• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

2) API-P;

b. BUMN yang memiliki:

1) NIB;

2) API-P;

Bahwa dari terminologi tersebut, untuk menganalisa persoalan hukum utama dalam permohonana quo,diuraikan beberapa definisi penting atas beberapa istilah pokok yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean (Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir);

- Importir adalah orang perseorangan atau Lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan impor (Pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir, Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Gula);

- Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran (Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perijinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik); identitas berusaha dan digunakan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional (Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 70 dari 73 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2020

- Angka Pengenal Importir yang selanjutnya disingkat API adalah tanda pengenal sebagai importir;

- Impor hanya dapat dilakukan oleh importir yang memiliki API;

- API sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir terdiri atas:

a. API Umum (API-U); dan b. API Produsen (API-P);

- API-U hanya diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor barang tertentu untuk tujuan diperdagangkan (Pasal 4 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir);

- API-P hanya diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor barang untuk dipergunakan sendiri sebagai barang modall, bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan yang mendukung proses produksi, dan barang yang diimpor dilarang untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan kepada pihak lain (Pasal 5 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75 Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir);

Menimbang, bahwa berdasarkan definisi-definisi tersebut, selanjutnya dilakukan analisa melalui penafsiran hukum secara sistematikal dengan berpedoman pada norma-norma pengaturan yang berkaitan sebagaimana telah diuraikan di atas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa yang melakukan impor barang untuk dipergunakan sebagai bahan baku guna mendukung proses produksi dan tidak memperdagangkan komoditas impor tersebut dalam bentuk mentah, namun produk baru hasil akhirlah yang nantinya menjadi barang yang selanjutnya diperdagangkan, dilakukan oleh importir orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha yang memiliki NIB yang berlaku sebagai API-P;

Bahwa, harus dipahami gula yang dimaksudkan dalam objek hak uji materiil adalah jenis gula yang memang harus dan membutuhkan pengolahan lebih lanjut yang kemudian menjadi suatu produk, sehingga kegiatan impor yang dimaksud dalam objek hak uji materiil adalah kegiatan yang dilakukan oleh produsen yang tidak memperdagangkan komoditas

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 71 dari 73 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2020

impor tersebut dalam bentuk mentah, akan tetapi mengolah dan memproduksinya sebagai bahan baku untuk kemudian dihasilkan produk baru, dan produk baru hasil akhir inilah yang nantinya menjadi barang yang selanjutnya diperdagangkan;

Bahwa, selaras dengan pertimbangan tersebut, berdasarkan ketentuan-ketentuan yang saling berkaitan di atas, dapat disimpulkan bahwa impor gula kristal mentah (raw sugar) untuk diolah menjadi gula kristal putih (plantation white sugar), guna pemenuhan stok gula dan stabilisasi harga gula, dilakukan oleh importir orang perseorangan atau Lembaga atau badan usaha yang memiliki NIB yang berlaku sebagai API-P;

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas, Mahkamah Agung tidak sependapat dengan dalil-dalil keberatan Pemohon, karena setelah dilakukan pengujian secara normatif, materi muatan norma objek hak uji materiil terbukti telah memiliki landasan hukum yang kuat dan telah selaras serta sesuai dengan peraturan perundang- undangan dalam struktur hirarkhi. Dengan demikian materi muatan norma objek hak uji materiil in casu Pasal 7 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Gula tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan. Oleh karenanya permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon harus ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap dalil permohonan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang tidak berada dalam struktur hirarkhi serta tidak memiliki relevansi dengan muatan norma dalam objek hak uji materiil, menurut Mahkamah Agung harus dikesampingkan dan selanjutnya oleh karena permohonan keberatan hak uji materiil ditolak, maka sebagai pihak yang kalah Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 72 dari 73 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2020

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan perundang- undangan lain yang terkait;

MENGADILI:

1. Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon: INDUK KOPERASI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (INKOPPOL)tersebut;

2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Senin, tanggal 14 Desember 2020, oleh Dr. H. Yulius, S.H., M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, bersama-sama dengan Dr. H. Yosran, S.H., M.Hum. dan Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan Retno Nawangsih, S.H., M.H., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak.

Anggota Majelis: Ketua Majelis,

ttd. ttd.

Dr. H. Yosran, S.H., M.Hum. Dr. H. Yulius. S.H., M.H.

ttd.

Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Dokumen terkait