8 Lihat Ponimin, “Peran dan Tanggung Jawab Kepala Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat”, makalah yang disajikan pada tahun 2007 pada Laporan Kepala Desa di Kabupaten Asahan, Kisaran, 2007, hal. Sebagai seorang kepala desa, seorang kepala desa harus mampu “ngemong” atau secara umum “mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat”. Sebagai konsultan, kepala desa harus menunjukkan identitasnya dan memberikan bimbingan, bimbingan dan nasehat kepada masyarakat desa.
Sebagai seorang kepala suku, seorang kepala desa harus bertindak bijaksana agar dihormati dan disegani oleh masyarakatnya.10. Selain kewajiban di atas, kepala desa mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada. Kepala desa dapat mengundurkan diri sebelum masa jabatannya berakhir karena meninggal dunia, atas kemauannya sendiri, dan karena pemberhentian.
Untuk memberhentikan seorang kepala desa karena meninggal dunia dan atas permintaan sendiri, pimpinan BPD harus mengajukan usul kepada bupati/bupati. 16 Berdasarkan penjelasan Pasal 17 (2) huruf b Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 ketidakhadiran berturut-turut selama 6 (enam) bulan tidak mengikutsertakan kepala desa dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Penetapan pemberhentian kepala desa karena meninggal dunia, permintaan pribadi, dan karena pemberhentian ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah usul diterima.
Petugas kampung yang lain dilantik oleh ketua kampung daripada kalangan penduduk tempatan, ditentukan oleh keputusan ketua kampung.
Lembaga kemasyarakatan
Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut, misalnya Rukun Tetangga, Perkumpulan Masyarakat, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau nama lainnya, bertugas membantu pemerintah desa dan menjadi mitra dalam penguatan masyarakat desa. Pengurus lembaga sosial dipilih melalui musyawarah warga masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian24 terhadap pemberdayaan masyarakat. 24 Berdasarkan penjelasan Pasal 94 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mengatur; Yang dimaksud dengan 'memiliki kemauan' adalah minat dan sikap seseorang untuk secara sukarela melakukan suatu kegiatan.
Yang dimaksud dengan “kemampuan” adalah kesadaran atau keyakinan pada diri sendiri bahwa seseorang mempunyai kemampuan, yang dapat berupa pikiran, tenaga/. Sedangkan yang dimaksud dengan “caring” adalah sikap atau perilaku seseorang terhadap hal-hal tertentu, bersifat pribadi dan strategis yang ditandai dengan adanya keterkaitan, keinginan dan tindakan untuk melakukan suatu kegiatan. Perkembangan kondisi masyarakat yang dinamis dalam rangka pemberdayaan masyarakat dilakukan agar kemandirian masyarakat dapat terwujud dengan cepat.
Menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh negara kesatuan Republik Indonesia. 28 Berdasarkan penjelasan Pasal 93 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, yang dimaksud dengan pengembangan kemitraan adalah pengembangan kerja sama yang saling menguntungkan, saling mempercayai, dan saling melengkapi.
KETERLIBATAN MASYARAKAT
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan secara tegas mengatur partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 12/2011 juga menyoroti peluang partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah/peraturan daerah, yang menentukan; Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukannya.
Lebih lanjut, yang dimaksud dengan masyarakat dalam Pasal 96 adalah perseorangan atau sekelompok orang (termasuk disini kelompok/organisasi masyarakat, kelompok profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat hukum adat) yang mempunyai kepentingan terhadap isi rancangan undang-undang tersebut. Ketentuan lain yang membuka peluang partisipasi masyarakat dalam penyusunan peraturan daerah adalah ketentuan Pasal 137 UUPD. 12/2011, sehingga prinsip keterbukaan dalam pembentukan peraturan daerah juga diperhatikan dalam Pasal 137 UUPD.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan daerah dapat dilihat pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Administrasi Negara. Angka 6, asas profesionalisme adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PERSIAPAN DAN LANGKAH-
Beberapahal yang Perlu
Pendekatan filosofis, bahwa cara pandang kehidupan suatu masyarakat/bangsa menjadi latar belakang keberadaan dan identitas undang-undang, baik yang akan diundangkan dalam forum legislatif, maupun yang sudah mempunyai kekuatan positif dan mengikat. Pendelegasian maksudnya peraturan perundang-undangan pada tingkat yang lebih tinggi memberikan pendelegasian kepada pemerintah desa untuk menetapkan peraturan desa. Atribusi mempunyai arti yang melekat pada kedudukan pemerintah desa untuk menerbitkan Peraturan Desa demi ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Perlunya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang akan diatur, apalagi jika hal tersebut diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau setara. Misalnya kalau sebelumnya diatur dengan undang-undang, maka diatur dalam bentuk undang-undang. Apabila diatur dalam bentuk lain, misalnya Keputusan Presiden, maka Keputusan Presiden tersebut dapat dibatalkan (verniegtigaar).
Jika prosedur tidak dipatuhi, produk undang-undang mungkin tidak sah mengikut undang-undang atau tidak/belum mempunyai kuasa undang-undang yang mengikat. Peraturan-peraturan kampung hendaklah diluluskan dalam Warta Daerah sebagai satu-satunya cara untuk mempunyai kuasa yang mengikat. Manuskrip dalam rancangan awal hendaklah disusun sedemikian sistematik dalam bentuk idea dalam bab, rencana, ayat dan sebagainya.
Pada tahap ini kerangka dan isi pokok akan dituangkan dalam Peraturan Desa yang akan disusun. Bahasa normatif berarti bahasa yang mencerminkan asas hukum tertentu, pola tingkah laku tertentu (termasuk kewajiban, larangan, hak). Bahasa normatif ini selain harus tunduk pada kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, juga harus tunduk pada berbagai bahasa dalam peraturan perundang-undangan.
Sedangkan struktur normatif berarti mengikuti teknik penulisan peraturan hukum, seperti judul, kalimat, dasar hukum, pasal, aturan sanksi, dan aturan peralihan.
Asas-asas Dalam Pembentukan
Asas badan/lembaga yang tepat (beginsel van hetjuiste organ) adalah menekankan pada kejelasan badan yang menentukan peraturan perundang-undangan. Hal ini juga dapat dilakukan dengan mensosialisasikan rancangan undang-undang tersebut kepada masyarakat sebelum dibuat. Dalam hal ini ketentuan hukum membebani masyarakat dan penduduk dengan berbagai kewajiban.
Asas kejelasan tujuan adalah setiap peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai. Prinsip yang dapat dilaksanakan adalah setiap peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektivitas peraturan hukum tersebut di masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, dan yuridis. Asas efisiensi dan kemanfaatan adalah setiap peraturan hukum dibuat karena benar-benar diperlukan dan berguna untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Asas kejelasan desain adalah setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi syarat teknis penyusunan peraturan. Asas kepublikan adalah dalam penyusunan suatu peraturan hukum, mulai dari perencanaan, penyusunan, pertimbangan, pengesahan atau pengesahan, dan pengundangan, bersifat transparan dan terbuka. Prinsip perlindungan adalah setiap materi yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan harus dijalankan sedemikian rupa untuk memberikan perlindungan dan menciptakan ketentraman masyarakat.
Prinsip kemanusiaannya adalah setiap materi yang terkandung dalam ketentuan hukum harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan. Prinsip kebangsaan adalah setiap materi yang terkandung dalam ketentuan hukum harus mencerminkan sifat dan karakter bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. Asas kekerabatan adalah setiap materi yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan harus mencerminkan pertimbangan untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
Prinsip keadilan adalah segala materi yang terkandung dalam peraturan hukum harus mencerminkan keadilan yang proporsional bagi setiap warga negara. Asas ketertiban dan kepastian hukum mengandung arti bahwa segala materi yang terkandung dalam peraturan hukum harus mampu menciptakan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. Asas keseimbangan, keselarasan, dan kesesuaian adalah setiap materi dalam pengaturan hukum harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keserasian antara kepentingan perseorangan, masyarakat, dan kepentingan bangsa dan negara.
Landasan Penyusunan Peraturan
- Landasan filosofis
- Landasan sosiologis
- Landasan politis
- Landasan yuridis
- Landasan administratif
Cita-cita filosofis yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan harus mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut oleh masyarakat bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian, norma-norma hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya dalam masyarakat. Suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat.
Hal ini penting agar peraturan perundang-undangan yang dibuat ditaati oleh masyarakat, dan tidak menjadi hukuman mati belaka. Artinya peraturan perundang-undangan yang dibuat harus dapat dipahami oleh masyarakat, sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Produk peraturan perundang-undangan tidak hanya mencatat kondisi sesaat (momen rawat inap).48 Masyarakat berubah, nilai-nilai berubah, kecenderungan dan harapan masyarakat harus berubah.
Landasan hukum formal adalah landasan hukum yang menjadi landasan kewenangan (bewegheid atau kompetensi) untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan. Ia berwenang membuat peraturan perundang-undangan, karena setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/badan atau pejabat yang berwenang. Selain menentukan landasan kewenangan, landasan hukum juga menjadi landasan keberadaan atau pengakuan terhadap suatu jenis peraturan perundang-undangan, yaitu landasan hukum substantif.
Landasan hukum materiil adalah muatan materiil tertentu yang wajib dimuat dalam peraturan perundang-undangan tertentu. Regulator mewajibkan suatu materi tertentu diatur dalam peraturan perundang-undangan tertentu. Isi atau muatan suatu peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan “pemegang” atau jenis peraturan perundang-undangannya.
Selain itu, muatan suatu peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan muatan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Biasanya penyebutan peraturan hukum dalam rangka pertimbangan 'mengingat' tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal atau ayat. Keempat jenis yayasan tersebut di atas harus dicantumkan secara berturut-turut pada bagian pendahuluan peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan desa).
Proses Penyusunan Peraturan
Sedangkan isi Keputusan Walikota merupakan penjelasan mengenai pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Walikota yang bersifat tegas. Selanjutnya menjadi tugas pemerintah desa untuk menyebarkan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa (sebagai peraturan pelaksanaan Peraturan Desa) kepada masyarakat.59. Tata cara penyusunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa ditetapkan dalam Lampiran Peraturan ini.
Untuk itu perlu adanya pedoman penyusunan dan pembakuan baik berupa Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Kedudukan pembentukan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan koma. Teks penjelasan disusun (dibuat) bersamaan dengan Rancangan Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
Judul penjelasan lama berjudul Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan.