BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
5. Koefesien Determinasi (R – Square)
Koefisien determinasi digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Koefesien
determinasi adalah tingkat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) yang dinyatakan di dalam persentase % . Menurut Juliandin dan Irfan (2013, hal. 180) Rumus yang dipakai untuk koefesien determinasi adalah sebagai berikut
KD = x 100%
Dimana :
KD = Koefesien Determinasi
= Koefesien Korelasi 100% = Presentase Kontribusi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan jasa sub sektor Perbankan selama periode 2011 s/d 2015 ( 5 tahun). Penelitian ini melihat apakah profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV) dengan kebijakan deviden yang diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR) sebagai variabel intervening.
Adapun jumlah populasi perusahaan sub sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ada 43 perusahaan. Kemudian yang memenuhi kriteria sampel keseluruhan dari jumlah populasi yaitu 6 perusahaan sub sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan 37 perusahaan lainnya tidak dapat membagikan Dividen setiap tahunnya selama periode penelitian. Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi sampel objek penelitian :
Tabel IV.1
Sampel Penelitian Perusahaan Sub Sektor Perbankan di BEI
NO KODE Nama Perusahaan
1 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk
2 BBCA Bank Central Asia Tbk
3 BBTN Bank Tabungan Negara (persero) Tbk 4 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 5 BMRI Bank Mandiri (persero) Tbk
6 BJBR Bank Jabar Banten Tbk
Sumber : www.idx.co.id
1. Nilai Perusahaan
Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV) yaitu salah satu rasio pasar yang bertujuan untuk membandingkan harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Dan sebagai alat ukur untuk para investor menanamkan modalnya perusahaan.
Berikut adalah hasil perhitungan nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV) pada masing-masing sub sektor Perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2011 s/d 2015.
Tabel IV.2
Price Book Value (PBV) Perusahaan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011 s/d 2015
NO KODE PRICE BOOK VALUE RATA -
RATA 2011 2012 2013 2014 2015
1 BBNI 1.873 1.585 1.545 1.864 1.186 1.611 2 BBCA 4.693 4.323 3.700 4.153 3.659 4.106 3 BBTN 1.460 1.461 0.795 1.039 0.989 1.149 4 BBRI 3.342 2.642 2.255 2.940 11.091 4.454 5 BMRI 2.514 2.469 2.063 2.398 1.806 2.250 6 BJBR 1.638 1.710 1.284 0.999 0.944 1.315 RATA -RATA 2.587 2.365 1.940 2.232 3.279 2.481 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016). Data sudah diolah
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV) pada masing-masing perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia fenomena yang terjadi dalam perusahaan tersebut adalah rata-rata nilai perusahaan mengalami fluktuasi dimana setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan pada nilai perusahaan yang diukur dengan PBV.
Dari enam perusahaan hanya dua perusahaan yang memiliki nilai Price Book Value diatas rata-rata yaitu perusahaan dengan kode BBCA sebesar 4.106 setara dengan nilai 410,6% , sedangkan perusahaan dengan kode BBRI sebesar 4,454 setara dengan 454,4%. Sedangkan apabila dilihat dari tahunnya hanya pada tahun 2011 dan 2015 yang berada diatas rat-rata. 2011 sebesar 2,587 setara dengan nilai 258,7% dan pada tahun 2015 sebesar 3,279 setara dengan nilai 327,9%.
Kecenderungan ini mengakibatkan menurunnya minat para calon investor untuk menanamkan modal mereka di perusahaan. Karna pada dasarnya nilai perusahaan menjadi modal utama dari sebuah perusahaan untuk meningkatkan laba dari perusahaan, PBV menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif tinggi terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio PBV dapat diartikan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.
2. Profitabilitas
Variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan sejauh mana laba yang diperoleh oleh perusahaan serta digunakan untuk mengukur efesiensi perusahaan di dalam menghasilkan keutungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dilihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan memberikan pengembalian atas investasi. Cara menghitung rasio ini adalah dengan membandingkan antara nilai laba bersih perusahaan dengan total aktiva
yang dimiliki. Return On Assets (ROA) juga bisa melihat seberapa baik nilai perusahaan di mata para calon investor yang menanamkan modal mereka.
Berikut ini adalah hasil perhitungan profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) pada masing-masing perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 s/d 2015.
Tabel IV.3
Return On Assets (ROA) Perusahaan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 s/d 2015
NO KODE RENTURN ON ASSET RATA -
RATA 2011 2012 2013 2014 2015
1 BBNI 0.019 0.021 0.023 0.026 0.018 0.022 2 BBCA 0.028 0.026 0.029 0.030 0.030 0.029 3 BBTN 0.013 0.012 0.012 0.008 0.011 0.011 4 BBRI 0.032 0.034 0.034 0.030 0.029 0.032 5 BMRI 0.023 0.003 0.026 0.024 0.023 0.020 6 BJBR 0.018 0.017 0.019 0.015 0.016 0.017 RATA-RATA 0.022 0.019 0.024 0.022 0.021 0.022 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016). Data sudah diolah.
Berdasarkan data perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2015 di atas bahwa profitabilitas diukur dengan Return On Assets (ROA) lebih banyak mengalami penurunan. Dari enam perusahaan sub sektor perbankan hanya tiga perusahaan yang berada diatas rata-rata yaitu perusahaan BBNI sebesar 0,022 atau 2,2%, perusahaan BBCA sebesar 0,029 atau 2,9% dan perusahaan yang memiliki nilai yang paling tinggi adalah perusahaan BBRI sebesar 0,032 atau 3,2%. Dengan nilai rata-rata Return On Assets (ROA) sebesar 0,022 atau 2,2%.
Jika dilihat tiap periodenya, maka pada periode 2012 lah yang memiliki nilai Return On Assets (ROA) paling rendah yaitu sebesar 0,019 atau setara
dengan 1,9%. Turunnya nilai Return On Assets (ROA) dikarenakan penurunan laba bersih yang tidak diikuti dengan penurunan total aktiva.
Jika suatu perusahaan memiliki nilai Return On Assets (ROA) yang tinggi (positif) maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Akan tetapi sebaliknya jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memperoleh/menghasilkan return maka akan menghambat pertumbuhan modal sendiri. Semakin besar nilai Return On Assets (ROA) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik karena tingkat pengembalian investasi semakin besar sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan dimata para calon investor.
3. Kebijakan Dividen
Variabel Intervening (Z) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan deviden yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR). Devidend Payout Ratio (DPR) merupakan salah satu rasio pasar yang mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keutungan dividen yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham.
Pendapatan yang dibayarkan pada pemegang saham sebagai dividen tunai disebut dengan Devidend Payout Ratio (DPR). DPR merupakan rasio yang menggambarkan besarnya proporsi deviden yang dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan. Cara menghitung rasio ini adalah dengan membandingkan antara dividen yang dihasilkan perusahaan dengan laba bersih perusahaan.
Berikut ini disajikan tabel hasil perhitungan kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 s/d 2015.
Tabel IV.4
Devidend Payout Ratio (DPR) Perusahaan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 s/d 2015
NO KODE DEVIDEND PAYOUT RATIO RATA –
RATA 2011 2012 2013 2014 2015
1 BBNI 0.201 0.336 0.300 0.250 0.029 0.223 2 BBCA 0.358 0.241 0.285 0.296 0.075 0.251 3 BBTN 0.200 0.294 0.300 0.195 0.200 0.238 4 BBRI 0.184 0.297 0.297 0.300 0.303 0.276 5 BMRI 0.193 0.300 0.300 0.250 0.300 0.269 6 BJBR 0.615 0.556 0.552 0.622 0.597 0.588 RATA-RATA 0.292 0.337 0.339 0.319 0.251 0.308 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016). Data sudah diolah.
Berdasarkan data perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2015 di atas bahwa kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) mengalami fluktuasi di setiap tahunnya.
Apabila dilihat dari masing masing perusahaannya hanya perusahaan BJBR yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0,588 atau setara dengan 58,8%. Dengan nilai rata-rata Devidend Payout Ratio (DPR) sebesar 0,308 atau setara dengan 30,8%.
Jika dilihat tiap periodenya, maka pada periode 2015 lah yang memiliki nilai Devidend Payout Ratio (DPR) paling terendah yaitu sebesar 0,251 atau setara dengan 25,1%. Dan yang memiliki nilai tertinggi dilihat pada periode 2013 lah yang memiliki nilai DPR sebesar 0,339 atau setara dengan 33,9%.
Pada umumnya dividen yang dibayarkan perusahaan pada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi nilai DPR yang ditetapkan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula jumlah laba yang akan
dibayarkan sebagai dividen pada pemegang saham. DPR menunjukkan kebijakan perusahaan dalam menghasilkan dan membagikan dividen, jadi Devidend Payout Ratio (DPR) mencerminkan kemakmuran dari pemegang saham.
B. Analisis Data
Sebelum analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis) terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik atas data yang telah dikumpulkan pada perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk memperoleh hasil analisis yang valid dan untuk menghitung nilai variabel tertentu. Karena menggunakan regresi linier berganda, ada beberapa uji persyaratan yang disebut dengan uji asumsi kelasik. Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi – asumsi klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heterokedastisitas.Berikut ini pengujian untuk menentukan apakah asumsi klasik dipenuhi atau tidak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui hubungan variable bebas dan variable terikat memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik apabila distribusi data normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada perinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau melihat histogram dari residunya. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel.IV.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .50127392
Most Extreme Differences Absolute .178
Positive .178
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .976
Asymp. Sig. (2-tailed) .297
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov variabel Profitabilitas, Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan telah terdistribusi secara normal karena masing-masing dari variabel memiliki probabilitas lebih dari
0,05 (5%). Nilai variabel yang memenuhi standar yang ditetapkan dapat pada baris Asymp.Sig. (2-tailed). Dari tabel tersebut terdapat nilai Asymp.Sig. (2- tailed) = 0,297. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa niali Asymp.Sig. (2- tailed) lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel telah terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas dalam model regresi linear. Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Model
regresi yang baik seharusnya bebas Multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan Multikolinearitas salah satunya adalah dengan Variance Inflation Factor (VIF).
Uji Multikolinearitas juga terdapat beberapa ketentuan, yaitu:
1) Bila VIF > 10, maka terdapat Multikolinearitas.
2) Bila VIF < 10, maka tidak terdapat Multikolinearitas.
3) Bila Tolerance > 0,1 maka tidak terjadi Multikolinearitas.
4) Bila Tolerance < 0,1 maka terjadi Multikolinearitas.
Tabel. IV. 6 Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
LN_X1 .997 1.003
LN_X2 .997 1.003
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa:
Nilai VIF LN_X1 = 1,003 < 5 dan Nilai VIF LN_X2 = 1,003 < 5.
Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidak samaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedatisitas.
Deteksi heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya).
Dari sini kita dapat melihat grafik plot antara nilaiprediksi variabel dependent.
Tabel. IV.7.
Uji Heterokedastisitas Sebelum Ditransformasi
Scatterplot
Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heterokedatisitas yaitu:
1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang akan membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedatisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y , maka tidak terjadi heterokedatisitas.
Dari hasil uji scatterplot diatas terlihat bahwa ada titik-titik yang tidak menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan terdapat titik-titik yang menumpuk. Maka diidenttifikasikan telah terjadi heterokedatisitas. Oleh karena itu untuk mengubah heterokedatisitas agar normal, peneliti melakukan transformasi data ke model Logaritma Natural (LN) dari variabel Y,X1 dan X2 menjadi LN_Y, LN_X1dan LN_X2.
Kemudian data diuji ulang. Berikut ini hasil pengujian dengan uji heterokedatisitas setelah transformasi.
Tabel. IV.8.
Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi
Scatterplot
Dari hasil scatterplot terlihat bahwa ada pola yang tidak jelas, seperti titik- titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengidentifikasikan tidak terjadi heterokedastisitas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat nilai perusahaan (PBV) perusahaan sub sektor perbakankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia berdasarkan variabel independent profitabilitas (ROA) dan kebijakan dividen (DPR).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya.Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Terjadinya autokorelasi positif jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2).
2) Tidak terjadinya autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 < DW < +2.
3) Terjadinya autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 (DW > +2).
Tabel. IV.9.
Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Durbin-Watson
1 1.440
Dari hasil output SPSS di atas diketahui bahwa nilai Durbin-Watson = 1,441 maka dapat disimpulkan bahwa data diatas tidak terjadi autokorelasi.
e. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linier atau tidak. Uji ini biasanya digunakan sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linier. Akan tetapi Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linier.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji linieritas adalah salah satunya dengan cara melihat nilai signifikansi yaitu sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linier.
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang liniar.
Tabel . IV.10.
Uji Linierias Anova Table
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
LN_PBV * LN_ROA
Between Groups
(Combined) 8.308 18 .462 3.318 .023
Linearity 2.529 1 2.529 18.180 .001
Deviation from
Linearity 5.779 17 .340 2.444 .068
Within Groups 1.530 11 .139
Total 9.838 29
Dari hasil output diatas diperoleh nilai signifikansi = 0,068 > 0,05, yang artinya terdapat hubungan liniear secara signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat.
1- 0,056
Gambar IV.I
Substruktur 1 Diagram Jalur
Apabila profitabilitas mengalami peningkatan dalam 100% maka akan terjadi penurunan kebijakan dividen sebesar -5,6%.
2 0,504
3 -0,048
Gambar IV.2
Substruktur 2 Diagram Jalur
Apabila profitabilitas mengalami peningkatan dalam 100 % maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 50,4%. Sedangkan apabila kebijakan dividen mengalami peningkatan dalam 100% maka akan terjadi penurunan nilai perusahaan sebesar -4,8%.
Profitabilitas Kebijakan Dividen
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
Kebijakan Dividen
P2
0,504
1 3 0,741
-0,056 -0,048 ∈2
0,997
∈1 Gambar. IV.3
Diagram Jalur : Besaran pengaruh X Terhadap Y Melalui Z Dari gambar IV.3 diatas diketahui bahwa nilai koefesien jalur P1 sebesar 0,056. Hal itu menunjukkan bahwa apabila profitabilitas mengalami penurunann dalam 100% maka akan terjadi penurunan kebijakan dividen sebesar -5,6%..
Kemudian nilai koefesien jalur P2 sebesar 0,504 yang berarti bahwa apabila profitabilitas mengalami peningkatan dalam 100% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 50,4%. Dan nilai koefesien jalur P3 sebesar -0,048 yang berarti bahwa apabila kebijakan dividen mengalami penurunan dalam 100%
maka akan terjadi penurunan nilai perusahaan sebesar -4,8%.
3. Koefesien Determinasi Substruktur 1 Tabel.IV.11
Koefesien Determinasi Substruktur 1
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .056a .003 -.032 .61305
a. Predictors: (Constant), LN_ROA
Profitabilitas Nilai perusahaan
Kebijakan Dividen
Berdasarkan tabel di atas, nilai R Square menunjukkan angka 0,003. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kontribusi variabel bebas yaitu profitabilitas terhadap variabel intervening yaitu kebijakan dividen sebesar 0,3% dan 99,7%
ditentukan oleh faktor lain.
Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel lain terhadap kebijakan dividen dapat diketahui dengan cara = √1− R 1 = √1−0,03 = 0,997. Maka nilai koefisien jalur dengan variabel lain terhadap kebijakan dividen adalah sebesar 99,7%.
4. Uji t Substruktur 1
Tabel.IV.12
Uji Substruk\ur 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.574 .879 -1.791 .084
LN_ROA -.066 .222 -.056 -.298 .768
a. Dependent Variable: LN_DPR
Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel X mempunyai tingkat signifikansi 0,768 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara X dengan Z tidak signifikan.
Dari tabel Coefficient di atas (pada kolom Standardized Coefficient) terlihat nilai-nilai koefesien regresinya adalah :
Koefesien X adalah p1 = -0,056 (nilai ini akan dimasukan ke dalam diagram analisis jalur).
5. Koefesien Determinasi Substruktur 2 Tabel.IV.13.
Koefesien Determinasi Substruktur 2
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .509a .259 .204 .51951
a. Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_ROA
Berdasarkan tabel di atas nilai R Square menunjukkan angka 0,259. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas yaitu Profitabilitas (X) dan Kebijakan Dividen (Z) terhadap variabel terikat yaitu Nilai Perusahaan (Y) adalah sebesar 25,9% sedangkan 74,1% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel lain terhadap kebijakan dividen diketahui dengan cara = √1− R 2 = √1−0,0259 = 0,741.
maka nilai koefesien jalur dengan variabel lain terhadap kebijakan dividenadalah sebesar 74,1%.
6. Uji t Substruktur 2
Tabel.IV.14.
Uji Substruktur 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.909 .786 3.700 .001
LN_ROA .572 .188 .504 3.040 .005
LN_DPR -.046 .160 -.048 -.287 .776
a. Dependent Variable: LN_PBV
Pada tabel diatas diketahui bahwa hasil uji t (pengaruh variabel X secara parsial terhadap variabel Y ) sebagai berikut:
a. Pengaruh profitabilitas (X) terhadap nilai perusahaan (Y) yang dimediasi dengan kebijakan dividen (Z)
Dari hasil olahan data diperoleh t = 3,040 pada sig. 0,005 < 0,05 dan β(+) = 0,504 , yang berarti pengaruhnya signifikan dan positif.
b. Pengaruh Kebijakan Dividen (Z) terhadap Nilai Perusahaan (Y)
Dari hasil olahan data diperoleh nilai t = -0,287 pada sig. 0,776 >
0,05 dan β(+) = -0,048 yang berarti pengaruhnya tidak signifikan dan negative.
Dari tabel Coefficient di atas (pada kolom Standardized Coefficient) terhadap nilai-nilai koefesien regresinya adalah:
1) Koefesien X adalah p2 = 0,504 (nilai ini akan dimasukkan ke dalam diagram analisis jalur)
2) Koefesien Z adalah p3 = -0,048 (nilai ini akan dimasukkan ke dalam diagram analisis jalur).
7. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis 1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen
Dari tabel t sub struktur 1 dapat diketahui bahwa profitabilitas memiliki nilai −t < −t yaitu -0,298 < -2,048 dengan nilai signifikansi 0,768 > 0,05 dan nilai koefesien β positif yaitu -0,056. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas (X) tidak berpengaruh signifikan dan arahnya negatif
terhadap kebijakan dividen terhadap kebijakan dividen (Z). maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak.
b. Pengujian Hipotesis 2 : Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Dari tabel t sub struktur 2 dapat diketahui bahwa kebijakan dividen memiliki nilai −t < −t yaitu -0,287 < -2,048 dengan nilai signifikasi 0,776 >0,05 dengan nilai koefesien β negative yaitu -0,048. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen (Z) tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai perusahaan (Y). maka kesimpulannya adalah hipotesis 2 ditolak.
c. Pengujian Hipotesis 3 : Kebijakan Dividen yang memediasi Hubungan Antara Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Dari tabel t sub struktur 2 dapat diketahui bahwa profitabilitas memiliki nilai t > t yaitu3,040 > 2,048 dengan nilai signifikan 0,005 <
0,05 dan nilai koefisien β positif 0,504. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (X) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Y) yang dimediasi dengan kebijakan dividen (Z) . maka kesimpulannya adalah hipotesis 3 diterima.
d. Pengujian Hipotesis 4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening Koefesien pengaruh langsung dan tidak langsung variable penyebab terhadap variable akibat adalah sebagai berikut:
1) Variable Profitabilitas (X) Pengaruh langsung :
X terhadap Y = (0,504) (0,504) = 0,2540 = 25,40%
Pengaruh tidak langsung:
X terhadap Y melalui Z = (0,504) (-0,056) (-0,048) = 0,00135 = 0,135%
2) Variabel Kebijakan Dividen (Z) Pengaruh langsung:
Z terhadap Y = (-0,048) (0,048) = 0,00230 = 0,230%
Keriteria penarikan kesimpulan :
1) Jika nilai koefesien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung (p1 x p3 > p2) maka variabel Z adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah tidak langsung.
2) Jika nilai koefesien pengaruh tidak langsung < pengaruh langsung (p1 x p3 < p2) maka variabel Z adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah langsung.
Kemudian dapat diketahui nilai koefesien pengaruh tidak langsung <
pengaruh langsung (X terhadap Y melalui Z) yaitu 0,135 < 0,504, maka dengan kata lain koefesien pengaruh langsung variable independen terhadaap dependen jauh lebih besar dari pada koefesien pengaruh tidak langsungnya. Maka dapat disimpulkan hipotesis 4 ditolak.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen yang ditandai dengan nilai t < t yaitu -0,298 < 2,048 dengan nilai signifikansi 0,768 > 0,05 dan