BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi
manusia dengan lingkungannya. Wujud bisa berupa pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seseorang individu
terhahadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat dan bersikap) maupun
aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi idividu, khususnya
menyangkut pengetahuan, sikap, dan tindakannya terhadap kesehatan
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku kesehatan menurut Notoatmojo (2012), adalah semua aktivitas
atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari
penyakit dan masalah kesehatan lainnya, meningkatkan kesehatan dan mencari
penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
Menurut Becker (1979), perilaku kesehatan diklasifikasikan atas tiga kelompok
yaitu:
1. Perilaku sehat (healthy behaviour) yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan yang
kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau
mengatasi masalah kesehatan lainnya.
3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behaviour) yaitu mencakup hak dan
kewajiban orang yang sedang sakit dalam hal tindakan untuk memperoleh
penyembuhan, tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang tetap dan
sebagainya.
2.2. Bentuk-Bentuk Perilaku
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi
pendidikan membedakan adanya tiga ranah prilaku, sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Sikap (attitude)
c. Tindakan (practice)
2.2.1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu, setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek.
Adapun tingkatan pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sistesis dan evaluasi.
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
yang diterima.
b. Memahami
Tahap memahami diartikan suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat
menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikanatau menggunakan materi
secara benar tentang objek.
c. Aplikasi
Aplikasi yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis
Merupakan kemampuan seseorang menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat
analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis
Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum,
meringkas, menyusun teori-teori yang telah ada dari suatu hubungan logis dari
pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi
Tahap ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi. Penilaian berdasarkan kriteria yang ada.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Menurut Budiharto (2010) sikap adalah suasana batin atau atau hasil
dari proses sosialisasi yakni reaksi seseorang terhadap rangsangan yang diterima
berupa objek kesehatan gigi yaitu tentang gigi serta upaya pemeliharaan.
Menurut Pintauli (2008) kesehatan gigi sangat penting, maka sikap
kemandirian masyarakat perlu didorong terus-menerus melalui berbagai upaya
kegiatan untuk meningkatkan kesehatan yang berkesinambungan. Upaya itu tidak
saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih baik jika melibatkan
pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama untuk
meningkatkan upaya peningkatan dan pencegahan sehingga pada akhirnya dapat
tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut optimal.
Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport
(1954) dalam Notoatmodjo (2005) ,yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Misalnya
seorang anak berkeyakinan bahwa membersihkan gigi dengan sikat gigi secara
teratur dapat membuat gigi menjadi sehat dan tidak berlubang.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misalnya pengalaman seorang
anak jika mengalami sakit gigi langsung mengadu kepada keluarga dan segera
diperiksa ke dokter gigi.
3. Kecenderungan untuk bertindak. Misalnya seorang anak tahu bahwa adanya
Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh.
Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap memiliki tingkatan antara lain ;
a. Menerima
Menerima artinya bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
b. Merespon
Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai
Menghargai merupakan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah (kecenderungan untuk bertindak).
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan berani mengambil resiko atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya.
2.2.3 Tindakan (practice)
Praktek atau tindakan dilaksanakan untuk mewujudkan sikap menjadi
tindakan dalam kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2012).
Adapun tingkatan dari tindakan antara lain:
a. Persepsi
b. Respons terpimpin
Respon terpimpin adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.
c. Mekanisme
Mekamisme maksudnya bila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi / adaptasi
Adopsi meruoakan praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.3 Teori Perubahan Perilaku
Teori merupakan serangkaian konsep, defenisi maupun proporsi yang
saling terkait dan menyajikan suatu pandangan sistematik dari objek dengan
menguraikan hubungan antara variable dengan tujuan ntuk menjelelaskan dan
memperkirakan suatu objek (Edberg, 2007).
2.3.1 Health Belief Model
Health belief model (HBM) mencakup 4 komponen utama (fieldhtheory,
Lewin, 1954; Becker, 1974), yaitu:
1. Kerentanan yang dirasakan
Merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit.
Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam.
Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa ia
sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan yang dirasakan setiap
individu berbeda tergantung persepsi tentang resiko yang dihadapi individu
2. Keseriusan yang dirasakan.
Merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita.
Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit
yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit.
3. Persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan.
Individu akan mempertimbangkan apaka alternatif itu memang bermanfaat
dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan
ketersediaan sumber daya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan.
Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya. Sedangkan
persepsi rintangan adalah persepsi terhadap biaya/ aspek negatif yang
menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalkan:
mahalnya biaya berobat, pengalaman yang tidak menyenangkan, rasa sakit
yang dialami.
4. Sumber informasi
Merupakan asal keterangan yang diperoleh responden tentang perilaku
pemeliharaan kesehatan antara lain: keluarga, petugas kesehatan dan media
masa.
2.4 Peranan Ibu
Ibu adalah orangtua perempuan seorang anak baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya ibu memiliki peranan penting dalam
membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang
Kedekatan anak dengan ibunya pada beberapa menit pertama dan beberapa
jam setelah lahir, secara meyakinkan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan
dan perilaku anak tersebut. Komunikasi antara anak dan orangtua terbentuk saat
orangtua mengendong bayinya dengan lembut dan penuh cinta. Dalam gendongan
orangtua, anak merasakan rasa aman seperti yang dirasakannya selama di dalam
kandungan.
Peranan ibu terhadap lingkungan anak tidak terhenti dimasa anak-anak
saja tetapi masih berlangsung dan kadang-kadang sampai seumur hidupnya
khususnya pengaruh yang berupa pengalaman yang menegangkan, menakutkan
dan membahayakan. Sekalipun anak-anak sudah mulai bermain dengan anak lain
di luar rumah, keluarga masih merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting.
Hubungan keluarga yang erat pengaruhnya lebih besar pada anak dari pada
pengaruh sosial lainnya. Karena anak tergantung pada orangtua dalam hal
perasaan aman dan kebahagiaan (Boedihardjo,1985).
Dalam merawat anaknya orang tua harus memperhatikan pemeliharaan
kesehatan anak. Dalam memelihara kesehatan anak, orang tua perlu pengetahuan
tentang kesehatan anak sehingga dapat membantunya menghadapi berbagai
kemungkinan gejala yang akan timbul pada anaknya. Untuk pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut, orang tua perlu mengetahui berbagai hal tentang
kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah mengajari cara menyikat gigi.
Pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan dirumah merupakan yang
paling penting. Anak-anak belajar kebiasaan yang baik dari contoh yang diberikan
pemeliharaan kesehatan gigi anak karena anak biasanya tidak peduli dengan
kondisi giginya, ini menjadi tugas orangtua terutama ibu mengajarkan kepada
anak akan pentingnya menjaga kebersihan gigi. Anak- anak akan meniru apa
yang biasa dilakukan oleh orang tuanya sehari-hari dirumah.
Berikut beberapa contoh yang dapat dilakukan agar anak mau merawat
giginya:
1. Buatlah kegiatan menyikat gigi sebagai salah satu kebutuhan yang harus
dilakukan minimal dua kali sehari.
2. Ajaklah anak melihat anggota keluarga lainnya seperti ayah atau kakaknya
menyikat gigi.
3. Selagi mencoba kebiasaan menyikat gigi, ceritakan kepada anak mengenai
manfaat menyikat gigi.
Jika hal kecil seperti ini dilakukan dengan konsisten, anak akan meniru apa yang
dicontohkan. Apalagi jika contoh itu dilihat anak sebagai sesuatu yang
menyenangkan dan tidak membosankan (Rara,2006).
Dengan demikian lambat laun ibu akan menanamkan disiplin dan
kebiasaan pada anak untuk merawat giginya sendiri dan mempersiapkan
psikologis anak sebelum dibawa ke petugas kesehatan sehingga anak tidak
menganggab perawatan gigi sebagai suatu yang menakutkan.
Pendidikan kesehatan gigi juga dapat diperoleh dari iklan televisi. Televisi
merupakan media yang menyampaikan pesan pembelajaran secara audio visual
kesehatan gigi masyarakat khususnya anak sekolah dasar mau meniru dan tertarik
untuk belajar dan memahami tentang pemeliharaan kesehatan gigi.
Selain orang tua, dokter gigi juga dapat membantu orang tua tetapi
pemeliharaan kesehatan gigi lebih banyak dilakukan dirumah daripada diruang
praktek dokter gigi. Tugas dokter gigi adalah melakukan perawatan kepada anak
jika gigi sudah mengalami kerusakan dan melakukan pencegahan terhadap gigi
dan mulut. Kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan dirumah
merupakan tanggung jawab orang tua khususnya ibu karena ibu adalah contoh
bagi keluarga terutama anak-anak (Boedihardjo, 1985).
Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi diberikan kepada anak agar
anak tahu seberapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui
menyikat gigi dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi hari sesudah sarapan
dan malam sebelum tidur, dan memberitahukan kepada anak tentang
makanan-makanan yang dapat merusak gigi dan apa tindakan atau upaya orangtua dalam
menyiasati agar anak tidak terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan
tersebut, dan membiasakan anak untuk menyukai sayuran dan buah-buahan untuk
mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak.
Orangtua perlu membawa anak ke dokter gigi untuk memeriksa gigi dan
mulut anak sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun, dan bukan membawa anak ke
dokter gigi hanya karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi
secara rutin, 6 bulan sekali untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
gigi dan merawatnya jika diperlukan. Orangtua juga harus dapat aktif memeriksa
gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh berlapis,
gigi berjejal, dan lainnya). Sebab gigi berlubang akan menyebabkan penyakit lain
dan menimbulkan sakit gigi.
2.5 Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain
(1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-12 tahun) hingga remaja (13-18
tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar
belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga
secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki
pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka
mengenai dunia.
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh
kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain.
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak.
Adapun karakter anak usia 10-12 tahun berhubungan dengan sikap atau
perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh
kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan
aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara
fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
2.6 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Menurut Herijulianti, E. (2002) kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu
aspek dari kesehatan secara keseluruhan, dimana status kesehatan gigi merupakan
hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan sosial. Aspek-aspek yang
mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yaitu:
1. Aspek fisik merupakan aspek kesehatan yang mempengaruhi kualitas gigi dan
mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulut.
2. Aspek mental merupakan aspek yang disebabkan karena sikap kepercayaan
3. Aspek sosial merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
mulut, biasanya disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang
sehingga keadaan ini mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Untuk memperbaiki mutu kesehatan gigi dan mulut harus dilaksanakan
pemeliharaan secara menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik dan sosial
yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).
Salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
gigi adalah melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Pendidikan kesehatan
gigi yang disampaikan kepada seseorang atau masyarakat diharapkan mampu
merubah perilaku kesehatan gigi seseorang atau masyarakat.
Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya
pencegahan/pemeliharaan kesehatan gigi. Menurut kegeles (1961) dalam
Budiharto, ada 4 faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan
kesehatan gigi, yaitu:
1. Merasa mudah terserang penyakit gigi.
2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.
3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal.
4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesadaran untuk meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari
kerusakan ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu mengontrol pola makanan dan
membersihkan gigi dari plak.
Pengetahuan tentang kesehatan gigi sebaiknya diberikan sejak usia dini
karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta
larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memperngaruhi keadaan
giginya.
2.7 Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Gigi merupakan salah satu organ penting didalam mulut. Gigi merupakan
aset seumur hidup yang sangat berharga karena memiliki banyak fungsi sekaligus,
selain berfungsi sebagai pengunyah makanan dan alat untuk berbicara
(komunikasi), gigi juga memiliki nilai estetika artinya gigi memberi nilai lebih
pada penampilan. Gigi yang sehat selain dapat berfungsi dengan baik juga akan
mempengaruhi bentuk wajah seseorang.
Selain itu, gigi merupakan organ yang amat vital dalam tubuh kita, salah
satu fungsi gigi adalah sebagai alat pengunyah makanan yang membantu
melumatkan makanan dalam mulut, guna membantu organ pencernaan sehingga
makanan dapat diserap tubuh dengan baik.
Angka kejadian penyakit yang berhubungan dengan gigi dan rongga mulut
hingga kini masih tinggi karena perhatian terhadap upaya pemeliharaan kesehatan
gigi masih sangat rendah. Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang
sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan
anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang
menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh
terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Usaha
menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga
kesehatan dan peran serta orangtua. (Rachmawati, 2007).
Pemeliharaan kesehatan gigi sebenarnya merupakan tindakan untuk
mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran seseorang untuk
meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari kerusakan maka perlu
mengontrol pola makan dan membersihkan gigi yaitu dengan menyikat gigi
(Pratiwi,2007).
2.7.1 Kebersihan Gigi
Kebersihan gigi merupakan kondisi dimana bagian mulut dan gigi jauh
dari kotoran atau sisa-sisa makanan, plak serta tidak adanya terdapat lubang gigi
dalam rongga mulut. Kebersihan gigi yang baik akan membuat gigi dan jaringan
sekitarnya sehat.
Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat. Faktor kebersihan mulut merupakan salah satu faktor yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan gigi anak. Apabila seorang anak makan makanan
manis maka giginya harus segera dibersihkan karena apabila hal ini tidak
dilakukan, kemungkinan timbulnya kerusakan gigi anak lebih gigi akan terjadi
(Boedihardjo, 1985).
Tujuan membersihkan gigi adalah untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan
plak pada gigi. Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan lubang
gigi adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih
kecil untuk karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi. Adapun
manfaat dari mulut bersih adalah membuat napas menjadi segar, mulut terlindung
dari bakteri mulut dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri.
2.7.2. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Pembersihan gigi dan mulut merupakan pencegahan utama dalam
mencegah gangguan gigi misalnya adanya lubang gigi. Hal ini meliputi
pembersihan secara mandiri dan professional. Perawatan gigi secara mandiri dapat
dilakukan dirumah dengan sikat gigi teratur dua kali sehari dengan metode yang
benar. Sedangkan secara professional kita dapat mengunjungi dokter gigi secara
rutin setiap 6 bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat kita lakukan
dirumah (Maulani, 2005).
Gigi pada anak-anak lebih mudah terserang karies gigi atau lubang gigi.
Oleh karena itu anak harus membersihkan giginya lebih sering bila mungkin
setiap sehabis makan. Tujuan dari pembersihan gigi adalah untuk menghilangkan
sisa makanan, plak dan mencegah terjadinya karies gigi. Plak adalah lapisan tipis,
tidak berwarna, mengandung bakteri, lekat pada permukaan gigi dan selalu
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pemeliharaan
kesehatan gigi yaitu:
1. Menyikat gigi
Merupakan tindakan pembersihan gigi dengan sikat gigi yang dilakukan
untuk membuang sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan gigi
sehingga dapat mencegah kerusakan gigi.
Waktu dan frekuensi menyikat gigi menurut American Dental Association
menyatakan bahwa menyikat gigi secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi
hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa
menyikat gigi pada anak menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan
mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari
sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan)
yang melekat di permukaan gigi setiap malam.
Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3
menit yang paling utama diperhatikan pada saat menyikat gigi adalah daerah
pertemuan antara gigi dan gusi agar gigi benar-benar bersih.
Adapun manfaat menyikat gigi adalah
a. Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi
harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya
risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan
2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena
adanya kotoran di dalam rongga mulut Tetapi dengan menyikat gigi
setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi
beraktifitas.
3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang
segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri , dapat bebas
tersenyum, bicara dan tertawa.
b. Manfaat menyikat gigi sebelum tidur
Kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur,
dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari
biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat
tidur dimana mulut tidak melakukan aktifitas seperti makan, minum atau
ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut
kita akan berkurang, oleh sebab itu kemampuan air liur yang berfungsi untuk
menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila
menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat
dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang
mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang
tidak dibersihkan.
2. Gaya Hidup
Tidak hanya menyangkut makanan sehat atau olah raga teratur tetapi juga
mengandung fluor untuk mencegah bau mulut dan mencegah plak muncul
kembali.
Setelah membersihkan gigi dengan sikat gigi sebaiknya lakukan
kumur-kumur dengan obat kumur-kumur dalam satu kali sehari. Dan waktu yang paling tepat
menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur. Pemakaian obat kumur
mengandung fluor merupakan salah satu tindakan perlindungan khusus yang
paling baik dimana tujuan dari obar kumur yang mengandung fluor adalah
mengurang frekuensi timbulnya kerusakan gigi.
3. Pilih makanan dan cemilan sehat
Usahakan hindari cemilan yang manis dan lengket seperti permen, coklat.
Bisa saja dikonsumsi tetapi jangan terlalu sering dan berlebihan. Makanan
yang manis dan lengket akan menempel lebih lama di gigi dan tentunya akan
terpapar oleh bakteri yang merusak gigi. Tidak hanya itu minuman yang
bersoda dan manis seperti softdrink dan sirup juga jangan terlalu sering di
konsumsi karena minuman ini mengandung kadar gula yang cukup tinggi,
pilihlah cemilan yang sehat seperti buah-buahan segar dan berserat.
Jangan makan melebihi keperluan, terutama makanan yang mengandung
gula. Makan makanan yang mengandung gula pada waktu istirahat akan
mempercepat terjadinya kerusakan pada gigi (karies). Proses kerusakan gigi
dimulai pada waktu gula bercampur dengan plak pada gigi sehingga
membentuk asam. Plak akan menahan asam untuk menyerang gigi dimulai dari
Agar asam pada gigi tidak merusak gigi lebih lanjut, maka batasi atau
hindari makanan yang mengandung gula.
4. Kunjungan rutin ke dokter gigi
Tujuan utama pergi ke dokter gigi merupakan tindakan pencegahan untuk
mencegah kerusakan gigi dan mencegah masalah yang mungkin terjadi agar
tidak bertambah parah dan merawatnya segera mungkin.
Meskipun tidak terdapat keluhan dari rongga mulut sebaiknya
pemeriksaan gigi tetap dilakukan. Hal tersebut berguna untuk mencegah
perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang
dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan
karang gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi
dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat untuk
mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun juga
dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan penyakit sistemik yang
bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi mendapati kondisi demikian,
biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten. Masalah gigi berlubang
masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun dewasa dan tidak bisa
dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi kualitas hidup. Karena itulah,
untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigike dokter gigi minimal 6
2.8 Kebiasaan Makan Pada Anak Sekolah Dasar
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini,
khususnya anak sekolah dasar karena pada usia sekolah anak mulai mengerti akan
pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan makan atau
cemilan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya.
Yang dimaksud dengan kebisaan makan adalah tingkah laku manusia atau
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya, yang meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan. Upaya untuk membentuk kebiasaan makan
yang baik hendaknya dilakukan sejak dini. Lingkungan yang sangat besar
peranannya dalam membentuk kebiasaan anak adalah keluarga.
Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya
yaitu suka jajan disekolah dan dirumah tidak mau makan. Disamping itu pada
umumnya anak tidak sarapan, makan siang diluar rumah, tidak teratur dan tidak
memenuhi zat gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di rumah dan
dapat menyebabkan anak kurang gizi.
Keadaan kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan, misalnya anak
mengeluh sakit gigi, maka memaksa anak untuk makan makanan lunak. Keadaan
ini mengakibatkan nafsu makan menjadi menurun (Astawan, 2004).
Seperti bagian tubuh lain, gigi, tulang dan jaringan lain dalam mulut
membutuhkan makanan yang baik agar tetap dalam keadaan sehat. Diet yang baik
sangat penting untuk kesehatan gigi yang meliputi: daging, ikan, sayuran dan
mengandung gula. Biasanya makanan yang mengandung gula ini disajikan
sebagai makanan ringan/selingan/cemilan.
Makanan yang mengandung gula, terutama dimakan pada waktu istirahat
akan mempercepat terjadinya kerusakan pada gigi (lubang gigi). Gula yang
lengket, misalnya yang terdapat didalam manisan adalah yang paling merusak
karena dapat berada pada permukaan gigi/diantara gigi-gigi untuk jangka waktu
yang lama. Proses kerusakan gigi dimulai pada waktu gula yang bercampur pada
plak yang mengandung bakteri pada gigi dan membentuk asam. Plak ini akan
menahan asam untuk menyerang gigi dimulai dari lapisan gigi terluar yaitu email
gigi. Dan proses ini terjadi lagi setiap kali memakan makanan yang mengandung
gula. Agar asam ini tidak merusak ggi lebih lanjut, batasilah atau hindarilah
makanan yang mengandung gula. Jika ingin memakan makanan ringan pilihlah
makanan yang sedikit/tidak mengandung gula seperti buah-buahan segar (Rasinta
1995).
Ada berbagai cara dimana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan
kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam
lemak juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut. Makanan dan
minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut.
Air liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan
gigi dan pembusukan.
Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk kesehatan gigi yang
baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan dan pembusukan.
dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi. Perbanyaklah
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan banyak
mengandung air untuk kesehatan tulang dan gigi contohnya adalah brokoli,
semangka, jeruk, apel dan sebagainya.
2.9 Pertumbuhan Gigi Geligi
Terbentuknya benih gigi pada janin seperti halnya organ tubuh lain telah
dimulai sejak usia kandungan 4-5 bulan. Setelah bayi lahir, erupsi atau
pertumbuhan gigi susu yang pertama terjadi pada usia 6-8 bulan. Gigi susu
(decidui) adalah penuntun jalan bagi gigi tetap (permanen) yang kuat dan sehat
(Paramita, 2000).
Pertumbuhan gigi tetap didalam rongga mulut anak mengalami perubahan
yang sifatnya dinamis. Pertumbuhan gigi tetap bergantung pada terserapnya akar
gigi susu oleh pertumbuhan gigi tetap yang selalu mendorong/mendesak keatas.
1. Gigi susu
Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunannya sebagai berikut:
10 gigi di rahang atas, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan.
10 gigi di rahang bawah, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan.
V IV III II I I II III IV V garis oklusi/kunyah
V IV III II I I II III IV V garis median/tengah
Nama dari macam-macam gigi susu:
I = Gigi seri pertama / insisivus pertama sentral / i1
IV = Gigi geraham pertama / molar pertama / m1
V = Gigi geraham kedua / molar kedua / m2
Gigi anterior atau gigi depan ialah i1, i2,c.
Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi m1 dan m2.
2. Gigi tetap atau gigi permanen
Normal dewasa mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut :
16 gigi di rahang atas, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan.
16 gigi di rahang bawah, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan.
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis oklusi/kunyah
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis median/tengah
Nama dari macam-macam gigi permanen ialah :
1 = Gigi seri pertama / Insisivus sentral / I1
2 = Gigi seri kedua / Insisivus kedua / I2
3 = Gigi taring / Kaninus / C
4 = Gigi geraham kecil pertama / Premolar pertama / P1
5 = Gigi geraham kecil kedua / Premolar kedua / P2
6 = Gigi geraham besar pertama / Molar pertama / M1
7 = Gigi geraham besar kedua / Molar kedua / M2
8 = Gigi geraham besar ketiga / Molar ketiga / M3
Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi I1, I2, dan C.
2.10Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang ada, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan
diteliti. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep
berikut ini :
Karakteristik ibu :
- Umur - Pendidikan - Pekerjaan
Kerentanan yang dirasakan
Keseriusan yang dirasakan
Ancaman yang dirasakan
Manfaat dan hambatan yang dirasakan