• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja

2.1.1 Pengertian penyakit kulit akibat kerja

Penyakit kulit akibat kerja merupakan penyakit kulit yang didapatkan dari

pekerjaan akibat interaksi yang terjadi antara kulit dengan substansi yang digunakan

di lingkungan kerja, dimana interaksi di tempat kerja merupakan faktor penyebab

utama serta faktor kontributor. Salah satu penyebab dari penyakit kulit akibat kerja

yaitu bahan kimia dan bahan biologis yang kontak langsung dengan kulit saat

melakukan pekerjaan di tempat kerja.

2.1.2 Jenis-jenis penyakit kulit akibat kerja

Menurut Febria (2011) dan Buchari (2007) penyakit kulit akibat kerja dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu. 1. Dermatitis kontak iritan (DKI)

Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit yang

bersifat nonimunologik, ditandai dengan adanya eritema (kemerahan), edema

(bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan kontakan

dari luar. Bahan kontakan ini dapat berupa bahan fisika, kimia bahkan

biologis yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit pekerja.

2. Dermatitis kontak alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi (DKA) akibat kerja adalah hipersensitivitas tipe

lambat, hasil dari kontak kulit dengan allergen yang spesifik pada

orang-orang yang mempunyai sensitivitas yang spesifik terhadap allergen tersebut.

(2)

Reaksi alergi tersebut menyebabkan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi

eritema, edema, dan vesikel.

3. Ekzim (ekzema)

Ekzim ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah, merasa

gatal terlebih pada malam hari, timbul gelembung kecil yang diisi air

atau nanah, bengkak, melepuh, berwarna merah, amat gatal dan merasa

panas. Penyebabnya adalah alergi terhadap rangsangan zat kimia spesifik,

atau kepekaan terhadap makanan spesifik layaknya udang, ikan laut, alkohol,

vetsin. Pencegahan eksim dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal atau

bahan-bahan yang bisa manimbulkan alergi.

4. Kudis (skabies)

Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat di malam hari, terlebih di

sela-sela jari tangan, dibawah ketiak, aerole (sekeliling puting payudara),

dan permukaan depan pergelangan. Kudis gampang menular ke orang lain

baik dengan langsung ataupun tidak langsung (handuk dan baju).

Pencegahan kudis dapat dilakukan dengan memelihara kebersihan tubuh

adalah sesuatu yang harus bila ingin terhindar dari penyakit kulit berupa

kudis.

5. Kurap

Penyakit kurap disebabkan oleh jamur. Dimana gejala penyakit kurap

ditandai dengan kulit menjadi jadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran,

bersisik, lembab, berair, dan merasa gatal. Setelah itu timbul bercak

keputihan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga

(3)

6. Bisul (furunkel)

Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus pada kulit lewat folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat menyebabkan

infeksi lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul diantaranya

kebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika

yang menyumbat pori dan pemakaian bahan kimia.

7. Ketombe (seboroid)

Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan kegiatan kelenjar

sebasea dikulit. Seboroid yang terjadi pada kulit kepala kerap di sebut

juga dengan nama ketombe. Gejala berupa merah, bersisik, berminyak dan

bau.

8. Lepra

Lepra merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah

mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,

kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Gejala umumnya

gejala awalnya kulit tampak mengkerut apalagi bila penyakit telah akut

kumannya perlahan-lahan akan mengonsumsi kulit dan daging, bila sudah

terkena penyakit kulit tipe ini segera berobat ke dokter.

9. Panu

Panu adalah salah satu penyakit kulit yang dikarenakan oleh jamur, penyakit

panu ditandai dengan bercak yang ada pada kulit dibarengi rasa gatal pada

waktu berkeringat. Bercak-bercak ini dapat berwarna putih, coklat atau merah

bergantung warna kulit penderita. Panu sangat banyak ditemukan pada

(4)

tua. Cara pencegahan penyakit kulit panu bisa dilakukan dengan melindungi

kebersihan kulit, dan bisa diobati dengan obat-obatan tradisional layaknya

daun sirih yang digabung dengan kapur sirih dan dioles pada kulit yang

terserang panu.

10.Infeksi jamur kulit

Jamur dapat tumbuh dipermukaan kulit kita, dan mengakibatkan kerusakan

tekstur kulit hingga tampak buruk. Belum lagi, rasa gatal yang kerap

menyerang menyertai infeksi jamur tersebut. Bila tidak selekasnya diatasi,

jamur kulit dengan cepat menyebar kejaringan kulit yang lebih luas.

Mekanisme terjadinya penyakit kulit akibat kerja berdasarkan jenisnya

menurut Djuanda (2007) sebagai berikut :

1. Dermatitis kontak iritan

Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel

melalui kerja kimiawi dan fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,

denaturasi keratin menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya

ikat air di kulit. Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak (lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti pada kulit. Ketika

terjadi kerusakan sel maka akan timbul gejala peradangan klasik di

tempat terjadinya kontak berupa eritema, endema, panas dan nyeri bila

iritan kuat.

2. Dermatitis kontak alergi

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi

mengikuti respon imun yang diperantarai oleh sel atau reaksi imunologik

(5)

elisitasi. Fase sensitisasi terhadap sistem kekebalan tubuh berlangsung

selama 2-3 minggu pada fase ini terjadi hapten yaitu zat kimia atau antigen

yang belum diproses. Sedangkan pada fase elisitasi kontak dengan zat yang

sama dapat menyebabkan reaksi alergi walaupun kontak dengan bahan

kimia dengan dosis sangat rendah, biasanya fase elisitasi berlangsung antara

24-48 jam hingga muncul peradangan pada kulit.

2.1.3 Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja

Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja berlangsung melalui 2 (dua) fase

yaitu (Djuanda, 2007).

1. Fase akut

Pada dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek

dengan suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk

mencetuskan reaksi iritan pada kulit. Keadaan ini biasanya disebabkan

oleh zat alkali atau asam yang kuat. Jika iritan lemah maka reaksinya

akan menghilang secara spontan dalam waktu yang singkat. Luka bakar

kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan

zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

Sedangkan pada dermatitis kontak alergi akut, kelainan kulit

umumnya muncul 24-48 jam setelah melalui proses sensitisasi. Derajat

kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang

berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema (kemerahan) dan

edema (bengkak), sedangkan pada yang berat selain eritema (kemerahan)

dan edema (bengkak) yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula

(tonjolan berisi cairan) yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi

(6)

2. Fase kronis

Pada dermatitis kontak iritan kronis, disebabkan oleh kontak dengan

iritan lemah yang berulang-ulang dan mungkin bisa terjadi oleh karena

kerjasama berbagai macam faktor. Kelainan baru nyata setelah

berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga

waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.

Pada dermatitis kontak alergi kronik, merupakan kelanjutan dari

fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang.

Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa

likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi

atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang

dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan

oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak

dikenal di sekitar pekerja.

Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja dapat juga dilihat menurut

prediksi regionalnya, hal ini akan memudahkan untuk mencari bahan

penyebab dari gangguan kulit yang muncul pada seorang pekerja (Febria,

2011).

1. Pada area tangan

Kejadian penyakit kulit akibat kerja paling sering ditemukan pada area

tangan pekerja baik dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan.

Banyaknya dermatitis kontak akibat kerja di area tangan dikarenakan

tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk

melakukan kegiatan, sehingga sering berkontak langsung dengan bahan

(7)

2. Pada area kaki

penyakit kulit akibat kerja pada kaki biasanya terjadi pada paha dan

tungkai bawah, pada bagian ini disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci

yang mengandung nikel, kaos kaki yang terbuat dari nilon, obat topikal

(anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan sepatu

pekerja.

3. Pada area wajah

Pada dermatitis kontak pada wajah disebabkan oleh bahan kosmetik, obat

topikal, allergen yang ada di udara dan nikel. Bila di bibir atau sekitarnya

bisa disebabkan oleh lipstick yang tercemar. Sedangkan dermatitis di

kelopak mata disebabkan oleh cat kuku, cat rambut dan obat mata.

4. Pada area badan

Terjadi karena tekstil, zat warna, kancing logam, detergen ,bahan

pelembut dan pewangi yang digunakan oleh pekerja.

5. Pada area telinga

Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel merupakan penyebab penyakit

kulit pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca

mata, cat rambut, hearing-aids.

6. Pada area paha dan tungkai bawah

Penyakit kulit pada paha dan tungaki bawah dapat disebabkan oleh

pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal

(8)

2.1.4 Faktor risiko gangguan kulit akibat kerja

Faktor risiko terjadinya gangguan kulit akibat kerja pada pekerja sebagai

berikut.

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi

kejadian gangguan kulit pada pekerja dimana sesorang dengan umur yang

semakin tua akan berdampak pada sistem kekebalan tubuh manusia yang

berkurang dan rentan terkena penyakit. Dapat dikatakan bahwa dermatitis

atau gangguan kulit akan lebih mudah menyerang pada usia yang lebih

tua (Iwan, 2003).

2. Lama kontak

Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan

bahan kimia dan iritan dalam hitungan jam/hari. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Yeni (2013) didapatkan hasil kejadian gangguan

kulit akibat kerja pada variabel lama kontak dengan rata-rata lama kontak

9 jam sehari, sebanyak 40 dari 66 pekerja mengalami gangguan kulit.

3. Pendidikan

Pekerja dengan pindidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya

kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat membawa

wawasan atau pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Aisyah (2010) angka kejadian gangguan kulit pada

pemulung yang tidak bersekolah lebih bermakna bila dibandingkan

(9)

4. Masa kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya pekerja terpajan

dengan berbagai sumber penyakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Reni (2013) didapatkan hasil gangguan kulit pada pekerja di

Bulukumba sebanyak 46,2% mengalami gangguan kulit, dimana variabel

masa kerja pekerja lebih dari >5 tahun mengalami gangguan kulit sebesar

44,4%.

5. Suhu dan kelembaban

Menurut Kurniawati (2006) jamur penyebab gangguan kulit pada pekerja

di TPA dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar, dengan kelembaban

rata-rata 60%. Sedangkan penelitian yang dilakukan Maruff (2005)

terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan penyakit

kulit berupa scabies pada pekerja industri tekstil.

6. Penggunaan APD

Penggunaan alat pelindung diri berupa masker, sarung tangan, sepatu boot

dan pakaian lengan panjang merupakan salah satu cara untuk mencegah

terjadinya dermatitis kontak, karena dengan mengunakan APD dapat

mencegah terpapar bahan iritan maupun allergen yang ada di tempat kerja

(Febria, 2011).

7. Personal hygiene

Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah

cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan. Kebersihan

perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan

(10)

kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2013)

menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan kulit

dengan personal hygiene yang buruk pada pekerja, dimana pengukuran

personal hygiene dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 9 pertanyaan mengenai kerbersihan kulit responden sebelum dan sesudah

bekerja dimana 9 pertanyaan tersebut berisi poin-poin penilain personal

hygiene. Penilain personal hygiene dibedakan menjadi 2 yaitu personal hygiene dinilai baik jika poin >25 poin dan personal hygiene dinilai buruk jika poin<24 poin.

8. Sinar matahari langsung

Menurut Moeljosoedarmo (2008) sinar matahari langsung di atas pukul

10.00, bisa berbahaya bagi kulit dikarenakan sinar matahari mengandung

sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) dapat merusak

membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta

merusak sel-sel kulit, akibatnya mekanisme regenerasi sel-sel akan

rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam

intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) yang berdampak pada munculnya gangguan kulit.

9. Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyakit kulit akibat kerja memiliki

frekuensi yang sama pada pria dan wanita, akan tetapi, gangguan kulit

secara signifikan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria yang

disebabkan tingginya frekuensi ekzim tangan pada wanita dibanding pria

(11)

Nurtanti (2010) kejadian gannguan kulit pada pekerja perempuan lebih

bermakna bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki.

10. Riwayat penyakit kulit

Penyakit kulit akibat kerja paling sering di temukan pada pekerja yang

sebelumnya menderita penyakit kulit hal ini disebabkan karena kulit

pekerja rentan untuk terkena penyakit kulit. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Nurtanti (2010) sebagian besar responden yang menderita

penyakit kulit memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Dari data

diperoleh gambaran bahwa sebanyak 18 responden (90%) yang

menderita penyakit kulit akibat kerja memiliki riwayat penyakit kulit

sebelumnya.

2.1.5 Upaya pencegahan penyakit kulit akibat kerja

Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan

dengan memperhatikan aspek personal hygiene. Aspek personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana ke dalam tubuh dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit

kulit akibat kerja. Personal hygiene merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara

umum. Kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan

seseorang dimana kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan

diri, dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap

kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan

dengan kebersihan diri yang tidak baik seperti penyakit kulit akibat kerja. Pada

(12)

pelindung diri (APD) yang dapat mencegah paparan sinar matahari langsung yaitu

pakaian lengan panjang (baju pelindung), sarung tangan dan sepatu boot.

2.1.6 Diagnosa klinis penyakit kulit akibat kerja

Menurut Raymond (2001) untuk menetapkan kejadian dan penyebab penyakit

kulit akibat kerja diperlukan 3 tahap dan proses sebagai berikut.

1. Tahap anamnesis

Pada tahap anamnesis yang paling penting untuk ditanyakan adalah tempat kerja, jenis pekerjaan, riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi,

riwayat kontakan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter

maupun dilakukan sendiri.

2. Tahap pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tahap fisik yang pertama dilakukan adalah tentukan lokasi

kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang dicurigai, yang tersering

adalah daerah tangan, lengan, muka dan anggota gerak. Pemeriksaan fisik

sangat penting karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit

seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Kemudian tentukan

ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema, edema dan papula

disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk

dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak,

tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.

3. Tahap pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel. Uji tempel adalah

uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilaksanakan dengan mengoleskan sediaan

uji tempel pada kulit normal panel/subjek manusia dengan maksud untuk

(13)

atau tidak. Pada tahap penunjang berupa uji tempel tidak dapat dijalankan dan

dilaksanakan karena beberapa syarat-syarat yang sulit untuk dipenuhi oleh

responden sebagai berikut.

 Uji tempel harus dilepaskan dan pada hari ke 2 setelah pemasangan dan waktu pembacaan selanjutnya pada hari ke 3 sampai hari ke 7

setelah aplikasi uji tempel dilepas.

 Responden disarankan tidak mandi 48 jam setelah aplikasi dipasang. Pada bagian tubuh yang dipasang aplikasi harus kering sampai jangka

waktu pembacaan terakhir setelah uji tempel dilepaskan.

Pada penelitian ini pemeriksaan kejadian gangguan kulit pada pemulung di

TPA Suwung Denpasar Selatan akan dibantu oleh dokter, penulis memilih 2

(dua) tahap dari 3 (tiga) tahap diagnosis gangguan kulit. Peneliti menggunakan

tahap anamnesis dan tahap pemeriksaan fisik karena waktu yang dibutuhkan tidak lama.

2.2 Pemulung Sampah

2.2.1 Pengertian pemulung sampah

Pemulung merupakan orang yang memulung dan mencari nafkah dengan

jalan memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas (logam, plastik, kardus

bekas dan sebagainya) kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan

mengolahnya kembali menjadi barang daur ulang. Ada dua jenis pemulung yaitu

pemulung lepas yang bekerja sebagai wirausaha dan pemulung yang tergantung pada

seoarang bandar yang meminjamkan uang kepada mereka dan memotong uang

(14)

2.2.2 Proses kerja pemulung sampah

Menurut Ahmad (2011) kegiatan dan proses kerja pemulung sampah secara

umum sebagai beikut.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan oleh pemulung sampah adalah kegiatan

menyiapkan alat perlengkapan seperti motor dan gerobak sampah yang

akan dibawa ke TPA atau berkeliling kompleks perumahan warga untuk

mencari sampah, menyiapkan kantong palstik atau kardus untuk

memasukan sampah saat memulung dan menyiapkan APD seperti sarung

tangan dan masker yang digunakan saat memulung sampah di lingkungan

TPA.

2. Memilih sampah

Pemulung memilih sampah yang mempunyai nilai ekonomis dan lebih

berfokus pada arah konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sampah yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi perhatian utama pemulung sampah

yaitu sampah plastik, logam, besi dan gelas karena sampah tersebut bila

dijual ke penadah barang bekas memiliki nilai jual yang tinggi. Pada

kegiatan memilih sampah pemulung kontak langsung dengan paparan

kimia, biologis dan sinar matahari di sekitar TPA.

3. Memilah sampah

Setelah sampah dipilih, selanjunya dilakukan kegiatan memilah sampah

berdasarkan jenis dan ukuran sampah, sampah yang memiliki ukuran yang

lebih besar biasanya memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Pada

kegiatan memilah sampah pemulung terpapar bahan iritan, biologis dan

(15)

4. Mengumpulkan sampah

Setelah sampah dipilah berdasarkan jenisnya, sampah dikumpulkan di

suatu tempat yaitu di rumah pemulung tersebut. Sampah yang dikumpulkan

akan dijual bila sudah dirasa cukup ke penadah barang bekas. Pada

kegiatan mengumpulkan sampah pemulung terpapar bahan iritan, biologis

dan kimia yang berasal dari sampah yang pemulung kumpulkan.

5. Menjual sampah

Setelah sampah dikumpulkan dan dipilah sesuai jenis dan ukuranya,

sampah tersebut kemudian dijual ke penadah barang bekas yang ada di

sekitar TPA dan pemukiman sekitar TPA tersebut.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada pemulung

sampah di TPA Suwung Denpasar Selatan, pemulung mulai bekerja pada

pukul 07.00-18.00 WITA. Menurut Asloy (2015) dengan lama kerja yang

panjang di tempat sampah, yang banyak mengandung bahan iritan, kimia

dan biologis dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja, karena

terjadi interaksi antara tubuh pekerja dengan bahan berbahaya yang ada di

tempat kerja tersebut dalam waktu yang lama.

2.3 Sampah

2.3.1 Pengertian sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai

dan tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia

dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Pada tahun 2015 produksi

sampah di Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah terbesar yaitu

sebesar 64 juta ton per tahun sampah. Sedangkan berdasarkan jenisnya sampah dapat

(16)

anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati

yang mudah terurai sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari

bahan baku bukan hayati dan sulit terurai secara alami.

2.3.2 Pengolahan sampah

Menurut Sulastoro (1999) pengolahan sampah harus melalui beberapa tahap dan proses pengolahan sampah sebagai berikut.

a. Tahap sumber sampah

Sumber sampah merupakan awal mula dari tahapan dan proses pengolahan

sampah. Sumber sampah banyak dihasilkan dari pemukiman rumah tangga

sekitar 80% dan pasar tradisional sekitar 50%. Sampah pasar pada umumnya

90% mengandung sampah organik yang terdiri dari sampah sayuran, buah,

dan sejenisnya yang seragam sehingga memudahkan dalam pengelompokan.

Sedangkan sampah pemukiman rumah tangga cukup beragam dimana berapa

komposisi sampah yang dapat dijumpai 70% mengandung sampah organik

dan 30% mengandung anorganik.

b. Tahap pengumpulan sampah

Tahap pengumpulan sampah dapat diartikan sebagai pengelolaan sampah dari

tempat atau asal sampah tersebut sampai ke tempat pembuangan sementara.

Tahap pengumpulan sampah terdiri dari dua macam metode sesuai dengan

pola pengumpulan yang digunakan, yaitu:

 Individual langsung merupakan penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber sampah dan

diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa melalui

(17)

 Individual tidak langsung merupakan proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber

sampah dan diangkut ke TPA melalui proses pemindahan dengan

menggunakan sarana pengangkut.

c. Tahap pengangkutan sampah

Tahap pengangkutan sampah adalah proses memindahkan sampah ke tempat

pembuangan sementara (TPS). Menunjang kelancaran proses pengangkutan,

tempat untuk proses pengangkutan harus disesuaikan dengan proses

pengumpulan. Pada tahapan pengangkutan sampah perlu dilakukan dengan

menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu untuk

membantu menuju ke TPS, dan pada tahapan ini sangat perlu melibatkan

tenaga kerja yang pada periode waktu tertentu membantu mengangkut

sampah ke TPS.

d. Tempat pembuangan sementara (TPS)

Tempat pembuangan sementara adalah tempat yang menampung sampah

untuk jangka waktu tertentu yang berada di lokasi-lokasi yang telah

ditetapkan yang biasanya berada jauh dari pumukiman penduduk. Sampah

untuk sementara ditampung sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir

untuk diolah.

e. Tahap pemindahan sampah

Tahap pemindahan merupakan proses memindahkan sampah dari TPS ke

TPA, sehingga TPS pada daerah pelayanan menjadi bersih dari sampah. Pada

tahapan ini pemindahan sampah dilakukan dengan menggunakan sarana

(18)

pada periode waktu tertentu membantu proses pemindahan sampah tersebut

ke TPA.

f. Tempat pembuangan akhir (TPA)

Tempat pembuangan akhir adalah proses atau tahapan terakhir dimana semua

sampah dari seluruh titik pengumpulan, dibuang dan dikumpulkan. Tujuan

tempat pembuangan akhir adalah untuk memusnahkan sampah di suatu TPA

dengan proses tertentu sehingga seminimal mungkin tidak menimbulkan

dampak dan gangguan terhadap lingkungan sekitar baik setelah dilakukan

pengolahan maupun belum dilakukan pengolahan.

Menurut Rizal (2015) ada beberapa metode sistem pengolahan sampah yang

diterapkan pada tempat pembuangan akhir (TPA) sebagai berikut.

a. Pemadatan sampah

Pemadatan sampah adalah tehnik pemadatan sampah dengan menggunakan

alat atau teknologi yang cukup cangih. Pemadatan sampah sebenarnya bukan

merupakan sistem pengolahan langsung terhadap sampah di TPA, melainkan

lebih kepada tindakan persiapan yang dilakukan terhadap sampah untuk

memudahkan proses selanjutnya. Teknologi utama pemadatan sampah

dengan cara ini berupa mesin yang berfungsi memadatkan dan membentuk

sampah menjadi bola–bola sampah. Ada dua jenis mesin yang dapat

digunakan untuk pengolahan sampah dengan sistem ini yaitu mesin mobile baler dan mesin mobile baler tornado.

b. Open dumping

Open dumping adalah salah satu sistem penanganan sampah yang paling sederhana yaitu sampah ditimbun di area tertentu secara terus menerus tanpa

(19)

sistem open dumping sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu akan menimbulkan leacheate

(tercemarnya air tanah).

c. Pembakaran sampah (incinerator)

Incinerator bertujuan untuk mereduksi atau mengurangi volume sampah buangan padat. Teknologi ini dapat mengurangi volume sampah hingga 97%

dan bobot hingga 70%. Panas hasil pembakaran dipakai untuk menghasilkan

energi. Proses ini memerlukan biaya yang sangat besar untuk membeli dan

membangun unit pembakaran sampah tersebut di TPA.

d. Pengkomposan (composting)

Pengkomposan adalah proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi

organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkendali dan

terkontrol dengan hasil akhir berupa humus dan kompos. Kompos adalah

pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan hijauan dan bahan organik

lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,

misalnya kotoran ternak atau bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti

urea.

e. Sanitary landfill

Sanitary landfill merupakan metode pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi

selapis. Dengan demikian sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya

tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Metode ini

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Proses-proses produksi tersebut banyak menggunakan peralatan produksi yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga

EBITDA menurun sebesar 25.0% menjadi US$129.0 juta dari US$172.1 juta di 3M2017, sebagian besar disebabkan oleh laba kotor yang lebih rendah sekitar 20% sebagai hasil dari biaya

Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi vaksinasi penyakit tetelo secara kontak dengan virus tahan panas RIVS2 ini terdiri dari dua bagian yakni percobaan dalam kandang

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

[r]

Pada penelitian ini hasil yang didapatkan Serbuk gergaji kayu dan kulit kacang tanah yang semula hanya merupakan limbah dari industri rumah tangga dan mebel,

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi