• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cinta Pada Pandangan Setengah Baya

Dalam dokumen e-Konsel 2007 - MEDIA SABDA (Halaman 193-200)

Akhirnya saya lulus juga! Kemarin istri saya baru saja memberikan sebuah kartu kepada saya yang melukiskan keadaan pernikahan kami belakangan ini. Dalam satu kata, ia merasa "bahagia". Saya juga!

Beberapa hari yang lalu, kami sempat membincangkan apakah sebenarnya yang membuat kami tetap mencintai satu sama lain setelah enam belas tahun menikah.

Kesimpulan kami adalah ketekunan, yakni sikap pantang menyerah dan niat terus mencoba memperbaiki relasi kami.

Seperti pasangan nikah lainnya, kami pun pernah merasa kecewa satu sama lain, pernah merasa sedih akibat perbuatan masing-masing, bahkan pernah cukup sering marah karena ulah masing-masing, dan pernah menyesal mengapa memilih satu sama lain. Namun, kami tidak berhenti pada perasaan-perasaan itu saja; kami berjalan terus, berusaha menyelesaikan yang belum terselesaikan, dan mengoreksi perbuatan yang menimbulkan bencana.

Bak petani yang telah bersusah payah menabur, sekarang kami mulai menuai hasilnya.

Pengertian kami terhadap satu sama lain makin bertambah sehingga kami lebih dapat

"memadamkan api sebelum kebakaran". Kami pun makin menikmati kebersamaan kami sehingga keterpisahan sungguh menyengsarakan, baik itu keterpisahan geografis akibat jarak maupun keterpisahan emosional karena pertengkaran.

Suatu keadaan sebaik apa pun tidak akan terus bertahan dengan sendirinya. Demikian pula dengan pernikahan; kita harus terus menjaganya dengan hati-hati. Pernikahan ibarat gelas; kita dapat menggunakannya untuk minum sebanyak mungkin, namun dengan satu syarat: kita harus tetap memegangnya. Kenikmatan yang kita peroleh dari pernikahan harus disertai usaha untuk menjaganya. Perasaan harus dijaga, kebutuhan harus dipenuhi, pengertian harus diberikan, mulut harus dikekang, komunikasi harus dilancarkan. Semua ini adalah "tangan" yang memegang gelas; tanpa itu, "gelas pernikahan" kita niscaya jatuh dan pecah.

Jika Saudara bertanya, "Apa itu yang membedakan cinta pada masa berpacaran dan cinta pada masa sekarang pada usia kami yang separuh baya?" Saya akan

menjawabnya seperti ini: pada masa berpacaran, saya mencintai istri saya karena dia menarik; sekarang saya "tergila-gila" padanya; sekarang jika dia tidak di samping saya, rasanya saya seperti orang "gila."

Waktu tidak memusnahkan cinta; waktu mentransformasi cinta. Berangkat dari rasa tertarik, berakhir dengan rasa sayang karena dia begitu berharga. Dimulai dengan tergila-gila, diakhiri dengan "seperti orang gila kalau harus hidup tanpanya". yang menentukan adalah perjalanan di tengahnya, di antara titik berangkat dan titik akhir.

Kalau kita berhenti berusaha dan menyerah, ujung akhirnya sudah pasti bukanlah rasa sayang karena dia berharga. Apabila kita tidak menjaga dan memegang gelas

pernikahan kita, akhir perjalanan kita bukanlah keutuhan dan kenikmatan.

e-Konsel 2007

194

Amsal 16:31 mengingatkan kita, "Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran." Salah satu terjemahan bahasa Inggris lebih

menekankan maknanya, yakni "... if it is found in the way of righteousness". Dengan kata lain, masa tua titik akhir atau ujung perjalanan pernikahan kita hanyalah akan bertransformasi menjadi mahkota yang indah bila kita menjalaninya dalam kebenaran.

Teruslah berjalan, teruslah perbaiki, makin hari makin benar di bawah terang Kebenaran. Pada akhirnya, kita akan memetik buahnya yang manis dan mulia.

Sumber:

Diambil dan diedit seperlunya dari:

Judul buletin: Parakaleo (Edisi Jan. -- Mar. 2001, Vol. VIII, No. 1) Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.

Penerbit : Departemen Konseling STTRII Halaman : 3 -- 4

Artikel ini dapat pula Anda dapatkan di situs C3I dengan URL:

==> http://c3i.sabda.org/artikel/isi/?id=89&mulai=150

e-Konsel 2007

195

TELAGA: Pubertas Kedua: Mitos Atau Realitas?

Begitu banyak masalah pernikahan yang terjadi dalam kurun usia tertentu, tepatnya usia 40 -- 60. Pada umumnya, kita mengaitkan gejala itu dengan pubertas kedua.

Pertanyaannya adalah apakah ada pubertas kedua, dan jika ada, apakah yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya masalah dalam pernikahan?

Fakta

1. Sesungguhnya, masalah yang dikaitkan dengan pubertas adalah masalah-masalah perubahan akibat perkembangan fisik. Masa remaja adalah masa pubertas yang sarat dengan perubahan fisik yang menyebabkan munculnya perubahan cara berpikir, keterampilan menjalin relasi, dan pengelolaan emosi. Dalam pengertian ini, kita dapat menyandingkan pengalaman usia paruh baya dengan usia remaja di mana pada usia paruh baya terjadi banyak perubahan fisik pula. Perbedaannya, perubahan fisik pada usia paruh baya ditandai dengan penyusutan kapasitas, sedangkan pada masa remaja, karakter utama perubahan fisik adalah penambahan kapasitas.

2. Perubahan fisik pada usia paruh baya memunculkan pembatasan aktivitas fisik. Ada yang dapat menerimanya, namun ada pula yang tidak dapat menerimanya. Perilaku kita yang tidak dapat menerimanya ditandai dengan bertambahnya upaya untuk

melestarikan usia muda, misalnya meningkatkan frekuensi berolah raga, memerhatikan berat tubuh, mengurangi kerut wajah, dan sebagainya. Kerap kali perilaku inilah yang dikaitkan dengan perilaku "genit" dan pubertas kedua, padahal motif utama di sini adalah memperlambat proses penuaan.

3. Namun, apakah ada yang bertambah genit dalam artian yang sesungguhnya sebagai akibat proses penuaan ini? Jawabnya, ada. Jika kita tidak dapat menerima proses penuaan ini, mungkin saja kita lari kepada faktor daya pikat terhadap lawan jenis. Kita terperangkap ke dalam perilaku menguji "kesaktian": apakah lawan jenis masih tertarik kepada kita? Dalam pengertian ini, memang ada kesamaan antara masa remaja dan masa paruh baya di mana pada kedua kurun ini ada kebutuhan untuk mendapatkan peneguhan identitas diri.

4. Bertambah rawannya usia paruh baya terhadap godaan selingkuh juga disebabkan oleh bertambah mapannya kita secara sosial dan ekonomi. Kemapanan ini menambah daya tarik sebab cukup banyak lawan jenis dari usia yang lebih muda yang mendambakan kemapanan sosial dan ekonomi.

5. Bertambahnya godaan selingkuh juga ditimbulkan oleh bertambah matangnya emosi dan proses berpikir kita. Pada umumnya, di usia paruh baya kita telah mencapai kematangan yang membuat kita lebih bijak dan stabil dalam menghadapi hidup. Ini adalah daya tarik bagi sebagian lawan jenis dari usia yang lebih muda. Mereka merindukan ketenteraman dan kita menawarkan hal tersebut.

6. Perubahan pada usia paruh baya dapat pula mendatangkan hal yang sebaliknya, bukan kemapanan yang kita cicipi, melainkan kejatuhan. Biasanya ini disebabkan oleh PHK atau kebangkrutan yang sudah tentu dampaknya dapat berbeda pula. di tengah proses penuaan dan penyusutan kapasitas fisik, kejatuhan ekonomi membawa perubahan sosial yang besar. Tiba-tiba kita kehilangan lingkup pertemanan, baik karena perubahan lingkup kerja maupun karena inisiatif pribadi untuk menarik diri.

7. Selain menarik diri, ada pula orang yang melarikan diri ke hal-hal negatif. Salah satunya adalah penerimaan lawan jenis dan kepuasan seksual sesaat. di saat krisis, kelemahan

e-Konsel 2007

196

purbakala cenderung muncul kembali dan daya tahan untuk mengatasi godaan cenderung menurun.

8. Godaan untuk selingkuh bertambah besar pada usia paruh baya karena faktor kebosanan dan perbedaan biologis antara pria dan wanita. Pada usia paruh baya, aktivitas seksual mulai kehilangan kesegarannya. Tanpa kasih dan komitmen yang kuat, perubahan ini membuka peluang masuknya godaan. Juga ada masalah perubahan biologis yang dialami wanita akibat proses menopause sehingga tidak jarang gairah seksual berkurang dan kenikmatan seksual terganggu akibat rasa sakit. Tidak jarang pada masa ini pria tergoda mencari wanita lain untuk memenuhi kebutuhan seksualnya dan wanita menerima uluran tangan pria lain karena kesepian dan haus kasih sayang serta perhatian.

9. Godaan untuk selingkuh juga bertambah seiring dengan mengendurnya ikatan keluarga- anak menginjak akil balig dan ketika orang tua telah tua atau meninggal. Perubahan ini menciptakan kebebasan. Jika tidak hati-hati, rasa bertanggung jawab akan merosot pula.

Kesimpulan

1. Setiap perubahan menuntut penyesuaian, tidak terkecuali perubahan pada masa paruh baya. Penyesuaian menuntut kerendahan hati dan kesabaran. Tanpa kerendahan hati kita tidak akan bersedia menyesuaikan diri. dan tanpa kesabaran, kita hanya menuntut orang lain untuk menyesuaikan diri dengan kita.

2. Setiap perubahan memunculkan krisis, baik dalam kadar yang kecil maupun besar.

Setiap krisis harus dilalui dengan ketabahan dan kerja sama. Krisis menimbulkan rasa sakit dan tidak berdaya, namun di saat ini kita mesti tabah alias bertahan dalam suasana yang tidak nyaman. di masa krisis, kita pun cenderung menyalahkan orang lain. Padahal yang sebenarnya diperlukan adalah kerja sama.

Firman Tuhan: "Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan .... Segala perkara dapat

kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:11-13) Sumber:

Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T178B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.

Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org >

atau kunjungi situs TELAGA di:

==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?pubertas_ke_ii_mitos_atau_realitas_ii.htm

Serba Info: Publikasi E-Binaanak

Melayani Tuhan melalui anak-anak yang Dia kasihi tentu saja memerlukan

perlengkapan yang cukup. Selain melalui firman Tuhan, sumber-sumber lain sebagai pelengkap untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan dalam melakukan pelayanan anak tentunya sangat diperlukan. Salah satu sumber yang dapat digunakan para pelayan anak untuk memperlengkapi diri adalah publikasi e-BinaAnak. Melalui

e-Konsel 2007

197

publikasi ini, Anda bisa mendapatkan berbagai artikel, tips mengajar, bahan-bahan mengajar, kesaksian pelayanan, tautan ke sumber-sumber lain, dan bahan-bahan lain.

Jika saat ini Anda merasa kekurangan sumber informasi atau masih memerlukan lebih banyak sumber lagi untuk mengembangkan diri dalam bidang pelayanan anak, kami mengundang Anda untuk bergabung bersama lebih dari tiga ribu pelayan anak yang lain dalam milis publikasi ini. Anda akan dipuaskan dengan berbagai informasi dari e-

BinaAnak yang dikirimkan ke alamat e-mail Anda setiap minggu . Tertarik? Bergabung yuk?

Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail Anda ke: ==> <subscribe-i-kan- BinaAnak(at)hub.xc.org>

Untuk melihat arsip-arsip edisi terdahulu, silakan akses: ==>

http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Untuk melihat ribuan informasi lain seputar pelayanan anak, silakan akses: ==>

http://pepak.sabda.org/

Sumber:

e-Konsel 2007

198

Bimbingan Alkitabiah: Ketika Anda Merasa Lemah

Berada di masa trans jatuh ke dalam godaa kematangan hidup. Sa peralihan ini adalah Ayat-ayat berikut in menghadapi godaan ya

Mazmur 29:11

Yesaya 40:29-31

Mazmur 18:8-9; 37:

Amsal 10:29; 3:26

Mazmur 18:2; 27:1

2Samuel 22:33

Yesaya 41:110

2Korintus 12:9

2Timotius 1:7

Yesaya 42:6

Ulangan 33:25

Filipi 4:13

Keluaran 11:7 Sumber:

Diambil dari:

Indeks Masalah Sehari-hari (CD SABDA 2.0) Nomor topik: 09734

Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]

e-Konsel 2007

199

e-Konsel 144/September/2007: Konseling Bagi Penyandang Cacat Tubuh

Pengantar dari Redaksi

Sebuah iklan produk susu bagi ibu hamil menjanjikan kesempurnaan fisik dari bayi yang akan dilahirkan bila mengonsumsi susu tersebut. Rupanya teknologi yang ada sekarang ini semakin menggerakkan pikiran dan akal manusia untuk bisa mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Wajar saja bila upaya ini dilakukan manusia karena

hingga saat ini penampilan secara fisik masih menjadi prioritas dalam berbagai bidang.

Meskipun demikian, kenyataannya Tuhan juga menciptakan manusia yang memiliki kekurangan secara fisik atau yang kita sebut penyandang cacat. Kondisi ini bisa terjadi pada seseorang, baik sejak lahir, maupun saat dewasa, sebagai akibat dari kecelakaan.

Keadaan yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya ini sering kali

menyebabkan mereka merasa tersisih sehingga menyulitkan mereka untuk bergaul dengan orang lain. di sinilah peranan gereja dan saudara-saudara seiman diperlukan untuk menguatkan mereka dengan memberikan perhatian dan melibatkan dalam kegiatan-kegiatan gereja.

Melalui edisi kali ini, Redaksi mengajak pembaca untuk melihat bagaimana kita bisa menjangkau mereka dan bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap mereka.

Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Pemimpin redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani

Dalam dokumen e-Konsel 2007 - MEDIA SABDA (Halaman 193-200)

Dokumen terkait