• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bivariat

DAFTAR GRAFIK

5.3 Analisis Bivariat

67

5.2.6 Gambaran Pola Asuh Kesehatan Balita pada Suku jawa di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Medan

Penelitian dapat dilihat dari 50 sample balita bahwa pada suku jawa di wilayah kerja puskesmas Gunung Medan adalah status Gizi baik. Ini di akibatkan karena Faktor pola asuh kesehatan pada balita yang baik, dimana Praktek Kebersihan dan sanitasi Lingkungan dan Perawatan anak dalam keadaan Sakit sudah baik.

5.2.7 Gambaran Pola Asuh KesehatanBalita Pada Suku Minang di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Medan

Hasil penelitian dapat dilihat dari 50 sample balita bahwa pada suku minang di wilayah kerja puskesmas Gunung Medan adalah status Gizi ada yang kurang baik.Ini di akibatkan karena Faktor pola asuh kesehatan pada balita yang kurang baik, dimana Praktek Kebersihan dan sanitasi Lingkungan dan Perawatan anak dalam keadaan Sakit kurang baik.

5.2.7 Gambaran Pola Asuh KesehatanBalita pada Suku batak di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Medan

Hasil penelitian dapat dilihat dari 50 sample balita bahwa pada suku batak di wilayah kerja puskesmas Gunung Medan adalah terdapat status Gizi baik dan status gizi kurang.Ini di akibatkan karena Faktor pola asuh kesehatan pada balita yang kurang baik, dimana Praktek Kebersihan dan sanitasi Lingkungan dan Perawatan anak dalam keadaan Sakit kurang baik.

68

Kesehatanbalita pada Suku Jawa, Minang dan Batak di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan.

5.3.1 Hubungan Status gizi balita, dengan Pola Asuh Makan Balita pada Suku Jawa di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola asuh makan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan kabupaten dharmasraya dari indikator Pemberian Asi dengan status Gizi balita ditunjukkan dari p-value yang diperoleh yanitu 0,001 < 0,05. Bentuk hubungan pemberian ASI dengan status gizi balita adalah hubungan positif yang ditunjukkan dari koefisien kontegensi yang bertanda positif, artinya semakin baik praktek pemberian ASI maka akan semakin baik pula status gizi balita. Adanya hubungan pemberian ASI dengan status gizi balita disebabkan ASI merupakan makanan sangat dibutuhkan balita karena selain memenuhi kebutuhan gizi bagi balita, ASI juga mengandung berbagai zat kekebalan yang dapat mempertinggi tingkat kesehatan balita

5.3.2 Hubungan Status gizi balita, dengan Pola Asuh Makan Balita pada Suku Minang dan suku batak di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh makan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan kabupaten dharmasraya dari indicator Pemberian Asi dengan status Gizi balita ditunjukkan dari p-value yang diperoleh yanitu 0,001 < 0,05. Bentuk hubungan pemberian ASI dengan status gizi balita adalah hubungan positif yang ditunjukkan dari koefisien kontegensi yang bertanda positif, artinya semakin baik praktek pemberian ASI maka akan semakin baik pula status gizi balita. Adanya hubungan pemberian ASI dengan status gizi balita disebabkan ASI merupakan makanan

69

sangat dibutuhkan balita karena selain memenuhi kebutuhan gizi bagi balita, ASI juga mengandung berbagai zat kekebalan yang dapat mempertinggi tingkat kesehatan balita.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Theresia Spika Ningrum (2004) yang memperoleh simpulan bahwa praktek pemberian ASI yang baik dapat mengurangi KEP pada balita usia 4-12 bulan dikelurahan MUktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Hasil Penelitian di Bogor tahun 2001 dalam Depkes RI (2005) menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan tidak ada menderita gizi buruk.

Dengan Penanggulangan terjadinya kekurangan gizi pada balita melalui salah satu upaya pola asuh gizi yaitu praktek pemberian ASI yang baik maka diharapkan adanya kejadian kurang gizi pada balita dapat dihindari.

5.3.3 Hubungan Pola Asuh makan dan Pola Asuh Kesehatan Balita pada suku Jawa di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita gizi kurang pada suku jawa di wilayah kerja puskesmas Gunung Medan Kabupaten Dharmasraya dari indikator pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita gizi kurang ditunjukkan dari p- value yang diperoleh yaitu 0,001 < 0,05. Bentuk hubungan pemberian asi ekslusif dan Pemberian makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi balita adalah hubungan positif yang ditunjukkan dari koefisien kontigensi yang bertanda positif, artinya semakin baik praktek Pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan akan semakin baik pula status gizi balita. Begitu juga dengan Pola asuh kesehatan semakin baik semakin baik pula status gizi balita.

70

5.3.4 Hubungan Pola Asuh makan dan Pola Asuh Kesehatan Balitapada suku Minang dan suku Batak di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita gizi kurang pada suku minang di wilayah kerja puskesmas Gunung Medan Kabupaten Dharmasraya dari indikator pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita gizi kurang ditunjukkan dari p- value yang diperoleh yaitu 0,001 < 0,05. Bentuk hubungan pemberian asi ekslusif dan Pemberian makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi balita adalah hubungan positif yang ditunjukkan dari koefisien kontigensi yang bertanda positif, artinya semakin baik praktek Pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan akan semakin baik pula status gizi balita. Begitu juga dengan Pola Asuh Kesehatan semakin baik semakin baik pula status gizi balita.

Sebelum memberikan makanan pendamping ASI pada anak, hendaknya memperhatikan usia anak apakah sudah siap untuk diberi makanan pendamping ASI atau tidak. Menurut Depkes RI (2007), usia pemberian makanan pendamping ASI yang tepat saat pertama kali diberikan ketika anak berusia lebih dari 6 bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus

71 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait