar 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik. Kemudian, akan digunakan sebagai faktor pengali perhitungan laju serapan CO2 oleh RTH dengan total luasan eksisting. Dari luasan RTH yang di sampling 3824.55 m2 didapat luasan tajuk total adalah 3188.062 m2 atau sekitar 80% dari luasan, menurut data Rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun 2011 luasan keseluruhan RTH publik yang ada di Kecamatan Gresik adalah 123.89 ha atau 1238933.33 m2 dan perkiraan luas tajuk kanopi, diambil 80% dari luas total, sehingga didapat 1032748.429 m2 yang kemudian akan dimasukkan dalam perhitungan laju serapan.

-Laju Serapan = 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik -Luas Tutupan kawasan = 10327484294.5473 cm2 -Kemampuan penyerapan CO2

= 2.8823 x 10-8 g/cm2/detik x 10327484294.5473 cm2 = 297.6716422 g/detik

F. Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH Dari hasil penelitian diatas, didapat perbandingan antara emisi yang dikeluarkan dari kegiatan transportasi dengan emisi yang mampu diserap oleh pohon di RTH kecamatan Gresik dan dapat dilihat pada Tabel 7. dibawah ini,

Tabel 7.

Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH

Emisi CO2 dari Konsumsi Bahan Bakar 2011 Daya Serap Menurut Luasan Ket.(%) Daya Serap Menurut Jenis Pohon Ket(%) Emisi setelah di hitung dengan Box Model 923,92 g/deti k 297.671 6 g/detik 32,21% 225.25 g/detik 24,38 %

Sumber: (Hasil Perhitungan)

IV. KESIMPULAN

Hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian Tugaskhir ini didapat kesimpulan sebagi berikut :

1. Emisi CO2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik.

2. Daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah 225,2566 g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% emisi yang ada dari kegiatan transportasi kendaraan bermotor sedangkan daya serap CO2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah 297.6716 g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor.

3. Kajian upaya pemanfaatan dapat dioptimalkan melalui penghijauan di lahan peruntukan RTH yang belum ditanami, seperti zona hutan kota, dan sebagian jalur hijau yang belum semua ditanami pohon.

DAFTARPUSTAKA

[1] Anonim. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta.

[2] Anonim. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.

[3] Anonim. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030. Pemerintah Kabupaten Gresik, Gresik.

[4] Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[5] Dewan Nasional Perubahan Iklim (2010). Peluang dan Kebijakan Pengurangan Emisi Sektor Transportas.Jakarta.

[6] Eldewisa, Zahro dan Driejana, R. 2008. Perbandingan Estimasi Beban Emisi CO dan CO2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar dan Kecepatan Kendaraan (studi kasus : Bunderan Cibiru-Lembang). Penerbit ITB. Bandung.

[7] IPCC(2006). 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office, London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kongdom.

[8] Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor: World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office.

[9] Houghton J. T., Ding Y., Griggs D. J., Nouger M. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Cambridge UK: Cambridge University Press. 83 pp. http://www.ipcc.ch/ Accessed: 28.

[10] Lestari, Puji dan Adolf S. 2008. Emission Inventory of GHGs of CO2 and CH4 From Transportation Sector Using Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and Fuel Consumption Approaches in Bandung City. Journal of Better Air Quality,159(2008).

[11] Lusiana B., van Noordwijk M., dan Rahayu S. 2004. Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan. Bogor: ICRAF Southeast Asia Regional Office.

[12] Nevers, N.D. 2000. Air Pollution Control Engineering. Mc Graw Hill. New York

[13] Nowak, D. J., D. E. Crane and J. C. Stevens. 2006. Air pollution removal by urban trees and shrubs in the United States.Urban Forestry & Urban Greening 4(3-4): 115-123.

[14] Pentury. 2003. Konstruksi Model Matematika CO2 pada Tanaman

Hutan Kota. Disertasi Universitas Airlangga. Surabaya.

[15] Pertamina. 2012. Laporan Pejualan Bahan Bakar Subsidi Kecamatan Gresik. Pertamina UPMS V. Surabaya.

[16] Schnoor, J.L. 1996. Environmental Modelling-Fate and Transport of Pollutant in Water, Air and Soil. John Wiley and Sons.

[17] Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung. [18] Suhedi, F. 2005. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik. Pusat

Litbang Permukiman Departemen Pekerjaan Umum.

[19] Yang J., McBride J., Zhou J., dan Sun Z., 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction. Elsevier Urban Forestry & Urban Greening 3 (2005) 65-78.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga diperlukan keberadaan masjid dan tempat wudhu yang bersih, hotel (bagi yang akan menginap), rumah makan (halal), pedagang suvenir (yang ramah). Pada saat

2016/17/UMK/FKP/LP37 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN (LOGISTIK & PERNIAGAAN PENGEDARAN) DENGAN KEPUJIAN4. 2016/17/UMK/FHPK/LP38 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN

Hasil yang diperoleh dari respon siswa kelompok kecil terhadap media pembelajaran lectora inspire 17 adalah sebesar 381 dengan persentase 88,9% yang termasuk kategori “sangat

Tabel laporan luar berfungsi untuk menyimpan data dari bungkus laporan luar yang nantinya digunakan dalam membuat laporan detailnya.. Tabel data

Hal ini menunjukan bahwa produk cat merek dulux yang ada pada saat ini semakin menurun, ini akan berpengaruh pada proses pengambilan keputusan pembelian, karena masyarakat kini

Sebelum tahun 19 19, Hoge Raad berpendapat dan menafsirkan perbuatan melawan hukurn secara sempit, dimana perbuatan melawan hukurn dinyatakan sebagai berbuat atau tidak

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 98 Tahun 1990 tentang Pedoman penyisihan penerimaan pajak bumi dan bangunan bagian Daerah Tingkat I dan Tingkat II serta Pemberian Sebagian

Sistem aplikasi dibangun menggunakan bahasa pemprograman visual basic 6.0 dengan menggunakan logika fuzzy metode sugeno ordo nol untuk melakukan penilaian terhadap