• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Prasekolah

2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

Padmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun, mereka biasa mengikuti program prasekolah. Di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

2.1.2 Tumbuh dan Kembang Anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), dan ukuran panjang (centimeter, meter) (Soetjiningsih,

(2)

1995). Wong (2008), mengemukakan bahwa pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru dan kemudian menghasilkan peningkatan ukuran dan berat.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, misalnya pada perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Wong (2008), mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, misal perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke lebih yang tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

(3)

2.1.3 Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah yang meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

a. Ciri fisik

Anak prasekolah biasanya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukkan sendiri, sehingga sebagai orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan, misalnya berlarian, memanjat dan melompat tetapi tetap dengan pengawasan orang tua. Pada umumnya anak laki-laki yang paling aktif dibandingkan dengan anak perempuan, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis khususnya pada kemampuan motorik halusnya.

b. Ciri sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Biasanya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat

(4)

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.

c. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah yang sering terjadi, dan misalnya sering sekali mereka memperebutkan perhatian gurunya.

d. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Anak prasekolah juga memiliki daya ingat yang baik, kompetensi anak pun dapat dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan minat ataupun hobi dari anak.

2.1.4 Tugas Tumbuh Kembang Anak

Soetjiningsih (1995), mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :

(5)

a. Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan, misalnya membantu dirumah, mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dan mengambil makanan.

b. Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah misalnya bicara semua yang dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil)

d. Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan

(6)

2.2 Peran Orang Tua 2.2.1 Pengertian

Peran adalah perilaku yang berkenan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tepat seseorang dalam suatu sistem sosial. Setiap individu menempati posisi-posisi yang multipel. Misalnya seorang suami yang memiliki peran sebagai kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah untuk keluarganya, dan posisi ibu memiliki beberapa peran yang terkait yaitu sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, masak, sahabat atau teman bermain untuk anak-anaknya (Friedman, 2003). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun luar yang bersifat stabil (Kozier Barbara, 2010).

Orang tua merupakan seorang ayah dan ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual (Widnaningsih, 2005). Sedangkan menurut Maulani (2005), orang tua adalah tokoh panutan anak, maka

(7)

diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bersekolah pun sudah mau dan mampu menyikat gigi dengan benar dan teratur melalui model atau contoh dari orang tuanya.

2.2.2 Macam-Macam Peran

Ada dua macam peran yaitu : a. Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang membutuhkan ketrampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga di samping itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran maka anggota keluarga yang lainnya mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi (Friedman, 2003).

b. Peran Informal

Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu.

(8)

Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksaan peran-peran formal (Friedman, 2003).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran a. Faktor Kelas Sosial

Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan memepengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.

Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal paling penting dari sang ibu, di mana ibu lebih jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan kedisiplinannya bila dibandingkan keluarga menengah keatas yang lebih menitik beratkan pada

(9)

pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian perkembangan antara orang tua kepada anak (Friedman, 2003).

b. Faktor Bentuk Keluarga

Keluarga dengan orang tua lengkap dengan (ayah dan ibu) akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri.

c. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga di mulai dari terjadinya pernikahan yang menyatukan dua peribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka. Dimana dalam setiap tahap individu

(10)

mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.

d. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan atau Sakit

Kejadian kehidupan situasional yang pasti akan berhadapan dengan masalah sehat ataupun sakit. Peran ibu disini adalah sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2003). 2.3 Kesehatan Gigi

2.3.1 Pengertian Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal

(11)

tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi. Anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi (Notoatmodjo, 2003). Perawatan gigi merupakan bagian penting yang harus diketahui dan dipahami sejak dini terutama oleh para ibu dalam upaya perawatan gigi pada anaknya dan mengenalkan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Riyanti, 2005).

2.3.2 Tujuan Kesehatan Gigi

Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi perlu dirawat dengan benar. Berikut pentingnya merawat gigi, antara lain :

a. Mencegah terganggunya proses pencernaan karena gigi merupakan salah satu organ penting pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan. Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula proses pencernaannya.

(12)

b. Mencegah terjadinya masalah pada gigi karena gigi yang bermasalah dapat menganggu aktivitas sehari-hari.

c. Mencegah terjadinya infeksi karena gigi yang tidak terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan penyakit yang lainnya, seperti penyakit jantung, dan pembuluh darah antara lain, paru-paru, gulan, stroke dan kanker.

d. Mencegah terjadinya bau mulut karena sisa makanan yang masih ada di gigi menyebabkan aktivitas bakteri berlebihan sehingga mulut mengeluarkan bau yang kurang sedap.

e. Menjaga keindahan diri seseorang karena gigi juga berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, bibir. Oleh karena itu, setiap orang ingin punya senyum memikat dengan gigi yang sehat. 2.3.3 Masalah-Masalah Pada Gigi

1) Gigi Berlubang

Gigi berlubang disebut karies gigi. Karies akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang (Pratiwi, 2009).

(13)

Gejala umum :

a. Gigi terasa sakit, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum, manis, asam atau dingin. b. Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi. c. Bau mulut (halitosis)

2) Karang gigi

Karang gigi (kalkulus) adalah plak yang telah mengalami pengerasan, klasifikasi atau remineralisasi. Gelaja karang gigi yaitu karang gigi yang melekat di permukaan mahkota gigi biasanya berwarna kekuningan sampai kecoklatan yang dapat terlihat oleh mata. Permukaannya keras seperti gigi dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau tusuk gigi. Karang gigi yang tidak terlihat biasanya tumbuh dibawah gusi, mengakibatkan gusi infeksi dan mudah berdarah. Karang gigi biasanya dapat menyebabkan bau mulut (Pratiwi, 2009).

3) Gusi Berdarah

Gejala gusi berdarah yaitu saat dan setelah menyikat gigi, ada noda di dalam air liur, gusi bisa dipisahkan dari gigi dengan menggunakan tusuk gigi, warna gusi mengkilap dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh, tidak selalu disertai

(14)

rasa sakit. Terdapat akumulasi plak atau karang gigi di sekitar leher gigi (Pratiwi, 2009).

2.3.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masalah Gigi 1) Makanan Manis

Mulut dihuni oleh bakteri pemakan gula yang sangat menyukai makanan manis. Bakteri tersebut akan mengubah gula dan menyebabkan kondisi asam pada mulut yang dapat mengikis enamel (email) gigi. Hanya dalam waktu sekitar 20 detik setelah mengkonsumsi makanan manis, bakteri sudah mengubah kondisi mulut menjadi asam.

2) Genetika

Genetika memiliki pengaruh penting terhadap setiap perkembangan fisiologis alami manusia. Gen tidak hanya dapat menentukan warna rambut tertapi juga bertanggung jawab pada kondisi gigi. Kekerasan enamel (email) gigi juga dipengaruhi oleh faktor genetika, sehingga seberapa keras usaha untuk menjaga kesehatan gigi, berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.

3) Kebiasaan Menggosok Gigi

Seorang anak harus memulai menjaga kebersihan mulut jauh sebelum tumbuh gigi. Bau mulut, noda

(15)

pada gigi, atau gigi berlubang disebabkan karena perawatan gigi dan mulut yang kurang baik sejak balita. Ajari anak menyikat gigi setiap 30 menit setelah selesai makan atau setidaknya 2 kali sehari. 4) Makanan Asam

Makanan asam seperti jeruk, permen asam dan minuman bersoda dapat berkontribusi terhadap kerusakan gigi. Makanan asam berbahaya karena dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi bakteri jahat dalam mulut.

5) Email gigi, lapisan luar gigi yang keras

Mimunan dingin ataupun yang terlalu panas adalah faktor yang menyebabkan gigi rusak. Mungkin pada awalnya tidak akan terjadi masalah, namun kelamaan, email gigi akan mulai retak dan bisa beresiko terjadi lubang pada gigi.

6) Terlalu banyak flouride bisa berakibat buruk

Flouride adalah sesuatu yang sangat penting supaya gigi sehat. Akan tetapi, pada anak-anak usia dibawah 8 tahun flouride yang berlebihan akibat pasta gigi yang tertelan dalam jumlah banyak akan menyebabkan kondisi yang disebut flourosis. Umumnya flourosis dengan kondisi yang terlihat

(16)

seperti titik putih dan akhirnya berubah menjadi kecoklatan.

2.3.5 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi

Dengan perawatan yang baik kita dapat mencegah penyakit gigi dan mulut, yaitu dengan menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan serta fisur yang harus lebih diperhatikan kebersihannya. Anak-anak memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan kesabaran yang luar biasa, memerlukan kebijaksaan yang sempurna dengan cara yang baik (Machfoedz, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah adalah :

a. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi Maulani (2005), mengemukakan bahwa seseorang menyikat gigi setelah makan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat, akan mengalami fermentasi atau peragian terhadap gula (glukosa) makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat

(17)

keasaman tadi akan meningkatkan atau pH-nya turun. Jika berlanjutan, penurunan nilai pH kritis, yaitu nilai pH yang dapat memicu hilangnya garam kalsium pada email gigi sebagai penyebab gigi berlubang.

Dengan demikian setelah beberapa waktu, pH plak akan berangsur naik kembali mencapai pH normal. Demikianlah yang selalu terjadi setelah makan terutama makan-makanan yang mengandung gula jadi, sebenarnya terjadi proses alamiah yang bertujuan untuk melindungi gigi. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa pH akan kembali normal setelah 20-30 menit setelah kita menyantap makanan yang mengandung karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-saat sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan permukaan gigi. Jadi, jangan menyikat gigi setelah makan, tunggulah sampai lewat masa genting sesudah makan, yaitu sekitar setengah jam sesudah makan. Frekuensi menyikat gigi yang baik adalah 2

(18)

kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur (Maulani, 2005).

b. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik

Memilih sikat gigi anak disesuaikan dengan keadaan gigi anak. Apabila gigi dan rahangnya kecil, pilihlah sikat gigi dengan bulu yang pendek dan semt. Namun apabila gigi dan rahangnya agak besar, pilih sikat gigi dengan bulu yang lebih besar dan lebih sesuai. Selalu cari sikat gigi dengan bulu nilon yang lebih lembut atau ujung bulunya membulat karena bulu sikat gigi dan ujung yang kasar dapat melukai gusi, sedangkan anak yang masih belajar melakukan kontrol terhadap tekanan sikat giginya.

Jika anak sudah mulai mengerti anak bisa diajak memilih sikat giginya sendri. Ajaklah anak membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut. Sikat gigi anak di ganti setidaknya 2 bulan sekali atau segera ganti jika bulu sikat gigi sudah lebar. Sikat gigi harus dipakai satu orang, tidak boleh dipakai bersama-sama atau bergantian. Jadi jika

(19)

mempunyai anak lebih dari satu, tentukan warna masing-masing kesukaan anak dan 2 bulan kemudian diganti bersamaan, bisa dengan warna yang sama atau berubah warna antara satu anak dengan anak yang lain. Ingatkan anak akan sikat giginya sendiri, sehingga disaat orang tua lupa, anak bisa mengingatkan sikat giginya sendiri dengan tepat.

Sikat gigi dengan gagang sikat yang transparan atau tembus cahaya kemungkinan bulu sikat gigi dapat terlihat sampai pangkalnya, sehingga pembersihan bulu sikat akan lebih baik. Jika akan sudah mulai menyikat giginya sendiri, periksalah sekali waktu sikat gigi anak, karena sering kali sisa pasta gigi mengendap pada dasar bulu sikat gigi. Setelah sikat gigi bersih, letakkan sikat dengan bulu diatas, sehingga memungkinkan air mengalir kebawah dan bulu sikat gigi cepat kering. Dengan mengajak anak memilih dan membeli pasta gigi dan sikat gigi kesukaannya, motivasi anak akan meningkat dan ia akan rajin membersihkan gigi setiap hari dengan sikat gigi kesukaannya (Maulani, 2005).

(20)

Menurut Machfoedz (2005), mengemukakan bahwa sikat gigi yang baik sebagai berikut :

1) Tangkai lurus dan mudah dipegang

2) Kepala sikat gigi kecil, sebagai ancar-ancar paling besar sama dengan jumlah lebar keempat gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau besar tidak dapat masuk ke bagian-bagian yang sempit ke dalam.

3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, bila sikat gigi terlalu besar bulu dapat dicabut sebagian. c. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

Pada umumnya anak senang makanan yang manis-manis padahal gula adalah musuh gigi anak, yang artinya apabila anak terlalu banyak makan gula dan jarang membersihkan maka giginya akan rusak atau karies. Gula di dalam gigi akan diubah oleh kuman dengan bahan dari mulut, kuman itu menjadi asam. Asam yang menempel pada permukaan email akan melunakkan email, diatas email itu kuman akan melubanginya, kemudian kuman itu akan tinggal di dalam lubang karies untuk berkembang biak (Machfoedz, 2005).

(21)

Apabila kita membersihkan gigi secara benar, plak pun ikut bersih dari permukaan gigi, namun plak ini secara alamiah akan terbentuk lagi dari waktu ke waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis transparan, tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat erat pada permukaan gigi. Gigi disikat setidaknya selama 2 menit supaya air ludah juga dapat keluar dan membersihkan kantong gusi yang terletak diperbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini mempunyai kedalaman normal 2-4 mm yang perlu juga dibersihkan untuk mencegah makanan terselip diantaranya. Kemiringan bulu sikat sebesar 450pada daerah kantong gusi dapat membantu bulu sikat gigi masuk kedalam kantong gusi untuk pembersihan yang lebih maksimal (Maulani, 2005).

Pada dasarnya bersikat gigi yang benar adalah menyikat semua permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna. Gerakan bersikat gigi pendek-pendek saja dan jangan terburu-buru. Bersihkan salah satu sisi dulu baru pindah ke sisi yang lain. Untuk menyikat permukaan samping baik luar maupun dalam jangan melawan arah permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Jadi kalau gigi

(22)

atas jangan menyikat kearah atas, sebaliknya untuk gigi bawah jangan menyikat ke arah bawah. Ini untuk menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas. Tetapi bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi tujuannya ialah supaya gusi terjepit oleh bulu-bulu halus itu. (Machfoedz, 2005).

2.4 Perilaku

2.4.1 Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) yang dibedakan adanya dua respon, yakni :

a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan rangsangan-rangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan air liur.

(23)

b. Operant respons adalah yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang dan diperkuat oleh respon yang telah dilakukakn organisme, misalnya seorang anak belajar atau telah melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward atau hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut. 2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Sehingga untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat

(24)

untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

b. Dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

c. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk, maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang diberikan hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk.

Misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi untuk berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus :

1. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur ataupun saat mandi pagi

(25)

2. Mengambil sikat dan pasta gigi. Sebelum memulai sikat gigi, sikat gigi terlebih dahulu di cuci sampai bersih. Kemudian diberi odol/ pasta gigi yang sesuai rasa kesukaan anak. 3. Mengambil air dan berkumur, sediakan

segelas air matang mulailah berkumur-kumur terlebih dahulu.

4. Melaksanakan gosok gigi. Untuk usia balita, orang tua membantu atau pun mengawasi anak untuk melakukan penyikatan gigi (menggosok gigi).

5. Menyimpan sikat gigi dan odol yang benar. Setelah melakukan gosok gigi maka sikat gigi harus di cuci sampai bersih, setelah itu digantung dengan kepala diatas atau diposisikan dengan kepala diatas apabila tidak digantung, kemudian odol/ pasta gigi diletakan dengan posisi tutup berasa diatas dengan tertutup dengan rapat.

(26)

2.5 Kerangka Konseptual

Variabel bebas Variabel terikat

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

2.6 Hipotesis

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Perilaku Menggosok

Gigi

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat membuat fungsi SELECT, clausa SELECT dapat digunakan lebih dari

Hasil penelitian menunjukkan (1) penyebab terjadinya varians biaya bahan baku adalah kenaikan harga bahan bakar solar, peningkatan produksi batako, dan kesalahan penggunaan bahan

Pada urutan pertama proses yang menjadi prosedur dasar teknik DNA rekombinan yang diperantai oleh vektor enzim endonuklease dibutuhkan untuk memotong molekul DNA dalam rangka

- Saat memasukkan KA S1 dari arah Rejosari, PPKA Labuanratu telah melaksanakan prosedur pemasukan KA sebagaimana mestinya dengan memberi ijin kepada Rumah Sinyal RSA untuk

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis velg sepeda motor roda dua yang bahan dasarnya baja karbon rendah dengan variasi lapisan permukaan (coating)

Sejalan dengan misi 2 “Peningkatan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik, kreatif dan bersih” yang menjadi misi 2 dalam RPJMD 2016-2021, persentase

Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,

Fungsi utama dari Gedung Apresiasi adalah sebagai gedung pameran karya seni rupa modern dan kontemporer, pada area pameran ini juga dapat terjadi kegiatan jual-beli