• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Repository Poltekkes Tasikmalaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - Repository Poltekkes Tasikmalaya"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Menyikat gigi merupakan suatu rutinitas yang dilakukan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi dengan menggunakan sikat gigi, baik sikat gigi elektrik maupun biasa. Menyikat gigi yang baik adalah menyikat gigi sedemikian rupa sehingga kita dapat membersihkan seluruh permukaan gigi tanpa merusak gusi. Menyikat gigi merupakan cara efektif membersihkan gigi dari sisa makanan dan kotoran yang menempel pada gigi.

Menyikat gigi berfungsi untuk membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi dan menghilangkan bau-bauan yang tidak diinginkan serta memberikan rasa nyaman pada gigi sehingga melancarkan peredaran darah pada gigi. Menyikat gigi bertujuan untuk membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel pada seluruh permukaan gigi, baik bagian luar, dalam maupun bagian pengunyahan (Suryani, 2017). Dengan menyikat gigi secara menyeluruh, dapat mencegah terjadinya penumpukan sisa makanan pada gurat sisi gigi dan pada permukaan gigi yang menyebabkan peradangan pada jaringan periodontal dan berkembangnya gigi berlubang (Ardyan, 2010).

Sedangkan menyikat gigi sebelum tidur juga berfungsi untuk mencegah kemungkinan kotoran menjadi sarang bakteri dan kuman perusak gigi (Djamil, 2011). Frekuensi menyikat gigi menurut Djamil (2011) adalah 3 kali sehari, namun pada dasarnya 2 kali sehari juga dianggap cukup yaitu setelah makan dan sebelum tidur (Djamil, 2011). Semakin lama Anda rutin menyikat gigi, maka semakin sedikit sisa makanan yang menempel di permukaan gigi dan semakin mengurangi jumlah gigi berlubang.

Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang dipenuhi sisa-sisa makanan yang masih menempel saat menyikat gigi.

Gambar 2.2. Media Elektronik  (Nurdin, 2020)
Gambar 2.2. Media Elektronik (Nurdin, 2020)

Kebersihan Gigi dan Mulut 1. Pengertian

Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu upaya untuk mengetahui keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan beberapa kriteria yang disebut indeks (angka yang menunjukkan kondisi klinis yang diperoleh pada saat pemeriksaan, mengukur permukaan gigi yang tertutup plak dan kalkulus). Debris merupakan endapan lunak yang menempel pada permukaan gigi, berupa material alba, plak, dan sisa makanan.

Plak gigi merupakan endapan lunak yang melekat kuat pada permukaan gigi, terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam matriks antar sel jika seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Bahan alba merupakan endapan lunak berwarna kuning atau abu-abu hingga putih yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Sebagian besar sisa makanan dicerna oleh enzim bakteri dan dibersihkan 5-30 menit setelah makan, namun sebagian mungkin tertinggal di permukaan gigi dan mukosa.

Aliran air liur, kerja mekanis lidah, pipi dan bibir, serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan. Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang melekat kuat pada permukaan mahkota gigi dari tepi gingiva dan dapat dilihat. Warnanya coklat tua atau hijau kehitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat pada permukaan gigi.

Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Greene dan Vermillion, dapat menggunakan indeks yang dikenal dengan Siplified Oral Hygiene Index (OHI-S). Pada awalnya indeks ini digunakan untuk mengetahui gingivitis dan penyakit periodontal, namun kata-kata yang diperoleh kurang bermakna, oleh karena itu indeks ini hanya digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut serta mengetahui efektivitas menyikat gigi. Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Greene dan Vermillion menggunakan indeks yang dikenal sebagai Siplified Oral Hygiene Index (OHI-S) dengan memilih enam indeks permukaan gigi tertentu yang dapat mewakili segmen anterior dan posterior seluruh permukaan gigi di rongga mulut.

Hilang karena pencabutan, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan jaket mahkota berbahan akrilik atau logam, mahkota gigi yang hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks akibat karies atau patah tulang (patah), gigi yang erupsi (pertumbuhannya) belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis dapat dievaluasi apabila terdapat minimal dua gigi indeks yang dapat diperiksa. Pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan larutan pengungkap, yang dilakukan dengan cara membersihkan bibir pasien dari lipstik kemudian melapisi bibir pasien dengan petroleum jelly agar cairan pengungkap tidak menempel pada bibir. Jika tidak bisa menghentikan kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan lengket, disarankan untuk segera membersihkan gigi dan mulut, minimal dengan berkumur (Astuti, 2015 Cit., Saragih, N 2019).

Pemeriksaan kesehatan gigi dan rongga mulut dilakukan minimal enam bulan sekali dengan atau tanpa masalah, hal ini untuk memeriksa apakah gigi lain mengalami karies atau tidak. Sehingga dilakukan pengobatan sesegera mungkin untuk mengetahui ada tidaknya karang gigi dan kelainan yang mungkin terjadi (Rasinta, 2016 Cit., Saragih, N 2019).

Gambar 2.15. Debris  (Permatasari, 2018)
Gambar 2.15. Debris (Permatasari, 2018)

Al- Abror

Al-Abror terletak di RT 03 RW 07 Desa Cigarukgak, Desa Ciampanan, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kampung Cigarukgak terletak di atas bukit, sehingga sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, dan orang tua siswa Madrasah Al-Abror sebagian besar berprofesi sebagai petani. Menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada orang lain untuk memahami suatu hal, tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula ia menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak ilmu yang diperolehnya. mereka punya.

Menurut seorang ustadzah Nuraisyah, mata pencaharian orang tua sebagai petani sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa, karena siswa dengan CBSA (metode belajar siswa aktif) harus belajar dengan bantuan orang tua untuk mencari informasi tambahan di media sosial bersama orang tua. TK Al-Qur'an terdiri dari 2 jenjang yaitu Jenjang A dan Jenjang B. Masing-masing jenjang ditempuh dalam 2 semester yaitu semester 1 dan semester 2 dalam kurun waktu 1 tahun. Materi dan program pembelajaran penguasaan siswa di TK al-Qur'an jenjang A dan jenjang B adalah 2 tahun atau sama dengan 4 semester (Direktorat Pendidikan Diniyah, 2012).

Taman Pendidikan Al-Qur'an (disingkat TPA atau TPQ) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam nonformal yang bertujuan agar anak usia dini belajar membaca Al-Qur'an dari lingkungan sekitar. usia dini dan memahami dasar-dasar dinul Islam, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan/atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan lebih tinggi. Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan keagamaan ekstrakurikuler yang diharapkan mampu. Namun setelah berdirinya sekolah negeri, tujuan madrasah diniyah berubah dan menjadi sekolah kompensasi dan pelengkap bagi masyarakat. sekolah.

Legalitas Madrasah Diniyah telah diatur dalam PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Keagamaan dan Keagamaan (Fauzan, 2018). Pilar sosiologis, sebagai acuan bahwa madrasah diniyah tidak berada pada ruang kosong (vacuum space), melainkan bagian dari suatu sistem sosial yang luas dan dinamis, sehingga keberadaan madrasah diniyah bukan sekedar pelengkap saja, melainkan sekedar pelengkap. diharapkan menjadi pilihan utama (primer). Pilar hukum, sebagai landasan untuk mengembangkan hikmah yang berlaku di Indonesia dalam sistem pendidikan nasional, sehingga jenis, bentuk dan jenjang satuan pendidikan yang disebut madrasah diniyah harus mematuhi peraturan pendidikan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Kerangka Teori

Gambar

Gambar 2.1. Media Cetak Poster  (Tiara, 2020)
Gambar 2.2. Media Elektronik  (Nurdin, 2020)
Gambar 2.3. Media Luar Ruangan Papan Reklame  (Syaffa, 2020)
Gambar 2.4. Media Lain  (Damri, 2019)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Seorang anak harus memulai menjaga kebersihan mulut jauh sebelum tumbuh gigi. Bau mulut, noda.. pada gigi, atau gigi berlubang disebabkan karena perawatan gigi dan

Merupakan tindakan pembersihan gigi dengan sikat gigi yang dilakukan. untuk membuang sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan

iii HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ORANGTUA DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA Romi

Gambaran Sampel Penelitian Pelaksanaan penelitian ini adalah untuk memberikan Pengaruh Penggunaan Lembar Tempel dalam Meningkatkan Motivasi Waktu Menyikat Gigi yang Tepat Terhadap

Peran orang tua terhadap terhadap anak sekolah dasar sangatlah penting melihat anak sekolah dasar belum bisa menjaga kebersihan gigi dan mulutnya sendiri dan belum mempunyai pengetahuan

1.5 Keaslian Penelitian Sepengetahuan Penulis bahwa penelitian tentang “Gambaran Mengunyah Buah Tomat Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Kelas V SD Negeri 3 Cinaraja Singaparna

iv HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PRASEKOLAH DI RA PUI KAWALU KOTA TASIKMALAYA Munawar Gika JP1, Triyanto R2 ,

Menurut Hidayat, 2016 cara yang dapat dilakukan sendiri untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah:  Sikat gigi mengunakan sikat gigi yang halus sehingga bulu sikat efektif dalam