• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES

1. Pengertian skabies

Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan inferstasi dan sensitasi oleh kutu Sarcoptes scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan obyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan. Dibeberapa Negara sinonim penyakit skabies adalah the itch (Inggris), gale (Perancis), Kratez (Jerman), mite infestation, gudik, budukan dan gatal agogo.Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua Negara diseluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi.3,13

2. Epidemiologi skabies

Penyakit skabies dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan, bahkan dapat terjadi di seluruh kampung14

Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi utara dan tertinggi di Jawa barat. Penilitian skabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, menemukan insidens penderita skabies selama 1983-1984 adalah 2,7%, 1

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur host, agent, environment harus dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit skabies15

(2)

3. Etiologi skabies

Sarcoptes scabiei var. hominis termasuk family Sarcoptidae dari kelas Aracnhida, berbentuk lonjong, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Besar tungau ini sangat bervariasi yang betina berukuran kira-kira 0,4 mm x 0,3 mm sedangkan yang jantan ukurannya lebih lebih kecil 0,2 mm x 0,15 mm. Tungau ini translusen dan berwarna putih kotor, pada bagian dorsal terdapat bulu-bulu dari duri serta mempunyai 4 pasang kaki, bagian anterior 2 pasang sebagai alat untuk melekat sedangkan 2 pasang kaki terahir pada betina berakhir dengan rambut. Pada yang jantan pasangan kaki yang ke tiga berahir dengan rambut dan yang ke empat berakhir dengan alat perekat

.

16

4. Patogenesis skabies

Gambar.1.Patogenesis skabies17

Gejala gatal-gatal, menyerang pada bagian kulit dimalam hari. Penyakit skabies, disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara baik. Alat tidur

1 TELUR Telur menetas menjadi larva Larva berubah menjadi nimfa. Tungau betina dan nimfa hidup bersama dalam lubang yg dinamakan terowongan

2 Perkawinan terjadi setelah

jantan masuk dan tinggal dalam terowongan yg dibuat tungau betina 3 4 5 Tungau betina menyimpan telur dalam terowongan

Tungau betina yg sudah dibuahi akan memperpanjang masa tinggalnya dalam terowongan untuk bertelur

Transmisi dari manusia ke manusia dan bakal tungau (contoh : pakaian dan tempat tidur)

Tungau ditemukan terutama di antara jari dan di pergelangan tangan (disorot dalam warna merah)

Daerah yang disorot merah muda merupakan situs yang paling umum di mana ruam dapat terjadi meskipun mereka dapat terjadi di tempat lain

(3)

berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi kamar yang pengab, dapat memicu terjadinya gatal-gatal. 2

Diduga bahwa infiltrasi sel dan deposit IgE disekitar lesi kulit yang timbul. Pelepasan IgE akan memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas, meskipun hal ini masih belum jelas. Dalam suatu penelitian dilaporkan terdapt peningktan jumlah sel mas, khususnya pada malam hari, didaerah lesi. Hal ini berperan pada timbulnya gejala klinis dan perubahan histologist.1

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitasi tehadap selkreta dan eksretatungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi, pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain, dengan adanya garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.18

5. Diagnosis dan gambaran klinik

Erupsi bervariasi, tergantung pengobatan sebelumnya, iklim, dan status imunologi penderita. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis, dengan diserati papula, vesikula, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Didaerah tropis, hamper setiap kasus skabies terinfeksi sekunder oleh Streptococcus aureus dan Sthapylococcus pyogenes.2

6. Tanda Dan Gejala Skabies

a. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa mili meter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustule.15

Terowongan bisa juga ditemukan pada genetalia pria, biasanya tertutupi oleh papula yang meradang, dan papula tersebut jika ditemukan pada penis dan skrotum adalah patognomonis untuk skabies. Sehingga bila pada seorang pria diduga menderita skabies, hendaknya genetalianya selalu diperiksa.

