• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.2 Landasan Teori

2.2.3 Alat Bantu Pengendalian Kualitas

Menurut ahli statistic kebanggaan Amerika W. Edwards Deming dalam Amerika W. Edwards Deming dalam buku (Tjiptono & Diana, 2003) bahwa dalam menyelesaikan statistic ada tujuh tools quality control antara lain check sheet, histogram, diagram pareto, fishbone diagram, startifikasi data , scatter diagram serta diagram control.

1. Lembar Pemeriksaan (Cheek Sheet)

Gambar 2.1 Check Sheet sumber (Aziz, 2019)

Menurut Neyestani (2017) dalam (Aziz, 2019), lembar pemeriksaan adalah alat yang digunakan untuk bidang industri manufaktur untuk pengambilan data secara sistematis dalam proses produksi yang diolah menjadi informasi serta menjadi hasil yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Kelebihan menggunakan lembar pemeriksaan yaitu mudah untuk diaplikasikan dan dipahami, serta bisa memberikan gambaran jelas dengan situasi serta kondisi yang terjadi diperusahaan.

2. Histogram

Gambar 2.2 Histogram sumber (Aziz, 2019)

Histogram merupakan tampilan bentuk grafis yang digunakan menunjukkan distribusi data secara visual dan seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data. Manfaat dari penggunaan histogram yaitu untuk memberikan informasi mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan.

3. Diagram Pareto

Gambar 2.3 Diagram pareto sumber (Aziz, 2019)

Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ekonom Italia bernama Vilfredo Pareto, yang bekerja pada abad ke-19. Beliau mengidentifikasi bahwa 80%

kekayaan dimiliki oleh hanya 20% dari populasi. Lalu prinsip diagram pareto dikembangkan oleh Juran pada tahun 1950. Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi hingga pada permasalahan yang frekuensi terjadinya paling sedikit. Untuk penerapannya bagan pareto bisa dipakai untuk penyelidikan dan peningkatan mutu, menaikan efisiensi kerja, dan penurunan biaya. Tujuan dari diagram pareto ini untuk mengetahui jenis

β€œketidaksesuaian” dari data kuantitatif, data perawatan, data perbaikan dan sumber lain.

4. Fishbone Diagram

Gambar 2.4 fishbone diagram sumber (Aziz, 2019)

Fishbone diagram pertama kali dikenalkan oleh Kaoru Ishikawa. Diagram tulang ikan merupakan sebuah alat quality control yang digunakan mengidentifikasi serta menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat supaya bisa menemukan akar

penyebab terjadinya suatu masalah. Ada enam penyebab kategori dasar sebab akibat diagram tulang ikan yaitu man, machine, material, measurement, method dan environment.

5. Stratifikasi Data

Gambar 2.5 Startifikasi Data sumber (Aziz, 2019)

Stratifikasi data merupakan sistem pembagian dan pengelompokan data kedalam kategori-kategori yang lebih kecil dam memiliki karakteristik yang sama.

Tujuan dari stratifikasi data yaitu untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya permasalahan.

6. Scatter Diagram

Gambar 2.6 Scatter Diagram sumber (Aziz, 2019)

Scatter diagram merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap seberapa kuat hubungan antara dua variabel serta menentukan jenis hubungannya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan positif dan hubungan negatif. Bentuk dari scatter diagram merupakan gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-titik dari nilai sepasang variabel (variabel x dan variabel y).

7. Peta Kendali (Control Chart)

Gambar 2.7 Control Chart sumber (Aziz, 2019)

Peta kendali dikenalkan oleh Walter A. Shewhart pada tahun1920 di Bell Telephone Laboratories. Peta kendali adalah alat yang berbentuk grafik dan digunakan untuk memonitor stabilitas dari suatu proses serta mempelajari perubahan proses dari waktu ke waktu. Peta kendali ini memiliki garis atas untuk Upper Control Limit (Batas Kendali Atas), Garis bawah untuk Lower Control Limit (Batas Kendali Bawah) dan rata-rata untuk Center Line (Garis Tengah).

Menurut Montogomery dalam (Farida, 2017) untuk pengendalian kualitas dalam proses produksi, peta kendali secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Peta Kendali variabel

Peta kendali variabel merupakan alat pengendalian kualitas barang dalam proses produksi yang bersifat variabel serta bisa diukur antara lain berat, ketebalan, volume, panjang dan diameter. Peta kendali ini dipakai dalam pengendalian proses pada mesin. Peta kendali variabel terbagi menjadi 2 sebagai berikut:

a. X-Chart (Peta Kendali Rata-Rata)

Peta kendali X-Chart digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran sub bab yang akan dilakukan inspeksi.

b. R-Chart (Peta Kendali Rentang)

Peta kendali R-Chart digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai pengukuran terbesar dengan nilai pengukuran terkecil dalam sub grub yang dilakukan inspeksi.

2. Peta Kendali Atribut

Peta kendali atribut merupakan peta yang digunakan untuk melakukan pengendalian mutu produk dalam proses produksi menggunakan data atribut yang tidak dapat diukur tapi bisa dihitung seperti jumlah unit gagal produksi (reject) sehingga mutu dapat dibedakan dalam karakteristik bagus atau jelek, berhasil atau gagal. Peta kendali atribut terbagi dalam empat jenis sebagai berikut:

a. P-Chart (Peta Kendali Kerusakan)

P-Chart berfungsi untuk menganalisa banyaknya proporsi defective atau kegagalan atau cacat produk yang ditemukan dalam pemeriksaan atau seluruh pemeriksaan terhadap jumlah produk yang diperiksa dengan jumlah sampel tidak konstan atau tidak tetap.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan P-Chart antara lain:

1. Menghitung Presentase Kerusakan (Proporsi Kerusakan) p = 𝑛𝑝

𝑛

Keterangan:

np = jumlah kecacatan n = jumlah yang diperiksa

2. Menghitung garis tengah atau CL (Center Line) CL = 𝑝̅ = βˆ‘π‘›π‘

βˆ‘π‘›

Keterangan:

βˆ‘ np = total jumlah yang cacat

βˆ‘ n = total jumlah yang diperiksa 𝑝̅ = rata-rata cacat produk

3. Menghitung batas kendali atas atau UCL (Upper Control Limit) dan menghitung batas kendali bawah atau LCL (Lower Control Limit)

UCL = 𝑝̅ + 3βˆšπ‘Μ… (1βˆ’π‘Μ… ) 𝑛𝑖

LCL = 𝑝̅ - 3βˆšπ‘Μ… (1βˆ’π‘Μ… ) 𝑛𝑖

Keterangan:

UCL = Upper Control Limit

LCL = Lower Control Limit 𝑝̅ = rata-rata kecacatan produk 𝑛𝑖 = jumlah produksi ke-

Diagram kendali dipakai untuk perhitungan proses terkendali maupun tidak terkendali. Diagram kendali yang sudah terkendali kemudian bisa dilakukan perhitungan kapabilitas proses (CP). Berikut ini merupakan rumus kapabilitas proses:

a = 1 - π‘π‘Ÿπ‘’π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘π‘Ÿπ‘œπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘ π‘– π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘ 100 π‘₯ 2

Nilai a merupakan area kurva z dalam distribusi normal Sehingga,

CP = 1 - π‘‡π‘–π‘‘π‘–π‘˜ 𝑧

3

b. Np-Chart (Peta Kendali Kerusakan Per Unit)

Np-Chart digunakan untuk mengukur banyaknya defective atau kegagalan produk yang ditolak dalam unit dengan jumlah sampel konstan atau tetap.

c. C-Chart (Peta Kendali Ketidaksesuaian)

C-Chart digunakan untuk menganalisis dengan melakukan perhitungan jumlah produk yang tidak sesuai dengan cara spesifik dengan jumlah yang konstan atau tetap.

d. U-Chart (Peta Kendali Ketidaksesuaian Per Unit)

U-Chart ini digunakan untuk menganalisis dengan melakukan perhitungan total barang dalam ketidaksesuaian per unit dengan jumlah yang tidak konstan atau tidak tetap.

4. Tahapan pengukuran level sigma dan Defect Per Million Opportunities (DPMO) DPMO = π΅π‘Žπ‘›π‘¦π‘Žπ‘˜ π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘

π΅π‘Žπ‘›π‘¦π‘Žπ‘˜ π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘˜π‘ π‘Ž π‘₯ 𝐢𝑇𝑄 π‘π‘œπ‘‘π‘’π‘›π‘ π‘–π‘Žπ‘™ x 1.000.000 5. Perhitungan presentase cacat pada CTQ:

% Cacat = π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘‘π‘–π‘Žπ‘ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘ π‘˜π‘’π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Žπ‘Žπ‘› x 100

Dokumen terkait