• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLAHRAGA KESEHATAN TENAGA DALAM H.Y.S.Santosa Giriwijoyo

Pendahuluan

Untuk dapat memahami apakah Tenaga Dalam dan bagaimana hakekatnya Olahraga Kesehatan Tenaga Dalam dapat mengembangkan Kesehatan dan juga Tenaga Dalam, maka terlebih dahulu perlu adanya penjelasan yang akan diuraikan di bawah ini.

Organisasi Biologik Tubuh Manusia :

Unsur kehidupan terkecil adalah Sel. Sel dapat merupakan satu kehidupan yang mandiri misalnya Protozoa (Amoeba) atau merupakan bagian dari kehidupan yang lebih komplex misalnya sel pada manusia.

Struktur organisasi biologik pada manusia terdiri dari unsur kehidupan terkecil yaitu sel yang meliputi bermacam-macam sel. Sel-sel sejenis bergabung membentuk jaringan misalnya jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang dan sebagainya. Berbagai jaringan bergabung membentuk alat/organ tubuh misalnya paru, hati, ginjal. Jantung misalnya terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat, jaringan pembuluh darah dan jaringan saraf.

Tiap organ memiliki tugas tertentu. Selanjutnya beberapa organ membentuk jalinan kerja sama menjadi satu sistema, misalnya sistema respirasi, sistema kardio-vaskular, sistema gastro-intestinal, dll. Tiap sistema mempunyai fungsi khusus, misalnya sistema respirasi bertugas mengambil O2 yang

BAB

dibutuhkan tubuh dan membuang CO2 yang merupakan sampah akhir yang berbentuk gas. Keseluruhan sistema ini dengan masing-masing fungsinya membentuk organisme, yaitu satu mahluk hidup yang mandiri, yang dalam hal ini adalah manusia. Dengan demikian, struktur organisasi biologik manusia terdiri dari :

Sel Jaringan Organ Sistema Organisme (Manusia) Dari struktur organisasi biologik tersebut di atas sangat mudah difahami bahwa kesehatan, kualitas hidup dan vitalitas kehidupan manusia sangat tergantung pada kesehatan, kualitas hidup dan vitalitas kehidupan sel- selnya. Artinya sel adalah hidup dan selama sel masih hidup berarti ada atau mempunyai daya hidup atau Tenaga Hidup. Jadi ―Tenaga Dalam‖ adalah Tenaga Hidup dari unsur kehidupan yang terkecil dalam tubuh manusia yaitu sel, yang dengan Tenaga Kehidupannya seluruh sel secara bersama-sama dapat mewujudkan berbagai aktivitas jasmani dan rohani. Aktivitas jasmani merupakan aktivitas yang kasat mata, sedangkan aktivitas rohani tidak kasat mata, termasuk dalam hal yang tidak kasat mata ini adalah Tenaga Dalam.

Kondisi Pelatihan.

Manusia adalah mahluk aerobik, artinya kehidupan manusia sangat tergantung pada Oxigen (O2). Ketiadaan O2 akan menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 10 menit. Pasokan O2 ke dalam tubuh terjadi melalui sistema respirasi (pernafasan). Sistema respirasi adalah pintu gerbang pemasukan O2.

Kebutuhan tubuh akan O2 ditentukan oleh intensitas (berat) gerak-kerja atau olahraga yang dilakukan. Pada keadaan istirahat dan olahraga ringan (olahraga sub-maximal), kebutuhan tubuh akan O2 selalu dapat dipenuhi oleh pasokannya. Keadaan demikian yaitu kebutuhan O2 selalu dapat

dipenuhi oleh pasokannya, disebut keadaan mantap (Steady state). Olahraga dengan intensitas sub-maximal (keadaan mantap) demikian, diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan, maka intensitas olahraga yang dilakukan harus lebih berat sehingga terjadi apa yang disebut sebagai Kondisi Pelatihan. Kondisi pelatihan adalah kesenjangan antara kebutuhan O2 dengan pasokannya;

artinya pasokan tidak dapat memenuhi tuntutannya, karena besar tuntutan melebihi kemampuan memasoknya. Pada olahraga konvensional yaitu olahraga dengan pernafasan bebas yang diatur secara reflektorik, kesenjangan ini terjadi oleh karena intensitas olahraga telah sedemikian beratnya sehingga kebutuhannya akan O2 melebihi kemampuannya untuk memasok. Makin tinggi kebutuhan akan O2, makin besar pula kesenjangan yang terjadi dan makin berat olahraga itu menurut kesan subjektifnya.

Jadi pada olahraga konvensional, kondisi pelatihan diciptakan dengan jalan meningkatkan kebutuhannya akan O2 sehingga melebihi kemampuan maximalnya untuk memasok (melebihi VO2-max). Olahraga dengan intensitas demikian, disebut sebagai olahraga dengan intensitas yang ―over load‖ atau olahraga dengan intensitas yang ―supra-maximal‖.

Pada olahraga Tenaga Dalam (Or.TD.), kondisi pelatihan diciptakan dengan mengendalikan pernafasan, yang berarti mengendalikan banyaknya O2 yang masuk. Telah dikemukakan bahwa berat (intensitas) sesuatu olahraga ditentukan oleh besar kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dengan pasokannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan intensitas pada Or.TD. dilakukan dengan cara mengurangi pasokannya akan O2, yang berarti harus semakin kuat mengendalikan pernafasannya.

Bila kita telusuri sampai ke tingkat sel, maka kondisi pelatihan di tingkat sel pada olahraga konvensional hanya terjadi pada sel-sel otot yang aktif.

Tergantung pada intensitasnya, otot memang dapat meningkatkan

kebutuhannya akan O2 menjadi 10-20 kali lebih besar dari pada kebutuhannya pada istirahat. Pada olahraga konvensional, pernafasan secara reflektorik meningkat untuk memenuhi kebutuhannya akan O2. Oleh meningkatnya pernafasan ini, maka proses oxigenisasi darah (proses pengikatan O2 oleh darah dalam paru) tetap dapat berlangsung dengan baik, sehingga kejenuhan darah akan O2 praktis tidak berubah, tetap seperti halnya pada keadaan istirahat. Hal inilah yang menyebabkan mengapa sel- sel otot yang tidak aktif maupun sel-sel lain tidak mengalami kekurangan O2, artinya tidak mengalami kondisi pelatihan. Demikianlah maka kondisi pelatihan pada olahraga konvensional hanya terjadi pada sel-sel otot yang aktif saja. Pada keadaan istirahat maupun pada olahraga konvensional, kebutuhan sel tubuh yang lain (selain sel otot yang aktif) selalu dapat dipenuhi, oleh karena darah selalu jenuh dengan O2.

Pada Or.TD., fungsi sistema pernafasan sebagai gerbang masuknya O2 dikendalikan, sehingga ventilasi (pertukaran udara) paru menjadi terhambat.

Akibatnya kandungan O2 dalam paru dan akhirnya kandungan O2 dalam darah cenderung lebih rendah dari pada keadaan istirahat. Demikianlah maka pada Or.TD., kondisi pelatihan diciptakan melalui penghambatan terhadap pasokan O2. Makin kuat pengendalian pernafasannya, makin rendah kandungan O2 dalam darahnya, makin besar kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dengan pasokannya, sehingga semakin berat Or.TD. itu menurut kesan subjektifnya. Rendahnya kandungan O2 dalam darah pada Or.TD., mengakibatkan pasokan O2 ke sel-sel yang tidak aktif juga berkurang. Dengan demikian maka Or.TD. dapat menciptakan kondisi pelatihan pada seluruh sel-sel tubuh. Pelatihan sel-sel tubuh yang bersifat sistemik (menyeluruh) ini akan meningkatkan kualitas fungsional sel secara menyeluruh, yang besarnya tergantung pada kualitas dan kuantitas pelatihannya. Pelatihan TD. hakekatnya adalah pelatihan bagi seluruh sel

tubuh agar tetap dapat berfungsi normal dalam kekurangan O2, yang dengan sendirinya pasti akan normal dalam kecukupan O2. Dari sudut pandang ini maka sesungguhnya Olahraga Kesehatan Tenaga Dalam adalah lebih baik dari pada Olahraga Kesehatan konvensional, terlebih lagi oleh karena di samping olahraga juga ada olah jiwa (dzikir). Namun yang terbaik ialah bila orang melakukan kedua-duanya yaitu melakukan Or-TD dan juga melakukan Or-Kes aerobik.

Sehat secara Ilmu Faal (fungsional) adalah normalnya fungsi sel-sel tubuh secara menyeluruh, yang jelas sangat diperlukan oleh setiap manusia.

Kondisi pelatihan yang bersifat menyeluruh ini, akan merangsang seluruh sel untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, yang berarti meningkatnya kemampuan hidupnya/ derajat vitalitasnya. Demikanlah maka Tenaga Dalam secara fisiologis adalah Tenaga Hidup sel atau Vitalitas sel yang merupakan unsur kehidupan terkecil dalam tubuh, yang telah dikembangkan kemampuannya melalui pelatihan yang secara fisiologis disebut sebagai pelatihan Anaerobik-hipoksik. Hasil dari pelatihan ini ialah meningkatnya derajat kesehatan sel yang berarti meningkatnya derajat kesehatan individu yang berangkutan. Demikianlah mekanismenya bagaimana Or TD. dapat meningkatkan derajat kesehatan para Pelakunya.

Listrik dalam tubuh manusia.

Diperkirakan tubuh manusia dewasa memiliki sekitar 75 triliun sel (Hole,J.W.,Jr.: 1987).

Sel, khususnya sel saraf dan otot, oleh adanya perbedaan permeabilitas dinding sel terhadap ion Kalium dan Natrium, serta oleh adanya pompa Natrium pada dinding sel, menyebabkan sel mempunyai muatan listrik positif di luar dan muatan negatif di dalam, sehingga terjadi polarisasi pada

membran sel dengan perbedaan potensial sebesar + 90 mVolt. Secara teoritis tidaklah sulit untuk membuat tegangan 220 Volt seperti tegangan listrik rumah tangga, yaitu dengan menyambung secara seri kurang-lebih sebanyak 2500 sel.

Bila sel sakit (tidak sehat), misalnya terjadi kerusakan/ kebocoran pada dinding sel, maka terjadi arus listrik jejas (arus laesi) yang menyebabkan tegangan listriknya menjadi kurang dari 90 mV. Pelatihan sel seperti yang terjadi pada pelatihan TD. akan menghasilkan sel-sel yang sehat dengan vitalitas yang tinggi. Sel yang sehat muatan listriknya lebih besar dari pada yang tidak sehat.

Semua alat tubuh manusia dalam menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik, khususnya sel saraf dan otot, termasuk otot jantung.

Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh, sebaliknya gangguan listrik dalam tubuh dapat menimbulkan gejala penyakit. Misalnya radang selaput otak (meningitis) dapat menimbulkan gangguan listrik pada otak, sehingga timbul kejang-kejang. Sebaliknya gangguan listrik pada otak dapat menimbulkan gejala penyakit seperti ayan/ epilepsi. Hal yang sama dapat terjadi pada otot maupun jantung, misalnya iskemia miokard (kekurangan darah pada otot jantung) atau infark miokard (kematian jaringan otot jantung) dapat menimbulkan gangguan tata listrik jantung.

Sebaliknya gangguan tata-listrik jantung dapat menimbulkan gejala penyakit jantung yaitu extra sistole (denyut jantung tambahan di luar iramanya yang normal) atau aritmia cordis (gangguan irama denyut jantung) misalnya pada penyakit Sick Sinus syndrome.

Pelatihan olahraga pernafasan (olah TD.) terdiri dari olah-gerak yang berarti pelatihan sistem saraf-otot (meningkatkan listrik saraf dan otot) termasuk otot-otot pernafasan, yang harus disertai konsentrasi yang berarti

pelatihan sistem saraf pusat. Pelatihan otot (menciptakan kondisi pelatihan untuk otot) terjadi pada setiap gerak otot yang teratur, akan tetapi pelatihan saraf (menciptakan kondisi pelatihan untuk saraf) hanya dapat terjadi melalui pengendalian nafas. Saraf dan otot merupakan penghasil listrik terbesar dalam tubuh.

Dalam hubungan dengan masalah listrik ini, dapat dikemukakan bahwa bila di sesuatu kawasan ada listrik dan ada teknokrat yang mampu memanfaatkan listrik, maka listrik dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya untuk diagnostik (EKG, EMG, EEG, USG, sinar X), untuk keperluan terapi (UKG, Ultrasonic, Electroshock therapy, Radiology), untuk komunikasi (radio, TV., Telkom, HP) maupun untuk menghasilkan benda-benda magnetik. Memang antara listrik dan magnet terdapat hubungan yang sangat erat yaitu dari listrik dapat dibuat magnet dan sebaliknya dari magnet dapat dibuat listrik. Dalam tubuh memang terdapat zat dasar magnet yaitu zat besi (Fe) yang banyak terdapat dalam sel darah merah (hemoglobin), otot (myoglobin), hati dan limpa. Di samping itu dalam struktur molekular otot, filamen tropomyosin bersifat bipolar, sehingga bila filamen-filamen tropomyosin dapat disinkronkan polarisasinya, maka otot tubuh dapat menjadi magnet yang besar. Memang ada prosedur diagnostik yang menggunakan prinsip magnet yaitu MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Oleh karena itu tidak usah heran bahwa orang yang berlatih TD mampu melakukan diagnosa, terapi maupun komunikasi yang seolah tanpa menggunakan bantuan alat apapun.

Selain untuk tujuan kesehatan (mekanismenya telah dibahas), melatih TD hakekatnya adalah juga membuat dirinya menjadi seorang yang mampu menghasilkan daya elektro-magnet yang besar dan mampu menjadi teknokrat dalam pemanfaatan listrik dan magnet tubuhnya, khsusnya bila memang ada niatan ke arah itu, di samping juga ada bakat (anugerah Allah)

untuk hal itu. Dengan kemampuannya ini ia kemudian dapat mendiagnosa penyakit (perubahan listrik dan sifat magnetik dalam tubuh pasien) dan dengan izin Allah menyembuhkannya. Di samping itu juga dapat mendeteksi hal-hal yang tidak kasat mata, misalnya adanya sumber air atau mineral di bawah tanah atau adanya mahluk halus di lingkungan sekitar. Perlu diingat kembali bahwa bumi adalah magnet yang sangat-sangat besar yang dengan sendirinya juga menghasilkan medan magnet. Perbedaan kepadatan dalam bumi akan memberikan gambaran medan magnet yang berbeda. Adanya perbedaan gambaran medan magnet di sesuatu tempat inilah yang menjadi dasar untuk diagnosa adanya sumber air atau mineral di dalam tanah.

Selanjutnya, masih dalam hubungan dengan hal di atas, secara hipotetis

―memagari‖ benda, ruang atau orang, hakekatnya adalah menempatkan energi elektro-statika di sekitar benda yang dilindungi, artinya energi elektro- statika dapat ditempatkan pada sesuatu tempat tertentu. Atas dasar ini pula maka dapat dikemukakan bahwa seperti halnya manusia memerlukan raga sebagai jasadnya maka mahluk halus juga memerlukan jasad yang wujudnya adalah ―segumpal‖ atau ―setumpuk‖ energi elektro-statika. Oleh karena itu kehadiran mahluk halus walaupun tidak kasat mata, dapat dideteksi dari adanya energi elektro-statika tersebut oleh orang yang telah mempunyai kemampuan untuk hal itu.

Sebagai penutup bahasan ini, dapat dikemukakan bahwa seperti halnya listrik dalam dunia nyata dapat digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan, maka demikian pula halnya listrik dalam tubuh manusia pun dapat dipergunakan untuk hal yang serupa, sekali lagi tergantung apa niatannya, apa bakatnya dan ilmu listrik untuk keperluan apa yang dipelajarinya. Untuk lebih memperluas wawasan, ada baiknya juga untuk membaca buku : Seni Beladiri Tenaga Dalam SATRIA NUSANTARA, Tinjauan dari Segi Ilmu, Agama, Kesehatan dan Ketahanan yang ditulis oleh : Drs

Maryanto, H.E.S.Anshari,M.A. dan Drs dr Y.S.Santosa Giriwijoyo yang diterbitkan oleh : WiraRipta Program, Cetakan Keempat, Ramadhan 1414 H – Maret 1993.

Pelaksanaan Olahraga Kesehatan.

Dianjurkan, khususnya kelompok usia tua dan para Lanjut usia (Lansia), untuk lebih dahulu memeriksakan kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan statisnya dari dokter yang memeriksa, bila mungkin (biayanya memang agak mahal) termasuk tes treadmill, oleh karena Lansia berisiko tinggi terhadap penyakit kardio-vaskular. Hasil tes treadmill memberi gambaran tentang kondisi sehat dinamis pada saat itu dan selanjutnya menjadi dasar bagi penentuan dosis awal latihan, khususnya bagi Olahraga Kesehatan konvensional. Namun dengan ataupun tanpa tes treadmill, jenis latihan yang dianjurkan untuk Or-Kes konvensional adalah jenis latihan Low impact yang dilaksanakan dengan pentahapan sesuai sasaran olahraga kesehatan yang hendak dicapai dan meliputi latihan untuk mobilisasi sendi (Sasaran-1), sekadar meningkatkan kekuatan otot (Sasaran- 2) dan meningkatkan atau mempertahankan daya tahan/endurance yang memadai (Sasaran-3). Makin tinggi usia Pelaku, makin rendah takaran awalnya dan makin panjang masa pentahapannya. Pentahapan hakekatnya bersifat individual, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Sesungguhnya hanya kita sendirilah yang paling mengetahui kemampuan kita masing-masing dan Olahraga Kesehatan dilakukan dengan intensitas antara 60-80% dari kemampuan maximal kita masing-masing. Pada olahraga konvensional kriteria ini bersifat lebih objektif ialah 60-80% dari DNM (Denyut Nadi Maximal).

Dianjurkan untuk banyak minum sebelum dan sesudah latihan oleh karena keringat banyak keluar dan khususnya Lansia cenderung mudah terkena dehidrasi.

Selain itu dianjurkan pula untuk selalu melaporkan hal-hal atau gejala- gejala luar biasa yang terjadi sebelum, selama maupun setelah melakukan olahraga kepada Pelatih/Instruktur !

Kesimpulan.

1. Pembinaan kesehatan harus mengacu pada konsep Sehat WHO yang merupakan sehat seutuhnya yaitu sejahtera jasmani, rohani dan sosial.

2. Wujud nyata sehat seutuhnya yaitu kemampuan mandiri dengan tingkat mobilitas yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kondisi yang disebut sebagai Sehat Dinamis.

3. Sehat dinamis hanya akan terwujud bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri melalui Olahraga (Kesehatan).

4. Umur kronologik yang ditandai dengan berbagai kemunduran Fisiologik tidak mungkin dihambat, tetapi umur biologik dapat dihambat melalui Olahraga Kesehatan, sehingga orang menjadi awet muda secara biologik dibandingkan dengan umur kronologiknya.

5. Pelaksanaan olahraga kesehatan harus dilakukan secara terencana, bertahap, teratur sepanjang hidup serta memenuhi takaran yang diperlukan. Oleh karena itu Pelatih/ Instruktur perlu memahami prinsip-prinsip Olahraga Kesehatan.

6. Sebagai Olahraga Kesehatan, Olahraga TD lebih baik oleh karena menyehatkan jasmani secara lengkap (menjangkau seluruh sel

tubuh), serta juga menyehatkan rohani (dzikir) dan sosial (pergaulan).

7. Olah kesehatan TD menghasilkan kemampuan paranormal yang mempunyai dasar ilmiahnya.

Kepustakaan.

1. Boedhi Darmojo dan H.Hadi Martono (1999) : Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Buku Pedoman Pembinaan Kesehatan usia lanjut, Dit.Bina Kesehatan Keluarga, Dit.Jen. Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Dep.Kes.RI, 1990.

Buku I dan II.

3. Carbon, R.J. (1992) The Female Athlete, dalam Textbook of Science and Medicine in Sport Edited by J. Bloomfield, P.A. Fricker, K.D. Fitch, Blackwell Scientific Publications.

4. Cooper,K.H. (1994) : Antioxidant Revolution, Thomas Nelson Publishers, Nashville – Atlanta – London – Vancouver.

5. Giriwijoyo,Y.S.S. (2007) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.

6. -- ,, -- (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.

7. Hole,J.W.,Jr.: Human Anatomy and Physiology, Fourth Ed., Wm.C.Brown Publisher, Dubuque, Iowa, 1987, pg. 70.

8. Lilik Hendrajaya (2001) : Magnetisasi Tubuh Manusia dalam Latihan Pernafasan

9. Robergs,R.A. and Scott,O.R. (1997) : Exercise and Aging, dalam Exercise Physiology, Mosby.

10. Maryanto, Anshari,S.E., Giriwijoyo,Y.S.S., (1993) : Seni Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara, WiraRipta Program, cetakan keempat.

OKSIDAN DAN ANTI OKSIDAN Neng Tine Kartinah, Lilis Komariyah

H.Y.S.Santosa Giriwijoyo

Oksidan dan Anti Oksidan

Radikal bebas atau oksidan adalah molekul oksigen yang tidak stabil dan molekul tidak stabil lain yang mengandung satu atau lebih elektron bebas (elektron yang tidak berpasangan = unpaired electrons). Adanya satu atau lebih elektron bebas menyebabkan senyawa itu menjadi sangat reaktif.

Peran merusak dari radikal bebas baru dikenal setelah tahun 1954 (Cooper 1994).

Dalam tubuh terdapat molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil.

Molekul oksigen yang stabil, sangat penting untuk memelihara kehidupan.

Yang tidak stabil termasuk golongan radikal bebas. Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan, tetapi kelebihan radikal bebas bersifat merusak dan sangat berbahaya. Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur tonus otot polos dalam organ tubuh dan pembuluh darah.

Produksi radikal bebas yang terlalu banyak terjadi oleh adanya berbagai faktor misalnya: sinar ultra violet (terdapat dalam sinar matahari), kontaminan dalam makanan (zat warna textil yang dpergunakan untuk mewarnai makanan), polusi udara (pencemaran udara oleh asap pabrik dan

BAB

Dokumen terkait