• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.28. Al-Abror (Creativ by Alia, D, 2021)

2.6.1. Sejarah Al-Abror

Madrasah di Indonesia telah muncul dan berkembang seiring dengan masuk dan berkembangnya islam di Indonesia. Madrasah terus mengalami perubahan sejak masa kesultanan, penjajahan dan kemerdekaan. Perkembangan tersebut telah mengubah bentuk awal seperti pengajian dirumah-rumah, mushola dan mesjid menjadi bentuk lembaga pendidikan formal seperti saat ini yang disebut dengan madrasah (Rahim Cit Fauziah, 2018).

Menurut Tsaori seorang ustad di mesjid dan sekolah Al-Abror, Al-Abror mulai didirikan pada tanggal 1 November 1989 dengan pendiri pertamanya seorang ketua Dewan Kesejahteraan Mesjid (DKM) Bapak Sama Setiawan dan disahkan oleh seorang kepala dusun Bapak Edi. Sekolah Madrasah Al-Abror yang dikalangan masyarakat dikenal dengan sekolah agama berdiri pertama kali diatas bangunan balai dusun Cigarukgak di Rt 03 Rw 07. Dahulu dengan sebutan sekolah agama hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama tentang tatacara solat, wudhu, puasa dan ilmu-ilmu fiqih.

Seiring perkembangan waktu dan zaman sekolah agama atau sekolah madrasah berubah menjadi Pendidikan Diniyah Takmiliyah (PDT) pada tahun 2002-2005 saat ini sekolah agama mulai diakui pemerintah dan berada pada naungan hukum PD Pontren (Pemerintah Daerah Pondok Pesantren). Kurikulum pembelajarannya yaitu telah menggunakan kurikulum depag (departemen agama) yang memuat beberapa mata pelajaran yaitu:

2.6.1.1. Aqidah 2.6.1.2. Akhlaq 2.6.1.3. Fiqih

2.6.1.4. Sejarah Kebudayaan Islam 2.6.1.5. Bahasa Arab

2.6.1.6. Al-quran

Tahun 2005-sekarang PDT mengalami perubahan nama lagi menjadi MDT (Madrasah Diniyah Takmiliyah) yang memiliki 3 tingkatan kelas yaitu:

2.6.1.1. TKQ (Taman Kanak Al-Qur’an) dengan murid umur 4-6 tahun 2.6.1.2. TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dengan murid kelas 1-2 SD 2.6.1.3. MDT (Madrasah Diniyah Takmiliyah) dengan murid kelas 3-6 SD

Mata pelajaran yang diajarkanpun semakin bertambah yaitu adanya tambahan pelajaran mengenai para wali dan juga sejarah masuknya islam ke Indonesia.

2.6.2. Letak Geografis

Al-Abror terletak di RT 03 RW 07 Kampung Cigarukgak Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, letak Madrasah Al-Abror ini di pinggir jalanan kampung yang menjadi pusat jalan besar Cidolog- Cineam. Luas bangunan Madrasah Al-Abror yaitu 147m2, dengan difasilitasi 3 ruangan kelas TKQ, TPQ, dan MDT. Fasilitas penunjang belajar meliputi meja guru, lemari, kursi, meja siswa dan papan tulis white bor.

Kampung cigarukgak berada disebuah perbukitan yang membuat para masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, demikian juga mata pencaharian orang tua murid dari Madrasah Al-Abror sebagian besar sebagai petani. Menurut Notoatmodjo (2012), Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal, tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak. Menurut seorang ustadzah Nuraisyah mata percaharian orang tua sebagai petani sangat berpengaruh pada akhlak para siswa, karena seharusnya siswa belajar dengan CBSA (cara belajar siswa aktif) dengan bantuan orang tua mencarikan informasi tambahan di media sosial dengan orang tua

sebagai petani yang bekerja berangkat pagi pulang sore anak jadi kurang terperhatikan.

2.6.3. Pengertian TKQ, TPQ, dan MDT 2.6.3.1.TKQ

Jenjang TK Al-Qur’an terdiri dari 2 level, yaitu Level A dan level B Setiap Level ditempuh dalam 2 semester, yaitu semester 1 dan semester 2 selama kurun waktu 1 tahun. Pada setiap jenjang santri dapat mengikuti Munaqosya Akhir serta Wisuda, kemudian melanjutkan pada jenjang berikutnya setelah menempuh program pembelajaran yang telah ditentukan. Materi dan program ketuntasan belajar santri di TK al-qur’an, level A dan level B adalah 2 tahun atau sama dengan 4 semester (Direktorat Pendidikan Diniyah, 2012).

2.6.3.2.TPQ

Taman Pendidikan Al-Qur'an (disingkat TPA atau TPQ) merupakan lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al-Qur'an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi. TPA/TPQ setara dengan RA dan taman kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian dasar-dasar membaca Al-Qur'an serta membantu pertumbuhan dan perkembangan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Wikipedia).

2.6.3.3.MDT

Istilah madrasah berasal dari bahasa arab yang artinya keterangan tempat (zaraf makan) dari akar darasa. Secara harfiah madrasah diartikan sebagai tempat belajar para pelajar atau tempat untuk memberikan pelajaran. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sekolah. Sekolah agama (diniyah) merupakan dimana peserta didik memperoleh pembelajaran sebeluk-beluk agama dalam hal ini adalah agama islam (Fauzan, 2018).

Menurut departemen agama RI madrasah diniyah adalah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara

terus menerus memberikan pendidikan agama islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan pada system klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan (Departemen Agama RI Cit Fauziah, 2018).

2.6.4. Tujuan dan Fungsi Madrasah Diniyah

Tujuan asal madrasah diniyah yaitu memberikan pemahaman agama islam kepada masyarkat muslim. Namun, setelah didirikannya sekolah umum, tujuan dari madrasah diniyah berubah menjadi sekolah penyeimbang dan pelengkap terhadap sekolah-sekolah umum. Legalitas Madrasah Diniyah telah diatur dalam PP No 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan (Fauzan, 2018).

Madrasah diniyah memiliki beberapa tingkatan yaitu awaliyah, wustha dan usla.

2.6.4.1.Tujuan Madrasah Diniyah Awaliyah:

a. Memiliki sikap seorang muslim yang berakhlak mulia b. Memiliki sikap sebagai warga negara Indonesia yang baik

c. Memiliki kepribadian, percaya diri sendiri, sehat jasmani dan rohani

d. Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dan dan sikap terpuji bagi pengembangan pribadinya

2.6.4.2.Tujuan Madrasah Diniyah Wustha dan Ulya:

a. Memiliki sikap seorang muslim yang berakhlak mulia b. Memiliki sikap sebagai warga Negara Indonesia yang baik

c. Memiliki kepribadian, percaya diri sendiri, sehat jasmani dan rohani

d. Memiliki pengalaman pengetahuan, keterampilan, beribadah dan sikap terpuji bagi pengembangan pribadinya

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat

Menurut Anwar (2017), madrasah diniyah memiliki tiga pilar utama:

2.6.4.1 Pilar Filosofis, sebagai pijakan bahwa madrasah diniyah adalah fardhlu’ain untuk dipertahankan sebagai lembaga “tafaqquh fiddin” melalui sumber pembelajaran pada kitab-kitab kuning yang merupakan ide, cita-cita dan simbol keagungan pesantren.

2.6.4.2. Pilar Sosiologis, sebagai referensi bahwa madrasah diniyah tidak berada dalam ruang kosong (vacuum space), tetapi bagian dari sistem sosial yang luas dan dinamis, sehingga eksistensi madrasah diniyah tidak sekedar sebagai pelengkap (suplement), tetapi diharapkan menjadi pilihan utama (primer).

2.6.4.3. Pilar Yuridis, sebagai dasar mengembangkan kearifan bahwa di Indonesia berlaku sistem pendidikan nasional, sehingga jenis, bentuk dan perjenjangan satuan pendidikan yang namanya madrasah diniyah harus menyesuaikan dengan regulasi pendidikan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam dokumen BAB II - Repository Poltekkes Tasikmalaya (Halaman 31-35)

Dokumen terkait