• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC EMPTY CONTAINER REUSE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN INVENTORY KONTAINER KOSONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC EMPTY CONTAINER REUSE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN INVENTORY KONTAINER KOSONG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC EMPTY CONTAINER REUSE

DENGAN MEMPERTIMBANGKAN

INVENTORY KONTAINER KOSONG

Ratih Ardia Sari, I Nyoman Pujawan, dan Arief Rahman

Program Pasca Sarjana, Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

Abstrak

Permintaaan barang cenderung terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat. Peningkatan permintaan berdampak pula pada peningkatan aktivitas logistik di perkotaan. Tingginya aktivitas transportasi barang dan jumlah kendaraan umum dalam kota merupakan penyebab kemacetan yang menimbulkan efek negatif bagi masyarakat perkotaan. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya kemacetan di kota adalah dengan mengurangi jumlah kendaraan di jalan. Salah satu kendaraan yang dapat dikurangi intensitasnya adalah truk yang membawa kontainer kosong karena utilitasnya rendah. Oleh karena itu, dengan mengefisienkan truk atau kontainer kosong yang bergerak di suatu kota dapat mengurangi biaya tranportasi dan jumlah kendaraan yang berada di jalan. Pergerakan kontainer kosong dapat diefisienkan dengan adanya depot ataupun dengan adanya pengiriman langsung dari pengimpor ke pengekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dynamic empty container reuse dengan mempertimbangkan inventory kontainer kosong dan tipe kontainer sehingga alokasi kontainer kosong dari depot, pelabuhan atau consignee dengan biaya yang minimal dapat dicapai. Model matematis diselesaikan dengan menggunakan teknik linear integer programming dan percobaan numerik dilakukan untuk mengetahui performansi model. Dari hasil percobaan numerik didapatkan bahwa dengan skenario reuse maka biaya dan jumlah pergerakan kontainer kosong semakin berkurang. Hal ini dapat berakibat berkurangnya kendaraan di jalan raya. Semakin besar demand dan supply maka semakin besar kemungkinan terjadinya reuse dan penghematan yang terjadi pun semakin besar.

Kata kunci : Pergerakan container kosong, linear integer programming, inventory, tipe container. ABSTRACT

Demand of goods tends to increase along with population growth. Increased demand also impact on the improvement of logistics activities in urban areas. Logistics activities should be planned so that the flow of goods in urban run effectively and efficiently. The high activity of transport of goods and the amount of public transportation in the city are the cause of bottlenecks that cause negative effects for the urban community. One way to reduce congestion in the city is to reduce the number of vehicles on the road. One of the vehicles can be reduced in intensity on the road are trucks that carry empty containers. Empty containers have low utility because only move from one place to another without bringing charges. Therefore, the efficiency of a truck or moving empty containers in a city can reduce transportation costs and also the number of vehicles on the road. This study aims to develop a dynamic empty container reuse model considering container types and inventory empty containers. The proposed mathematical model will be solved using integer linear programming techniques and numerical experiments performed to know performance, characteristics and behavior of the system. From numerical experiments with reuse scenario, the cost and the number of empty container movements reduce. This can result in reduced vehicle on the highway. The greater demand and supply, the greater possibility of reuse scenario and the savings that occur.

Keywords: empties container movement, linear integer programming, inventory, container type.

1. Pendahuluan

Permintaaan barang cenderung terus

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk dan semakin beragamnya kebutuhan

masyarakat. Peningkatan permintaan berdampak

pula pada peningkatan aktivitas logistik di

perkotaan. Aktivitas logistik perlu direncanakan

agar aliran barang di perkotaan berjalan dengan

(2)

2

efektif dan efisien sehingga permintaan

masyarakat dapat terpenuhi secara optimal.

Transportasi barang merupakan

komponen penting dalam supply chain karena

berperan besar dalam inbound, inter-facility dan

outbound logistics. Selain itu, transportasi

barang merupakan elemen penting dalam suatu

aktivitas logistik perkotaan karena mendukung

aspek ekonomi dari suatu kota. Namun,

peningkatan aktivitas transportasi perkotaan

dapat menimbulkan kemacetan, polusi udara

dan kecelakaan di jalan raya. Tujuan utama

yang ingin dicapai dalam logistik perkotaan

adalah untuk mengurangi biaya operasi,

meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak

lingkungan akibat aktivitas logistik (Taniguchi,

et al. 2001). Pengelolaan logistik perkotaan

mempertimbangkan jumlah kendaraan yang

berada di suatu kota, muatan kendaraan,

kecepatan rata-rata tiap kendaraan, dan jumlah

kilometer kendaraan (vehicle kilometer of travel

atau VKT). Sehingga pengelolaan logistik

perkotaan tidak hanya berusaha untuk

menciptakan aliran barang yang efektif dan

efisien namun juga memperhatikan dampak

lingkungan sebagai akibat dari aktivitas logistik

di perkotaan.

Kemacetan merupakan permasalahan

yang sering dihadapi oleh sebuah kota besar.

Tingginya aktivitas transportasi barang dan

jumlah kendaraan umum dalam kota,

merupakan penyebab kemacetan yang

menimbulkan efek negatif bagi masyarakat

perkotaan. Salah satu cara untuk mengurangi

terjadinya kemacetan di kota adalah dengan

mengurangi jumlah kendaraan di jalan. Salah

satu kendaraan yang dapat dikurangi

intensitasnya di jalan adalah truk yang

membawa kontainer kosong. Kontainer kosong

ini utilitasnya rendah karena hanya berpindah

dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa

membawa muatan. Oleh karena itu, dengan

mengefisienkan truk atau kontainer kosong yang

bergerak di suatu kota dapat mengurangi biaya

tranportasi dan juga jumlah kendaraan yang

berada di jalan.

Kontainer pindah dari pelabuhan

dengan membawa muatan barang menuju

consignee (pihak yang mengimpor barang).

Setelah sampai di pihak consignee, maka

kontainer tersebut akan kembali ke pelabuhan.

Sebaliknya, jika dalam proses ekspor barang

melalui pelabuhan, maka kontainer kosong

dibawa dari pelabuhan menuju ke shipper.

Kontainer yang telah memuat barang akan

dibawa kembali pelabuhan kembali.

Pergerakan kontainer kosong seperti

deskripsi pergerakan di atas memberikan

potensi perbaikan untuk meningkatkan utilitas

penggunaan kontainer dan mengurangi

pergerakan yang terjadi dari dan ke pelabuhan.

Jarak pergerakan kontainer kosong juga

mungkin diperpendek dengan adanya depot

ataupun dengan pengiriman langsung dari

pengimpor ke pengekspor (Jula, et al 2006).

Penelitian yang berhubungan dengan

kontainer kosong telah dilakukan oleh Crainic,

Gendreau and Dejax (1993) yang berusaha

mengembangkan model stochastic dan dynamic

untuk mengalokasikan kontainer yang kosong

pada sistem transportasi. Tetapi pada penelitian

ini tidak dikembangkan teknik untuk

penggunaan kembali kontainer yang kosong

sehingga hanya memodelkan alokasi kontainer

kosong. Selain itu Cheung dan Chen (1998)

melakukan formulasi dynamic container dengan

menggunakan model network two stage

stochastic. Model yang dibangun tersebut

digunakan untuk mengalokasikan kontainer

kosong yang pada akhirnya mengurangi biaya.

Choong, et al (2002) mencoba mengetahui efek

dari panjang planning horizon terhadap

manajemen kontainer kosong. Dari hasil

penelitiannya didapatkan bahwa dengan

planning horizon yang lebih panjang maka

biaya yang dikeluarkan akan semakin rendah.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jula,

et al (2006) membuat permodelan pergerakan

kontainer kosong di Los Angeles dan Long

Beach untuk mengurangi kemacetan dengan

mengoptimalkan penggunaan kontainer yang

kosong. Model yang dikembangkan adalah

dynamic empty container. Dengan

pengembangan model penggunaan kembali

kontainer ini, maka biaya tranportasi dapat

berkurang sekitar 50% dari biaya transportasi

sebelumnya.

Pada penelitian yang dilakukan Jula, et

al (2006), hanya mempertimbangkan optimasi

pergerakan kontainer kosong untuk meminimasi

biaya transportasi dan model ini tidak

mempertimbangkan adanya inventory kontainer

kosong. Padahal alokasi suatu kontainer kosong

dari

supplier ke shipper harus

mempertimbangkan ketersediaan kontainer

kosong dan juga jarak serta waktu tempuh untuk

memenuhi permintaan dari pihak shipper. Selain

itu tipe kontainer yang dipesan oleh shipper

(3)

belum dipertimbangkan dalam model ini. Tipe

kontainer perlu diperhatikan karena terdapat

kemungkinan masing-masing pihak shipper

membutuhkan kontainer yang berbeda dengan

shipper

yang lain. Tipe kontainer ini

disesuaikan dengan keinginan shipper.

Keinginan shipper terhadap tipe kontainer

tertentu tidak dapat diganti oleh tipe kontainer

yang lain. Sehingga tipe kontainer seharusnya

dipertimbangkan dalam alokasi kontainer

kosong. Berdasarkan permasalahan tersebut,

penelitian ini akan dilakukan pengembangan

model dynamic empty container reuse dengan

mempertimbangkan

inventory dan

mempertimbangkan tipe kontainer.

Tujuan yang ingin dicapai adalah

berusaha mengembangkan model dynamic

empty container reuse dengan

mempertimbangkan inventory kontainer kosong

dan tipe kontainer sehingga alokasi kontainer

kosong dari depot, pelabuhan atau consignee

tercapai dengan biaya yang minimal, serta

mempertimbangkan ketersediaan inventory

kontainer kosong sesuai tipenya.

Dengan adanya pengembangan model

ini, maka diharapkan dapat digunakan sebagai

pengambilan keputusan dalam alokasi kontainer

kosong dalam sistem dan sebagai dasar bagi

perusahaan penyedia kontainer untuk

mengetahui jumlah kontainer yang dibutuhkan

dalam suatu area tertentu sehingga perusahaan

dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pada pengembangan model ini,

pergerakan general container dimodelkan tanpa

adanya substitution rule. Substitution rule

merupakan aturan yang memperbolehkan tipe

kontainer tertentu digantikan dengan tipe

kontainer yang lain. Sedangkan tipe kontainer

yang diperhatikan adalah ukuran 20, 40 dan 45

feet. Pada permodelan pergerakan kontainer ini,

segala permasalahan administrasi dalam ekspor

impor kontainer diasumsikan telah tertangani

dengan baik, terutama untuk kontainer yang

datang langsung dari pengimpor (consignee).

Selain itu semua informasi yang berhubungan

dengan lokasi dan waktu permintaan kontainer

kosong pada shipper dan supply kontainer

kosong pada consignee diketahui. Dalam

pergerakan juga diasumsikan tidak ada

kontainer rusak dalam aliran serta semua

pergerakan kontainer kosong baik dari semua

pihak feasible terhadap waktu.

2. Permodelan

Salah satu aktivitas bisnis dari

perusahaan shipping adalah perencanaan

bagaimana aliran kontainer antara shipper,

consignee, depot dan pelabuhan. Perusahaan

shipping menggunakan kapal sebagai moda

transportasi utama untuk membawa kontainer

dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya dalam

transportasi air. Biasanya kapal membawa

kontainer bermuatan barang impor dan

kontainer kosong yang ditransfer dari pelabuhan

sebelumnya. Setelah kapal datang pada terminal,

kontainer bermuatan diturunkan dari kapal dan

dipindahkan ke tempat tujuan (consignee)

dengan menggunakan truk. Setelah sampai pada

tempat tujuan, kontainer bermuatan tersebut

dikeluarkan isinya dan kemudian kontainer

kosong tersebut dikembalikan ke perusahaan

shipping. Perusahaan shipping akan

menggunakan kembali kontainer kosong

tersebut untuk memenuhi permintaaan lainnya

atau akan menyimpannya untuk kebutuhan yang

akan datang. Di lain pihak, permintaan

kontainer kosong dibuat oleh shipper untuk

mengekspor suatu barang. Untuk memenuhi

permintaan tersebut, perusahaan shipping harus

menyediakan kontainer kosong yang cukup bagi

shipper. Setelah shipper mengisi kontainer

kosong tadi dengan barang yang akan diekspor,

maka kontainer bermuatan tersebut kembali ke

terminal pelabuhan.

Pergerakan kontainer dimulai dari

pelabuhan dengan membawa muatan yang akan

diberikan kepada consignee. Setelah kontainer

bermuatan sampai di consignee, dilakukan

bongkar muatan dan kontainer kosong tersebut

dikirimkan kembali ke pelabuhan atau ke depo

kontainer. Apabila akan dilakukan ekspor

barang maka kontainer kosong dapat diambil

dari pelabuhan atau depo kontainer kepada

shipper (pihak pengekspor) sehingga pergerakan

kontainer kosong dilakukan dari pelabuhan atau

depot ke shipper. Setelah sampai di shipper

maka dilakukan loading barang ke kontainer,

dan kontainer bermuatan tersebut di kirimkan ke

pelabuhan.

Pada model empty container reuse,

permintaan dari shipper dapat dipenuhi

langsung dari consignee tanpa harus kembali

lagi ke depot ataupun port. Pada makalah ini

akan dikembangkan dynamic empty container

reuse dengan adanya update inventory dan

(4)

4

Tipe kontainer ini digunakan untuk

mengakomodasi permintaan shipper akan jenis

kontainer tertentu. Biasanya shipper tidak

memperbolehkan tipe kontainer yang

dipesannya ditukar dengan kontainer tipe lain

walaupun kontainer tersebut ekivalen dengan

kontainer yang dipesan. Pada model yang

diusulkan oleh Jula, Chassiakos and Ioannou

(2006) ini hanya mempertimbangkan

pergerakan kontainer tanpa memperhatikan

inventory serta adanya lead time akibat

pengiriman. Oleh karena itu pada penelitian ini,

akan ditambahkan inventory untuk mengetahui

kontainer yang beredar dalam sistem agar

perusahaan shipping tidak kelebihan maupun

kekurangan kontainer kosong serta dapat

memenuhi permintaan customer dengan biaya

pergerakan kontainer dan biaya inventory yang

minimal. Pergerakan yang dapat terjadi pada

model yang dikembangkan dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Pergerakan antar node

Variabel keputusan pada permodelan ini

adalah sebagai berikut:

jumlah kontainer kosong (empties) tipe

n yang bergerak atau pindah dari

consignee i є I pada waktu k ke

shipper j є J pada waktu k’.

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari consignee i є I pada waktu k ke

pelabuhan p є P pada waktu k’.

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari consignee i є I pada waktu k ke

depot d є D pada waktu k’.

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari pelabuhan p є P pada waktu k ke

shipper j є J pada waktu k’.

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari depot d є D pada waktu k ke

shipper j є J pada waktu k’

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari pelabuhan p є P pada waktu k ke

pelabuhan lain p’ є P pada waktu k’

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari depot d є D pada waktu k ke depot

lain d’є D pada waktu k’

jumlah empties tipe n yang bergerak

dari pelabuhan p є P pada waktu k ke

depot dє D pada waktu k’

jumlah empties tipe n yang bergerak dari

depot dє D pada waktu k ke pelabuhan

p є P pada waktu k’.

jumlah inventory empties tipe n yang

disimpan di pelabuhan p є P pada

waktu k

: jumlah inventory empties tipe n yang

disimpan di depot dє D pada waktu k.

Fungsi Tujuan

Minimize:

∑ ,… ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ,… ∑ ∑ ,… ∑ ∑

(5)

∑ ,… ∑ ∑ ∑ ∑ Fungsi Kendala ; ; , (1) ; ; , , … , (2) ; ; , … , (3) ; ; , … , (4) ; ; , , … , (5) ; ; , , … , (6) , , , , ; ; , , … , (7) (8) (9) (10) (11)

Dimana:

T panjang

planning horizon

I

kumpulan

dari

consignee yang

kelebihan empties pada horizon T

J

shipper yang meminta empties pada

horizon T

P

kumpulan dari pelabuhan

D kumpulan

dari

depot

N

kumpulan dari tipe kontainer

k’

merupakan k +

dimana k’ ≥ k.

biaya

pergerakan

empties tipe n yang

bergerak atau pindah dari consignee i є

I ke shipper j є J

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari consignee i є I ke

pelabuhan p є P

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari consignee i є I ke depot d

є D

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari pelabuhan p є P ke

shipper j є J.

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari depot d є D ke shipper j є

J

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari pelabuhan p є P ke

pelabuhan lain p’ є P.

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari depot d є D ke depot lain

d’є D.

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari pelabuhan p є P ke depot

dє D

biaya pergerakan empties tipe n yang

bergerak dari depot d є D ke pelabuhan

p є P

biaya penyimpanan inventory empties

tipe n yang disimpan di pelabuhan p є P

pada waktu k

biaya penyimpanan empties tipe n yang

disimpan di depot dє D pada waktu k

waktu yang dibutuhkan untuk

memindahkan sebuah empty tipe n (lead

time) antara consignee i є I ke shipper j

є J yang dimulai pada waktu k. Waktu

disini sudah termasuk waktu pick up

(6)

6

pada consignee dan waktu drop-off pada

shipper.

jumlah

empties tipe n yang tersedia

pada consignee i є I pada waktu k

jumlah

empties tipe n yang diminta oleh

shipper j є J pada periode k.

jumlah

empties tipe n yang di unload ke

kapal di terminal pada periode k

jumlah empties tipe n yang di loading

dari kapal di terminal pada periode k

batas bawah inventory empties tipe n di

pelabuhan

batas atas inventory empties tipe n di

pelabuhan

batas bawah inventory empties tipe n di

depot

batas atas inventory empties tipe n di

depot

Fungsi tujuan pada persaman di atas

adalah meminimalkan biaya pergerakan

kontainer dari beberapa pihak dan biaya

inventory baik di pelabuhan maupun depot.

Fungsi kendala (1) menunjukkan bahwa jumlah

empties yang bergerak dari tiap consignee sama

dengan jumlah supply empties pada lokasi

tersebut. Sedangkan kendala 2 menunjukkan

bahwa jumlah empties yang datang pada setiap

shipper sama dengan jumlah demand empties

yang ada pada lokasi tersebut. Persamaan 3 dan

4 menunjukkan batas atas dan batas bawah

inventory empties di pelabuhan dan depot.

Jumlah kontainer di pelabuhan maupun di depot

seharusnya lebih tinggi dari batas bawahnya dan

lebih rendah dari batas atasnya. Kendala 5 dan 6

menunjukkan update inventory pada pelabuhan

dan depot. Sedangkan kendala 7 menunjukkan

integer constrain. Kendala 8 sampai 11

merupakan kendala yang menunjukkan

pergerakan kontainer kosong dari port satu ke

port lain atau dari satu depot satu ke depot lain

apabila inventory kontainer kosong di port atau

depot lebih besar dari kapasitas maksimal atau

kurang dari kapasitas minimal port dan depot.

Konstrain 8 sampai 11 dapat dilakukan apabila

terdapat policy yang memperbolehkan

terjadinya pergerakan antar depot atau antar

port.

Model matematis yang berbasis linear

integer programming di atas pada intinya

bersifat statis tetapi solusi yang dihasilkan bisa

berubah dari waktu ke waktu. Model disebut

dinamis disebabkan karena solusi yang

dihasilkan dari periode ke periode bisa berubah,

sehingga terdapat kemungkinana bahwa periode

ini ada solusi di tempat tertentu, tetapi pada

periode berikutnya tidak ada solusi di tempat

tersebut.

Permodelan matematis di atas

merupakan transportation problem dan dapat

diselesaikan dengan menggunakan teknik

optimasi linear integer programming dengan

menggunakan Branch and Bound. Tetapi

apabila policy yang memperbolehkan terjadinya

pergerakan empty container dilakukan, maka

permodelan matematis di atas dapat diselesaikan

dengan menggunakan non linear integer

programming. Software yang digunakan untuk

menyeleseaikan permasalahan ini adalah

software Lingo 8.

Untuk menguji model matematis yang

diusulkan dibutuhkan beberapa data input

seperti permintaan (demand) kontainer kosong

(empties) dari shipper, supply empties dari

consignee, waktu yang dibutuhkan untuk

memindahkan empties (lead time) antar node,

biaya pergerakan antar node, biaya

penyimpanan empties di pelabuhan dan depot,

jumlah empties yang diturunkan dari kapal

(unload) dan di dinaikkan ke kapal (load) di

pelabuhan pada periode k, batas bawah dan atas

inventory empties tipe n di pelabuhan dan depot.

Sedangkan output yang diharapkan

meliputi pergerakan kontainer yang terjadi antar

node dan jumlahnya, jumlah inventory kontainer

kosong di pelabuhan dan depot serta total biaya

yang terdiri dari biaya pergerakan empties dan

biaya inventory yang terjadi

Verifikasi model dilakukan untuk

menyakinkan bahwa model bekerja sesuai

dengan logika yang diharapkan serta dapat

memberikan output sesuai dengan yang

diharapkan. Uji verifikasi ini dapat dilakukan

dengan mengimplementasikan model pada

kasus dengan skala yang kecil. Verifikasi

dilakukan dengan membandingkan hasil

perhitungan dengan menggunakan software dan

perhitungan manual berdasarkan

langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah-langkah tersebut

dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut.

(7)

Gambar 2.2 Flowchart perhitungan manual.

3. Percobaan Numerik dan Analisa Hasil

Percobaan numerik dilakukan untuk

mengetahui performansi model dan karakteristik

serta perilaku dari sistem. Percobaan numerik

ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

skenario yaitu skenario reuse dan no reuse serta

skenario yang memperbolehkan pergerakan

kontainer kosong antar depot maupun port.

Skenario tersebut diujikan pada beberapa node

pada demand besar dan demand kecil. Jumlah

node yang akan dicoba yaitu 7 node, 11 node

dan 15 node. Yang dikategorikan demand kecil

memiliki rata-rata 200 gerakan per hari,

sedangkan yang dikategorikan demand besar

memiliki rata-rata 1000 gerakan per hari.

Dari hasil percobaan numerik pada 11 node

dengan demand kecil didapatkan hasil seperti

gambar 3.1 dan 3.2 berikut ini.

Gambar 3. 1 Pergerakan dengan skenario reuse

Gambar 3. 2 Pergerakan tanpa skenario reuse

Dengan menggunakan skenario reuse

maka pergerakan banyak didominasi oleh

pergerakan langsung dari consignee ke shipper,

sedangkan pergerakan dari consignee ke depot

atau port hanya merupakan pergerakan karena

supply melebihi demand yang diminta oleh

shipper. Pergerakan dari port atau depot juga

berjumlah sedikit karena pergerakan itu

merupakan pergerakan karena supply dari

consignee tidak cukup untuk memenuhi

demand, oleh karena itu demand dipenuhi oleh

depot atau port. Dari gambar dapat dilihat

bahwa, variasi pergerakan pada skenario reuse

lebih banyak dan lebih komplek bila

dibandingkan dengan scenario no reuse tetapi

total jarak tempuh yang diperoleh dengan

menggunakan scenario reuse lebih sedikit bila

(8)

dibanding

ini diakib

langsung

memiliki

sehingga

depot. Pen

scenario

47%. Pen

berkurang

jarak temp

pendek.

Sk

apabila t

kesamaan

pada piha

pihak

s

menguntu

consignee

jarak temp

D

didapatkan

inventory

dan tanpa

3.5 beriku

antara sce

pada tabel

demand be

D

bahwa

pergerakan

pergerakan

dikarenak

atau port

pengirima

melalui p

adanya sk

efisien da

berimplika

akibat ken

Gambar 3. 0 500 1000 1500 2000 2500 Per gera kan Ta Re

gkan dengan s

batkan karen

terpenuhi

jarak lebih

tidak perlu k

nghematan ya

reuse untuk

nghematan i

gnya pergerak

puh dengan m

kenario reus

erdapat kesa

tipe kontaine

ak consignee

shipper. S

ungkan bila

e dan shippe

puhnya semak

Dari hasil

n perbedaan

dan biaya to

reuse seperti

ut ini. Sedang

enario reuse d

l 3.3 untuk de

esar.

Dari gambar

dengan

a

nnya lebih

n tanpa sk

an pergerakan

dapat dikur

an langsung

port atau d

kenario reuse

an pengurang

asi pada ke

ndaraan yang

3 Perbandinga reuse dan 7 7 J npa Reuse use

scenario tanp

na banyak de

oleh consi

dekat deng

kembali lagi

ang dapat dic

k jarak temp

ini dapat te

kan yang te

menggunakan

se ini dapa

amaan waktu

er antara supp

e dan juga d

kenario

re

a letak an

er berdekata

kin pendek.

percobaan

hasil pergera

otal antara sc

i pada gamba

gkan persentas

dan no reuse

emand kecil d

3.3 dapat

adanya

reu

sedikit d

kenario reus

n dari consig

rangi dengan

ke pihak sh

depot. Sehin

e, maka perg

gan pergerak

emacetan di

membawa m

an pergerakan n tanpa reuse 11 11 Jumlah Node

pa reuse. Hal

emand yang

ignee yang

gan shipper

ke port atau

capai dengan

puh berkisar

erjadi akibat

erjadi karena

n reuse lebih

at dilakukan

u dan juga

ply yang ada

demand pada

euse lebih

ntara pihak

an, sehingga

numerik,

akan, jumlah

cenario reuse

ar 3.3 sampai

se perbedaan

dapat dilihat

dan 3.4 untuk

disimpulkan

use maka

dibandingkan

se. Hal ini

gnee ke depot

n melakukan

hipper tanpa

ngga dengan

gerakan lebih

an ini dapat

jalan raya

muatan.

pada skenario 15 15

depot p

tanpa sk

scenario

depot

perbeda

hanya s

langsun

Tabel 3 Node 7 node 11 node 15 node 7 node 11 node 15 node Tabel 3 Node 7 node 11 node 15 node 7 node 11 node 15 node

periode

lebih be

1 2 3 4 5 Inve ntory Gambar 3. 4 P reuse d

Inventory y

pada scenario

kenario reuse

o reuse perg

ataupun po

aan inventory

selisih denga

ng dari consig

3. 3 Persentase tanpa reuse Gap Gerak 32.7% e 40.1% e 44.0% 32.2% e 33.4% e 34.8% 3. 4 Persentase tanpa reuse Gap Gerak e 43.00% e 40.30% e 43.80% e 42.00% e 40.30% e 43.80%

Walaupun in

dengan me

esar bila dib

0 0000 0000 0000 40000 0000 7 Tanpa Reuse Reuse Perbandingan dan tanpa reuse

yang terdapat

reuse lebih

e. Hal ini dik

gerakan yang

ort berkura

y itu tidak

an jumlah pe

gnee ke shippe

perbedaan ske e pada demand Rata-rata k Gap Biaya % 22.1% % 36.0% % 41.7% % 21.9% % 33.5% % 38.5% perbedaan ske e pada demand Rata-rata k Gap Biaya 36.80% 51.90% 57.10% 36.30% 51.90% 57.10%

nventory tota

enggunakan s

andingkan de

7 11 1 Jumlah No e inventory antar e

t di port da

besar daripad

karenakan, pad

keluar masu

ang. Besarny

terlalu besa

ergerakan yan

er.

enario reuse da kecil a Inventory % 1.5% % 2.7% % 3.0% % 1.5% % 2.6% % 2.6% enario reuse da besar a Inventory 5.50% 7.90% 9.50% 5.50% 7.90% 9.50%

al selama sa

skenario reu

engan skenar

1 15 15 ode ra

an

da

da

uk

ya

ar,

ng

an an

atu

use

rio

(9)

tanpa reus

dan ke po

yang diha

rendah bil

reuse. Ha

terjadi p

sehingga

Total biay

terjadi ka

daripada b

Hal inilah

lebih kecil

Gambar 3.

A

dengan

perbedaan

untuk biay

Biaya tert

diperoleh

demand b

jumlah p

demand k

reuse. Pad

jumlah pe

antara sk

semakin

langsung

banyak d

banyak

dilakukan

port. Bes

didapatkan

yang ada

yang dibu

yang terse

Se

perbedaan

20000 40000 60000 80000 100000 120000 Biaya Re

se akibat berk

ort maupun

asilkan pada p

la dibandingk

al ini terjadi

pada skenari

biaya perger

ya lebih sed

arena biaya

biaya penyim

h yang menye

l daripada tot

. 5 Perbanding tanpa reuse pa

Apabila dema

demand

nnya dapat d

ya dan 3.7 unt

tinggi dan p

pada skena

besar. Sedang

pergerakan

kecil dengan

da demand be

ergerakan yan

kenario reuse

banyak de

dari consign

demand dan

pergerakan

ke shipper t

sarnya persen

n tergantung

serta kesesua

utuhkan oleh

edia di consig

edangkan p

n biaya dan

0 00 00 00 00 00 00 7 7 use Tanp

kurangnya per

depot, tetapi

pada skenario

kan dengan sk

karena perg

io reuse le

rakannya men

dikit pada sc

pergerakan

mpanan konta

ebabkan total

tal biaya tanpa

an biaya skena ada demand ke

and besar d

kecil, ma

dilihat pada

tuk pergeraka

ergerakan pa

ario tanpa re

gkan biaya t

terendah b

n menggunak

esar, perbeda

ng dihasilkan

e dan no r

emand yan

nee ke shipp

supply, ma

yang dapa

anpa melewa

ntase penghe

g pada besar

aian kontaine

h shipper de

gnee.

perbandingan

n perbedaan

7 11 11 Jumlah Nod pa reuse

rgerakan dari

i biaya total

o reuse lebih

kenario tanpa

gerakan yang

ebih sedikit

njadi sedikit.

enario reuse

lebih tinggi

ainer kosong.

l biaya reuse

a reuse.

ario reuse dan ecil

dibandingkan

aka grafik

gambar 3.6

annya.

aling banyak

euse dengan

terendah dan

berada pada

kan skenario

an biaya dan

n lebih besar

reuse karena

ng dipenuhi

per. Semakin

aka semakin

at langsung

ati depot atau

ematan yang

nya demand

er dan waktu

engan supply

persentase

n persentase

15 15 de

d

jumlah

3.8 dan

Gambar no re Gam skenario

perbeda

semakin

yang dip

dikaren

banyak

pergerak

Biaya P e rg erak an

pergerakan

3.9.

r 3. 6 Perbandi

euse pada dema

mbar 3. 7 Perban o reuse dan no dem

Dari grafik

aan biaya, da

n besar deman

peroleh juga

akan perger

dapat di

kan langsung

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 Dema Dema Dema Dema 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 7 Dema Dema Dema Dema

dapat dilihat

ingan biaya ske

and besar dan d

ndingan jumlah o reuse pada de mand kecil

k perbanding

apat dilihat

nd maka peng

akan semakin

akan dalam

ikurangi de

g dari consign

7 11 Jumlah nd Kecil Tanpa nd Besar Tanp nd Kecil Reuse nd Besar Reus 7 11 Jumlah  and Kecil Tanpa and Besar Tanp and Kecil Reuse and Besar Reus

t pada gamb

enario reuse da demand kecil h pergerakan emand besar da

gan persenta

kecenderunga

ghematan biay

n besar. Hal i

jumlah yan

engan adany

ee ke shipper

1 15 h Node a Reuse a Reuse e e 15 Node a Reuse pa Reuse e se

bar

an an

ase

an

ya

ini

ng

ya

r.

(10)

Gambar d

Se

pergerakan

kecil berg

dapat dia

shipper. S

diantarkan

perbedaan

dapat terja

Hal ini d

dapat lang

juga ada y

Se

numerik j

antar depo

maupun

menyeimb

port maup

telah diten

karena a

perusahaa

karena me

D

bahwa pe

scenario

berbeda

pergerakan

karena pe

demand k

dengan ju

pergerakan

biaya ke

terhadap p

yang kecil

1 2 3 4 5 6 Pers en tas e 3.8 Perbandin demand besar

edangkan

n antara dem

gantung pad

antarkan lang

Semakin ban

n semakin

nnya. Persen

adi maksimal

dikarenakan

gsung dari co

yang melalui d

elain skenari

juga dilakuk

ot ataupun po

port

in

bangkan inve

pun depot aga

ntukan, tidak

akan menye

an ataupun ti

erupakan suat

Dari grafik 3.1

erbedaan biay

pergerakan

dengan ti

n antar dep

ergerakan ant

kecil relatif s

mlah total pe

n lebih kecil

eseluruhan.Seh

perpindahan

l tidak begitu

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 7 Demand Kecil gan persentase dan demand ke

persentase

mand besar

da jumlah de

gsung dari c

nyak demand

n besar

ntase penghe

l adalah sebe

tidak semua

onsignee ke s

depot.

o reuse, pad

kan skenario

rt. Pergerakan

ni dilakuk

entory yang

ar berada pad

kurang dari b

ebabkan ker

idak melebih

tu pemborosa

10 dan 3.11

ya dan perge

antar depot

idak adany

pot. Hal ini

tar depot ata

sedikit bila d

ergerakan. Sel

bila dibandin

hingga peng

antar port p

terlihat.

11 Jumlah Node Dema e biaya pada ecil

perbedaan

dan demand

emand yang

consignee ke

d yang dapat

persentase

ematan yang

esar 40-50%.

a pergerakan

hipper tetapi

da percobaan

o pergerakan

n antar depot

kan untuk

ada dalam

da batas yang

batas bawah,

rugian pada

hi batas atas

an.

dapat dilihat

erakan antara

tidak jauh

ya skenario

disebabkan

au port pada

dibandingkan

lain itu biaya

ngkan dengan

garuh biaya

pada demand

15 e and Besar

d

d

Gamb perger Gambar dan sk

dengan

pada sk

demand

besar te

bawah b

inventor

dengan

port dan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% Bi ay a bar 3. 9 Perband rakan pada dem

r 3. 10 Perbed enario pergerak

Perbedaan p

pergerakan

kenario reuse

d kecil terdapa

erjadinya inve

batas bawah y

Presentase

ry dan per

adanya perp

n tidak, dapat

33 43 7 Demand Ke 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Tanpa Tanpa Antar  Antar  dingan persent

mand besar dan

daan biaya pada kan antar depo

kecil

pergerakan

antar depot

e. Hal ini dia

at kemungkin

entory di por

yang telah dit

perbedaan

rgerakan an

pindahan ant

t dilihat pada

3% 40% 3% 40% 7 ecil De 7 Jumlah11 a Antar Depot,  a Antar Depot,  Depot, No Reu Depot, Reuse tase perbedaan n demand kecil a skenario reus ot pada demand

pada skenar

t lebih terlih

akibatkan pad

nan yang cuku

rt atau depot

tetapkan.

baik biay

ntara skenar

tar depot ata

tabel 3.5.

% 44% % 44% 11 emand Besar 1 15 h Node No Reuse Reuse use l se d

rio

hat

da

up

di

ya,

rio

au

% %

(11)

Gambar 3 reuse da Tabel 3. Skena rio N Tanpa Reuse 7 7 11 11 15 15 Reuse 7 7 11 11 15 15

Se

dan sema

terjadi, m

terjadi. H

depot atau

ditentukan

maupun

perpindah

inventory

sehingga p

50 100 150 200 250 Per gera kan 3.11 Perbedaan an skenario per dema 5 Perbedaan sc d Node Antar depot Tidak Ya 1 Tidak 1 Ya 5 Tidak 5 Ya Tidak Ya 1 Tidak 1 Ya 5 Tidak 5 Ya

emakin besa

akin besar de

maka semakin

Hal ini dika

u port semak

n sehingga

biayanya se

han antar dep

empties di

perpindahan a

0 00 00 00 00 00 7 Tanpa Ant Tanpa Ant Antar Dep Antar Dep n pergerakan p rgerakan antar and kecil cenario perpind depot Gerak Inven 2% 0.10 0% 0% 0% 0% 3% 0.10 10% 0.10 14% 0.40

ar node yang

emand serta

n sedikit perb

arenakan inv

kin mendekat

perbedaan

emakin keci

pot ini dipen

i port mau

antar depot da

11 Jumlah Node tar Depot, No  tar Depot, Reu pot, No Reuse pot ,Reuse ada skenario depot pada dahan antar ntory Biaya 0% 1% % 0% % 0% 0% 1% 0% 4% 0% 5%

g digunakan

supply yang

bedaan yang

entory pada

ti batas yang

pergerakan

il. Skenario

ngaruhi oleh

upun depot.,

an port dapat

15 e Reuse use

terjadi

kurang

maksim

maupun

policy d

depot s

bedanya

untuk j

dikaren

pergerak

berjuml

maupun

ditentuk

maka te

antar d

maksim

karena

antar de

sangat b

port dap

dilakuk

Tetapi

membut

dibandin

Hal ini

barang d

besar d

menyeb

kosong

depot

kontain

sangat k

keluar

demand

membut

kontain

Sehingg

keluar

ketersed

empties

dilakuk

akibat

pelabuh

kontain

sedikit

keluar

keseluru

pelabuh

apabila inve

dari batas m

mal.

Pada deman

n biaya pada

dan tidak ada

sangat kecil

a terutama u

umlah node

akan pada

kan yang m

lah besar se

n depot berad

kan. Tetapi ap

erdapat kemu

depot karena

mun dari yan

itu untuk d

epot dapat te

besar, perpin

pat terjadi.

Penyimpanan

an baik di pe

penyimp

tuhkan biay

ngkan denga

i dilakukan

di pelabuhan

Dengan hol

di pelabuhan

babkan bany

yang keluar

ataupun ke

er kosong y

kecil. Tetapi b

dari pelabu

d pada

tuhkan kon

er kosong

ga pergeraka

dari pe

diaan kontain

ke kapal.

Pergerakan d

an ke depo

biaya peny

han. Denga

er kosong d

akibat ban

dari pelab

uhan untuk ho

han menyebab

entory di po

minimal dan

nd besar pe

a skenario d

anya policy pe

atau hampir

untuk deman

yang lebih

demand

masuk dan

ehingga inve

da dalam ba

pabila deman

ungkinan terj

inventory m

ng telah dit

data yang ke

erjadi, dan un

ndahan antar

n kontainer

elabuhan ma

panan di

ya yang leb

an penyimpa

agar aktivit

berjalan lanc

lding cost ya

daripada di

yak pergerak

dari pelabuh

shipper ser

yang masuk

banyaknya pe

uhan tetap m

pelabuhan

ntainer kos

yang loadin

an kontainer

elabuhan

m

ner setelah a

dari consigne

ot daripada

yimpanan ya

an demikia

di pelabuhan

nyaknya per

buhan. Seh

olding cost ya

bkan biaya p

ort atau dep

melebihi bat

erbedaan gera

dengan adany

ergerakan ant

r tidak adany

nd yang bes

besar. Hal i

yang bes

keluar dep

entory di po

atas yang tela

nd sangat besa

adi pergeraka

melebihi bat

tentukan, Ole

ecil pergeraka

ntuk data yan

depot maupu

kosong dap

aupun di depo

pelabuha

bih besar bi

anan di depo

tas dan alira

car.

ang jauh leb

i depot, mak

kan kontain

han baik itu k

rta pergeraka

ke pelabuha

ergerakan yan

memperhatika

lain yan

song (jumla

ng ke kapa

kosong yan

memperhatika

adanya loadin

ee lebih banya

ke pelabuha

ang tinggi

an

invento

menjadi leb

rgerakan yan

hingga seca

ang tinggi pad

pergerakan da

pot

tas

ak

ya

tar

ya

sar

ini

sar

pot

ort

ah

ar,

an

tas

eh

an

ng

un

pat

ot.

an

ila

ot.

an

bih

ka

ner

ke

an

an

ng

an

ng

ah

al).

ng

an

ng

ak

an

di

ory

bih

ng

ara

da

an

(12)

12

biaya penyimpanan yang dihasilkan juga cukup

tinggi karena banyaknya pergerakan yang terjadi

serta biaya penyimpanan yang tinggi di

pelabuhan.

4. Kesimpulan

Penelitian ini berusaha mengembangkan

model pergerakan kontainer kosong dengan

mempertimbangkan inventory kontainer kosong

dan tipe kontainer. Dengan adanya scenario

reuse maka pergerakan kontainer kosong yang

kurang memberikan keuntungan dapat

diefisienkan dengan melakukan pengiriman

langsung dari consignee (supplier atau

pengimpor) ke shipper (pihak demander atau

pengekspor).Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Jula et al (2006).

Dengan adanya skenario reuse maka

pergerakan yang terjadi lebih sedikit bila

dibandingkan dengan skenario tanpa reuse.

Tetapi jumlah inventory per periode yang ada di

depot dan maupun port lebih besar daripada

skenario tanpa reuse. Walaupun demikian, total

biaya yang dihasilkan lebih kecil dengan

menggunakan skenario reuse daripada skenario

tanpa reuse. Semakin besar demand yang

terjadi, maka semakin besar kemungkinan

penghematan biaya yang dapat dilakukan

dengan menggunakan skenario reuse dengan

presentase pengurangan pergerakan sebesar

40-50%.

Pengurangan tersebut terjadi karena lebih

sedikit kontainer kosong yang masuk ke depot

atau pelabuhan.

Skenario pergerakan antar depot hanya

dapat terjadi apabila inventory di depot atau port

kurang dari batas minimum atau melebihi batas

maksimum. Pada demand kecil, perbedaan

pergerakan biaya dan jumlah kontainer yang

bergerak cukup terlihat karena terdapat

kemungkinan inventory di port atau depot

kurang dari batas bawah. Sedangkan pada

demand besar yang digunakan sebagai inputan

pada penelitian ini, tidak memiliki pengaruh

yang besar terhadap pergerakan maupun biaya

antar depot karena inventory pada depot atau

port berada pada batas yang telah ditentukan.

Penelitian selanjutnya dapat

dikembangkan dengan mereduksi beberapa

asumsi yang digunakan pada penelitian ini.

Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan

dengan menggabungkan antara kontainer

kosong dan kontainer bermuatan. Selain itu

dapat juga dilakukan penelitian untuk

menentukan batas atas dan batas bawah

kapasitas dari port ataupun depot sesuai dengan

data pada sistem nyata atau penentuan lead time

pengiriman yang sesuai dengan kondisi

kemacetan jalan yang dilalui.

5. Daftar Pustaka

Bandeira, Denise Lindstrom, João Luiz Becker,

and Denis Borenstein. "A DSS for Integrated

Distribution of Empty and Full Containers."

Decision Support Systems 47 (4), 2009:

383-397.

Bin, Wang, and Wang Zhongchen. "Research on

the Optimization of Intermodal Empty

Container Reposition of Land-carriage."

Journal of Transportation Systems

Engineering and Information Technology 7

(3), 2007: 29-33.

Chang, Hwan, Hossein Jula, Anastasios

Chassiakos, and Petros Ioannou. "A heuristic

solution for the empty container substitution

problem." Transportation Research Part E

44 (2), 2008: 203-216.

Choong, Sook Tying, Michael H. Cole, and

Erhan Kutanoglu. "Empty container

management for intermodal transportation

networks." Transportation Research Part E

38 (6), 2002: 423-438.

Crainic, T.G., M. Gendreau, and P. Dejax.

"Dynamic and stochastic models for the

allocation of empty containers." Operation

Research 41, 1993: 102-126.

Dong, Jing-Xin, and Dong-Ping Song.

"Container fleet sizing and empty

repositioning in liner shipping systems."

Transportation Research Part E 45 (6),

2009: 860-877.

Francesco, Massimo Di, Teodor Gabriel

Crainic, and Paola Zuddas. "The effect of

multi-scenario policies on empty container

repositioning." Transportation Research

Part E 45 (5), 2009: 758-770.

Jula, Hossein, Anastasios Chassiakos, and

Petros Ioannou. "Port dynamic empty

container reuse." Transportation Research

Part E 42 (1), 2006: 43-60.

Li, Jing-An, Stephen C.H. Leung, Yue Wu, and

Ke Liu. "Allocation of empty containers

between multi-ports." European Journal of

Operational Research 182 (1), 2007:

(13)

Ljungberg, David, and Girma Gebresenbet.

"Mapping out the potential for coordinated

goods distribution in city centres: The case

of Uppsala." International Journal of

Transport Management 2 (3-4), 2004:

161-172.

Pujawan, I Nyoman. Supply Chain

Management. Surabaya: Guna Widya, 2005.

Shintani, Koichi, Akio Imai, Etsuko Nishimura,

and Stratos Papadimitriou. "The container

shipping network design problem with empty

container repositioning." Transportation

Research Part E 43 (1), 2007: 39-59.

Taniguchi, Eiichi, Russell G Thompson,

Tadashi Yamada, and Ron Van Duin. City

Logistics Network Modelling and Intelligent

Transport Systems. Netherland: Pergamon,

2001.

www.surabaya.go.id/transportasi.php?page=ta

njung_perak

Gambar

Gambar 2.1 Pergerakan antar node
Gambar 3. 2 Pergerakan tanpa skenario reuse
Gambar  d Se pergerakan kecil berg dapat dia shipper.  S diantarkan perbedaan dapat terja Hal ini d dapat lang juga ada y Se numerik  j antar depo maupun  menyeimb port maup telah diten karena  a perusahaa karena me D bahwa pe scenario  berbeda  pergerakan
Gambar 3 reuse da Tabel 3. Skena rio  N Tanpa  Reuse  7  7  11 11 15 15 Reuse  7 7  11 11 15 15 Se dan sema terjadi,  m terjadi

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirta Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya Landasan Teori dan Perancangan Proyek Akhir Arsitektur Periode LXVIII, semester gasal, Tahun

Berdasarkan hasil uji coba proses enhancement pada ke 6 data citra sidik jari menggunakan metode ekualisasi histogram memperlihatkan penelitian ini

Hasil dari penelitian adalah variabel input (dana pihak ketiga dan modal disetor) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)” menyimpulkan bahwa dari hasil analisis observasi aktivitas siswa ternyata penggunaan materi ajar ini

Pada tabel 6 hasil menunjukkan bahwa variabel behavioral intention dipengaruhi oleh variabel sikap sebesar 0,713 atau 71,3% dan faktor lain yang tidak diteliti dalam

Secara bersama-sama (simultan) kinerja keuangan perbankan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR setelah

Induksi ketahanan sistemik tanaman menggunakan ekstrak daun Clerodendrum japonicum (bunga pagoda), Chenopodium amarinticolor, Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) dan

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang