• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Perencanaan Instalasi Pengendalian Pencemaran Gas/Partikulat 86

Dalam dokumen LAPORAN ON THE JOB TRAINING (Halaman 97-113)

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI

4.1 Aplikasi Perencanaan Gas Dan Partikulat

4.1.1 Aplikasi Perencanaan Instalasi Pengendalian Pencemaran Gas/Partikulat 86

Implementasi yang dilakukan pada mata kuliah Aplikasi Perencanaan Instalasi Pengendalian Pencemaran Gas/Partikulat adalah dengan melakukan evaluasi terhadap unit pengendalian pencemar gas/partikulat diantaranya yaitu Electrostatic Precipitator (ESP) dan cerobong. Bentuk implementasi yang dilakakukan yakni dengan mengidentifikasi sumber penghasil emisi, mengevaluasi konsumsi bahan bakar, dan mengidentifikasi kondisi udara ambien.

Kegiatan evaluasi emisi mengacu pada 2 regulasi, yaitu untuk evaluasi yang dihasilkan dari boiler mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tak Bergerak Bagi Ketel Uap dan untuk evaluasi yang dihasilkan dari cerobong mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 Lampiran I tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Termal. Sedangkan untuk pengujian kualitas udara ambien mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi pada area boiler PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu sebagai sumber penghasil emisi. Proses yang terjadi pada area boiler menimbulkan pencemaran gas/partikulat yang berasal dari unit boiler. Unit boiler memiliki prinsip kerja berupa proses pendidihan air sehingga air berubah menjadi uap (steam). Uap panas itulah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian memutar poros generator untuk menghasilkan energi listrik. Bahan bakar yang digunakan dalam proses yang menghasilkan pencemaran Gas/Partikulat adalah batu bara. Selain batu bara, bahan bakar yang digunakan untuk proses produksi adalah sekam kayu atau saw dust sebagai bahan bakar subtitusi. Sedangkan untuk kegiatan evaluasi terhadap emisi yang dihasilkan dari cerobong dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap data continuous emission monitoring system (CEMS).

Tabel 4.1 Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bagian A

No Parameter

Kadar Maksimum Batubara

(mg/Nm3)

Minyak Solar (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

1. Sulfur Dioksida (SO2) 550 650 50

2. Nitrogen Oksida (NOx) 550 450 320

3. Partikulat (PM) 100 75 30

4. Merkuri (Hg) 0,03 - -

87 Tabel 4.2 Baku Mutu Udara Ambien

No Parameter Baku Mutu

1. Karbon Monoksida (CO) 1000 𝜇g/Nm3 2. Nitrogen Dioksida (NO2) 200 𝜇g/Nm3 3. Sulfur Dioksida (SO2) 150 𝜇g/Nm3

4. Oksidan (Ox) 150 𝜇g/Nm3

5. Total Hidrokarbon (HC) 160 𝜇g/Nm3

6. Timah Hitam (Pb) 2 𝜇g/Nm3

7. Partikulat debu <100 𝜇m (TSP) 230 𝜇g/Nm3 8. Partikulat debu <10 𝜇m (PM10) 75 𝜇g/Nm3 9. Partikulat debu <2.5 𝜇m (PM2.5) 55 𝜇g/Nm3

Setelah diketahui sumber emisi Gas/Partikulat yang dihasilkan oleh PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu, maka dapat dilakukan inventarisasi dari sumber emisi Gas/Partikulat, evaluasi terhadap konsumsi dari bahan bakar yang digunakan, evaluasi sebagai berikut:

a. Inventarisasi Sumber Emisi Gas dan Partikulat

Sumber emisi yang terdapat pada PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu berasal dari 2 sumber, yaitu boiler dan cerobong.

Implementasi kegiatan inventarisasi sumber emisi yang berasal dari boiler dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap performance test dari boiler setiap seminggu sekali dengan menggunakan alat portable gas analyzer. Pemantauan ini dilakukan di inlet dan outlet dari boiler. Terdapat 3 boiler pada PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu sehingga pemantauan per unit dilakukan secara bergantian setiap minggunya. Berdasarkan hasil pemantauan yg dilakukan, emisi yang dihasilkan boiler telah memenuhi baku mutu yang berlaku. Berikut contoh data hasil pengukuran inlet dan outlet dari boiler:

Tabel 4.3 Hasil data Inlet dan Outlet pada boliler di ubah ke satuan mg/Nm3

INLET

Parameter Konsentrasi (mg/Nm3)

Nitrogen Monoksida (NO) 314,9

Nitrogen Dioksida (NO2) 0

88 INLET

Sulfur Dioksida (SO2) 280,28

Nitrogen Oksida (NOx) 686,75

OUTLET

Parameter Konsentrasi (mg/Nm3)

Nitrogen Monoksida (NO) 292.12

Nitrogen Dioksida (NO2) 0

Sulfur Dioksida (SO2) 31.46

Nitrogen Oksida (NOx) 446.9

Sumber emisi kedua yaitu cerobong dipantau dengan menggunakan alat pemantauan emisi secara terus menerus atau continuous emission monitoring system (CEMS), sehingga kegiatan implementasi yang dilakukan untuk inventarisasi terhadap sumber emisi cerobong adalah dengan melakukan pemantauan terhadap data CEMS, yaitu data konsentrasi dan beban emisi dari setiap parameter. Untuk mengetahui beban emisi dari setiap parameter gas, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

BE= C x Q x 0,0036 x Op Hours Dimana: BE : Beban emisi (kg/hari)

C : Konsetrasi zat terukur (mg/Nm3) Q : Laju alir (m3/detik)

Op Hours: Jam operasi selama 1 hari (24 jam) 0,0036 : Faktor konversi dari mg/detik ke kg/jam

Berikut merupakan hasil perhitungan beban emisi dari hasil pemantaun data CEMS triwulan pertama tahun 2024:

REKAPITULASI BEBAN EMISI 2024 PER-TRIWULAN

Unit Parameter Konsentrasi

(kg/triwulan)

Laju Alir Rata-rata per- triwulan (m3/detik)

1

Karbon Dioksida (CO2) 892,76

275.788762

Merkuri (Hg) 0,47

Nitrogen Oksida (NOX) 10113,31 Particulate Matter (PM) 417,82 Sulfur Dioksida (SO2) 13594,73

89 Berikut merupakan hasil perhitungan beban emisi dari hasil pemantaun data CEMS triwulan pertama:

Tabel 4.4 Data Beban Emisi pada Bulan Januari

UNIT PARAMETER RATA-RATA BEBAN

EMISI PERBULAN

Laju Alir Rata-rata per- triwulan (m3/detik)

1

Karbon Dioksida (CO2) 448.87

231.99594

Merkuri (Hg) 0.13

Nitrogen Oksida (NOx) 3043.05

Partikulat (PM) 97.29

Sulfur Dioksida (SO2) 4400.45

2

Karbon Dioksida (CO2) 258.75

290.5012934

Merkuri (Hg) 0.07

Nitrogen Oksida (NOx) 3862.29

Partikulat (PM) 115.35

Sulfur Dioksida (SO2) 6789.80

3

Karbon Dioksida (CO2) 285.00

293.2627608

Merkuri (Hg) 0.07

Partikulat (PM) 96.64

Nitrogen Oksida (NOx) 4681.03 Sulfur Dioksida (SO2) 5530.25

REKAPITULASI BEBAN EMISI 2024 PER-TRIWULAN

Unit Parameter Konsentrasi

(kg/triwulan)

Laju Alir Rata-rata per- triwulan (m3/detik)

2

Karbon Dioksida (CO2) 795,24

294.2224722

Merkuri (Hg) 0,40

Nitrogen Oksida (NOX) 7843,33 Particulate Matter (PM) 356,85 Sulfur Dioksida (SO2) 21117,29

3

Karbon Dioksida (CO2) 847,36

297.4880195

Merkuri (Hg) 0,20

Nitrogen Oksida (NOX) 14467,94 Particulate Matter (PM) 384,59 Sulfur Dioksida (SO2) 15287,11

90 Tabel 4.5 Data Beban Emisi pada Bulan Februari

UNIT PARAMETER RATA-RATA BEBAN

EMISI PERBULAN

Laju Alir Rata-rata per- triwulan (m3/detik)

1

Karbon Dioksida (CO2) 203.55

298.0671928

Merkuri (Hg) 0.15

Nitrogen Oksida (NOx) 3298.87

Partikulat (PM) 156.28

Sulfur Dioksida (SO2) 4692.20

2

Karbon Dioksida (CO2) 290.98

299.7920978

Merkuri (Hg) 0.03

Nitrogen Oksida (NOx) 93.05

Partikulat (PM) 93.05

Sulfur Dioksida (SO2) 8904.23

3

Karbon Dioksida (CO2) 291.16

299.3224072

Merkuri (Hg) 0.11

Partikulat (PM) 126.43

Nitrogen Oksida (NOx) 4923.82 Sulfur Dioksida (SO2) 5710.76

Tabel 4.6 Data Beban Emisi pada Bulan Maret

UNIT PARAMETER RATA-RATA BEBAN

EMISI PERBULAN

Laju Alir Rata-rata per- triwulan (m3/detik)

1

Karbon Dioksida (CO2) 240.33

298.7404712

Merkuri (Hg) 0.19

Nitrogen Oksida (NOx) 3771.38

Partikulat (PM) 164.25

Sulfur Dioksida (SO2) 4502.08

2

Karbon Dioksida (CO2) 245.51

292.7333562

Merkuri (Hg) 0.31

Nitrogen Oksida (NOx) 3887.99

Partikulat (PM) 148.46

Sulfur Dioksida (SO2) 5423.26

3

Karbon Dioksida (CO2) 271.20

299.9972379

Merkuri (Hg) 0.02

Partikulat (PM) 161.53

Nitrogen Oksida (NOx) 4863.09 Sulfur Dioksida (SO2) 4046.10

b. Evaluasi Konsumsi Bahan Bakar

Implementasi dari kegiatan evaluasi terhadap konsumsi bahan bakar dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap banyaknya bahan bakar batu bara yang digunakan untuk membangkitkan unit. Berdasarkan data yang

91 ada, kebutuhan dari bahan bakar batubara sebesar 10.800-14.400 ton per- harinya dengan batubara berkualitas rendah (Nilai kalor<5100). Evaluasi konsumsi bahan bakar ini akan dikonversi ke emisi GRK yang dimana pelaporan dari emisi GRK ini dilaporkan sebagai emisi CO2dalam satuan metrik ton CO2 ekuivalen (CO2eq). Nilai CO2eq dihitung berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, jenis bahan bakar tersebut dikelompokkan berdasarkan tier-1, tier-2, dan tier-3. Batubara merupakan bahan bakar yang masuk ke dalam tier-2. Berikut merupakan data Faktor Emisi tier-1 dan tier-2 berdasarkan Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2017:

Tabel 4.7 Faktor Emisi Bahan Bakar

Jenis Bahan Bakar Tier 1 (kg 𝐂𝐎𝟐/𝐓𝐣) Tier 2 (kg 𝐂𝐎𝟐/𝐓𝐣)

Bensin RON 92 69.300 72.600

Bensin RON 88 69.300 72.967

Avtur 71.500 73.333

Minyak Tanah 71.900 73.700

Automotive Diesel Oil (ADO)

74.100 74.433

Industrial Diesel Oil (IDO)

74.100 74.067

Residual Fuel Oil (RFO)

77.400 75.167

Batubara 96.100 99.718

Gas Alam 56.100 57.600

Sumber:-2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Volume - Puslitbang Lemigas, 2017

- Puslitbang Tekmira, 2016

Perhitungan CO2 Eq dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari pendekatan berbasis perhitungan dan pengukuran berdasarkan Pedoman Perhitungan dan Pelaporan Invetarisasi Gas Ruma Kaca Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Tahun 2018.

Perusahaan pembangkit dapat memilih jenis metode tergantung dari ketersediaaan data di lapangan. Terdapat 4 metode dalam melakukan perhitungan emisi CO2, dimana pada umumnya industri di Indonesia menggunakan metode 2 dan 3 dalam menghitung CO2 eq. Berikut adalah persamaan dari total emisi CO2 tahunan, metode 1 tier-2:

92 ECO2 = DA × FE

Dimana: ECO2 : Total Emisi CO2 (Ton CO2) DA : Data aktivitas (Tj)

FE : Faktor Emisi (Ton/Tj)

Dimana data aktivitas bahan bakar batubara memiliki persamaan sebagai berikut:

DABB = FBB × NCV × 10−3

Dimana: DABB : Data aktivitas batu bara (Tj) FBB : Konsumsi batubara dalam triwulan (ton)

NCV : Nilai kalon bersih batubara (Tj/Gg), nilai NCV batubara default nasional lihat

lampiran 6

Diketahui bahwa untuk nilai NCV dari batubara berkulitas rendah (nilai kalor<5100) adalah 14,8 Tj/Gg dan asumsi bahan bakar yang digunakan adalah yang terbanyak yaitu 14.400 ton per-hari. Sehingga dapat dihitung nilai dari CO2 eq triwulan pertama tahun 2024 memiliki nilai yaitu sebesar:

DABB = (14.400 × 90)ton × 14,8Tj/Gg × 10−3 DABB = 19180,8 Tj

ECO2 = DA × FE

ECO2 = 19180.8 Tj × 99,718 Ton/Tj ECO2 = 1.912.671,014 Ton

c. Evaluasi Dimensi Cerobong

93 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak menyebutkan bahwa kriteria tinggi cerobong harus setinggi 2 – 2,5 kali dari tinggi bangunan sekitar industri. Adapun bangunan tertinggi yang terdapat di sekitar industri yakni 107,5 meter, sehingga perhitungan tinggi cerobong adalah sebagai berikut :

Tinggi Cerobong = 2 x Tinggi bangunan sekitar

= 2 x 107,5 meter

= 215 meter

Cerobong yang digunakan merupakan cerobong berbentuk silinder dengan diameter cerobong yaitu 5,2 meter. Penentuan titik sampling pada cerobong menggunakan perhitungan berdasarkan SNI 19-7117.2.2005 sebagai berikut:

Upstream = 8 x De

= 8 x 5,2 meter

= 41,6 meter Downstream = 2 x De

= 2 x 5,2 meter

= 10,4 meter

Terdapat 2 titik sampling pada cerobong dengan 2 parameter yang berbeda, yaitu Merkuri (Hg) dan PM (Particulate Matter). Kedua titik sampling ini berada di antara 41,6 upstream dan 10,4 downstream. Titik sampling merkuri (Hg) berada di lantai 3 dan titik sampling PM (Particulate Matter) berada di lantai 4 dari cerobong

d. Inventarisasi Udara Ambien

Pemantauan terhadap udara ambien yang dilakukan oleh PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu dilakukan bersamaan dengan pemantauan tingkat kebisingan dan odor atau tingkat kontaminan di beberapa titik lokasi, yaitu di wilayah sekitar PLTU, desa Rawakalong, desa Jayanti, dan desa Loji.

Tabel 4.8 Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien, Kebisingan, dan Odor

No. Lokasi Kegiatan Koordinat Keterangan

Udara Ambien Kebisingan dan Odor

94

No. Lokasi Kegiatan Koordinat Keterangan

1. Lokasi PLTU

S 7⁰ 01’ 18.4”

E 106⁰ 32’ 40,4”

Udara Ambien, Kebisingan, dan

Odor 2. Desa Rawakalong

S 7⁰ 00’ 9,7”

E 106⁰ 32’ 32,9”

3. Desa Jayanti S 7⁰ 01’ 04,2”

E 106⁰ 33’ 10,2”

4. Desa Loji

S 7⁰ 2’ 24,2”

E 106⁰ 32’ 54,2”

Pemantauan udara ambien ini dilakukan dengan metode pengambilan sampel udara ambien menggunakan HVAS (High Volume Air Sampler), serta pengujian di laboratorium yang telah memiliki sertifikasi akreditasi secara nasional (KAN). Pemantauan ini dilakukan terhadap konsentrasi dari 9 parameter, yaitu Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO); Nitrogen Oksida (NO2); Oksidan (O3); Hidrokarbon (HC); PM10; PM2,5; TSP; dan Timbal (Pb). Pemantauan kualitas udara ambien ini mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2021 lampiran VII tentang baku mutu udara ambien. Pemantauan udara ambien di PT. PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu dilakukan selama 3 bulan sekali atau secara triwulan dan dilakukan secara manual oleh pihak ke 3. Berikut data pemantauan udara ambien selama 1 semester.

4.2 Aplikasi Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah

1. Inventarisasi sumber air limbah, analisis konsentrasi dan beban air limbah.

Tabel 4.9 Jenis-jenis Limbah cair PLTU JPR

No Jenis Limbah Sumber Penanganan

1 Limbah Cair

Air limbah proses utama dari demin plant, dan cleaning sevice water

Diolah di Reuse Water Pond

Air pendingin/air bahang

Penurunan suhu di canal yang mengalir Air limbah reject

reverse osmosis (RO)

Dilakukakn

pemantauan parameter harial lalu dialirkan menuju outlet (badan air)

95 2 Limbah Cair

Domestik

Grey water dan black water

Sedimentasi,

anaerobic, aerobic, peningkatan oksigen dan disinfectant

Untuk pengolahan limbah cair di PLTU PT PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu menggunakan sistem pengolahan yang berbeda dimana untuk limbah cair yang berasal dari semua unit operasi masuk ke dalam WWTP, sedangkan limbah cair yang berasal dari grey water dan black water itu ke dalam Sanitary.

Berikut hasil pengukuran debit air limbah pada Triwulan I (Januari, Februari, Maret):

Tabel 4.10 Pengukuran Debit Limbah Cair WWTP

No Tanggal

Debit Outlet Clear Water IWWTP (m3)

Debit Outlet IWWTP (m3)

Debit Inlet IWWTP (m3) Water Pump Transfer Pump Drain Sump 1 03-01-

2024

266.069 267.729 1294.021

2 16-01- 2024

271.530 273.215 1294.021

3 20-01- 2024

274.283 276.146 1291.021

4 09-02- 2024

111.863 110.731 1257.607

5 28-02- 2024

126.337 125.193 1261.482

6 20-03- 2024

501.362 499.234 1294.021

Untuk debit inlet IWWTP didapatkan dari air limbah yang berasal dari semua unit operasi yang ditampung dalam bak pengumpul. Debit outlet clear water IWWTP ialah debit akhir dari proses pengolahan limbah cair yang kemudian dialirkan ke Reuse Water Pond sebelum masuk ke badan air (laut). Terdapat selisih antara debit inlet dengan outlet IWWTP, dimana tidak semua air limbah yang masuk ke IWWTP dapat diolah secara langsung, karena menyesuaikan dengan kekuatan pompa.

96 Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2009, terdapat 9 parameter wajib pantau pada industri PLTU. Dari PT PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu sudah melakukan pemantauan secara beyond compliance. Hasil pemantauan air limbah pada Triwulan I (Januari, Februari, Maret) dapat dilihat pada tabel 1.3 yang diberi tanda warna kuning, dimana hasil pemantauan konsentrasi dan beban air limbah tersebut sudah memenuhi baku mutu.

Tabel 4.11 Hasil Pemantauan Limbah Cair PLTU JPR No

Lokasi Pengambilan

Sampel

Parameter Uji

Hasil Pemantauan Baku

Mutu Satuan Peraturan

Jan Feb Mar

1

Outlet Pendingin/Ba hang

Klorin

Bebas (Cl2) 0.05 0.05 0.08 0.5 mg/l SNI 06-6989.19- 2009

Suhu

28.4 33.6 33 40 Deg C SNI 06-6989.23-

2005

2 Reuse Water Pond

pH (insitu)

8.30 7 8.5 6-9 SNI 06-6989.11-

2019 Zat Padat

Tersuspen si

7.7 8.2 6.5 100 mg/l SNI 06-6989.3-

2019 Minyak

dan Lemak

0.6 0.8 0.6 10 mg/l SNI 06-6989.10-

1011 Klorin

Bebas (Cl2)

<0.009

3 <0.0093 <0.08 0.5 mg/l

18-SPEKTRO- 46/MU/SMM-AAS (Spektrofotometri) Kromium

Total (Cr)

<0.010

6 <0.0106 <0.010

6 0.5 mg/l APHA 3120-2017

Tembaga (Cu)

<0.004

2 <0.0042 <0.004

2 1 mg/l APHA 3120-2017

Besi (Fe) 0.07 0.23 0.25 3 mg/l APHA 3120-2017 Seng (Zn) <0.004

2 <0.0042 <0.004

2 1 mg/l APHA 3120-2017

97 No

Lokasi Pengambilan

Sampel

Parameter Uji

Hasil Pemantauan Baku

Mutu Satuan Peraturan

Jan Feb Mar

Phosphat

(𝐏𝐎𝟒−) 0.06 0.34 0.95 10 mg/l APHA 4500-PO3−- 2017

Total

Coliform 1200 120 430 MPN/100ml SM APHA 23rd

ED 9223 B, 2017

BOD 9.46 3.83 4.43 mg/l SNI 06-6989.72-

2009

COD 29.90 12.39 13.31 mg/l SNI 06-6989.2-

2019 Mangan <0.004

1 <0.0041 <0.004

1 mg/l APHA 3120-2017

Amoniak

0.24 <0.0127 0.06 mg/l SNI 06-6989.30- 2005

3

Outlet Reject Reverse Osmosis

pH (insitu) 7.8 8 8.7 6-9 SNI 6989.11-2019

Salinitas 29100 18300 16300 mg/l 18-1-43/SMM-

AAS 4 Ujung Outfall

(30 m dari outfall)

Salinitas 34.10 34 20.9 % APHA 2520-B-

2017

5 Outlet Coal Pond

pH (insitu) 7.6 6-9 SNI 6989 11-2019

Zat Padat Tersuspens i (TSS)

191.6 200 mg/l SNI 6989 3-2019

Besi (Fe) 4.56 5 mg/l APHA 3120-2017

Mangan

(Mn) 0.44 2 mg/l APHA 3120-2017

PT PLN Indonesia Power UBP Jabar 2 Palabuhanratu memfokuskan pemantauan air limbah pada parameter Ph, Hal itu dikarenakan sebagian air limbah yang sudah diolah digunakan kembali oleh perusahaan untuk spray batubara.

Sedangkan untuk parameter lainnya dilakukan oleh pihak ketiga. Sehingga dapat dihitung efisiensi pengolahan pH dengan persamaan:

Efisiensi Pengolahan pH (%) = (|pH Influen - pH Effluent|) / |pH Influen - pH Netral|

x 100%

Keterangan:

98

Efisiensi Pengolahan pH (%) adalah persentase perubahan pH yang dicapai oleh IPAL.

|pH Influen - pH Effluent| adalah selisih nilai pH absolut antara air limbah influent dan effluent.

|pH Influen - pH Netral| adalah selisih nilai pH absolut antara air limbah influent dan pH netral (pH 7).

pH Influent pH Effluent

Januari Februari Maret

10 8.3 7 8.5

- Efisiensi Pengolahan pH (%) Bulan Januari:

▪ |pH Influen - pH Effluent| = |10 - 8.3| = 1.7

▪ |pH Influen - pH Netral| = |10 – 7| = 3

▪ Efisiensi Pengolahan pH (%) = (1.7/3) x 100% = 56%

- Efisiensi Pengolahan pH (%) Bulan Februari:

▪ |pH Influen - pH Effluent| = |10 - 7| = 3

▪ |pH Influen - pH Netral| = |10 – 7| = 3

▪ Efisiensi Pengolahan pH (%) = (3/3) x 100% = 100%

- Efisiensi Pengolahan pH (%) Bulan Maret:

▪ |pH Influen - pH Effluent| = |10 - 8.5| = 1.5

▪ |pH Influen - pH Netral| = |10 – 7| = 3

▪ Efisiensi Pengolahan pH (%) = (1.5/3) x 100% = 50%

Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pengolahan PH diatas, dapat diketahui dosis alkali yang digunakan untuk menetralkan pH, menggunakan persamaan :

Dosis (kg/m³) = (Alkalinity Required (mg/L) / (Alkali Molar Mass (g/mol)

* Alkali Purity (%) * Alkalinity Factor)) Keterangan :

Dosis: Jumlah bahan kimia yang perlu ditambahkan per meter kubik air limbah (kg/m³).

Alkalinity Required: Kebutuhan alkalinitas (atau asamitas) yang harus dinaikkan (atau diturunkan) (mg/L).

Alkali Molar Mass: Massa molar bahan kimia yang digunakan (g/mol).

Alkali Purity: Kemurnian bahan kimia yang digunakan (persen).

Alkalinity Factor: Faktor konversi untuk mengubah unit alkalinitas (atau asamitas) dari mg/L ke g/mol.

Diketahui :

pH influent: 10

pH effluent: 7 (pH effluent bulan Februari) Bahan kimia: HCL (massa molar: 36.46 g/mol)

99 Alkali Purity: 32%

Alkalinity Factor: 1/2

• Alkalinity Required (pH units) = 10 - 7 = 3.

• Alkalinity Required (mg/L) = 3 * 10^(10 - 14) = 10^(4) = 10 mg/L

Alkalinitas yang dibutuhkan (satuan pH) mewakili perbedaan antara pH yang diinginkan (pH limbah) dan pH saat ini (pH influen) larutan. Perbedaan satuan pH ini menunjukkan sejauh mana keasaman atau alkalinitas larutan perlu disesuaikan. Suku eksponensial 10^(influen pH - 14) bertindak sebagai faktor konversi yang menerjemahkan perbedaan satuan pH menjadi konsentrasi ion hidrogen (H+) yang sesuai. Hal ini karena pH merupakan skala logaritmik yang mengukur konsentrasi ion H+, dan setiap satuan pH mewakili perubahan sepuluh kali lipat konsentrasi ion H+.

Dimasukkannya pengaruh pH dalam suku eksponensial lebih lanjut menjelaskan fakta bahwa hubungan antara pH dan konsentrasi ion H+ tidak konstan tetapi bervariasi tergantung pada pH awal larutan. Oleh karena itu, meskipun satuan pH tidak secara langsung dimasukkan ke dalam nilai mg/L akhir, satuan tersebut merupakan komponen penting dari formula untuk menentukan alkalinitas yang diperlukan untuk mencapai penyesuaian pH yang diinginkan. Mereka memberikan ukuran perubahan keasaman atau alkalinitas yang diperlukan dan mempengaruhi besarnya kebutuhan alkalinitas.

Ringkasnya, satuan pH tidak secara langsung diabaikan dalam penghitungan alkalinitas yang dibutuhkan, melainkan memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana penyesuaian alkalinitas yang diperlukan untuk mencapai pH yang diinginkan.

• Dosis (kg/m³) = (10 mg/L) / ((36.46 g/mol) * (0.32) * (1/2)) = 1.71 kg/m³.

Dosis NaOH yang diperlukan untuk menurunkan pH adalah 1.71 kg/m³. Perhitungan Bak Koagulasi

Menentukan Debit Air (Q) Debit air yang perlu diolah, biasanya dalam satuan liter per detik (L/s) atau meter kubik per jam (m³/h).

Menentukan Waktu Tahanan (Detention Time) Waktu yang diperlukan agar partikel- partikel dalam air dapat berkoagulasi dan membentuk flok.

Menghitung Volume Bak Koagulasi Volume bak koagulasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝑉 = 𝑄 × 𝑡 V=Q×t

di mana:

𝑉 = Volume bak (m³) 𝑄 Q = Debit air (m³/h) 𝑡

100 t = Waktu tahanan (jam)

Menentukan Dimensi Bak Koagulasi Dimensi bak, seperti panjang, lebar, dan kedalaman, ditentukan berdasarkan volume yang telah dihitung.

Perhitungan Bak Koagulasi

Debit air (Q) = 38276 m³/h (data dari perusahaan PT PLN UBP) Waktu tahanan (t) = 20 detik (data dari perusahaan PT PLN UBP)

Konsentrasi koagulan (C) = 10 mg/L (data dari perusahaan PT PLN UBP)

Debit = 38276 m3/ Hari

td = 20 detik

G = 1000 1/detik

T = 25 C

μ = 0.00089 N.detik/m2

n = 100 rpm

= 1.667 rps

KT = 2.75

ρ = 997 kg/m3

1 Menghitung Volume Tangki Koagulasi Volume = Q X td

38276 m3/ Hari x 20 detik / 86.400 8.860185 m3

2 Dimensi Tangki Koagulasi P:L =

1:1 T = 1.2 L

Volume Tangki Koagulasi Volume =

P x L x T

8.860185 = L x L x 1.2 L

L = 2.5 m

P = 2.5 m

T = 3 m

Standar Desain Pengolahan Air: AWWA (American Water Works Association) dan EPA (Environmental Protection Agency) menyediakan pedoman umum untuk desain bak koagulasi. Data Operasi PLTU: Data spesifik dari operasi PLTU Palabuhan Ratu

101 untuk debit air dan kualitas air. Literatur Teknik: Buku teks tentang pengolahan air dan teknik lingkungan seperti "Water Supply and Pollution Control" oleh Viessman dan Hammer.

102 BAB V

PENUGASAN PERUSAHAAN

5.1 Meredesain Kembali TPS limbah B3

5.1.1 Proyeksi Penyimpanan Melebihi Kapasitas Penyimpanan Selama Triwulan Proses proyeksi terhadap kapasitas penimpanan TPS Limbah B3 dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada neraca limbah B3 terbesar atau terbanyak dari perusahaan dan asumsi beberapa penambahan jenis limbah dan timbulannya. Neraca limbah B3 perusahaan menunjukkan bahwa data limbah B3 terbanyak terdapat pada tahun 2021 (data terlampir)

Tabel 5.1 Karaketristik Limbah N

O Jenis LB3 Karakteristik Kode Limbah

Timbulan (kg) per

hari

Timbulan per- triwulan

(kg)

Densitas (m3/tahun)

Kebutuh an Drum

Kebutuh an Palet

Eksisting Perusaha

an (ton)

1 Oli bekas

Beracun, Mudah

menyala B105d 200 14917,500 745,288 30 7,5

59,670

2 Resin bekas Beracun B106d 50 31,750 1,586 7,5 1,875 0,127

3 Majun bekas

Beracun, Mudah

menyala B110d 50 1290,000 64,449 7,5 1,875

5,160

4

Sludge

minyak Beracun A332-1 200 18250,000 911,782 30 7,5

73

5

Sludge

WWTP Beracun B333-3 50 57,500 2,873 7,5 1,875

0,230 6 Minyak

pelumas Beracun B105d 200 18250,000 911,782 30 7,5

73

7

Limbah elektronik

(lampu TL,CRT, PCB, wire

rubber)

Beracun B107d

50 69,000 3,447 7,5 1,875

0,276

8

Accu/baterr y bekas

Beracun,

korosif A102d 50 2794,000 139,590 7,5 1,875

11,176

9

Refrigerant bekas alat

elektronik Beracun A111d 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

10

Kemasan

bekas tinta Beracun B321-4 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

103 N

O Jenis LB3 Karakteristik Kode Limbah

Timbulan (kg) per

hari

Timbulan per- triwulan

(kg)

Densitas (m3/tahun)

Kebutuh an Drum

Kebutuh an Palet

Eksisting Perusaha

an (ton)

11

Kemasan

bekas LB3 Beracun B104d 50 675,500 33,748 7,5 1,875

2,702

12

Toner/catrid

ge bekas Beracun B353-1 50 25,000 1,249 7,5 1,875

0,000

13

Bahan kimia kadaluwarsa

Beracun,

infeksius A338-1 100 36,000 1,799 15 3,75

0,144

14 Limbah lab Beracun A106d 50 6,500 0,325 7,5 1,875 0,026

15

Peralatan laboratorium

terkontamin asi limbah

B3 Infeksius A337-4 100 4562,500 227,945 15 3,75

18,25

16

Limbah

klinis Infeksius A337-1 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

17

Produk farmasi

kadaluarsa Beracun A337-2 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

18

Kemasan bekas sisa

produk farmasi

Beracun,

Infeksius A337-1 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

19 Sisa Proses

Blasting Beracun B323-1 200 18250,000 911,782 30 7,5

73

20 Gipsum Beracun B414 50 4562,500 227,945 7,5 1,875 18,25

21

Material insulasi mengandung

asbestos

Beracun

B354-4 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25

22 Dross, slag Beracun B324-1 50 4562,500 227,945 7,5 1,875 18,25 23 Karbon aktif

Mudah

Terbakar A110d 50 4562,500 227,945 7,5 1,875

18,25 1850 54756,500 6009,155 277,5 69,375 200,776

27 70

Jadi dalam Proyeksi Penyimpanan yang melebihi kapasitas limbah B3 PLTU Palabuhanratu JPR membutuhkan drum 278 buah drum dan palet kayu mencapai 70 buah penggunaan Palet dalam Setiap 1bulannya.

104 KEBUTUHAN VOLUME DRUM DAN PALET DALAM YANG

DIGUNAKAN DENGAN LUAS BANGUNAN

Tabel 5.2 Perhitungan Volume Drum Volume Drum Besi

Kapasitas 200L 200 kg

Diameter 59 cm

Jari-jari 29.5 cm

Tinggi 92 cm

Volume = 80063 cm3

80.063 m3

Dimensi TPS

Panjang palet 1.7 m

Jarak antar kemasan 0.6 m

Jarak dari dinding 0.6 m

Lebar forklift 1.4 m

Panjang bangunan 30 m

Lebar bangunan 20 m

Tinggi bangunan 7.2 m

Luas 600 m2

PERHITUNGAN UNTUK BAK PENGUMPUL CECERAN PADA LIMBAH B3 CAIR / BERPOTENSI TUMPAH

Tabel 5.3 Perhitungan Bak Ceceran Dimensi Bak Pengumpul Ceceran LB3

Diketahui kebutuhan drum limbah cair b3 :

1. oli bekas 30

2. resin bekas 8

3. sludge minyak 30

4. sludge WWTP 8

5. Minyak pelumas 30

6. Limbah lab 8

Total 114

Volume total = kapasitas 1 drum x 114 drum

Dalam dokumen LAPORAN ON THE JOB TRAINING (Halaman 97-113)

Dokumen terkait