• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.10 Pembuatan Media SDA

3.10.6 Pembuatan Suspensi Jamur Uji

Biakan C. albicans di dalam media Agar miring di suspensikan dengan NaCl. Kemudian di ambil secukupnya dan dimasukkan kedalam media pembenihan. Lalu dicampurkan dan diatur kekeruhannya sama dengan larutan Mc.

Farland.

3.10.7 Pengujian Aktivitas Anti Jamur

Media dasar SDA dituangkan ke dalam Petridisk dan dibiarkan agak mengeras, kemudian dituangkan suspensi jamur uji, letakkan kertas cakram yang sudah di rendam dengan ekstrak etanol kulit rambutan dengan berbagai konsentrasi, diinkubasikan didalam inkubator pada suhu 37˚C selama 1x24 jam, diamati zona hambat yang terjadi disekitar kertas cakram dan kemudian diukur diameter zona hambat secara

horizontal dan vertikal dengan menggunakan garis berskala

3.11 Kekuatan aktivitas ekstrak kulit buah rambutan terhadap jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan

Tabel 3.7.1 Kreteria kekuatan zona hambat

Diameter Kekuatan

>2 cm Sangat kuat

1– 2 cm Kuat

0, 5-1 cm Sedang

< 0, 5 cm Lemah

(sumber, pintauli dan hamada 2018 )

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Umum Sabyek Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan judul uji aktivitas anti jamur ekstrak kulit buah rambutan terhadap jamur candida albicans penyebab penyakit sariawan penelitian ini dilakukan pada bulan juli - agustus 2020 penelitian ini dilakukan dilaboratorium STIKes Perintis Padang, pembuatan ekstrak dilakukan di stifi perintis padang, sampel yang digunakan yaitu seseorang yang terkena sariawan sampel ditanam di media SDA, jumlah media yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 26 media dengan 4 perlakuan 6 pengulangan dengan konsentrasi yang berbeda.

Setelah dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas anti jamur ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan,maka didapatkan hasil berikut ini.

Tabel 4.1.1 : Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak kulit buah rambutan terhadap Candida albicans penyebab penyakit sariawan.

Perlakua n

Diameter Zona Hambat Rata-rata

(cm) Ulangan

1 2 3 4 5 6

10 % 0,00 0,00 0.00 1,1 1,2 1,1 0.56

20% 1,3 1,5 1,7 1,8 2.0 1,4 1,61

40% 1,8 2,0 2,2 1,8 2.5 2,3 2,10

80% 2.8 2,5 3,2 3,3 3,5 2,8 3,01

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari setiap kosentrasi diberi sampel yang sama, masing-masing konsentrasi diberikan perlakuan konsentrasi 10% 20%

40% 80% dengan 6 kali pengulangan konsentrasi 10% rata-rata diameter yaitu 0,56 cm, kosentarsi 20% rata-rata diameter yaitu 1,61 cm, kosentrasi 40% rata- rata yaitu 2,10 cm, dan kosentrasi 80% rata-rata yaitu 3,01 cm.

Tabel 4.1.2 Kekuatan aktivitas ekstrak kulit buah rambutan Konsentrasi Rata-rata diameter

zona hambat

Kekuatan

10% 0,56 cm Sedang

20% 1,61 cm Kuat

40% 2,10 cm Sangat kuat

80% 3,10 cm Sangat kuat

Kontrol (+) 8,2 cm Sangat kuat

Konrol ( -) 0 Tidak ada zona hambat

Tabel di atas menunjukan bahwa ekstrak konsentrasi 10% memberikan daya hambat dengan kekuatan yang sedang, konsentrasi 20% memberikan daya hambat dengan kekuatan yang kuat, konsentrasi 40% memberikan daya hambat kekuatan yang sangat kuat, dan 80% memberikan daya hambat dengan kekuatan yang sangat kuat.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa zona hambat pertumbuhan jamur paling tinggi terdapat pada kosentrasi 80% dengan rata-rata diameter zona hambat yaitu 3,01 cm dan paling rendah konsentrasi 10% dengan rata-rata diameter 1,61

cm. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin besar zona hambat yang terbentuk.

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L) terhadap jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan maka peneliti menggunakan uji one way anova dan apabila terdapat perbedaaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji duncan.

Tabel 4.1.3 Uji One way anova

Perlakuan

Sig. Α

0.000 0.05

Tabel 4.1.4 Uji Lanjut (Duncan)

Perlakuan Α Subset kesimpulan

1 2 3 4 5 6 Pada setiap kon-

setrasi memiliki perbedaan yang signifikan

(nyata) Kontrol (-) 0.000

Konsentrasi 10%

,5667 Konsentrasi

20%

1,6167 Konsentrasi

40%

2,1000 Konsentrasi

80%

3,0167

Kontrol (+) 8.2

Hasil perhitungan Tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa uji aktivitas anti jamur kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L) mempunyai nilai sig. sebesar 0.000 dengan taraf nyata = 0.05. ini berarti nilai P < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L) memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Candida albicans dan peningkatan kosentarsi 10% 20% 40% dan 80% pada ekstrak kulit buah rambutan

(Nephelium lappaceum L) diikuti dengan adanya penambahan diameter zona hambat pada setiap variansi kosentrasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.1.4 pada uji lanjut duncan setiap kosentasi berada pada kolom subset yang berbeda.

Hal ini menandakan bahwa setiap konsentrasi menunjukkan perbedaan yang signifikan terdapat zona hambat.

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian tentang uji aktivitas anti jamur ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan telah dilakukan pada bulan maret sampai juli 2020 di laboratorium STIKes Perintis Padang yang terdiri dari sampel kulit buah rambutan. Penelitian ini eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji aktifitas anti jamur ekstrak kulit buah rambutan terhadap Candida albicans. Penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L) Dalam penelitian ini digunakan empat konsentrasi yaitu 10% (0,1 g ekstrak etanol), 20%

(0,2 g ekstrak etanol), 40% (0,4 g ekstrak etanol), dan 80% (0,8 g ekstrak etanol).

Kemudian masing-masing kosentrasi di letakkan pada media SDA yang telah diberi jamur Candida albicans. Setiap kosentrasi dilakukan enam kali pengulangan. Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa konsentrasi yang mempengaruhi yaitu 10% 20% 40% 80% terdapat zona hambat.

Hasil analisis statistik dengan uji one way anova yaitu untuk melihat ada tidaknya pengaruh ekstrak kulit buah rambutan terhadap jamur Candida albicans, pada ekstrak kulit buah rambutan diperoleh nilai signifikan P<0,05 ini membuktikan bahwa terdapat perbedaaan yang nyata (signifikan) terhadap diameter zona hambat pada perlakuan 10% 20% 40% dan 80%. Setelah itu dilanjutkan dengan uji duncan yaitu untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh. Uji ini menunjukkan bahwa setiap perlakuan berada pada kolom subset yang berbeda hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang nyata

(signifikan) dimana hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut memberikan efek anti jamur yang berbeda.

Pada kontrol (+) menunjukkan hasil pengukuran diameter zona hambat yang paling tinggi, sementara hasil uji kontrol (-) tidak menunjukkan adanya daya hambat terhadap jamur Candida albicans. Hal ini disebabkan karena pada kontrol (+) menggunakan ketokonazol dan pada kontrol (-) menggunakan CMC 1%.

Menurut Frendsiane dkk (2011), ketokonazol merupakan obat pilihan pertama untuk infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans, ketokonazol bekerja berdasarkan pada pengikatan enzim sitokrom P450, sehingga sintesa ergostrol dirintangi dan terjadi kerusakan membran sel pada jamur.

Sementara uji kontrol negatif yang digunakan adalah Carboxymethyl cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pelarut ekstrak kulit buah rambutan dimana sifatnya yang mampu meningkatkan bahan yang tidak larut air. Hasil uji aktivitas anti jamur menunjukkan kontrol negatif tidak memilki aktivitas sebagai anti jamur yang ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat di sekitar cakram.

Hal ini didukung oleh jamaludin, dkk (2017) kontrol negatif menggunakan CMC yang tidak menghasilkan diameter zona hambat menujukkan bahwa daya anti bakteri tidak dipengaruhi yang dimiliki oleh bahan uji.

Hal ini sesuai dengan Pintauli dan hamada (2018) mengatakan bahwa diameter zona hambat > 2 cm dikategorikan sangat kuat dan 0,5- 1 cm dikategorikan diameter sedang dan diameter kurang dari < 0, 5 cm berarti dikategorikan lemah, pada 1-2 dikategorikan diameter sangat kuat. Dari hasil penelitian Alpantoni (2019) tentang uji aktivitas anti jamur ekstrak biji rambutan

(Nephelium lappaceum L) terhadap jamur Candida albicans pada kosentrasi 10%

tidak terdapat zona hambat, sementara pada kosentarsi 20% rata-rata diameter zona hambat yaitu 5.550 mm dengan kategori sedang, pada kosentrasi 40% rata- rata diameter zona hambat yaitu 11.833 mm dengan kategori sangat kuat dan kosentrasi 80% rata-rata diameter zona hambat yaitu 21.200 mm kategori sangat kuat.

Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa kulit buah rambutan dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans karena diduga disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung di dalam kulit buah rambutan tersebut. Dimana kulit buah rambutan mengandung lemak dan polifenol (Flavonoid, resuerator, isoflavon, dan vitamin C). Flavonoid yang terkandung dalam kulit buah rambutan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anti inflamasi dan kekebalan tubuh, menetralkan radikal bebas yang memiliki efek merusak terhadap sel jaringan tubuh sebagai antioksidan kuat dan dapat memberikan aktivitas antimikroba.

Hal di dukung oleh Penelitian Ibrahim dkk (2013) bahwa kulit rambutan juga berpengaruh terhadap anti bakteri karena memiliki senyawa kan konsentrasinya menunjukkan kandungan bahan aktif berupa Flavonoid.

Hal ini juga didukung oleh Sadino (2017) bahwa Kulit buah flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini juga didukung oleh penelitian Alpantoni (2019) bahwa ekstrak biji rambutan dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans karena mengandung senyawa flavonoid.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai uji aktivitas anti jamur ekstrak kulit buah rambutan terhadap jamur Candia albicans, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak kulit buah rambutan dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan. Diameter zona hambat yang terbentuk 10% yaitu 0,56 cm, Konsentrasi 20% rata-rata dimeter yaitu 1,61 cm, konsentrasi 40% rata-rata diameter yang terbentuk yaitu 2,10 cm, konsentrasi 80% rata-rata diameter yang terbentuk yaitu 3,01 cm.

2. Daya hambat optimal pada konsentrasi 40% dengan rata-rata diameter zona hambat 2,10 cm dan, 80% dengan rata-rata diameter zona hambat 3,01 cm.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis kepada pembaca yaitu:

1. Untuk masyarakat dan tenaga kesehatan diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan produk eksrak kulit buah rambutan sebagai pengobatan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan penelitian tentang kulit buah rambutan sebagai anti fungi terhadap jamur lainnya untuk mengetahui senyawa aktif yang paling berperan sebagai anti fungi.

DAFTAR PUSTAKA

Alina, R., Hidayati, S. N., Antares, D. A., Fuadah, F. S. & Wijayanti, R. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Kulit Buah Rambutan (Nephellium lappaceum L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri E. coli Penyebab Diare. Media Farmasi Indonesia, 12(2): 1210-1217.

Amaliyah, A, N. 2016. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Kulit Batang Rambutan ( Nephelium lappaceum, L.) Serta Evaluasi Sifat Fisika-Kimia Dan Aktivitas Antijamur Terhadap Candida albicans skripsi. Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Anonym.2013.Candida albicans.Online http://www.google.com/imgres. Diakses tanggal 11 Mei 2013 pukul 08.3

Anshory, H. Suparmi, dan Tamimy, A, S.,2016, Aktivitas Antidioksan Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum, L.) Terhadap Penangkapan Radikal Bebas DPPH, jurnal ilmiah Farmasi Universitas Islam Indonesia, Vol. 3, No. 1, pp. 9-15

Apsari Ayu Saraswati, Made Swastika Adiguna, 2013. Resistensi Antijamur &

Strategi Untuk Mengatasi, 40(2).

Bahri,S. 2013. Panen Besar Rambutan. Jakarta:publishing Langit.Hal 45-53 Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11.

Ebers Papyrus – Jurnal Kedokteran dan Kesehatann : Aspek Imunitas Malaria.

Volume 13. 2013.

Farizal, J., E. A. R. S. Dewa. 2017. Identifikasi Candida Albican pada Saliva Wanita Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Teknologi Laboratorium. 6(2):

6-74.

Fifendy, M. 2017. Mikrobiologi. Depok:Kencana hal 51-55

Frendsiane R. dkk, 2011. ³8ML $NWLILWDV $QWL -DPXU (NVWUDN Etanol Kulit Batang Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Terhadap Jamur Candida albicans Sacara in Vitro.

Ibrahim A.Andiputra.A S.Siti H.2013. Potesi Kulit Buah Dan Biji Rambutan Senyawa anti Bakteri patogen pada ikan Jurnal rekayasa dan terknologi budi daya perairan Vol 1(2)

Irianto, Dan Koes, 2013 Mikrobiologi medis, (medical microbiology)pp 71-3, Penerbit Alpabeta, Bandung.

Jamaludin, N. Pulungan, M.H dan Warsito. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atrisi Jeruk Purut (Cittrus hystrix DC) terhadap Klebsiella pneumoniae ATCC. Jurnal Teknologi dan manajemen Agroindustri. Vol 6 Nom 2 Hal 61-66

Kusumaningtyas, 2015, Penyakit Zoonosis, Prosiding lokakarya Nasional Hal 304-313

Lestari,P,E 2010. Peran Faktor Virulensi Pada Patogenesis Infeksi Candida albicans Jurnal stomatognatic (J,K,G unej) Vol 7(2). 2010. 113-114 Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 2013. Prinsip & Proses Teknologi Pangan.

Alfabeta. Bandung.

Mutiawati,V,K. 2016 Pemeriksaan Mikrobiologi Candida albicans, Jurnal kedokteran sylah kuala Vol 16(1), 53-55

Pangalinan, 2011. Uji Efektivitas Anti jamur Ekstrak Etanol Kulit Batang Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Terhadap Jamur Candida albicans secara In vitro. Program Studi Farmasi UNSTRAT, Manado.

Pintauli, S dan Hamada, T. 28 Menuju Gigi Dan Mulut Sehat: Pencegahan dan Pemeliharaannya. Meda: Universitas Sumatera Utara Press.

Qimindra, Fajar Rudy Dr. Sariawan,Stomatis, Moniliasis Oral, Jamur Mulut : Penyebab Dan Cara Pengobatan. 2008. 29 September 2010 htt;//fajarqimi com/Konsultasikesehatan/Sariawan-Stomatis-Moniliasis-Oral-jamur- Mulut-Penyebab-Dan-Cara-Pengobatan.

Redha,A. 2010. Flavoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Perananya Dalam Sistem Biologis. Jurnal belian Vol.9(2)

Reki Alpantoni. 2019 Uji aktivitas anti jamur ekstrak biji rambutan (Nephelium Lappaceum L.) terhadap jamur Candida albicans secara invitro Prodi div analis kesehatan.

Roehl,T.2016. Candida Albicans. http://www.fungusfactfriday.com/162-candida- albicans/. Diakses tanggal 04 April 2018.

Sabrina.N.i. 2018. Uji aktivitas anti bakteri ekstrak etanol kulit buah rambutan ((Nephelium lappaceum L.) terhadap bakteri Streptococcus Anaerococcus coli.tesis universitas syiahula.

