• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

Dalam dokumen BUKU AJAR - Repository UMJ (Halaman 32-52)

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI

D. PETUNJUK BELAJAR

4. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial merupakan proses untuk memperoleh sejumlah keterampilan sebagai hasil interaksi antara kematangan, dan belajar. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Menurut Hurlock, perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. (Hurlock, 1978:250).

Menurut Bandura (Crain, 2007;301) bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru.

19

Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari luar dirinya.

Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh perilaku lain yang muncul di masyarakat baik di dalam negeri maupun di mancanegara.

Mengingat era milenial sekarang maka batas antar negara itu menjadi tipis sehingga trend apa yang terjadi di belahan dunia lain bisa langsung terkoneksi menjadi trend juga di Indonesia. Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.

Perkembangan perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara kandungnya saja atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan hanya dengan anggota keluarga di rumah. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Perubahan yang ada terkait pola perilaku sosial, menurut Hurlock terdapat beberapa perilaku yang muncul pada masa kanak- kanak awal, yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan perilaku kelekatan. (Hurlock , 1998:252)

Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Menurut Erik Erikson (1950), ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak dalam tahapann sebagai berikut :

1. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.

Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;

2. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun.

Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu- ragu;

3. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.

Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan

lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah;

4. Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.

Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu

keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan

21

tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak

menguasai, menimbulkan rasa rendah diri. (Papalia dan Old, 2008:370).

Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu adalah sebagai berikut :

1. Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan 2. Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik

(nonverbal) maupun kata-kata (verbal).

3. Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.

4. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.

5. Persaingan (rivally)

Menurut piaget (1998) menyebutkan bahwa ciri-ciri perkembangan sosial anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah: sangat antusias, lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih, suka memakai baju orangtua atau oranglain, dapat membereskan alat permainannya, tidak menyukai bila dipegang tangannya, dan menarik perhatian karena dipuji.

Perkembangan sosial anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah: dengan dirumah dekat dengan ibu, ingin disuruh, penurut suka membantu, senang pergi ke sekolah, gembira bila berangkat dan pulang sekolah, kadang-kadang malu dan sukar untuk bicara, bermain dengan kelompok 2 atau 5 orang, dan bekerjanya terpacu oleh kompetisi dengan anak lain. Perkembangan sosial anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah: mulai lepas dari sang ibu, menjadi pusatnya sendiri, sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau yang nomer satu, antusiasme yang implusif dan kegembiraan yang meluap-luap menular keteman, dapat menjadi faktor

pengganggu di kelas, adanya kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah, dan menyukai pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang.

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Tugas perkembangan atau penguasaan keterampilan anak akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan berikutnya atau sebagai pondasi bagi perkembangan anak di tahap selanjutnya.

Proses perkembangan anak adalah upaya anak memperoleh berbagai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan di usia perkembangannya.

Perolehan keterampilan diperoleh dari meniru, belajar, usia , aspek-aspek psikologis anak lainnya yang membentuk kemampuan anak beradaptasi dan menjadi bagian dari lingkungannya.

Seperti contoh pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat bagi bayi berkomunikasi dengan lingkungannya. Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, telinga dan tangan yang berperan sebagai alat penghubung bayi dengan lingkungannya. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan menggunakan pancaindera, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.

Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di samping ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuanya.

Bayi berusaha memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapinya. Hal

23

ini sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai dapat mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi terhadap lingkungannya. Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mencapai kesempurnaan dalam melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya. Gerakan- gerakan ini sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya. Pada akhir masa kanak-kanak, anak bukan saja mencapai kesempurnaan dalam gerakan- gerak fisik, tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial bahkan moral.

Berikut beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada masanya, yaitu :

1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari perkembangan gerak pada masa bayi.

2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.

3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial dan intelektualnya.

4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan

baik, termasuk tempat dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri dan bersopan santun.

5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan- peranannya. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya.

6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak- kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.

7. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisik yang sesuai dengan kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat dan lain-lain.

8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang- orang dekat lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orang lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membina hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.

25

9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu berisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik.

Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikan- kebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.

________________________________________________LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi kegiatan 1, maka kerjakanlah latihan di bawah ini !

1. Kemukakan dengan bahasa anda sendiri apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?

2. Jelaskan tentang persamaan dan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan, dan beri masing-masing contohnya ?

3. Kemukakan oleh anda aspek-aspek perkembangan dan beri contoh masing-masing aspek tersebut?

4. Jelaskan prinsip dan tugas perkembangan anak usia dini ?

_____________________________________________________________

RANGKUMAN 1. Perkembangan adalah sebuah proses perubahan yang cenderung menetap, memunculkan potensi yang dimiliki oleh seorang individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.

2. Prinsip-prinsip perkembangan terdiri dari :

a. Perkembangan Semua Aspek dan berlangsung seumur hidup.

b. Setiap Anak Memiliki Kualitas dan Tempo Perkembangan Yang Berbeda.

c. Perkembangan Mengikuti Pola-Pola Tertentu Yang Relatif Beraturan,.

d. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.

e. Perkembangan Mengikuti Proses Diferensiasi Dan Integrasi.

f. Perkembangan Mengikuti fase Tertentu

g. Perkembangan Sesuatu Aspek Dapat Dipercepat Atau Diperlambat.

h. Perkembangan dipengaruhi aspek Perkembangan lainnya i. Perkembangan Dipengaruhi Oleh Jenis Kelamin

3. Aspek-Aspek Perkembangan Anak a. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini b. Aspek Perkembangan Fisik Anak Usia Dini c. Aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini d. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

e. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

27

4. Tugas perkembangan anak usia dini : belajar berjalan, belajar mengambil makanan, belajar berbicara, belajar mengontrol cara-cara buang air, belajar mengetahui jenis kelamin., menguasai stabilitas jasmaniah, memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana, belajar hubungan sosial belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani.

___________________________________________________________TE S FORMATIF

Pilihlah satu jawab yang paling tepat !

1. Berapakah usia anak usia dini menurut para ahli perkembangan anak ?

a. 5-6 tahun b. 0-8 tahun

c. 0-6 tahun d. 5-9 tahun

2. Para ahli mengatakan bahwa anak usia dini berada dalam masa

………

a. Pancaroba b. Golden Age

c. Pembangkang d. Bermain

3. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan” (development)

29

31

KEGIATAN BELAJAR : 2 Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

erkembangan sosial emosional adalah dua aspek perkembangan yang seringkali di tuliskan dalam satu kalimat. Perkembangan sosial anak ditandai dengan munculnya keinginan anak intuk berinteraksi dengan orang- orang yang ada di sekelilingnya, mulai dari orang terdekatnya seperti ibu, ayah dan saudara-saudaranya. Sejalan dengan bertambahnya usia anak keinginan berinteraksi dan menjadi bagian dari masyarakat merupakan perkembangan yang wajar di alami oleh seorang manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan berhubungan dengan manusia lain. Hubungan ini terjadi karena manusia membutuhkan satu dengan yang lainnya, saling mencukup kebutuhannya dan menjadi aman dalam kehidupan bermasyarakat.

Manusia adalah makluk sosial dan juga makluk individu. Terkadang manusia bersifat egois dan memikirkan keuntungan diri, namun ketika sesuatu yang akan dilakukan tidak dapat dikerjakannya sendiri maka ia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. (Syaiful Bahri, 2005:10) Dikutip dari Sarlito Wirawan, menurut david Schneider, bahwa manusia bersifat sosial karena ingin merasa aman dan terlindungi dalam komunitasnya. Mereka tunduk dalam keteraturan yang alamiah dan rasional.

(Sarlito, 2002,37) Saat mereka berinteraksi, anak belajar perilaku sosial di sekitarnya, mereka tidak ingin dijauhi, senang jika diterima dan memiliki banyak teman. Untuk itu mereka bersosialisasi yang merupakan sebuah proses belajar menjadi makhluk sosial (syamsudin, 2000:105).

PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial pada anak merupakan proses perubahan anak memperoleh sejumlah kemampuannya bersosialisasi dan beradaptasi dengan orang-orang di lingkungannya. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu, atau anak berlatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan- rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kelompoknya serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. (Loree, 1970:86). Hasil sosialisasi berupa sejumlah keterampilan sosial yang menjadi modal bagi anak untuk melakukan kontak sosial, berinteraksi dengan lingkungannya, berkomunikasi, memahami situasi sosial dan memiliki sejumlah kemampuan yang dibutuhkan oleh lingkungannya.

Para ahli juga sepakat bahwa perkembangan sosial-emosional anak bertujuan untuk mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya. Bertanggung jawab akan diri sendiri maupun orang lain dan berperilaku sesuai dengan pro sosial. Muhibbin (2000:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentuka social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, ”Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai norma, nilai atau harapan sosial”.

Menurut Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. (Ahmadi, 1990 : 57-58).

Hasil dari sosialisasi tersebut berupa ragam keterampilan sosial yang dibutuhkan anak untuk dapat berinteraksi, berkomunikasi dan menjadi bagian dari kelompoknya. Anak-anak aktif dan memiliki rasa ingin tahu

33

yang tinggi untuk kemudian mencurahkannya dalam bentuk kata-kata, cara bergaul, berprilaku , berfikir, dan gaya hidup kekinian dari orang-orang di sekelilingnya.

PROSES PERKEMBANGAN SOSIAL

Proses sosialisasi merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu sebagai mahluk sosial di sepanjang kehidupannya, dari ketika ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Ragam sosialisasi berbeda-beda dari setiap tahap kehidupan individu dalam siklus kehidupannya. Sosialisasi masa kanak-kanak adalah proses sosialisasi yang menjadi kewajiban orang tua untuk membentuk kepribadian anak-anaknya. Apa yang dilakukan orang tua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat menentukan kepribadian anak-anak tersebut.

Proses sosialisasi pada tahap ini dapat digambarkan melalui Fase-fase seperti : Adaftasi, Goal Attaitment, Integrasi dan Latten Pattren Maitenance). Fase-fase tersebut diperkenalkan oleh Talcott Parsons dalam menganalisis tindakan-tindakan sosial menurut D.P Johnson, melalui kerangka A-G-I-L (Rosmita, 2002). Fase-fase yang terjadi dalam masa kanak-kanak tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Fase adaptasi (Adaptation)

Anak mulai mengadakan penyesuain diri terhadap lingkungan sosialnya.

Reaksi yang dilakukan tidak hanya datang dari dalam dirinya, melainkan datang dari luar. Pada masa ini peran dari orang tua dominan terlihat, kerena anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan orang tuanya. Hukum dan penghargaan dari orang tua yang diberikan tehadap tingkah lakunya banyak memberikan pengertian pada anak dalam belajar bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Fase pencapaian tujuan (Goal Attaitment)

Seorang anak bertindak dengan tujuan tertentu dan lebih terarah. ia cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya, dan tingkah laku yang menimbulkan reaksi negatif dari orang tua berusaha dihindari.

3. Fase integrasi (integration)

Pada fase ini perbuatan seorang anak akan lebih mendalam, yaitu setiap tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dalam hidupnya. Norma dan nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya sudah menjadi diri anak atau kata hati “conscience” dari anak, bukan lagi merupakan sesuatu yang berada di luar dirinya.

4. Fase Latten Pattren Maitenance,

Perbuatan anak banyak dilakukan atas respon orang lain di luar dirinya.

Disini anak belum mampu merumuskan apa yang dia lakukan karena pengenalan terhadap dirinya belum jelas. Pada masa ini anak masih dianggap bagian dari ibunya. Oleh karena itu lingkungan tempat tinggalnya menganggap dirinya sebagai individu yang perlu diajak berinteraksi.

Proses sosialisasi menurut Hurlock terbagi menjadi 3, dimana masing- masing hal tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Adapun tiga proses yaitu :

a. Belajar berperilaku yang dapat diterima sosial

Syarat agar anak dapat diterima secara sosial adalah dengan membiasakan anak perilaku yang dapat diterima secara sosial. Untuk itu kita harus mengajarkan anak, tentang adab dan norma yang berlaku.

Dalam pengenalan hal-hal yang baik, anak juga dikenalkan perilaku- perilaku yang secara sosial tidak dapat diterima, agar mereka dapat

35

menyesuaikan perilakunya dan mengetahui perilaku yang tidak sopan/kurang diterima.

b. Memainkan peranan sosial yang dapat diterima

Proses sosialisasi terjadi dalam institusi sosial atau kelompok dalam masyarakat. Kelompok masyarakat yang berperan penting dalam sosialisasi adalah keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa (Nurseno, 2004). Sistem sosial berisi berbagai kedudukan dan peranan yang terkait dalam suatu masyarakat dan kebudayaan. Dalam tingkat sistem sosial, sosilisasi sebenarnya merupakan proses belajar seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya mengalami proses belajar mengenai nilai dan aturan- aturan untuk bertindak, brinteraksi dengan berbagai individu yang ada disekelilingnya. Jadi sosialisasi adalah proses belajar dari masing-masing individu untuk memainkan peran sosialnya di masyarakat.

c. Perkembangan sikap sosial.

Untuk dapat bermasyarakat atau bergaul dengan baik, anak harus menyukai orang atau kegiatan yang dilakukan individu dalam masyarakat. Jika mereka dapat melakukannya dengan senang hati, menikmati pergaulan sosialnya, maka mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosialnya. Anak dapat mengembangkan sejumlah sikap sosial yang dibutuhkan dalam pergaulan di masyarakat.

KARAKTERISTIK PERILAKU SOSIAL ANAK

Karakteristik perilaku sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periode perkembangannya. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut :

1. Periode Bayi

Pada usia 3 bulan, panca indera bayi sudah mulai berfungsi melihat objek, suara, dan senyum sosial. Dan berkembang setiap bulan seperti

membalas senyum, bereaksi terhadap suara ramah dan tidak, usia 7 bulan, mulai beraksi agresif, merebut mainan. Mulai menuru perilaku, suara dan bermain. Usia 12 bulan mulai menunjukkan minat terhadap bayi lain dan orang dewasa disekitarnya. Usia 2 tahun, menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial dan bermain meski tanpa melakukan interaksi. (Solitaire a parallel play)

2. Periode Prasekolah

Ciri-ciri sosial masa ini adalah, membuat kontak sosial, muncul keinginan menjadi bagian dari kelompok (Pregang Age) . Dikatakan Pregang karena mereka belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya, meski demikian mereka mulai belajar aturan sosial secara sederhana. Senang berinteraksi dan ingin dekat dengan orang dewasa di sekitarnya, berusaha berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa. Sementara hubungan dengan teman sebaya dilakukan dengan senang mengobrol, bermain, memilih teman bermain dan mengurangi perilaku bermusuhan.

3. Periode usia Sekolah

Pada usia ini anak memiliki minat terhadap kelompok yang lebih besar, mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Membentuk kelompok (gang) sehingga periode ini disebut gang age. Peranan teman sebaya sangat penting dan berpengaruh pada keterampilan sosial anak selanjutnya.

Snowman dalam Patmonodewo (1995:29), memberikan penjelasan tentang karakteristik perilaku sosial anak usia dini, sebagai berikut :

1. Pada umumnya anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat. Akan tetapi, sahabat masa kanak-kanak berganti-ganti, dan mereka cenderung cepat bergaul dengan banyak anak-anak lainnya. Pergaualn mereke

Dalam dokumen BUKU AJAR - Repository UMJ (Halaman 32-52)

Dokumen terkait