• Tidak ada hasil yang ditemukan

لا ُتْيَوَن

Dalam dokumen Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Halaman 160-181)

­ 136 ­ Atau mengucapkan:

. َ

لاَعَت ِلل ِهِب ُتْمَرْح َ

أَو َّجَ ْ

­ 137 ­

sama seperti lafadz yang dibaca waktu jemaah melaksanakan umrah;

Berdoa ketika masuk wilayah

8. Arafah.

di Arafah b.

Jemaah haji tiba di Arafah pada 1.

tanggal 8 Dzulhijjah, sementara wukuf sebagai rukun haji, dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah. Selama menunggu wukuf, jemaah hendaknya berdzikir, membaca Al­Qur’an, tal biyah, dan berdoa.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah

2. ba’da zawāl

(setelah Matahari tergelincir) dimulai wukuf,10 jemaah haji melaksanakan wukuf hingga maghrib.11 Selama wukuf, jamaah melakukan kegiatan sebagai berikut :

10 Waktu wukuf dimulai ba’da zawal (setelah

tergelincir matahari) pada 9 Dzulhijjah dan berakhir saat terbit fajar 10 Dzulhijjah.

11 Kadar waktu wukuf menurut mazhab Syafi’i

cukup sesaat pada siang hari. Bila waktu wukuf diperpanjang sampai malam, hukumnya sunnah.

Menurut Mazhab Maliki, wukuf harus menemui waktu siang (hukumnya wajib) dan waktu malam (hukumnya sebagai rukun). Menurut Mazhab Hanafi dan Mazhab Hanbali, wukuf harus mendapati siang dan malam dan keduanya merupakan wajib haji. Sa’id Bin Abdul Qadir Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj wa al’Umrah, hlm.

248.

­ 138 ­

Mende ngarkan khutbah wukuf;

a)

Masuk waktu wukuf yang ditandai dengan b)

adzan waktu dzuhur;

Melaksanakan salat Żuhur dan As

c) }ar ja ma’-

qas}ar taqdim

Melaksanakan wukuf,

d) dilanjutkan dengan

dzikir dan berdoa boleh secara berjamaah atau sendiri­ sendiri;

Memperbanyak dzikir, bacaan

e) talbiyah,

zikir, membaca Al­Qur’an diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah, dengan khusyu’

dan tawadhu’;

Memanfaatkan kesempatan wukuf f)

sebaik­baiknya untuk berbuat kebaikan, bertaubat, membersihkan hati, selalu mengingat Allah SWT (berdzikir), dan tidak membicarakan hal­hal yang menimbulkan sum’ah dan riya’;

Menghindari perbuatan yang berakibat g)

terjadinya pelanggaran larangan ihram Melaksanakan wukuf disunahkan h)

menghadap kiblat, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW, sejak mulai wukuf sampai matahari terbenam dengan berdzikir dan berdoa;

Mengakhiri wukuf ketika waktu maghrib i)

tiba yang ditandai dengan adzan magrib.

­ 139 ­

Jemaah haji bersiap­siap menuju Muzdalifah j)

didahului dengan shalat maghrib;

Melaksanakan sha lat Maghrib dan k)

Isya’ dengan cara jama’ takhir dan qas}

ar di Muzdalifah bagi jemaah yang diberangkatkan trip awal. Sementara jemaah yang diberangkatkan dengan trip akhir melaksanakan sa lat Maghrib dan Isya’ dengan cara jama’ taqdim qas}ar di tenda Arafah;

Meyakini bahwa wukuf yang dilakukan sah l)

dan sempurna.

Menaiki bus menuju Muzdalifah dengan m)

antre dan bersabar, menunggu giliran, sepanjang perjalanan menuju Muzdalifah disunahkan berdzikir, bertalbiyah dan berdoa.

Suasana khutbah wukuf di Arafah di muzdalifah

c.

Pada 10 Dzulhijjah malam, semua jemaah haji:

­ 140 ­

Mening galkan Arafah menuju Muz dalifah 1.

untuk melaksanakan mabit Membaca

2. talbiyah dan berdzikir selama dalam perjalanan dari Ara fah menuju Muzdalifah;

Bersikap tenang, tidak terburu­buru, selama 3.

perjalanan menuju Muzdalifah;

Menghadap kiblat, setelah tiba di tempat mabit.

