• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - Universitas Bosowa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - Universitas Bosowa"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Berdasarkan hasil penyelidikan dan pembahasan penerapan tindak pidana pencucian uang perkara nomor 132/Pid.sus/2017/PN Sdr. Pertimbangan hakim saat menjatuhkan pidana atas putusan Nomor 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr.

Latar Belakang Masalah

Berbagai jenis tindak pidana yang terjadi adalah pencurian, penggelapan, penipuan, korupsi, pembunuhan, pencucian uang dan lain sebagainya. Kenyataannya tatanan kehidupan yang diatur oleh hukum masih sering dialami oleh masyarakat, termasuk tindak pidana pencucian uang.

Rumusan Masalah

Setelah menjalani pemeriksaan di pengadilan, Majelis Hakim akhirnya menyatakan bahwa terdakwa Ahmad Lusi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 3 juncto Pasal 2 huruf r Undang-Undang Republik Indonesia.

Tujuan Penelitian

Unsur-Unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur suatu tindak pidana ditinjau dari segi undang-undang, yaitu berdasarkan bagaimana realitas tindak pidana itu dirumuskan dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada terhadap suatu tindak pidana tertentu. Dari rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP dapat diketahui bahwa unsur tindak pidana ada 8, yaitu: 13.

Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana pencucian Uamg 1. Pengertian Pencucian Uang

  • Unsur-unsur Tindak Pidana Pencucian Uang
  • Tahap-tahap dan Proses Pencucian Uang
  • Modus-Modus Operandi Pencucian Uang
  • Bentuk-bentuk Concursus
  • Hukuman Perbarengan Tindak Pidana

Kriminalisasi pencucian uang baru dimulai setelah diundangkannya UU No. 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang. Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 15 Tahun 2003 dicabut dan diganti dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Kedua hal tersebut merupakan asas dari tindak pidana pencucian uang yaitu tindak pidana asal dan perbuatan menikmati (menggunakan) hasil tindak pidana.

18R.Wiyono, 2014, Debat Pencegahan dan Pemberantasan UU Pencucian Uang, Sinar Graphic, Jakarta, hal.17. Semua tindak pidana sejak alinea pertama Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010 disebut delik asal. Menurut pengertian tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah dijelaskan di atas, tindak pidana pencucian uang mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

Transaksi keuangan yang merupakan bagian dari tindak pidana pencucian uang adalah transaksi keuangan yang mencurigakan atau patut dicurigai, baik transaksi tunai maupun melalui proses pengiriman uang/wire transfer. Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya harus memenuhi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor. Seseorang melakukan beberapa tindakan, dan masing-masing tindakan ini merupakan kejahatan dalam dirinya sendiri.

Keuntungan Menerapkan UU Pencucian Uang

Ketentuan terkait larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk pemberian informasi kepada Badan Pengawas dan Pengatur. Ketentuan terkait larangan pada ayat (3) tidak berlaku dalam rangka pemenuhan kewajiban undang-undang ini. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak satu miliar rupiah).

Dalam hal terpidana tidak mampu membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), pidana denda tersebut diganti dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan. Barangsiapa mengganggu pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah. ). Pejabat PPATK atau pekerja yang melanggar kewajiban pasal 37 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama.

Dalam hal pejabat atau pegawai PPATK, penyidik ​​kejaksaan atau hakim yang menangani perkara tindak pidana pencucian uang yang sedang diperiksa, melanggar ketentuan Pasal 83 alinea pertama dan/atau alinea pertama Pasal 85. akan didenda. dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan

Pertimbangan Yuridis

Hal ini berimplikasi pada pertimbangan hakim secara hukum dan didasarkan pada pemenuhan unsur pidana dan pertanggungjawaban pidana. Dalam menjatuhkan putusan pidana, secara hukum hakim selalu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan. Pengulangan atau pengulangan tindak pidana terjadi dalam hal seseorang yang melakukan tindak pidana dan telah divonis dengan putusan hakim tetap (inkracht van gewijsde), kemudian melakukan tindak pidana lagi.

Persaingan (Concursus/Samenloop) yang dimaksud adalah serentak dalam pasal 65 dan 66 KUHP, dimana pergaulan merupakan paralel dari beberapa tindak pidana yang dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri. Dalam hal pembantuan, pelaku yang membantu terjadinya suatu tindak pidana mempunyai peranan yang lebih kecil dalam pelaksanaan tindak pidana tersebut. Pendampingan dalam melakukan tindak pidana ini meliputi 2 (dua) hal, yaitu pendampingan pada saat dilakukannya tindak pidana dan pendampingan sebelum tindak pidana dilakukan.

Pasal 45 KUHP mengatur bahwa sepertiga dari pidana dikurangi dari pidana pokok jika pelakunya belum berumur 16 (enam belas) tahun.

Pertimbangan Sosiologis

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang dalam hal anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Selanjutnya ketentuan ini dianut oleh Mahkamah Konstitusi, bahwa batas minimal usia tanggung jawab hukum bagi anak adalah 12 (dua belas) tahun sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Refleksi filosofis adalah refleksi hakim, yaitu berdasarkan pengetahuan hakim. yang kemudian diwujudkan dalam bentuk penilaian subyektif terhadap terdakwa.

Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang umum. Isi kata-kata sidang harus memuat hal-hal yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Kehakiman, yaitu. Selain justifikasi dan motivasi putusan, semua putusan pengadilan juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang menjadi dasar hukum perkara.

Pengumpulan data dan informasi akan dilakukan di Pengadilan Negeri Sidrap Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Pengadilan Negeri Sidrap merupakan tempat perkara no.

Tipe Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data sekunder tersebut merupakan data yang mendukung kebutuhan data primer antara lain peraturan perundang-undangan yang berlaku, buku literatur, dokumen atau arsip yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diteliti dan putusan Pengadilan Negeri Sidrap Perkara nomor 132/pid.sus/2017/ PN Sdr Tahun 2017.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari studi kepustakaan atau dokumentasi dilakukan dengan merekam berkas atau dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti40. Data yang diperoleh dengan metode ini berupa data yang berkaitan dengan arsip putusan perkara Nomor 132/pid.sus/2017/PN Sdr Tahun 2017 yang dijadikan objek penelitian ini. Metode ini juga digunakan peneliti untuk memperoleh akses kajian teori berupa buku-buku yang berkaitan dengan bahan penelitian.

Analisis Data

Duduk Perkara

Terdakwa Ahmad Lusi bin Lulu Sima, pada hari dan tanggal yang tidak ditentukan antara tahun 2007 s/d September 2010 atau setidak-tidaknya pada waktu yang lain pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, di Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kecamatan Pitu Riwa, Kabupaten Sidenreng Rappang dan di Kota Makassar atau setidak-tidaknya Pengadilan Negeri Sidenreng Rappang berwenang mengadili berdasarkan Pasal 84(1). Lembaga Pemasyarakatan IIB Sidenreng Rappang dan tempat tinggal para saksi yang dipanggil lebih dekat dengan lokasi Pengadilan Negeri Sidenreng Rappang daripada tempat kedudukan Pengadilan Negeri Makassar tempat tindak pidana dilakukan di daerah terjadinya tindak pidana.

Dakwaan

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c juncto Pasal 2 ayat (1) huruf q Undang-Undang Republik Indonesia. Dalam putusan akhir, Hakim memberikan pendapatnya tentang hal-hal yang dipertimbangkan sehubungan dengan putusan perkara tersebut. Untuk dapat menuduh seseorang melakukan tindak pidana, maka semua unsur dalam surat dakwaan harus dipenuhi dan dibuktikan secara sah dan meyakinkan.

Majelis hakim akan mempertimbangkan fakta-fakta hukum tersebut sebagai dasar untuk menentukan apakah ia bersalah atas tindak pidana yang didakwakan, sehingga Jaksa Penuntut Umum mendakwa terdakwa dengan dakwaan kumulatif. Berdasarkan fakta-fakta di persidangan, Majelis Hakim memilih untuk mempertimbangkan dakwaan kedua yang diatur dan diancam dalam Pasal 3 juncto Pasal 2 huruf r Undang-Undang Republik Indonesia.

Pembahasan

Apakah unsur-unsur tindak pidana pencucian uang (money laundering) dapat dibuktikan pada perkara Nomor

8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang kaitannya dengan pasal 64 ayat (1) KUHP, untuk tindak pidana pencucian uang yang sedang berlangsung dalam putusan Pengadilan Negeri Sidrap Nomor: 132/Pid .Sus/2017 /PN.Sdr. Dalam kasus ini, terbukti ia menggunakan uang tersebut untuk membangun bisnis yang bertujuan untuk mengaburkan asal muasal kejahatan penipuan tersebut. Jadi, sangat jelas bahwa tindak pidana pencucian uang terdakwa merupakan delik yang terus menerus karena telah memenuhi syarat-syarat kelanjutan perbuatan yaitu perbuatan yang sama, tujuan yang sama, dan tenggang waktu yang tidak terlalu lama, maka unsur ini juga telah selesai. sehingga terdakwa dipandang terbukti secara sah dan diyakini bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil pemeriksaan putusan pengadilan di Sidrap nomor 132/pid.sus/2017/PN Sdr, dalam putusan pengadilan negeri di Sidrap tersebut jelas bahwa terdakwa secara meyakinkan dan meyakinkan bersalah melakukan melakukan tindak pidana “memasang, mentransfer, mengalihkan, mengkonsumsi, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuknya, menukarnya dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan, yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil dari kejahatan, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan. ", sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum dalam dakwaan kedua melanggar Pasal 3 juncto Pasal 2 huruf r UU R.I. Semua unsur tersebut di atas dipenuhi oleh terdakwa Ahmad Lusi dengan identitas sebagaimana yang tertera dalam dakwaan JPU. Terdakwa terbukti secara meyakinkan dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, sebagaimana dinyatakan dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum: “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayar, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukar dengan mata uang atau surat berharga atau lainnya. melakukan perbuatan terhadap harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dimaksud dengan tindak pidana “pencucian uang secara terus-menerus”, kemudian menelantarkan.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan pidana yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Sidrap untuk perkara pidana nomor: 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr menyatakan bahwa terdakwa Ahmad Lusi terbukti secara meyakinkan dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kejahatan "melanjutkan pencucian uang seperti dalam dakwaan kedua".

Kesimpulan

Dalam menjatuhkan putusan pidana, hakim di Pengadilan Negeri Sidrap Nomor: 132/Pid.Sus/2017/PN.Sdr untuk tindak pidana. Pencucian uang lanjutan", hakim di Pengadilan Negeri Sidrap telah meninjau kembali dasar penjatuhan pidananya yaitu: berdasarkan bukti yang sah dari Pasal 184 ayat (1) KUHP yang telah dibuktikan di pengadilan, yang meliputi: pernyataan. saksi-saksi, bukti-bukti dan keterangan terdakwa sendiri Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa adalah benar, segala fakta hukum yang terungkap dalam persidangan adalah tepat dan terbukti benar memenuhi unsur-unsur dalam dakwaan kedua, dengan demikian menjadikan hakim sebagai dasar kepercayaan untuk memutus perkara.

Saran

Sarah N Welling, Smurfs Money Laundering and The United States Criminal Federal Law, Jurnal Hukum Bisnis Vol 22 no.3, 2003 hal 5.

Referensi

Dokumen terkait

Secara yuridis yang dimaksud tindak pidana korupsi sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat [1] dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor