• Tidak ada hasil yang ditemukan

لاَق َ مُُ

ُهْضَعْلا اَم ْمُكُئِ بَنُأ َلََّأ «

ِمَ نلا َىِﻫ ساَ نلا َنْيَب ُةَلاَقْلا ُةَمي

«.

“Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia”. (HR.

Muslim)

Sikap adu domba bertujuan untuk merusak hubungan manusia di mana hubungan baik akan berubah menjadi buruk, perselisihan akan kerap terjadi, dan saling mengejek atau pun menghina akan semakin marak diucapkan. Imam Nawawi berkata:

ْمﻬنْيَب ِداَسْفِإْلا ِةَﻬِج ىَلَع ٍضْعَب ىَلِإ ْمِﻬِضْعَب ِساَ نلا ِماَلَك لْقَن ةَميِمَ نلا

“Para ulama menjelaskan namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.”

2. Adu Domba dalam Islam

Islam melarang umatnya melakukan adu domba karena menghancurkan hubungan yang sudah terbangun kokoh sehingga perintah untuk saling mengenal dan saling berbuat baik akan ditinggalkan. Selain hubungan yang akan hancur, adu domba akan memberikan beberapa dampak negatif lainnya, yaitu

a. Mendapatkan siksa dan dosa

Rasulullah Saw. mengajarkan sahabatnya untuk tidak melakukan adu domba. Sikap itu akan membawa dosa dan siksa pada pelakunya dan kehancuran bagi orang-orang yang diadu domba. Rasulullah Saw. bersabda:

ُ ىِبَ نلا َ رَم َلاَق ٍساَ بَع ِنْبا ِنَع –

ملسو هيلع هللا ىلص –

ْوَأ ِةَنيِدَمْلا ِناَطيِح ْنِم ٍطِئاَحِب

َةَ كَم ،

َ ذَعُي ِنْيَناَسْنِإ َتْوَص َعِمَسَف اَمِﻫِروُبُق ىِف ِناَب

، ُ ىِبَ نلا َلاَقَف –

ملسو هيلع هللا ىلص

– ِناَبَ ذَعُي « ،

ٍريِبَك ىِف ِناَبَ ذَعُي اَمَو »

، َلاَق َ مُُ

ىَلَب « ، ِهِلْوَب ْنِم ُرِتَتْسَي َلَّ اَمُﻫُدَحَأ َناَك ،

ِةَميِمَ نلاِب ىِشْمَي ُرَخﻵا َناَكَو

)يراخبلا هاور(

“Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah Saw. melewati sebuah kebun di Madinah atau Makkah beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa dalam

kuburnya. Nabi bersabda, “Keduanya sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang sulit untuk ditinggalkan”. Kemudian beliau kembali bersabda, “Mereka tidaklah disiksa karena dosa yang mereka anggap dosa besar. Orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan adu domba”. (HR.

Bukhari)

Selain pelaku adu domba akan mendapatkan siksa dan dosa, ia tidak ditempatkan pada surga. Rasulullah Saw. bersabda:

ِالله ُلو ُسَر َلا َق :َلاَق َةَفْي َذُح ْنَع ٌما َمَن َةَّن َج ْ

لا ُل ُخ ْدَيَلَّ َمَّل َس َو ِهْي َلَع ُالله ىَّلَص

Tidak akan bisa masuk surga orang yang suka melakukan adu domba (Namimah). (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Merupakan hamba yang buruk

Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa berbuat baik dan menjaga hubungan dengan manusia lainnya. Hal itu menjadikan kita seorang muslim sejati. Rasulullah Saw. bersabda:

ِه ِدَي َو ِهِنا َسِل ْن ِم َنْوُمِل ْسُ ْلۡا َمِل َس ْنَم ُمِل ْسُ ْلَۡا )يراخبلا هاور(

“Seorang muslim (yang baik) adalah seseorang, yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (HR. Bukhari)

Ketika kita merusak hubungan baik seseorang, berarti kita telah ingkar pada perintah berbuat baik dan menjaga hubungan. Dan perbuatan adu domba merupakan perbuatan yang akan menimbulkan hubungan manusia hancur.

Rasulullah Saw. bersabda:

َو ، ُالله َر ِك ُذ اْوُء ُر اَذِا َنْيِذَّلا ِالله ِداَبِع ُراَي ِخ :ص َّي ِبَّنلا ِهِب ُغُلْبَي ٍمْنَغ ِنْب ِنمْحَّرلا ِدْبَع ْنَع َتَنَعلْا ِءآَرُب ْلِل َنْوُغاَبْلَا ِةَّب ِحَلْۡا َنْيَب َنْوُق رَفُلْۡا ِةَمْيِمَّنلاِب َنْوُءا َّشَلْۡا ِالله ِداَبِع ُراَر ِش

“Dari ‘Abdurrahman bin Ghanmin, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Sebaik- baik hamba Allah ialah orang-orang yang apabila mereka itu dipuji, disebutlah nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang berjalan kesana-kemari berbuat namimah, orang-orang yang memecah persatuan dengan mencari-cari cela dan keburukan orang-orang yang bersih”. (HR.

Ahmad)

c. Menimbulkan sikap saling membenci

Sikap adu domba akan menghancurkan hubungan manusia. Dalam proses hancurnya hubungan manusia, sikap saling membenci akan ada sebagai perantaranya. Rasulullah Saw. bersabda:

، ِهِت َجا َح يف ُالله َنا َك ، هي ِخأ ةَجاَح يف َناَك ْنَم . ُهُمِل ْسُي َلََّو ، ُهُمِلْظَي َلَّ ، ِمِل ْسُلۡا وُخأ ُمِل ْسُلۡا ْن َع َجَّر َف ْن َم َو َبْر ُك ا َه ِب ُهْنَع ُالله َجَّر َف ،ًةَبْرُك ٍمِل ْسُم

ِة َماَي ِقلا ِموَي ِبَرك ْنِم ًة ًام ِل ْس ُم َر َت َس ْنَمَو ،

ِة َماَي ِقلا َموَي ُالله ُهَر َت َس

“Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh), barang siapa yang memenuhi keperluan saudaranya (Muslim) nescaya Allah akan memenuhi keperluannya, barang siapa yang menghilangkan kesusahan seorang Muslim nescaya Allah akan menghilangkan kesusahan-kesusahannya pada Hari Kiamat, dan barang siapa menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada Hari Kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim)

D. Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

1. Pengertian Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

Mencari-cari kesalahan orang lain dalam bahasa Arab disebut dengan tajassus. Kata Lisan al-‘Arab, tajassus berarti mencari berita dan menyelidikinya.

Secara istilah, kata tajassus berarti mencari-cari kesalahan orang lain dengan cara menyelidiki dan mematainya.

Perbuatan tajassus merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama Islam.

Perbuatan ini sama dengan memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati.

Allah Swt. berfirman:

ْغَي لََّو او ُس َّس َجَت َ َ

لََّو ْۖ ٌمُْ ِإ ِ ن َّظلا َضْعَب َّنِإ ِ نَّظلا َنِم اًريِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ْم ُك ُضْعَب ْبَت

َ َّللَّا َّن ِإ ۚ َ َّللَّا اوُقَّتاَو ۚ ُهوُمُتْهِرَكَف اًتْيَم ِهي ِخَأ َمْح َل َلُكْأَي ْنَأ ْمُكُدَحَأ ُّب ِحُيَأ ۚ اًضْعَب ٌمي ِحَر ٌباَّوَت

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu

merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurāt [49]: 12)

Perbuatan tajassus akan mengundang retaknya hubungan manusia karena dengan kesalahan-kesalahan yang dicari, aib seseorang akan terbongkar. Hal itu sama dengan mengingkari perintah Allah untuk saling bersaudara. Rasulullah Saw.

bersabda:

اَّي ِإ اوُرَبا َدَتَلََّو او ُد َسا َحَت َلََّو او ُس َّس َجَت َلََّو او ُس َّس َحَت َلََّو ِثْي ِد َح لا ُب َذ ْك ْ َ

أ َّنَّظلا َّن ِإ َف َّنَّظلاَو ْمُك اوُن ْو ُكَو او ُض َغاَبَتَلََّو َداَبِع

اًنا َو ْحإ ِ َّللَّا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR.

Bukhari dan Muslim)

2. Mencari-cari Kesalahan Orang Lain Dalam Islam

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang buruk dan dilaknat oleh Allah. Oleh karenanya kita harus menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu, perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain menimbulkan berbagai dampak negatif untuk pelaku dan korbannya, yaitu

a. Dilaknat oleh Allah Swt.

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain merupakan sebuah pengingkaran dari perintah saling mengenal, memahami, dan menjamin dalam persaudaraan. Allah Swt. berfirman:

ْغَي لََّو او ُس َّس َجَت َ لََّو ْۖ ٌمُْ ِإ ِ نَّظلا َضْعَب َّنِإ ِ نَّظلا َنِم اًريِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َ ْبَت

ا َّن ِإ ۚ َ َّللَّا اوُقَّتاَو ۚ ُهوُمُتْهِرَكَف اًتْيَم ِهي ِخَأ َمْح َل َلُكْأَي ْنَأ ْمُكُدَحَأ ُّب ِحُيَأ ۚ اًضْعَب ْمُكُضْعَب

َ َّللَّ