4.

Hukum menghadap kiblat adalah sunah.

Membaca

5. talbiyah dan zikir, diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekat kepada Allah karena Muzdalifah termasuk tempat mustajab untuk berdoa;

Menempati tempat mabit. Sebagian besar 6.

Jemaah menempati area terbuka yang dibatasi oleh pagar besi. Sebagian Jemaah ditempatkan di kemah perluasan Mina (Mina jadid) yang terletak di luar pagar;

Melaksanakan mabit di Muzdalifah. Hukum 7.

mabit ini adalah wajib. Lamanya mabit diutamakan sejak awal malam hingga sebelum fajar ta nggal 10 Dzulhijjah; namun boleh mabit di Muzdalifah cukup se je nak, hingga lewat tengah malam. 12 Bagi Jemaah haji yang tiba di

12 Menurut Mazhab Maliki, kadar lama mabit di Muzdalifah adalah selama melaksanakan ṣalat Maghrib dan Isya, kemudian makan malam sejenak sekadar cukup waktu untuk menurunkan pelana kuda. Mabit sudah sah sekalipun jemaah keluar dari Muzdalifah sebelum tengah malam.

Menurut Imam Syafi’i dan imam Ahmad, mabit di Muzdalifah harus lewat tengah malam. Apabila keluar dari Muzdalifah

­ 141 ­

Muzdalifah setelah lewat tengah malam cukup berhenti sejenak.

M

8. encari dan mengambil batu keri kil;

muassasah sudah menyediakan batu kerikil yang dibungkus kantong kain dengan jumlah yang cukup untuk melontar seluruh jamrah untuk jemaah haji reguler. Namun mencari dan mengambil batu kerikil di Muzdalifah hukumnya sunnah. Jika tidak mendapatkan jatah pembagian kantong kerikil, jemaah bisa mencari kerikil tujuh butir, atau 49 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar awal) atau 70 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar tsani);

Memanfaatkan waktu mabit dengan sebaik­

9.

baiknya untuk muhasabah, tadabbur dan tafakkur, mengagungkan Allah SWT, berserah diri kepada­Nya, dan kontemplasi untuk menemukan jati diri, sehingga merasakan kehadiran­Nya dalam jiwa dan raga, serta merasakan datangnya kasih sayang dari Allah;

Jemaah yang

10. masuk kategori udzur syar’i boleh tidak melakukan mabit di Muzdalifah dan tidak dikenakan dam, di antaranya jemaah yang khawatir hartanya hilang, sakit berat dan

sebelum tengah malam, jemaah wajib membayar dam. Imam Abu Hanifah berpendapat, mabit harus sampai terbit fajar.

Bila keluar dari Muzdalifah sebelum terbit fajar, jemaah harus membayar dam. Abdurraḥman al-Jaziri,Al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah, Juz. I, hlm. 665-667

­ 142 ­

karena itu sulit baginya untuk mabit, atau petugas yang mengurus jemaah atau karena ada kendala lainnya.

Menuju Mina setelah lewat tengah malam 11.

dengan diangkut secara bergiliran dari tempat mabit

Jamaah haji sedang melakukan mabit di Muzdalifah dan mengambil batu kerikil

di mina d.

Setelah tiba di Mina, seluruh jemaah haji melakukan aktivitas berikut ini:

­ 143 ­

Memasuki tenda yang telah disiapkan lalu 1.

beristirahat, me nunggu proses melontar jamrah sesuai jadwal dan wak tu yang telah ditetapkan;

Melon tar Jamrah

2. Kubra (Aqabah) pada 10

Dzulhijjah sebanyak tujuh kali lontaran. Jemaah haji Indonesia melontar jamarat di lantai tiga, kecuali jemaah haji yang melaksanakan mabit di maktab I sampai IX melontar jamrah di lantai dasar.13

Membaca takbir dan

3. berhenti membaca

talbiyah setelah melontar jamrah Aqabah;

Membaca takbir setiap kali melont jumrah.

4.

Setelah melontar jemaah disunnahkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan agar ibadah haji yang dilakukannya mabrur;

Memotong rambut/bercukur.

5. Laki­laki

disunahkan gundul dan perempuan cukup memotong rambutnya, minimal 3 helai.

Jemaah haji yang langsung melaksanakan tawaf ifadhah, bisa bercukur di Makkah;

Tah

6. }allul awal. Dengan telah dilaksanakannya

lempar jumrah aqabah dan bercukur, jemaah sudah tahallul awwal. Jemaah sudah terbebas

13 Pada awalnya tempat lontar jamrah merupakan tempat

terbuka dan tidak bebentuk bangunan, kemudian dibangun dua lantai, selanjutnya Pemerintah Arab Saudi membangun tempat lempar jamrah menjadi lima lantai, yang digunakan pertama kali pada tahun 2012.

­ 144 ­

dari semua larangan ihram kecuali melakukan hubungan badan dan pendahuluannya;

Mabit di Mina. Hukum mabit di Mina wajib.

7.

Sebagian besar Jemaah mabit di perkemahan Haratullisan Mina. Sebagian lagi mabit di perluasan Mina atau Mina Jadid. Perkemahan Mina Jadid merupakan perluasan dari perkemahan Mina. Mabit di perluasan Mina termasuk mina Jadid dibolehkan dan hukum mabitnya sah.

Mabit selama dua malam yaitu 11 sampai 12 8.

Dzulhijjah bagi nafar awal atau tiga malam, 11 sampai 13 Dzulhijjah bagi nafar tsani.;

Memanfaatkan waktu mabit di Mina sebaik­

9.

baiknya, dengan terus bermujahadah, memelihara jiwanya yang telah bersih, agar tidak menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah, tidak melanggar perintah Allah, menjauhkan diri dari godaan syetan, tidak mengumbar hawa nafsu, dan pada puncaknya dapat menyandarkan hidupnya hanya kepada Allah.

Melontar ketiga Jama rat (Sughra, Wust

10. }ha, dan

Kubra) masing­masing tujuh kali lontaran pada 11 Dzulhijjah;

Melontar tiga

11. Jama rat (Sughra, Wust}ha, dan Kubra) pada 12 Dzulhijjah; jemaah haji yang meng ambil na far awwal diharuskan me­

­ 145 ­

ning galkan Mina menuju Makkah sebelum Matahari terbenam;

Melontar tiga

12. Jama rat (Sughra, Wust}ha, dan Kubra) pada 13 Dzulhijjah; jemaah yang mengambil nafar tsani meninggalkan Mina menuju Makkah;

Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan jemaah selama mabit di Mina:

Melontar jamrah adalah untuk mengagungkan 1.

Asma Allah. Karenanya jemaah pada saat melontar harus penuh dengan rasa santun, tidak dengan emosi, tidak saling menyakiti secara fisik, baik dengan cara berdesak­

desakan, saling berebut tempat. Jemaah hendaknya melempar dengan menggunakan batu kerikil,14 dan tidak menggunakan batu besar karena bisa membahayakan orang lain;

Melontar jamrah dilakukan dengan cara 2.

melontar batu kerikil ke dinding marma, memastikan batu kerikil mengenai dinding marma dan kemudian masuk ke lubang marma.

Waktu mabit di Mina adalah sepanjang malam 3.

hari, dimulai dari waktu Maghrib sampai de­

ngan terbit fajar. Batas waktu mabit di Mina, paling sedikit jemaah mendapatkan sebagian

14 Abî Dâud, Sunan Abî Dâwud, nomor hadits 1966.Al­Fâkihî,

Akhbâr Makkah, juz 4, hal. 250 nomor hadits 2557.

­ 146 ­

besar waktu malam (mu’dzha mul lail). Menurut sebagian ulama’, mabit di Mina sah selama jemaah hadir di Mina sebelum fajar kedua terbit;15 Waktu melontar Jamrah Aqa bah pada 10 4.

Dzulhijjah dimulai sejak lewat tengah malam dan lebih utama setelah Matahari terbit. Namun, mengingat pa datnya jemaah haji dari seluruh dunia yang me lontar pada waktu itu, di anjurkan kepada jemaah haji Indonesia untuk melontar mulai siang hari;

Waktu melontar pada hari Tasyriq 11, 12, 13 5.

Dzulhijjah menurut jumhur ulama dimulai setelah Matahari tergelincir. Namun, Imam Rafi’i dan Imam Isnawi dalam mazhab Syafi’i membolehkan melontar jamarat sebelum Matahari tergelincir (qabla zawāl), dimulai sejak fajar terbit. Pen dapat ter sebut dapat diamal kan meski pun sebagian ulama menilai d}a’īf/lemah (Keputusan Mukta mar ke­29 NU 4 De sem ber 1994);

Jemaah haji yang memba dalkan lontar orang 6.

lain meniatkan lon taran untuk dirinya sendiri terlebih dulu baru kemudian meniatkan lontaran untuk jemaah yang dibadalkan;

Jemaah haji yang meng ambil nafar awal 7.

meninggal kan Mina pada 12 Dzulhij jah

15 Abu Zakariya an­Nawawi, al-Majmu’ Syarkh al-Muhadzab li

Syairazi, juz 8, hlm. 223; lihat juga al­Izz bin Abdl Salam, al-Ghayah fi Ikhtishar an-Nihayah, jilid 3, hlm. 108

­ 147 ­

sebelum Matahari terbenam, sedangkan jemaah yang meng am bil nafar tsani meninggal kan Mina pada 13 Dzulhijjah;

Memperbanyak takbir, berzikir, diselingi 8.

dengan doa dan berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah karena Mina termasuk tempat mustajab untuk berdoa; berdzikir dan berdoa untuk melatih rohani agar bisa lebih berserah diri di hadapan Allah, kemudian bergantung pada Kekuasaan dan Keagungan­ Nya

Lokasi dan suasana Mina

­ 148 ­

Lokasi dan suasana jamarat di Mina Tawaf Ifadhah

e.

Tawaf ifadhah dilaksanakan setelah jemaah haji pulang dari Mina 12 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar awal) atau setelah 13 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar tsani). Setelah tiba di hotel Makkah, aktifitas jamaah:

Beristirahat secukupnya dan tidak 1.

memaksakan diri segera melaksanakan tawaf ifadhah. Menurut jumhur ulama’, tidak ada batas waktu akhir pelaksanaan tawaf ifadhah.

­ 149 ­

Ia bisa dilakukan kapan saja selama masih hidup.16 Terlebih bagi jemaah yang berada di Mina, disarankan tidak melaksanakan tawaf ifadhah 10 Dzulhijjah dengan berjalan kaki menuju Makkah dan kembali lagi ke tenda Mina karena berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan jemaah.

Bagi jemaah haji yang tinggal di hotel jauh 2.

dari Masjidil Haram, tawaf ifadhah sebaiknya dilakukan setelah bus shalawat beroperasi, kecuali jemaah haji gelombang I kloter 1–5 yang harus segera meninggalkan tanah suci menuju tanah air;

Melaksanakan thawaf ifad

3. }lah dan sa’i (tah}allul

tsani), tanpa diakhiri dengan mencukur rambut.

Dengan demikian, jemaah telah tahallul tsani, terbebas sepenuhnya dari semua larangan ihram. Dengan selesainya tawaf ifadhah, berarti telah selesai rangkaian pelaksanaan haji tamattu’.

Meyakini hajinya sah dan sempurna dengan 4.

terus berdoa agar hajinya diterima Allah SWT.

Tawaf Wada’

f.

Baik jemaah haji gelombang I yang segera pulang ke ta nah air maupun gelombang II yang hendak bertolak ke ke Madinah diwajibkan melakukan tha waf

16 Sa’id Bin Abdul Qadir Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj

wa al’Umrah, hlm. 179

­ 150 ­

wada’. Thawaf wada’ dikerjakan saat je maah haji akan meninggalkan Mak kah.

Mengubah Niat

g. :

Haji tamattu’ bisa diubah menjadi haji qirān dengan mengubah niat ihram umrah menjadi niat ihram haji dan umrah sekaligus, atau menjadi ifrad dengan mengubah niat ihram umrah menjadi ihram haji saja. Tetapi orang yang melakukan perubahan niat haji di ke na kan dam satu ekor kambing. Diantara kondisi yang menyebabkan terjadinya perubahan niat ihram tersebut adalah:

Perempuan yang datang di Makkah dalam 1.

keadaan haid/nifas dan sampai da tang waktu wukuf masih belum suci sehingga tidak bisa melaksanakan umrah;

Jemaah yang datang di Makkah dalam 2.

keadaan sakit dan sampai da tang waktu wukuf tidak bisa melaksanakan umrah.

Haji Ifrād B.

Haji ifrād adalah mengerjakan haji saja tanpa umrah. Dengan cara ini seorang jemaah haji tidak wajib membayar dam. Pelaksanaan haji dengan cara ifrād ini dapat dipilih oleh jemaah haji yang datang mendekati waktu wukuf, sekitar lima hari sebelum wukuf.

niat ihram 1.

Bersuci dengan mandi

a. dan ber wudlu;

B

b. erpakaian ihram;

­ 151 ­

Melaksanakan salat sunat ihram dua rakaat;

c.

Berniat ihram haji dari miqat

d. di Abyar Ali bagi

jemaah haji gelombang I dan di asrama haji embarkasi, atau di dalam pesawat sebelum melintasi di Yalamlam/Qarnul al­Manazil, atau di Bandara KAIA Jeddah, bagi jemaah haji gelombang II, dengan melaksanakan niat di hati:

.اًّجَح َّمُهَّللَا َكْيَّ َل

Artinya:

Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.

Atau mengucapkan:

لاَعَت ِلل ِهِب ُتْمَرْح َ أَو َّجَ ْ

لا ُتْيَوَن

Artinya:

Aku berniat haji dengan berihram kare na Allah Ta’ala.

Bagi jemaah haji yang lemah dan sakit e.

dianjurkan niat ihram dengan isytirat, lihat cara isytirat pada bab haji tamattu’

Aktifitas

2. di makkah

Jemaah haji Indonesia yang melaksanakan a.

haji ifrād, ketika tiba di Makkah disunatkan mengerjakan thawaf qudum;

Thawaf qudum bukanlah thawaf umrah, bukan b.

pula thawaf haji, dan hukumnya sunat. Setelah thawaf qudum, boleh diikuti dengan sa’i atau

­ 152 ­

tidak. Jika diikuti dengan sa’i, maka sa’i yang dikerjakan ini sudah termasuk sa’i haji. Pada saat melaksanakan thawaf ifad}ah, tidak perlu melakukan sa’i lagi.

Jika setelah melakukan thawaf qudum seorang c.

jemaah sudah melaksanakan sa’i, maka jemaah ini tidak mengakhiri sa’i­nya dengan bercukur/

memotong rambut. Cukur dilaksanakan sesudah wukuf dan tiba di Mina setelah atau sebelum melontar Jamrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah;

Urutan kegiatan, bacaan

d. dzikir dan doa pada

pelaksanaan haji ifrād sejak dari wukuf sampai selesai, sama dengan yang dilakukan jemaah saat melaksanakan haji tamattu’;

Apabila setelah selesai melaksanakan ibadah e.

haji, jemaah ingin melaksana kan ibadah umrah, jemaah dapat meng ambil mīqāt dari Tan’im, Ji’ranah atau mīqāt lainnya;

Jemaah haji yang melakukan haji ifrad f.

diwajibkan melakukan tha waf wada’ men ­ jelang berangkat ke ta nah air bagi gelombang I dan menjelang bertolak ke Madinah bagi gelombang II.

Mengubah Niat

3. :

Mengubah niat dari haji ifrad menjadi haji tamattu’ atau haji qiran atau sebaliknya, hukumnya boleh, tetapi pelakunya dikenakan dam tamattu/qiran

­ 153 ­

serta dam mengubah niat. Dia tidak perlu kembali ke miqat.

Haji qirān C.

Haji qirān adalah proses mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus.

Orang yang melakukan cara ini wajib membayar Dam Nusuk satu ekor kambing. Haji qirān dapat dipilih apabila karena sesuatu hal, seorang jemaah tidak dapat melaksanakan umrah, baik sebelum maupun sesudah haji, termasuk jemaah haji yang masa tinggalnya di Makkah sangat terbatas. Pelaksanaannya sebagai berikut:

niat Ihram 1.

Bersuci dengan mandi

a. dan berwudu;

Berpakaian ihram;

b.

Melaksanakan salat sunat ihram dua rakaat;

c.

Berniat ihram haji dan ihram umrah dari miqat d.

Abyar Ali bagi gelombang I dan dari asrama haji embarkasi bagi gelombang II, atau di dalam pesawat sebelum melintas Yalamlam/

Qarnul al­Manazil, atau di Bandara KAIA Jeddah, dengan melaksanakan niat di hati;

ًةَرْمُعَو اًّجَح َّمُهَّللَا َكْيَّ َل

Artinya:

Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji dan berumrah.

­ 154 ­ Atau mengucapkan:

. َ

لاَعَت ِلل اَمِهِب ُتْمَرْح َ

أَو َةَرْمُع ْ لاَو َّجَ ْ

لا ُتْيَوَن

Artinya:

Aku niat haji dan umrah dengan berihram karena Allah Ta’ala.

Jemaah haji yang lemah dan sakit dianjurkan e.

berniat ihram dengan isytirat, lihat cara isytirat pada haji tamattu’

Aktifitas di makkah 2.

Jemaah haji Indonesua yang melaksanakan a.

haji qiran, ketika tiba di Makkah disu nat kan mengerjakan thawaf qudum;

Thawaf qudum bukanlah thawaf umrah, bukan b.

pula thawaf haji, dan hukumnya sunat. Setelah thawaf qudum, boleh diikuti dengan sa’i atau tidak. Jika diikuti dengan sa’i, maka sa’i yang dikerjakan ini sudah termasuk sa’i haji. Maka pada saat melaksanakan thawaf ifad}ah, tidak perlu melakukan sa’i lagi.

Jika setelah melakukan thawaf qudum seorang c.

jemaah sudah melaksanakan sa’i, maka jemaah ini tidak mengakhiri sa’i­nya dengan bercukur/

memotong rambut. Cukur dilaksanakan sesudah wukuf dan tiba di Mina setelah atau sebelum melontar Jamrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah;

­ 155 ­ Pelaksanaan ibadah,

d. dzikir dan doa Haji Qiran

sejak dari wukuf sampai dengan selesai sama dengan pe lak sanaan haji tamattu’;

Ketika jemaah melaksanakan thawaf

e. ifad}lah, ia

harus melakukan sa’i jika pada waktu thawaf qudum belum melaksanakan sa’i;

Jemaah pada saat akan meninggalkan Makkah, f.

wajib melaksanakan tha waf wada’.

Mengubah Niat

3. :

Mengubah niat dari haji qiran menjadi tamattu’

hukumnya boleh, tetapi ia dikenakan dam nusuk dan dam mengubah niat. Sedangkan mengubah niat dari qiran ke ifrad hukumnya boleh tetapi cara ini dikenakan dam karena mengubah niat tanpa perlu kembali ke miqat.

Catatan

4. ;

Adakalanya Jemaah dari Arafah atau dari Muzdalifah, disebabkan oleh sesuatu hal, langsung ke Makkah. Untuk memastikan keabsahan ibadahnya dianjurkan melakukan langkah­langkah sebagai berikut;

Jemaah setelah wukuf di Arafah langsung ke 1.

Makkah

Jemaah yang langsung berangkat ke Makkah setelah wukuf di Arafah 9 Dzulhijjah, baik akibat tersesat maupun sengaja ke Makkah, hendaknya menunggu di Makkah hingga

­ 156 ­

lewat tengah malam, kemudian mela ksanakan tha waf ifad}ah, dilanjutkan mencukur atau memotong rambut (tahallul awal). Setelah itu, ia berangkat menuju Mina untuk me lon­

tar Jamrah Aqabah (tah}allul tsani); dilanjutkan dengan mabit di Mina. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, tawaf ifadhah sah dilakukan paling cepat setelah lewat tengah malam 10 Dzulhijjah.17

Jemaah dari Muzdalifah langsung ke Makkah 2.

Jemaah yang langsung berangkat ke Makkah setelah mabit di Muzdalifah, baik akibat tersesat maupun sengaja ke Makkah, hendaknya menunggu di Makkah hingga lewat tengah malam kemudian mela ksanakan tha waf ifad}hah, dilanjutkan mencukur atau memotong rambut (tahallul awal). Setelah itu, ia berangkat menuju Mina untuk me lon­

tar Jamrah Aqabah (tah}allul tsani); dilanjutkan dengan mabit di Mina.

17 Al-Baihaqi, , Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, jilid 7, hlm. 291

- 157 -

BAB V

Dalam dokumen Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Halaman 160-181)