Sadino,A. 2017. Aktivitas Farmakolog Senyawa Aktif Dan Mekanisme Kerja Rambutan (Nephelium Lappaceum L.)Jurnal ilmiah Vol,28(1)

Suparmi, Anshory, H. & Dirmawati, N. 2012. . Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan Metode LinoleatTiosianat. Jurnal Ilmiah Farmasi, 9(1): 1-11.

Susanto, D. B. (2018). Fakta Buah & Sayuran Beracun Mengupas Fakta Buah &

Sayuran Baik Dari Khasiat MAupun Kandungan Racunnya. Jakarta: C Klik Media.

Syamsidi, A. 2014. Pengaruh Variasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Terhadap Kestabilan Fisik Krim Antioksidan.

Online Jurnal of Natural Science, 3(2): 1-9

Tim Karya Tani Mandiri,2012. Pedoman Bertanam Rambutan,Bandung; CV Nuansa Aulia, Hal 21-23.

Wahisworo, Kusno S. Dan Agustinus A.2004. Bertanaman Rambutan. Jakarta;

penebar swadaya.

Waluyo. (2011). Perpajakan indonesia. Buku 1. Edisi 10.Penerbit Salemba Empat.

Wardhani, R. A. P. & Supartono. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) pada Bakteri. Indonesian Journal of Chemical Science, 4(1): 46-51.

Widyawati, N. Sunaryanto, T.L. Murdano, D. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Rambutan Kelengkeng Desa Karangrejo, Borobudur Kabupaten Magelang Melalui Okulsi. Jurnal ilmu pertanian Vol

28(1),(2):55-68

Lampiran 1

1. surat izin penelitian dari STIKes perintis padang

Lampiran 2

2. eksrak kulit buah rambutan

Lampiran 3

3. Mikroskopis

Lampiran 4

4. Uji tabung kecambah

Lampiran 5

5. Penanaman Candida albicans pada media

Gambar 3 : Peneliti menanam Candida albicans pada media dan belum di lakukan nkubasi 1x24 jam.

Lampiran 6

HASIL PENGAMATAN

Zona hambat pada konsentrasi ekstrak 10%

Zona hambat pada konsentrasi ekstrak 20%

Zona hambat pada konsentrasi ekstrak 80%

Zona hambat pada konsentrasi ekstrak 40%

7. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat

Gambar 2 : Peneliti melakukan pengukuran diameter zona hambat

8. Kontrol (+) Dan Kontrol (-)

Zona hambat pada kontrol (+) 8,2 cm

Kontrol negatif

Lampiran 9

UJI NORMALITAS TestsofNormality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statisti

c df Sig.

Statisti

c Df Sig.

Ulangan ,169 24 ,074 ,861 24 ,084

Zona_Ham bat

,105 24 ,200* ,956 24 ,358

*. Thisis a lowerboundofthetruesignificance.

a. LillieforsSignificanceCorrection

Uji Shapiro Wilk: data berdistribusi normal karena P sig 0,084>0,05 dan 0,358>0,05.

Lampiran 10

UJI ONEWAY ANOVA ANOVA

Zona_Hambat

Sum

ofSquares df

MeanSqua

re F Sig.

BetweenGrou ps

18,735 3 6,245 36,844 ,000

WithinGroups 3,390 20 ,170

Total 22,125 23

Dari hasl Uji Oneway anova dapat disimpulkan bahwa terdapat aktivitas antijamur pada ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L) terhadap jamur Candida albicans penyebab penyakit sariawan.

Hasil uji lanjut Duncan Ulangan Duncana

Ulangan N

Subsetforalpha = 0.05

1 2 3

10% 6 ,5667

20% 6 1,6167

40% 6 2,1000

80% 6 3,0167

Sig. 1,000 ,055 1,000

Meansforgroups in homogeneoussubsets are displayed.

a. UsesHarmonicMeanSampleSize = 6,000.

Dokumen terkait