Tren Baru Zaman Ini
Pada zaman yang penuh dengan tekanan dan ketegangan ini, banyak orang mencari berbagai macam cara untuk mengatasi tekanan dan ketegangan mereka. Ketika muncul sebuah cara yang mengklaim sebagai cara aman, cara tersebut akan diserbu oleh masyarakat, termasuk orang-orang Kristen. Salah satu hal yang dianggap sebagai solusi masalah hidup adalah hipnotis.
Saat ini, hipnotis menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup orang kota. Para ahli hipnotis sendiri mengklaim bahwa hipnotis dapat menolong mereka yang ingin kurus, yang ingin berhenti merokok, yang depresi, dan yang terikat oleh narkoba. Hipnotis juga dipakai untuk menghilangkan rasa takut, membangkitkan rasa percaya diri. Jangankan orang awam, beberapa dokter gigi juga memakai hipnotis agar pasien mereka tenang menjalani pengobatan gigi.
Hipnotis dianggap sebagai cara yang aman dan ilmiah dalam menolong masalah- masalah hidup manusia karena hipnotis memakai teknik sugesti. Pasien akan disugesti dan dibawa dalam hipnosis. Dalam kondisi ini, pasien akan diberikan sugesti-sugesti untuk mengatasi persoalan mereka. Misalnya, mereka akan disugesti bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, atau disugesti bahwa mereka tidak suka makan banyak.
Setelah sugesti itu, pasien tidak akan menyukai rokok dan tidak suka makan banyak. Ini akan menolong pasien untuk berhenti merokok dan menjalani diet agar kurus. Hipnotis juga dapat dipelajari secara pribadi dengan melatih konsentrasi dan sugesti diri, yang ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan diri, mengatasi rasa takut, dan mengatasi persoalan-persoalan dosa yang mengikat manusia.
Banyak orang Kristen yang juga ikut-ikutan mempelajari hipnotis dan memberi diri dihipnotis untuk mengatasi persoalan-persoalan mereka. Ada juga yang masih ragu- ragu, apakah boleh dihipnotis dan mempelajari hipnotis untuk mengatasi persoalan kita?
Bahaya hipnotis
Walaupun ahli hipnotis membungkus hipnotis sebagai sesuatu yang ilmiah, namun hipnotis bertentangan dengan iman Kristen. Hipnotis bertentangan dengan iman Kristen karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kristiani dalam mengatasi persoalan dan karena hipnotis mengandung sejumlah bahaya. Ada beberapa bahaya mempelajari hipnotis maupun dihipnotis.
1. Hipnotis dapat membuka pikiran untuk memercayai apa saja, termasuk dusta. Seorang yang terhipnotis dapat disugestikan sebuah kebohongan dan dia akan memegang kebohongan itu sebagai sebuah kebenaran. Sugesti yang diberikan bukanlah kebenaran atau fakta mengenai keadaan pasien. Pasien yang memang suka rokok disugesti bahwa dirinya tidak suka rokok. Pasien yang memang penakut disugesti bahwa dirinya berani.
e-Konsel 2007
164
Akhirnya dalam pikiran pasien terdapat fantasi hasil sugesti dan setelah dihipnotis, pasien tidak bisa membedakan antara fantasi dan kenyataan.
2. Hipnotis adalah usaha untuk menguasai diri melalui sugesti, baik itu oleh orang lain maupun oleh diri kita. Sebuah usaha yang berada di luar karya Roh Kudus. Padahal penguasaan diri adalah karya Roh Kudus di dalam diri orang percaya (Gal. 5:22-23).
Ketika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus, Dia akan memberi kita kuasa untuk mengontrol diri kita. Dosa diatasi dengan menyerahkan diri kepada Allah dan bukan dengan menyerahkan diri kepada ahli hipnotis atau menyerahkan diri kepada diri sendiri (Yak. 4:6,7; 1Kor. 6:9-12; Rm. 6:12). Sebagai orang percaya, fokus kita adalah kepada Kristus, bukan kepada diri kita sendiri, atau kepada hal-hal lain (Ibr. 12:2). Jawaban persoalan kita bukan di dalam diri kita, melainkan di dalam Kristus (Mat. 11:28).
3. Hipnotis membuka "pintu hati" atau "pintu pikiran" kita kepada serangan kuasa
kegelapan. Dalam hipnotis, bukan hanya ahli hipnotis yang akan mengubah sikap dan tingkah laku kita, tetapi Iblis pun mau mengubah diri kita sesuai dengan keinginannya.
Dengan memberikan diri dihipnotis, kita berada dalam keadaan emosi yang tidak stabil, tidak aman, dan akan memberikan kesempatan kepada Iblis untuk menguasai diri kita.
Hipnotis memberikan kemungkinan kerasukan setan ("The Dangers of Hypnosis", 1963:
83).
4. Hipnotis bukanlah sains, melainkan merupakan bagian integral dari okultisme selama ribuan tahun ("Hypnosis: Medical, Scientific, or Occultic?", 87]. Banyak teknik yang digunakan dalam hipnotis mirip dengan sistem mistik dan okultisme. Profesor psikiater, Thomas Szasz mengatakan bahwa hipnotis adalah "ilmu pengetahuan gadungan" ("The Myth of Psychotherapy", 1978: 185-186]. Yoga, Zen, dan metode penyembuhan timur memiliki kesamaan mendasar dengan hipnotis dalam banyak aspek ("Hypnosis and Behavior Modification": Imagery Conditioning, 1976: 412). dan hal yang perlu diketahui mengenai yoga, tujuan utamanya adalah kesatuan dengan Allah. Kesatuan ini dicapai bukan melalui Kristus, melainkan melalui meditasi.
5. Hipnotis adalah pelanggaran terhadap hak Allah. Tidak seorang pun yang memiliki hak untuk menguasai pikiran dan kehendak seseorang. Hanya Allah dan orang itu sendiri yang memiliki hak untuk menguasai pikiran dan kehendaknya. Praktik hipnotis
merupakan pelanggaran etika Kristen (Mind Manipulation: A Christian Ethical Analysis) Akhir dari tulisan ini adalah pertimbangkanlah nasihat Petrus: "Sadarlah dan berjaga- jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1Pet. 5:8).
Kepustakaan:
Brown, David L. 1963. "The Dangers of Hypnosis", mengutip dari Many Lives, Many Loves by Gina Cerminara; Wm Morrow and Company.
Deidre, Martin and Bobgan. "Hypnosis: Medical, Scientific, or Occultic?"
California:EastGate Publishers.
Provonsha, Jack W. "Jack Mind Manipulation: A Christian Ethical Analysis", dalam http://www.ilu.edu/ilu/bioethics.
Szasz, Thomas. 1978. "The Myth of Psychotherapy". Garden City: Anchor Press/Doubleday.
William, Kroger and Frezler. 1976. "Hypnosis and Behavior Modification:Imagery Conditioning". Philadelphia: J. B. Lippincott Co..
Sumber:
e-Konsel 2007
165 Bahan diambil dari sumber:
Nama situs: Yohannis.worldispnetwork.com Penulis : Yohannis Trisfant
Alamat URL: http://www.yohannis.worldispnetwork.com/artikel/bahayahipnotis.htm
Serba Info: Buletin Doa Open Doors
Rindukah Anda berdoa bagi para pengikut Kristus di seluruh dunia yang saat ini sedang mengalami kesulitan dan tekanan karena memberitakan Injil atau yang sedang dianiaya karena memertahankan iman mereka pada Yesus Kristus? Buletin Doa Open Doors, yang hadir sebagai hasil kerja sama antara Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) dan Yayasan Obor Damai Indonesia, ingin mendorong Anda terlibat dalam pelayanan misi melalui doa-doa yang Anda naikkan setiap hari. Daftarkan diri Anda untuk menjadi pelanggan sehingga Buletin doa Open Doors ini dapat hadir ke mailbox Anda secara rutin setiap awal bulan. Untuk berlangganan sangat mudah, silakan isi formulir di bawah ini, potong, lalu kirimkan ke alamat:
==> < doa(at)sabda.org >
potong di sini ---
FORMULIR BULETIN DOA OPEN DOORS Nama lengkap:
Alamat email:
Umur : Gereja : Kantor kerja:
potong di sini ---
Kirim ke: ==> < doa(at)sabda.org >
Anda juga dapat mengajak teman atau gereja Anda untuk ikut berdoa, silakan daftarkan mereka dengan menyalin formulir di atas dan
mengisikan informasi tentang mereka, lalu kirimkan kepada kami ke alamat yang sama.
Informasi:
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
==> < http://www.sabda.org/ylsa >
e-Konsel 2007
166
Yayasan Obor Damai Indonesia (Open Doors International)
==> < http://www.opendoors.org/ >
Sumber:
Tanya Jawab: Hipnotis
Tanya:
Shalom pengasuh Rubrik Interaksi,
Saya Mendy (samaran) mau tanya apakah orang Kristen bisa melakukan hipnotis atau dihipnotis? Mohon penjelasan.
Jawab:
Saudara Mendy yang kami kasihi, sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita perhatikan cuplikan artikel berikut ini.
"Mirin Dayo, seorang ahli hipnotis dan spiritis Belanda, selama lima ratus kali
mendemonstrasikan pertunjukan bahwa ia tidak mati ditusuk pedang anggar. Ini bukan trik dan telah dibuktikan asli melalui pemotretan x-ray. Ketika ia melakukan pertunjukan di Swiss, orang-orang Kristen di situ merasa bahwa ia mempraktikkan kuasa demonis dan berdoa selagi ia mendemonstrasikan kekebalannya itu. Alhasil, pada praktik ke 501, ia meninggal dunia karena tusukan itu."
Para ahli yang sering mempraktikkan hipnotisme menyadari bahwa seseorang yang sudah pernah dihipnotis akan lebih mudah mengalami hipnotis untuk kedua kalinya.
Karena itu, Kurt Koch menganjurkan agar umat Kristen tidak bermain-main dengan praktik hipnotis, apakah itu digunakan untuk kebaikan, kesembuhan, apalagi untuk kejahatan.
Praktik hipnotis membawa seseorang untuk melongok jendela menuju realita
supranatural yang penuh dengan misteri yang sudah terbukti sering disusupi misteri okultisme, bahkan sampai satanisme. Menghadapi praktik hipnotis penipu yang sering merogoh ATM penderita, berikut ada beberapa tips yang bisa dianjurkan.
1. Terutama wanita, usahakan tidak pergi sendirian ke tempat-tempat umum seperti mal.
2. Jangan terlalu lugu menghadapi sapaan orang tidak dikenal, lebih baik menghindar daripada terlibat dialog yang berujung hipnotis.
3. Jangan membiasakan membawa kartu ATM dengan saldo yang besar, tetapi usahakan membawanya dengan saldo kecil yang cukup untuk belanja.
4. Pakailah perlengkapan senjata Allah agar dapat melawan tipu muslihat Iblis (Ef. 6:10- 16).
Sekalipun bermanfaat, praktik hipnotis bagi pengobatan tertentu seperti menghentikan kebiasaan merokok, menghilangkan sakit gigi, atau kesakitan dalam melahirkan bayi,
e-Konsel 2007
167
hipnotis biasanya memiliki efek sampingan dan berujung pada perilaku buatan karena praktik hipnotis dilakukan bukan karena kesadaran diri orang itu sendiri. Adalah paling tepat kalau kita mengatasi perilaku buruk, kesakitan, dan trauma dengan menggunakan pengobatan alamiah yang wajar dan membawanya dalam doa dan pertobatan. Sebab sekali kita membuka jendela ke arah alam bawah sadar, berarti kita membuka jendela menuju alam misteri dengan segala kemungkinan misterius yang bisa terjadi
(www.yabina.org - Artikel 17 - 2006).
Jadi, orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran kembali seharusnya tidak tertarik dengan hipnotis, apalagi mempraktikkannya. Kalau ada orang Kristen yang masih mempraktikkan hipnotis, sekalipun dikemas dengan istilah "pelayanan mujizat", kemungkinan besar ia belum mengenal kebenaran Alkitab dengan baik atau mungkin belum lahir baru. Yakinlah bahwa yang demikian, pasti akan kena batunya suatu hari nanti. Sebab Tuhan tidak dapat dipermainkan. Sementara kita sebagai anak Tuhan jangan khawatir dihipnotis, sebab Tuhan itu pelindung yang sempurna, hanya saja jangan membuka celah. Ikuti tips di atas agar kita terhindar dari praktik-praktik hipnotis.
Saran kami, perkayalah diri Anda dengan firman Tuhan dan kehidupan doa yang teratur.
Sumber:
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama situs: GBI Bogor.com
Penulis : Webmaster GBI Bogor.com Edisi : Minggu, 28 Januari 2007 Alamat URL: http://www.gbi-
bogor.org/index.php?option=com_content&task=view&id=72&Itemid=31
e-Konsel 2007
168
e-Konsel 141/Agustus/2007: Kemiskinan
Pengantar dari Redaksi
Salam sejahtera,
Beberapa waktu yang lalu, pemerintah pernah menggalakkan program pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Beberapa langkah yang pernah ditempuh di antaranya dengan mengadakan subsidi beras, menyediakan fasilitas pengobatan gratis, subsidi minyak tanah, dan berbagai subsidi lain yang bertujuan meringankan beban rakyat miskin.
Berhasilkah langkah-langkah ini? Belum bisa dilihat dan dipastikan dengan segera karena diperlukan waktu dan usaha keras. Sebab tidak hanya pemerintah dan
jajarannya saja yang berkewajiban melaksanakan usaha ini. Sebagai orang Kristen, kita pun punya kewajiban yang sama.
Kemiskinan yang dihadapi oleh seseorang belum tentu disebabkan oleh kemalasan mereka. Bisa jadi mereka miskin sebagai akibat ketidakadilan atau kesewenang- wenangan pihak tertentu. Oleh sebab itu, kita perlu mencermati hal-hal apa saja yang menjadi sebab kemiskinan dan bagaimana kita dan gereja berbagian dalam
mengentaskan orang miskin.
Redaksi berharap sajian e-Konsel edisi awal Agustus ini bisa menjadi dasar bagi kita dalam memandang dan mengatasi kemiskinan dengan lebih bijaksana lagi. Tuhan memberkati.
Pemimpin redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani
e-Konsel 2007
169
Cakrawala: Kemiskinan dan Tanggung Jawab Orang Kristen
Alkitab berkata, "Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh
TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka, asal saja engkau mendengarkan baik-baik suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segenap perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini" (Ul. 15:4-5). Tuhan Yesus berkata, "... orang-orang miskin selalu ada padamu" (Matius 26:11).
Salah satu sisi dari kepedulian sosial orang Kristen adalah tanggung jawabnya untuk memedulikan dan memerhatikan orang-orang yang miskin dan tertindas. Ia berbuat sesuatu demi kesejahteraan mereka.
Suatu pendekatan alkitabiah dalam masalah ekonomi pasti akan menyoroti masalah kemiskinan. Apakah penyebabnya? Apakah bentuk-bentuk kemiskinan? Bagaimanakah masalah kemiskinan dalam masyarakat dapat ditanggulangi secara adil?
Penyelidikan terhadap kemiskinan dan tanggung jawab terhadap orang-orang miskin memerlukan pemahaman tentang penyebab kemiskinan dalam suatu masyarakat dan bagaimana orang Kristen dapat menjawab tantangan itu. Seorang sarjana menegaskan bahwa mencari jalan keluar untuk masalah kemiskinan menuntut kerja sama sebagai suatu komunitas demi meningkatkan jumlah warga negara yang mandiri.
Penyebab-Penyebab Umum Kemiskinan
Secara umum, ada empat hal yang menyebabkan orang menjadi miskin.
1. Budaya bergantung kepada orang lain.
2. Ketidakmampuan dari suatu generasi ke generasi yang lain untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang lebih luas.
3. Perkembangan yang terhambat dari potensi manusia.
4. Meningkatnya orang tua tunggal: janda yang menjadi kepala rumah tangga. Jumlah orang miskin terus bertambah.
Dari arah manakah kita harus mulai melangkah agar dapat memberikan sumbangsih yang berarti untuk mengatasi krisis kemiskinan ini?
Siapakah yang Disebut Sebagai Orang Miskin? Apakah Tanggung Jawab Orang Kristen Terhadap Orang Miskin?
Sesungguhnya banyak kategori dari orang miskin. Mereka telah menjadi miskin karena berbagai penyebab. di sini dikemukakan beberapa kategori orang miskin berdasarkan penyebab-penyebabnya.
e-Konsel 2007
170
1. Psikologis: pandangan seseorang terhadap hidup dan masa depan.
2. Cacat secara fisik sehingga tidak dapat memelihara diri sendiri.
3. Moral:
a. kurangnya etiket kerja yang memadai;
b. kehadiran penindasan dan ketidakadilan;
c. tetap tinggal dalam kelakuan sosial yang tidak menopang sikap mandiri secara ekonomi dan secara pribadi.
4. Masyarakat: termasuk di dalamnya perubahan dalam etos masyarakat dan juga struktur ekonomi.
5. Politik: ini terjadi apabila kemiskinan merupakan akibat dari strategi pemerintah yang kurang berhikmat atau untuk kepentingan pribadi.
Usaha untuk mengentaskan kemiskinan yang hanya berpusat pada kelompok garis bawah kemiskinan dapat salah arah bila jalan keluarnya hanya dengan memberikan uang.
Sebaliknya, perlu usaha untuk mengenal penyebab suatu kemiskinan dari sekelompok orang-orang miskin sehingga kita dapat menanganinya secara tepat. Seorang yang miskin karena harga diri yang rendah membutuhkan jenis pertolongan yang khusus, yang berbeda penanganannya dari seorang yang sedang menganggur. Demikian pula dengan seorang yang sombong terhadap pekerjaan, perlu pendekatan yang berbeda dari seseorang yang menderita cacat tubuh secara tetap.
Komunitas injili menyadari bahwa Alkitab sebagai firman Allah -- yang otoritatif dan diilhami oleh Allah -- berbicara secara jelas mengenai masalah kemiskinan dan semua hal tentang kehidupan dan minat manusia. Kaum injili mengerti tanggung jawab pribadi dan kolektif, juga segala aspek hubungan sosial dan pribadi seperti yang tertulis dalam Alkitab. Karena itu, kaum injili percaya bahwa tanggung jawabnya ialah apa yang digambarkan oleh Alkitab sebagai tugas kita di hadapan Allah. Tugas-tugas ini meliputi sebagai hamba terhadap orang lain, sebagai penatalayan atas sumber-sumber dan kesempatan yang ada pada kita, sebagai saksi tentang kebenaran Allah, dan sebagai orang yang melengkapi orang lain bagi pekerjaan pelayanan. Itulah panggilan Allah bagi kita.
Kaum injili perlu berharap dan bersandar pada tuntunan dan ajaran Alkitab dalam mengenal bagaimana mereka harus memberikan respons atas masalah kemiskinan dalam lingkungan bangsa mereka dan dunia.
Pengajaran Alkitab tentang Tanggung Jawab Terhadap Orang Miskin
George Grant berkata, "Menurut Alkitab, orang miskin dibagi antara yang tertindas dan yang malas. Orang tertindas adalah sasaran dari pemeliharaan istimewa Allah, sedang orang malas adalah sasaran dari kutukan Allah."
Siapakah orang-orang tertindas? David Chilton mengelompokkan mereka yang mudah terkena penindasan:
e-Konsel 2007
171 1. janda,
2. yatim piatu,
3. miskin karena penyakit, dan
4. korban penindasan politik dan ekonomi.
Siapakah orang-orang malas? Mereka adalah sebagai berikut.
1. Keluarga yang tidak bertanggung jawab. Kasih yang alkitabiah tidak pernah menopang sifat tidak bertanggung jawab.
2. Orang-orang yang menjadi miskin karena kelemahan moral atau perubahan dalam etos sosial.
Ajaran Alkitab menyatakan bahwa orang miskin memunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, khususnya bagi mereka yang tidak terkena bentuk-bentuk penindasan -- psikologis, fisikal, sosial, ataupun politik. Misalnya, kitab Rut mengisahkan peranan orang miskin dalam tanggung jawab mereka bagi kelangsungan hidup.
Prinsip-Prinsip Alkitab
1. Penerima dari kasih Alkitab harus rajin bekerja, kecuali kalau ia mengalami cacat total.
Bertanggung jawab untuk berusaha menyediakan kebutuhan sendiri/keluarga dengan bekerja.
2. Kasih Alkitab diberikan oleh para pemilik tanah, bukan oleh suatu lembaga. Hasil bumi tetap menjadi milik petani sampai tiba saatnya para pekerja yang rajin menuainya.
3. Kasih Alkitab bersifat diskriminatif. Kasih itu hanya datang kepada orang-orang yang rela menerima tanggung jawab atas keadaan mereka dan bekerja untuk memperbaiki diri mereka.
Ajaran Alkitab tentang Tanggung Jawab
Perintah untuk menolong orang miskin dalam nama Tuhan Yesus Kristus merupakan kesaksian Alkitab yang sangat jelas: semua orang yang telah dipanggil dalam nama- Nya harus berjalan dalam kasih (Ef. 5:2). Kita harus mengerjakan belas kasihan (2Kor.
1:3-4). Kita harus bergumul dengan keadilan dan mempraktikkan kemurahan,
kesenangan, dan kemerdekaan, baik kepada orang-orang dewasa maupun anak-anak di mana pun kita berada (Zak. 7:8-10).
Jadi, tanggung jawab dari komunitas Kristen terhadap kaum miskin ialah sebagai berikut.
1. Mengasihi orang-orang tertindas dengan: "... membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, ... memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, ... memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke
rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, ... engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yes. 58:6-7).
Kasih terhadap orang tertindas menyebabkan perubahan kemiskinan menjadi produktivitas melalui setiap cara yang ada pada kita.
e-Konsel 2007
172
2. Mengasihi orang-orang malas: termasuk nasihat, teguran (2Tes. 3:15; Ams. 13:18), dan orientasi ulang terhadap kenyataan melalui pemberitaan Injil (Yoh. 8:32). Respons yang penuh kasih dan belas kasihan terhadap orang-orang malas bertujuan untuk
memberikan peringatan kepada mereka. Selain itu, melengkapi dan menyanggupkan mereka melangkah melewati ketergantungannya pada orang lain. Orang Kristen
memunyai tanggung jawab yang tak dapat dielakkan untuk melakukan kedua jenis kasih ini dengan rajin dan penuh semangat.
Memobilisasi Komunitas Kristen
Seorang Kristen, keluarga Kristen, dan gereja injili dapat menunaikan tanggung jawab ilahi untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin melalui banyak cara. Tekanannya bukan pada apa yang akan kita lakukan, melainkan bagaimana mulai mengerjakan tanggung jawab kita terhadap orang-orang miskin.
Tidak banyak gereja yang memunyai program untuk pelayanan kaum miskin. Perlu dijembatani jurang motivasi dan pendidikan untuk mencapai tujuan ini.
Visi
Dalam Alkitab, Tuhan memimpin umat-Nya dalam tindakan ketaatan yang berani melalui visi. Melalui visi, mereka mendapatkan gambaran tentang rencana Allah bagi kehidupan mereka.
Tujuan dari setiap visi adalah untuk menyediakan umat Allah yang sesuai dengan konteks/tempat untuk ketaatan mereka, yang melampaui ruang dan waktu. Menetapkan mereka dalam pekerjaan yang tetap disertai berkat Allah yang abadi. Visi seperti ini perlu diperlihatkan kepada umat Allah dewasa ini bila berkaitan dengan pelayanan bagi orang-orang miskin.
Pendidikan
Mengajarkan kepada jemaat pengajaran Alkitab yang berkaitan dengan tanggung jawab Kristen terhadap orang miskin. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. mengadakan riset Alkitab untuk melihat ajaran tentang tanggung jawab orang Kristen terhadap orang miskin;
2. mengadakan kontak dengan perwakilan setempat/gereja lokal tentang apa yang sedang mereka lakukan;
3. meminta informasi dari lembaga-lembaga sosial di tempat-tempat lain di luar negeri -- sebagai perbandingan -- untuk melihat metode yang mereka pakai dalam melayani dan memenuhi kebutuhan orang-orang miskin.
Dari data yang diperoleh, beberapa tujuan dapat ditetapkan. Usaha mendidik dapat dilakukan dengan memuat sebagian tulisan dari buku-buku Kristen atau ayat-ayat Alkitab dalam buletin gereja atau warta mingguan gereja.
e-Konsel 2007
173 Motivasi
Pemimpin gereja dapat memberikan dorongan dan bantuan kepada jemaat yang rindu terlibat dalam pelayanan kepada orang-orang miskin. Karena gereja berfungsi sebagai garam dan terang di tengah-tengah komunitas di mana ia berada, anggota jemaat harus yakin bahwa mereka dapat dipakai oleh Tuhan untuk memengaruhi pola pikir terhadap masalah kemiskinan.
Perubahan sosial tidak boleh berhenti. Manusia dapat mengatasi kekuatan dari kemajuan atau pun kemunduran. Suatu generasi yang memiliki komitmen kuat dapat memengaruhi arah perubahan sosial. Apakah komunitas injili rela dan sanggup menjadi generasi yang memiliki komitmen untuk suatu perubahan sosial?
Bagaimana Gereja Terlibat?
Gereja dapat terlibat dalam pelayanan terhadap orang-orang miskin dan memengaruhi perubahan sosial masyarakat melalui tiga hal berikut.
1. Pelayanan penginjilan, termasuk di dalamnya adalah:
o sosiologi dan keselamatan;
o reformasi dan penebusan;
o kebudayaan dan pertobatan;
o suatu orde sosial baru dan kelahiran baru;
o suatu revolusi dan regenerasi.
Jika penginjilan yang dilakukan tidak berorientasi pada prinsip ini, penginjilan itu tidak mampu, berpandangan sempit, dan akan gagal untuk menghidupi panggilan ilahi yang mulia dari Amanat Agung.
2. Pemberian pelayanan dan pendidikan serta pelatihan bagi orang-orang miskin agar mereka dapat menolong diri sendiri. Masalah harga diri, pemberantasan buta aksara, dan keterampilan kerja dapat diberikan dalam program pendidikan tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama antar gereja ataupun antara gereja dan pemerintah setempat.
3. Kelompok kerja dalam gereja. Kelompok ini memimpin jemaat untuk menolong pemerintah dengan memberikan informasi dan keprihatinan mereka terhadap orang-orang miskin.
Masalah terbesar yang kita jumpai dalam menunaikan tugas bagi orang-orang miskin berkaitan dengan: motivasi, pendidikan, dan organisasi. Tidak ada ajaran yang jelas dalam Alkitab yang menyatakan bahwa tanggung jawab pribadi berlawanan dengan tanggung jawab sosial dalam menangani kemiskinan. Orang-orang yang hidup dalam