B. Pembahasan
1. Apakah unsur-unsur tindak pidana pencucian uang (money laundering) dapat dibuktikan pada perkara Nomor
1. setiap orang;
2. menempatkan, mentranser, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana penipuan;
3. dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal ususl harta kekayaan tersebut;
4. yang dapat dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut.
Pasal 2 huruf r UU R.I. No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana, dalam tindak pidana pencucian uang (money laundering) secara berlanjut dalam putusan Pengadilan Negeri Sidrap perkara Nomor : 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr. diuraikan sebagai berikut:
1. setiap orang;
2. menempatkan, mentranser, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana penpuan;
3. dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal ususl harta kekayaan tersebut;
4. yang dapat dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut.:
Ad.1. Setiap orang;
Bahwa yang dimaksud dengan “orang” adalah entitas yang memiliki akal pikiran sebab sejatinya yang membedakan orang dengan makhluk lain adalah adanya akal pikiran yang melekat pada orang tersebut. Dalam istilah hukum adanya akal pikiran diistilahkan dengan kata „cakap” sehingga dalam unsur ini akan dipertimbangkan mengenai kecakapan Terdakwa dan jika Terdakwa terbukti cakap maka ia harus dipandang sebagai orang menurut hukum.
Dalam perkara putusan Pengadilan Negeri Sidrap Nomor : 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr. Terdakwa terbukti telah berada dalam keadaan usia mampu bertanggung jawab menurut hukum dan Terdakwa tersebut dalam
kenyataannya berada dalam keadaan sadar dan mampu berpikir jelas dan terang segala hal yang diperrtanyakan kepadanya selama persidangan berlangsung, Terdakwa bahkan mampu mengutarakan alasan dibalik perbuatannya, dan terlebih-lebih lagi Terdakwa bahkan mampu menyusun dan membacakan pembelaan dan dupliknya sendiri dengan kalimat-kalimat yang cukup terstruktur, sehingga sangat jelas Terdakwa merupakan pribadi yang dapat berpikir atau
“cakap” sehinga terhadap dirinya layak dinyatakan sebagai “orang‟ menurut hukum. Sehingga dengan demikian unsur pertama telah terpenuhi
Ad.2. menempatkan, mentranser, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana penpuan;
Unsur ini memiliki beberapa sub alternatif, namun dengan adanya sub alternatif “perbuatan lain”, maka apapun perbuatan tersebut sepanjang merupakan perbuatan yang dilakukan atas suatu harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana maka unsur ini harus dipandang terpenuhi, bahkan hanya sekedar menyimpan atau mendiamkan suatu harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana maka rasa “perbuatan lain akan terpenuhi.
Dengan demikian maka fokus dari unsur ini hanya sekedar mengenai ada atau tidaknya harta keyaan Terdakwa yang diperoleh dari hasil kejahatn dan terkait dengan dakwaan Penuntut Umum maka kejahtan yang dimaksud disini adalah kejahatan penipuan.
Adapun modus perbuatan Terdakwa adalah dengan menjual mata uang dinar Irak kepada orang lain dengan harga bervariasi antara Rp.500.000, hingga Rp.2.000.000 untuk perlembar mata uang dinar Irak dan Rp3.000.000 hingga Rp4.000.000, untuk dinar yang telah dikemas dalam bentuk paket. Dalam menjual mata uang dinar Irak Terdakwa tidak pernah berhubungan langsung dengan pembeli namun selalu menggunakan agennya Muh Yunus.
Strategi penjualan Terdakwa adalah dengan membeikan brosur atau dengan memberikan pemahaman kepada agennya mengenai prospek membeli dinar yang Terdakwa beri titel investasi, prospek yang ditawarkan Terdakwa selalu disandarkan pada kondisi negara Irak sebelum perang yang nilai mata uangnya mencapai 3 USD perdinar Iraknya, sementara pada saat ditawarkan hingga kini nilainya jatuh sangat rendah dan tidak diakui secara global sehingga dipandang sebagai titik nadir oleh Terdakwa dan oleh karena itu Terdakwa menawarkan investasi dengan memberi keyakinan bahwa Irak merupakan negara yang sangat berpotensi dan tentunya akan memperbaiki ekonominya sehingga nilai Dinar Irak yang kini jatuh pastinya akan pulij dan kembali diakui secara global, dan pada saat kondisi tersebut tiba maka pra pembeli dinar dapat menjual kemabli dinar irakna dan tenunya akan mendapatkan keuntumgan hingga berkali- kali lpat.
Secara tekhnikal hal ini memang masuk akal dan tentunya membuat para pembeli Dinar tidak peduli dengan situasi negara irak saat itu karena rasionya adalah nyata yaitu kemungkinan menguat Dinar Irak jauh lebih besar tampak rasional hal ini yang membuat banyaknya orang-orang tergerak untuk membeli dinar irak yang dijual oleh terdakwa dan oleh karena penjelasan yang cenderung
kompleks namun terkesan ilmiah maka tentunya yang tergerak pertama adalah orang-orang yang justru tergolong memiliki kualitas intelektual ditengah masyarakat atau orang terpandang ditengah masyarakat sehingga orang-orang awam dengan mudahnya tergerak dengan berpola pikir sederhana yaitu bahwa investasi dinar tersebut memiliki keuntungan besar dan tidak meragukan oleh karena pemuka-pemuka atau orang terpandang ikut serta dalam program investasi tersebut.
Bank indonesi telah mengeluarkan Peraturan Nomor: 9/11/Pbi/2007 tentang Pedang Valuta Asing dimana dalam pasal 5 ditentukan bahwa:
“PVA (Pedagang Valuta Asing) Bukan Bank melakukan kegiatan usaha setelah mendapat izin dari Bank Indonesia”
Bank indonesia juga mengeluarkan aturan serupa pada tahun 2010 yaitu Peraturan Nomor 12/22/PBI/2010 Tentang Valuta Asing yang pada Pasal 11 ayat (1) menentukan bahwa
“PVA Bukan Bank melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) setelah mendapat izin usaha sebagai PVA dari Bank Indonesia”
Terdakwa yang tidak dapat menunjukkan izinnya dari Bank Indonesia dan terbukti melakukan praktik jual beli mata Uang Dinar Irak harus dipandang telah melakukan perbuatan ilegal, dalam kegiatannya yang ilegal tersebut berarti Terdakwa telah menyesatkan orang lain dan Terdakwa tidak dapat mengelak dengan alasan tidak tahu aturan tersebut sebab terdakwa asas hukum “ignorantia legis excusat neminem” (ketidaktahuan hukum bukan suatu alasan pengecualian atau dengan kalimat lain semua orang dianggap tahu tentang hukum).
Terdakwa selain menyesatkan orang lain dengan informasinya Terdakwa Juga terbukti melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan selain itu Terdakwa juga terbukti mendapat keuntungan nyata dari perbuatan nya hal mana bahkan diakuinya di depan persidangan meskipun yang diakuinya hanya Rp. 500.000.000,- namun paling tidak hal ini telah menunjukkan bahwa Terdakwa sendiri tidak yakin mengenai prospek investasi uang dinar tersebut dan lebih realistis dengan langsung menjualnya dalam bentuk rupiah lalu menarik keuntungan nyata.
Dari uraian diatas maka Terdakwa telah terbukti mendapatkan keuntungan dengan membuat muslihat tentang prospek dinar yang ia sendiri tidak yakin kebenarannya dan perbuatan Terdakwa tersebut juga tidak disertai dengan izin sehingga harus dipandang melawan hukum. Perbuatan yang dilakuakan secara melawan hukum untuk menarik keuntungan dengan menggunakan cara-cara yang menyesatkan dalam terminologi hukum pidana tersebut sebagai PENIPUAN yang merupakan salah satu kejahatan atau tindak pidana.
Oleh karena adanya frasa “perbuatan lain” dalam unsur ini sebagaimana diuraikan sebelumnya maka apapun yang dilakukan Terdakwa terhadap hasil penipuan tersebut dengan sendirinya membuat unsur ini harus dipandang terpenuhi secara keseluruhan, Sehingga dengan demikian unsur kedua telah terpenuhi
Ad.3. Dengan Tujuan Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
Unsur ini sangat terkait dengan sikap batin dari Terdakwa apakah Terdakwa memiliki maksud untuk menyembunyikan asal usul harta yang
diperolehnya dari penjualan Dinar Irak yangnotebene telah terbukti sebelumnya sebagai suatu tindak pidana. Dalam tindak pidana pencucian uang hal inilah yang sangat abstrak, hal ini hanya dapat dinilai berdasarkan analisa sebab mengenai maksud seseorang tidak mungkin diindrai, dan oleh karena itu muncullah pola kejahatan pencucian uang yang terdiri dari pola placement, layering, integration, hal mana kerap digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahuo ada tidaknya maksud pelaku menyembunyikan harta hasil tindak pidannya.
Terdakwa dalam keterangannya di persidangan mengenai hasil bisnis dinar yang diakuinya hanya Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), hasil keuntungan terdakwa tidaklah demikian adanya, adapun dalam perhitungan kasar Majelis Hakim berdasarkan tanda terima setoran antara Terdakwa dan Saksi, Majelis Hakim memperoleh angka penyetoran besih kepada Terdakwa kurang lebih Rp. 12. 398.821.214,- (dua belas milyar tiga ratus sembilan puluh delapan juta delapan ratus dua puluh satu ribu dua ratus empat belas rupiah).
Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan bahwa Terdakwa merupakan orang yang hidup dalam kategori mewah dengan segala fasilitas dan aset yang dimilikinya yang memiliki Kapal penangkapan ikan, kebun cengkeh, sawah dan kolam ikan, namun terdakwa bersikukuh bahwa sumber dari harta Terdakwa yang berlimpah adalah hasil usahnya, harta-harta tersebut pada pokoknya bersumber dari yang halal seperti warisan orang tuanya atau pemberian dari mertuanya.
Jika harta yang dimiliki Terdakwa memang berasal dari usaha yang diklaimnya halal tersebut, maka kemanakah hasil-hasil bisnis Dinar Irak Terdakwa yang bahkan mencapai puluhan milyar dan hal inilah yang tidak dapat
dijelaskan secara rasional oleh terdakwa dan selama persidangan terdakwa tidak bisa membuktikan dimana uang hasil penjualan dinar tersebut, oleh karena itu sangat mungkin uang tersebut lah yang melebur kedalam harta-harta Terdakwa yang memang begitu banyak, seperti halnya kolam ikan terdakwa dibangun pada tahun 2012 yang artinya jauh setelah Terdakwa memulai bisnis Dinar Iraknya (Terdawa memulai bisnis Dinar Iraknya pada tahun 2007), dan terkait bisnis lainnya seperti kapal penangkapan ikan, kebun, kolam ikan, dan sawah hanya bisnis dinar iraknya yang dibuatkan akta pertanggungjawaban atau tanda terima setoran berarti hanya bisnis dinar iraknya yang fokus dikerjakan oleh Terdakwa, padahal hal ini sangat penting dalam pengelolaan usaha yang berpenghasilan besar.
dengan demikian sebagian besar penghasilan Terdakwa sebenarnya masih bersumber dari bisnis penjualan mata uang dinar irak yang digelutinya, usaha- usaha lain Terdakwa hanyalah sampingan bahkan tidak lebih hanya sebagai sarana untuk mengaburkan sumber kekayaannya, Terdakwa membuat usaha-usaha sebagai pengalihperhatian. Dalam hal ini terbukti menggunakan uangnya untuk membangun usaha-usaha yang bertujuan untuk mengaburkan asal usul tindak pidana penipuannya tersebut. Maka unsur ini pun harus dipandang terpenuhi.
Ad.4. yang dapat dipandang sebagai perbuatan berlanjut;
Yang dimaksud perbuatan berlanjut (voortgezette handelingen) adalah beberapa perbuatan sama dengan tujuan yang sama, dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.
Apabila dihubungan dengan Putusan Pengadilan Negeri Sidrap perkara Nomor : 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr sesuai fakta yang terungkap bahwa Terdakwa
selama usaha-usaha tersebut berjalan maka setiap harinya Terdakwa tetap dipandang melakukan perbuatan yang sama dengan tujuan yang sama yaitu menjalankan usaha dengan maksud mengaburkan asal usul harta kekayaannya yang sebenarnya bersumber dari penjualan dinar irak dan setiap hari adalah waktu yang berkesinambungan sehingga dapat dipandang sebagai jarak waktu yang tidak lama. Maka sudah sangat jelas bahwa perbuatan pencucian uang Terdakwa adalah perbuatan yang berlanjut karena telah memenuhi syarat perbuatan berlanjut yaitu perbuatan sama, tujuan sama, dan jarak waktu tidak terlalu lama, maka unsur ini juga terpenuhi sehingga terdakwa harus dipandang terbukti secara sah dan meyakini bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan secara berlanjut.
2. pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman tindak pidana pada perkara Nomor 132/pid.sus/2017/PN Sdr
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan Sidrap Nomor 132/pid.sus/2017/PN Sdr, dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidrap tersebut diketahui bahwa Terdakwa dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelajakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan”, sebagaimana dakwaan Penuntut Umum dalam dakwaan kedua melanggar Pasal 3 jo Pasal 2 huruf r UU R.I. No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana, yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. setiap orang;
2. menempatkan, mentranser, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana penpuan;
3. dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal ususl harta kekayaan tersebut;
4. yang dapat dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut.
Seluruh unsur-unsur tersebut di atas terpenuhi oleh Terdakwa Ahmad Lusi dengan identitas sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan Penuntut Umum Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelajakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan ”. dan untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Sidrap untuk menjatuhkan Putusannya.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan para Terdakwa sendiri dipersidangan serta di hubungkan dengan barang bukti yang diajukan di muka persidangan yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Dalam putusan Hakim Pengadilan Negeri Sidrap Nomor 132/Pid.Sus/2017/PN Sdr, tentang Tindak pidana”Pencucian Uang Secara Berlanjut” maka untuk menjatuhkan
pidana terhadap seseorang diperlukan sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang sah menurut Pasal 183 KUHP , selama persidangan berlangsung dalam perkara ini keterangan saksi-saksi dan alat bukti serta keterangan terdakwa sendiri telah sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal 183 ayat (1) KUHP, yaitu :
Alat bukti yang sah ialah : a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan Terdakwa.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidrap Nomor 132/Pid.Sus/2017/PN Sdr. Terhadap alat-alat bukti yang sah yang telah diajukan dalam perkara tersebut di atas, dan ditinjau dari persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain, dengan mempertimbangkan nilai pembuktian masing-masing bukti. Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa tidak ada alasan dari Terdakwa maupun dari Penasihat Hukumnya yang dapat meloloskan dirinya dari dakwaan kedua Penuntut Umum, dan tak ada pula keadaan-keadaan yang dapat ditunjuk sebagai suatu alasan pemaaf maupun pembenar sehingga Terdakwa haruslah dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya.
majelis hakim sebelum menjatuhkan putusan pidana juga telah mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi terdakwa.
Keadaan yang memberatkan :
Perbuatan Terdakwa telah merugikan orang lain dan dapat mengganggu stabilitas keuangan negara
Keadaan yang meringankan
1. Terdakwa bersikap sopan di persidangan 2. Terdakwa memiliki tanggungan keluarga
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, majelis hakim memperoleh keyakinan bahwa para terdakwa telah terbukti secara sah dan menyainkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan ke dua karena tidak ditemukan alasan pemaaf yang meniadakan sifat melawan hukum dan alasan pembenar yang meniadakan kesalahan dalam diri terdakwa maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan sehingga Terdakwa haruslah dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan pidana yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Sidrap Perkara Pidana Nomor : 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr, menyatakan Terdakwa Ahmad Lusi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Pencucian Uang Secara Berlanjut Sebagaimana Dakwaan Kedua”
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama (enam) tahun dan denda sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan ketentuan bahwa apabila denda tersebut tidak dibayar oleh Terdakwa maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan; menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa tersebut akan dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan. penulis beranggapan bahwa putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakimsudah tepat karna dalam penjatuhan pidana oleh Majelis Hakim terhadap pelaku harus berdasarkan pertimbangan yang mendalam.
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN