BAB III PERSIAPAN DAN LANGKAH-
B. Asas-asas Dalam Pembentukan
lvi
B. Asas-asas Dalam Pembentukan Peraturan Desa
lvii
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van hetjuiste orgaan) hal ini untuk menegaskan kejelasan organ yang menetapkan peraturan perundang-undangan tersebut.
3. Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheids- beginsel). Asas perlunya pengaturan, merupakan prinsip yang menjelaskan berbagai alternatif maupun relevansi dibentuknya peraturan untuk menyelesaikan problema pemerintahan.
4. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid), yaitu peraturan yang dibuat seharusnya dapat ditegakkan secara efektif. Sebab tidak berguna suatu peraturan perundang- undangan yang tidak dapat ditegakkan. Mengingat suatu peraturan perundang-undangan yang tidak dapat ditegakkan akan menggerogoti kewibawaan/
lembaga yang membentuknya, juga akan menimbulkan kekecewaan pada harapan rakyat.
5. Asas konsensus (het beginsel van den consensus), yaitu kesepakatan rakyat untuk melaksanakan kewajiban dan menanggung akibat yang ditimbulkan oleh peraturan perundang-undangan bersangkutan. Asas ini dapat diwujudkan dengan perencanaan yang baik, jelas, serta terbuka, diketahui rakyat mengenai akibat-akibat yang akan ditimbulkan serta latar belakang dan tujuan-tujuan
46
lviii
yang hendak dicapai. Hal itu juga dapat dilakukan dengan penyebarluasan rancangan peraturan perundang-undangan tersebut kepada masyarakat sebelum pembentukannya. Pembahasannya di BPD dapat dilakukan dengan megikutsertakan masyarakat sebanyak mungkin melalui lembaga dengar pendapat.
Asas-asas material meliputi:41
1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van duidelijke terminologie en duidelijke systematiek), artinya setiap peraturan hendaknya dapat dipahami oleh rakyat, baik mengenai kata-katanya maupun mengenai struktur atau susunannya. Asas ini dapat digolongkan kedalam asas-asas teknik perundang-undangan, meskipun sebagai suatu asas orang berpendapat seolah-olah sudah harus berlaku dengan semestinya.
2. Asas tentang dapat dikenali (het beginsel van kenbaarheid), apabila suatu peraturan perundang- undangan tidak dikenali dan diketahui oleh setiap orang, lebih-lebih oleh yang berkepentingan, maka akan kehilangan tujuannya sebagai peraturan. Ia tidak mengembangkan asas persamaan dan tidak
41 Ibid.
47
lix
pula asas kepastian hukum, dan selain itu tidak menghasilkan pengaturan yang direncanakan.
Dalam hal tersebut apabila peraturan perundang- undangan tersebut membebani masyarakat dan rakyat dengan berbagai kewajiban. Asas yang menyatakan, bahwa setiap orang dianggap mengetahui peraturan perundang-undangan, perlu diimbangi dengan asas ini.
3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechtsgelijkheidsbeginsel). Asas ini para ahli menunjuk kepada tidak boleh adanya peraturan perundang-undangan yang ditujukan kepada sekelompok orang tertentu, karena hal ini akan mengakibatkan adanya ketidaksamaan dan kesewenang-wenangan di depan hukum terhadap anggota-anggota masyarakat.
4. Asas kepastian hukum (het rechtszekerheids- beginsel), asas ini mula-mula diberi nama lain yaitu asas harapan yang ada dasarnya haruslah dipenuhi (het beginseldat gerechtvaardigde verwachtingen gehonoreerd moetenworden) yang merupakan pengkhususan dari asas umum tentang kepastian hukum.
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual (het beginsel van de individuele rechts- bedeling). Asas ini bermaksud memberikan
48
lx
penyelesaian yang khusus bagi hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu, sehingga dengan demikian peraturan perundang-undangan dapat juga memberi jalan keluar selain bagi masalah- masalah umum, juga bagi masalah-masalah khusus. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual, asas ini bermaksud memberi- kan penyelesaian yang khusus bagi hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu yang menyangkut kepentingan individual.
Secara yuridis, berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa jo. Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa jo. Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, menentukan dalam membentuk Peraturan Desa harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, meliputi:
1. Asas asas kejelasan tujuan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
2. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis peraturan
49
lxi
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.
3. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan.
4. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.
5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
6. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan
50
lxii
perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.
Asas-asas di atas dapat disebut dengan asas formal. Kemudian mengenai asas material diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, yang menentukan bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan (termasuk Peraturan Desa) mengandung asas:
1. Asas pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
2. Asas kemanusiaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan
51
lxiii
hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
3. Asas kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
5. Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
52
lxiv
7. Asas keadilan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
8. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
9. Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
10. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.
Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peraturan perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan perundang- undangan yang bersangkutan. Dalam Penjelasan Pasal 6
53
lxv
ayat (2) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan perundang- undangan yang bersangkutan", antara lain:
1. Dalam hukum pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tidak bersalah.
2. Dalam hukum perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.
Selain kedua ketentuan tersebut di atas, pembentukan peraturan perundang-undangan juga harus berpedoman, serta bersumber dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011.42 Kedua pasal tersebut sebenarnya dapat dipahami atau dimaknai agar setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee) dan norma dasar negara,
42 Pasal 2 menentukan Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Pasal 3 ayat (1) menentukan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan.
54
lxvi
sehingga kedua pasal tersebut berkaitan erat dengan penjelasan umum UUD 1945.43