(4)

b. Tempat prediksi leksi yang khas adalah sela jari. Pada orang dewasa jarang terdapat dimuka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.13

7. Habitat Skabies

Tungau skabies pada manusia dapat bertahan hidup selama 24-36 jam dalam kondisi suhu ruangan (21 °C, RH 40-80%) serta masih mampu untuk menginfestasi ulang induk semangnya. Tungau hidup ditemukan di penderita skabies dan masih mempunyai daya hidup yang cukup tinggi. Penelitian lain menyebutkan tungau manusia mampu bertahan hidup selama 3 hari di luar induk semangnya dan mampu menginfestasi manusia lain.3

8. Cara penularan skabies

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularannya adalah:

a. Kontak langsung (kulit dengan kulit)

Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.

b. Kontak tidak langsung (melalui benda)

Bibit penyakit menular dengan perantara benda-benda terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita, misalnya: melalui handuk, pakaian, saputangan, dan lain sebagainya.20

9. Klasifikasi skabies

a. Skabies pada orang bersih (skabies of cultivated)

Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bias salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.2

(5)

b. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak seringkali menyerang seluruh tubuh, , tak jarang terjadi infeksi sekunder berupa impetigo ektima sehingga terowongan jarang ditemukan pada bayi, lesi terdapat dimuka.3

c. Skabies yang ditularkan oleh hewan

Sarcoptes scabiei varian canis dapt menyerang manusia yang pekerjanya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat ada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi secara teratur.15

d. Skabies noduler

Nodul terjadi karena hipersensitivitas. Sering kali bertempat pada genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies. 1 e. Skabies inkognito

Obat steroid topical atau sistematik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena respon imun seluler.3

f. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.2

g. Skabies krustosa (Norwegian skabies)

Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama, genralisata, eritema, dan distrofi kuku.. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei dibawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.3

(6)

B. Faktor yang Berhubungan dengan Skabies 1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk meniadakan atau setidak-tidaknya mengurangi faktor-faktor pada lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk mengendalikan: sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat, tetapi dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah penyediaan air bersih (sanitasi air)18

Dari penelitian di TPA Bungkung Bandar Lampung di dapatkan 33 orang (84,6%) menderita skabies. Menyebutkan Penyakit skabies yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan minimalnya sarana untuk mandi , terutama di daerah kumuh dengan sanitasi yang sangat jelek. Skabies bisa disebabkan karena sanitasi yang buruk.21

Kepadatan hunian (in house overcrowding) diketahui akan meningkatkan resiko dan tingkat keparahan penyakit berbasis lingkungan. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dengan m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana minimum 10m2/orang, sehingga untuk satu keluarga yang mempunyai 5 orang anggota keluarga dibutuhkan luas rumah minimum 50m2, sementara untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3m2/orang. Dalam hubungan dengan penularanpenyakit skabies, maka kepadatan hunian dapat menyebabkan infeksi silang ( Cross infection ).22

Dari penelitian di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an Stabat didapatkan permasalahan yang berkaitan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren adalah penyakit skabies merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh santri, kasus terjadi pada daerah padat penghuni dan jumlah kasus banyak pada anak usia sekolah. Penyakit gudik (skabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang dalam sebuah keluarga.23

(7)

a. Air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak, sesuai dengan Permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air bersih, persyaratan air bersih harus memenuhi syarat fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktif.24

Pengadaan air bersih untuk berbagai keperluan hidup manusia dapat bearasal dari berbagai sumber dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda.17 Sumber-sumber air tersebut adalah :

1) Air laut

Air mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl, dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.

2) Air atmosfer

Dalam keadaan murni air ini sangat bersih karena adanya pengotoran utara yang disebabkan karena polusi udara lingkungan, kualitas air sangat dipengaruhi oleh kualitas udara yang dialuluinya sewaktu turun ke permukaan bumi.

3) Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi pada umumnya air permukaan akan mengalami pengotoran selama pengalirannya.

4) Air tanah

Terbagi menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dan mata air.25 Sumber penyediaan air bersih adalah sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, yaitu untuk air minum, mandi dan cuci17,penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih yang ditunjukkan untuk mencegah invasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian, yang termasuk parasit adalah Sarcoptes scabei.3 Penularan penyakit skabies dapat dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang.26

(8)

b Kaitan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Skabies

Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Salah satu penyebab penyakit di dalam air karena kurangnya penyediaan air bersih,kurangnya penyediaan air bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit diantaranya adalah skabies. Hal ini dipermudah oleh penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya dan juga lingkungan yang kumuh disertai sanitasi yang sangat jelek. Selain itu skabies merupakan penyebab penyakit bawaan air.17

2. Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat, bahkan faktor perilaku memberikan kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat.27

Perilaku hidup bersih dan sehat/PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.25

Perilaku yang ditunjukkan oleh santri sangat erat kaitannya dengan pengamalan Tindakan rasional instrumental yaitu tindakan murni aktor dalam hal ini seorang santri tidak hanya menilai cara yang baik akan tetapi juga menentukan nilai dan tujuan Perilaku rasional nilai ini juga merupakan penghambat santri untuk melakukan PHBS antara lain perilaku mandi, perilaku berwudhu dan perilaku dalam menjaga kebersihan lainnya, karena kembali pada tata nilai yang berkembang di pesantren santri secara tidak sadar sudah ada konstrusi di pikiran santri tentang tata nilai yang berkambang untuk mencapai fadhoilul amal keutamaan dalam beramal dalam menjalankan kebaikan ini berpijak pada menjalankan hukum-hukum Allah SWT dan sunnah rasulullah SAW.8

(9)

Berdasarkan penelitian di pondok pesantren Wanayasa Kabupaten Banjarnegara menunjukkan 70 orang (54%) menderita penyakit skabies, ada hubungan antara kepadatan penghuni, kebiasaan mandi, kebiasaan ganti baju, kebiasaan menggunkan alat-alat bersama dengan penderita penyakit skabies.10

Faktor yang berhubungan dengan perilaku antara lain: a. Pengetahuan

Skabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan pengendalian sangat sulit.28

Berdasarkan penelitian di pondok pesantren Wanayasa Kabupaten Banjarnegara yang menyebutkan ada hubungan yang antara pengetahuan, sikap, dan higiene perorangan dengan terjadinya skabies. Skabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas terutama pada tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan pengendalian sangat sulit.10

b. Higiene perorangan

Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kondisi higiene perorangan sehingga pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga higiene perorangan dengan cara : mandi 2x sehari, menghindari penggunaan pakaian, handuk dan tempat tidur secara bersama-sama dengan penderita.. penularan melalui pakaian missal mencuci pakaian, handuk dan sprei secara rutin, menjemur kasur dan bantal dibawah sinar matahari secara berkala.3

Insekta parasit akan mudah berkembang biak menimbulkan penyakit bila kebersihan perorangan dan kebersihan umum tidak terjamin.18 Tungau penyebab skabies lebih sukar menginfestasi individu dengan hygiene perorangan yang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi secara teratur dan menjaga kebersihan alas tidur.3

(10)

3. riwayat kontak

Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Sedangkan kontak tak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal, dan lain-lain.20

Menjaga Kebersihan diri dan menghindari kontak perorangan baik langsung maupun tidak langsung dengan penderita skabies merupakan salah satu cara pencegahan terbaik dari pada mengobati terjadinya penyakit skabies.Namun jika kebersihan diri kurang diperhatikan dan terus melakukan kontak dengan penderita maka kejadian skabies masih tetap muncul. 1

a. Hubungan seksual

Penyakit skabies banyak diderita oleh laki-laki 57,26% dari perempuan 42,74%. Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, merupakan populasi yang berisiko terkena skabies, penularannya melalui kontak tubuh.29

4. Perekonomian yang rendah

Penyakit skabies merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Gejala gatal yang diakibatkan oleh tungau sarcoptes scabei umumnya menyerang pada waktu ,malam hari hal itu secara tidak langsung dapat mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.22

(11)

C. Higiene perorangan 1. Definisi

Higiene perorangan atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis30

Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kondisi higiene perorangan dan lingkungan sehingga pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan agar senantiasa bersih dan menjaga kebersihan diri antara lain dengan cara : mandi, menghindari penggunaan pakaian dan handuk secara bergantian, menghindari penggunaan sprei secara bersamaan dengan penderita, mencuci pakaian, handuk dan sprei secara rutin, menjemjur kasur dan bantal dibawah sinar matahari secara berkala.28

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi higiene perorangan

faktor-faktor yang mempengaruhi higiene perorangan meliputi : gambaran tubuh (body image), praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasan seseorang dan kondisi fisik seseorang.

1) Body image, gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2) Praktik sosial, pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Higiene perorangan 3) Status sosial-ekonomi, higiene perorangan memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya 31

4) Pengetahuan, pengetahuan Higiene perorangan sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita skabies ia harus menjaga kebersihan dirinya.

(12)

5) Budaya, disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang, ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain

7) Kondisi fisik, pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.30

3. Macam-macam tindakan higiene perorangan

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit.31

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies.3

Insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan perorangan dan kebersihan umum tidak terjamin. Tungau penyebab skabies lebih sukar menginfestasi individu dengan higiene perorangan yang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi secara teratur dan menjaga kebersihan alas tidur.13

Higiene perorangan mencakup antara lain kebersihan badan dan pakaian, yang dapat dilakukan dengan cara :

1) Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2 kali sehari

Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi. Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar, bersih, dan santai. Membersihkan diri seluruh tubuh menggunakan air yang bersih. Idealnya saat musim panas mandi 2 kali pagi dan sore.22 Cara mandi santri tak terlepas dari budaya PHBS yang melekat pada sanri Salah satu penyebab buruknya kualitas

(13)

Kehidupan santri pondok pesantren di Indonesia karena pondok pesantren memiliki perilaku yang sederhana sesuai dengan tradisi dan sub-kultur yang berkembang sejak awalnya berdirinya pesantren, ditambah juga dengan fasilitas kebanyakan pondok pesantren yang kurang untuk menunjang kehidupan sehari-hari termasuk juga fasilitas kesehatannya. masih sering ditemui santri mandi secara bersama-sama dan menggunakan peralatan mandi secara bersamaan juga.32

2) Kebiasaan mengganti pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat beraktifitas. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea . Mencuci pakaian secara teratur dengan sabun dan keringkan di sinar matahari merupakan salah satu cara untuk mencegah terhindar dari penularan penyakit kulit. seperti kudis atau koreng. Pakaian yang telah di pakai selama 12 jam, harus di cuci jika akan di gunakan kembali.33

3) Kebiasaan berwudhu

Keterbatasan fasilitas dan sarana di dalam pesantren yang tidak seimbang dengan dengan semangat hidup para santri dalam pelaksanaan pola kebiasaan sehari-hari Kesederhanaan dan kesahajaan serta kurangnya fasilitas dan sarana di pondok pesantren menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan santri di pondok pesantren. Disamping itu terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan santri di Pondok pesantren, antara lain budaya yang sudah melekat pada masing-masing santri yaitu pada berwudhu santri dapat dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah air dan fasilitas yang ada.34

4) Kebiasaan pinjam meminjam alat pribadi seperti pakaian dan handuk

(14)

Mikrooragisme penyebab penyakit kulit akan tetap hidup dan berada pada alat-alat yang tersentuh atau melekat paada kulit orang lain. Oleh karena itu diusahakan agar tidak pinjam meminjam pakaian, handuk dan alat-alat lain

yang berpotensi menularkan penyakit kulit.13

4. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Higiene 1) Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Higiene perorangan adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Sanitasi Lingkungan 1. Pengertian

Pengertian sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha mengendalikan dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang telah mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan tubuh.35

“Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”36

1) Lingkungan yang mendukung kejadian skabies a. Lingkungan biologis

Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang meliputi berbagai mikroorganisme baik patogen maupun yang tidak patogen, serta berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengarui

(15)

kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia).

b. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik meliputi: udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis, air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsur kimiawi serta berbagai bentuk pencemaran pada air.

c. Lingkungan sosial

Meliputi semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, sistem organisasi, serta institusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.37,18

E. Riwayat kontak perorangan 1. Pengertian

Kontak perorangan adalah kontak fisik antara manusia ke manusia yang membawa patogen reservoir yang dapat menyebabkan penularan penyakit Ada tipe cara kontak perorangan penyakit :

a. Active carrier

diartikan sebagai terpajannya vector karena agent penyakit dan sudah berinkubasi dalam waktu yang lama tapi vector tersebut sudah melewati fase rehabilitasi

b. Convalescent carrier

Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit (patogen) dan berada dalam masa pemulihan, tetapi masih dapat menularkan penyakit ke orang lain. 38

a. Passive carrier

Seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit (patogen), tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala penyakit. Hal ini sama seperti carrier sehat.39

(16)

a. Kontak langsung atau juga dikenal sebagai penularan dari orang ke orang perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera dari pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Penularan langsung dapat terjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang per orang, Seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit , berciuman atau seksual.20

b. Kontak tak langsung

terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit, fomite vektor, udara yang beredar, partikel debu, derofit air, air, makanan, kontak oral fecial dan mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan organisme penyebab penyakit adalah penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung dilakukan melalui beberapa cara penularan sebagai berikut ; Penularan airborne (melalui droplet atau partikel debu), vehcleborne, atau penularan vectorborne.2

D. Pondok Pesantren

1. definisi

Pesantren di definisikan menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.40 Tujuan pondok pesantren adalah mencetak ulama yaitu orang yang mendalami ilmu agama.41

2. kesehatan di lingkungan pondok pesantren

Permasalah kesehatan yang dihadapi santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi oleh anak sekolah umum, bahkan santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati.42

Menurut muslimah 2006 masalah kesehatan yang berkaitan dengan pondok pesantren antara lain :

(17)

a. sampah yang berserakan di lingkungan pondok pesantren b. lantai asrama yang jarang di pel

c. air limbah tidak mengalir ke adalam got sehingga menjadi srang nyamuk d. kasur tidak di jemur.

e. Ruang asrama yang sering kali tidak sesuai dengan jumlah penghuni. f. Sempitnya area menjemur pakaian.

3. Pondok Pesantren Al Itqon Semarang

Pondok pesantren ini sudah berusia 56 tahun dan diproklamirkan pada tahun 1953. Dulu pondok pesantren ini adalah pondok salaf, karena perkembangan zaman yang tidak bisa untuk diajak mempertahankan sehingga pesantren Al-Itqon ini sekarang menjadi perpaduan antara salaf dan kurikulum.

Pondok Pesantren ini berdiri di area seluas 2,5 hektare, putra-putra KH Shodaqoh membina 600-an santri yang bermukim dan ribuan santri tak mukim. Sejak 14 tahun silam, sepeninggal KH Shodaqoh yang wafat pada tanggal 3 Syawal tahun 1413 H, KH Haris memimpin Pondok Salafiyah Al Itqon. Sementara KH Ubaedulloh membina pendidikan formal, mulai dari madrasah ibtidaiyah hingga madrasah aliyah keagamaan. Nama Al Itqon pun, tutur KH Haris, disitir dari nama kitab Al Itqon fi Ulumil Quran yang mengajarkan ilmu Quran dan hadis.

Metode belajar mengajar di pesantren ini terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut. Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini. Budaya salaf yang melekat pada santri nampak pada perilaku keseharian santri antara lain yaitu santri menggunakan sarung dalam kesehariaanya.

(18)

E. Kerangka Teori Status santri Perilaku mandi Budaya mandi Status ekonomi Kontak dengan penderita skabies Kecukupan air bersih Air terkontaminasi skabies Riwayat pajanan Sarcoptei scabiei Peralatan mandi yang terkontaminasi Sarcoptei scabiei Ketersediaan peralatan Kejadian skabies

(19)

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 3. Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu :

1. Ada hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian skabies di Pondok pesantren Al Itqon Kota Semarang

2. Ada hubungan anatara sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di Pondok pesantren Al Itqon Kota Semarang

3. Ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian skabies di Pondok pesantren Al Itqon Kota Semarang.

Higiene perorangan Kejadian penyakit skabies Sanitasi lingkungan Riwayat kontak Variabel yang dikendalikan 1. tempat tinggal

(20)

Gambar

Gambar 3. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian selain faktor kekuatan otot lengan dan koordinasi mata-tangan sebenarnya masih banyak faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan melakukkan passing bawah

Differensial diagnosa terhadap pneumonia adalah didasarkan pada adanya kemiripan diantara penyakit seperti gejala klinis respirasi cepat dan dangkal, sesak nafas

Hasil dari penelitian tentang interpretasi bawah permukaan yang berdasarkan karakteristik kelistrikan bumi di daerah Rampa Manunggul Kotabaru adalah berupa grafik

Bahan kimia padat, cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar disertai suhu tinggi

Menurut saya sebagai mahasiswa praktikan pembelajaran yang di lakukan oleh guru di SMP Negeri 2 Kendal sudah sangat baik dan profesional dengan menggunakan

[r]

Tidak terjadi variasi temporal nilai faktor kondisi ikan pada setiap harinya secara ekstrim bahkan relatif nilai yang berkisar antara 1 – 3 maka dari data hasil

Berbeda dengan Sartono yang melalui karya ilmiah, Umar Kayam memilih lewat jalan sastra dan kolom ringan menyigi wong desa di masa lampau yang dipasangkan