• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Belajar

Dalam dokumen BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Halaman 44-49)

1. Bentuk Belajar Menurut A. De Block (Riyanto, 2014)

Bentuk belajar menurut A. De Block dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Bentuk belajar menurut fungsi psikis;

2. Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari; dan 3. Bentuk belajar yang tidak begitu disadari.

Tabel 1.1

Bentuk belajar menurut A.

De Block

Bentuk belajar menurut fungsi psikis

Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari

Bentuk belajar yang tidak begitu disadari

1. Belajar dinamik 2. Belajar afektif 3. Belajar kognitif

4. Belajar sensoris motorik

1. Belajar teoritis 2. Belajar teknis 3. Belajar sosial 4. Belajar estetis 1. Belajar incidental 2. Belajar tersembunyi 3. Belajar dengan

mencoba-coba

1. Bentuk Belajar Menurut Fungsi Psikis a. Belajar Dinamik

Bentuk belajar ini ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menghendaki sembarang hal. Berkehendak adalah suatu aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang didasari dan dihayati. Penyadaran dan penghayatan kebutuhan dapat menimbulkan dorongan untuk bertindak, sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Karenanya, seseorang akan selalu ada dinamisasi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya.

b. Belajar Afektif

Ciri khas belajar ini adalah menghayati nilai dari objek-objek yang

dihadapi melalui alam perasaan, baik berupa orang, benda, maupun peristiwa. Ciri yang lain adalah belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Perasaan seseorang dapat berupa senang atau tidak senang, kemudian orang tersebut mendekati apa yang disenangi atau menjauhi apa yang tidak disenangi. Selanjutnya, fungsi dinamik dan afektif merupakan dua hal yang berkaitan, karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan.

c. Belajar Kognitif

Dalam belajar kognitif, orang belajar akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek- objek yang dihadapi, baik itu orang, benda maupun peristiwa.

Objek ini dipresentasikan dalam diri orang melalui tanggapan, gagagasan, atau lambing.

d. Belajar Sensori Motorik

Ciri khas belajar terletak pada belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri.

Dalam belajar ini baik aktivitas mengamati melalui indra (sensorik), maupun bergerak dan menggerakkan (motorik) memegang peranan penting, sehingga gangguan pada alat indra menimbulkan kesulitan dalam mengamati dan bergerak.

2. Bentuk Belajar Menurut Materi yang Dipelajari a. Belajar Teoritis

Jenis belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecah problem, seperti pada bidang studi ilmiah. Cakupan dalam belajar ini, meliputi: (1) konsep, (2) relasi, dan (3) struktur hubungan.

b. Belajar Teknis

Belajar ini mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian- bagian materi menjadi keseluruhan. Belajar ini juga disebut belajar motorik. Cakupan dalam belajar ini meliputi: fakta, konsep, struktur,

dan metode.

c. Belajar Sosial

Belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Syah (1991), menyatakan proses belajar perkembangan sosial perlu ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning) dan peniruan (imitation). Cakupan dalam belajar ini meliputi: fakta, konsep, struktur, dan metode.

d. Belajar Estetis

Belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Cakupan dalam belajar ini, meliputi: fakta, konsep, struktur, dan metode.

3. Bentuk Belajar yang Tidak Begitu Disadari

Sebagai manusia, tentunya bergaul dengan lingkungannya, manusia belajar banyak hal yang berguna untuk mengatutr kehidupannya. Dalam jenis belajar ini menurut Winkel (1991), meliputi: 1) belajar insidental, 2) belajar tersembunyi, dan 3) belajar mencoba-coba.

a. Belajar Insidental

Belajar berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasarannya. Misalnya, seorang membaca koran bekas, namun terasa tidak direncanakan, tiba-tiba mereka menemukan artikel yang menarik, sehingga berguna menambah wawasan.

b. Belajar (Secara Sembunyi)

Belajar dapat terjadi bila guru merencanakan supaya siswa belajar sesuatu tanpa mereka menyadari sedang belajar yang dimaksud oleh guru. Misalnya, belajar melalui upacara bendera, siswa secara implisit dilatih belajar disiplin.

c. Belajar dengan Mencoba-Coba

Belajar mencoba-coba juga dikenal dengan belajar “trial and error”, seperti pada eksperimen Thorndike (1981) terhadap kucing.

Dalam eksperimen tersebut, kucing belajar, yaitu membuat asosiasi antar perangsang dan reaksi. Dengan demikian, hakikat belajar mencoba-coba adalah melakukan kegiatan belajar dengan sifat trial and error yang pada akhirnya menemukan hasil, yang semua tidak seberapa disadari.

Contoh lain dari belajar adalah:

Seseorang mengutak-atik jam dinding di kelas yang mengalami gangguan, lama kelamaan orang tersebut menemukan jawaban dari masalah jam tersebut, sehingga orang tersebut dapat membetulkan jam dinding yang serupa tanpa coba-coba lagi.

2. Belajar Menurut Van Parreren 1. Belajar Membentuk Otomatisme

Jenis belajar ini meliputi keterampilan motorik, tetapi juga dapat meliputi belajar kognitif. Winkel (1991), menyatakan ciri khas dari belajar ini terletak pada otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam mengoperasikan computer.

Pada belajar tersebut, fase kognitif di mana orang mulai mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, serta fase latihan di mana orang akan berlatih intensif keterampilan tersebut. Keuntungan dari mempunyai kemampuan yang telah menjadi suatu otomatisme adalah orang dapat mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambal mengetik.

2. Belajar Insidental

Orang belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tersebut, dan tidak direncanakan sebelumnya.

3. Belajar Menghafal

Bentuk belajar ini peran memori jangka panjang. Orang menanamkan kembali secara harfiah sesuai dengan materi yang asli. Di samping itu, dalam menghafal orang yang dapat menciptakan skema kognitif, di mana dalam ingatan, seseorang yang telah menghafal tersimpan semacam program informasi yang dapat diputar kembali saat dibutuhkan.

4. Belajar Pengetahuan

Melalui bentuk belajar ini orang dapat mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam kata-kata sendiri.

Dalam belajar pengetahuan perlu juga diperhatikan perkembangan intelektual anak, sebab pengetahuan dibentuk oleh individu karena individu berinteraksi terus menerus dengan lingkungan.

Adapun tahap perkembangan intelektual menurut Piaget (1896) adalah sebagai berikut:

1) Sensoris motorik (0-2 tahun), anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, dan pendengaran.

2) Pra-operasional (2-7 tahun), anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, dan menggolongkan.

3) Operasi konkret (7-11), dapat mengembangkan pikiran logis, mengikuti penalaran logis, kadang-kadang memecahkan masalah dengan trial and error.

4) Operasi formal (11 tahun ke atas), dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.

5) Belajar arti kata-kata. Dalam belajar ini orang menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

5. Belajar Konsep

Dalam belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam objek- objek yang meliputi benda kejadian, dan orang yang ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.

6. Belajar Memecahkan Problem Melalui Pengamatan

Dalam belajar ini, orang juga diharapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik, dengan mengadakan pengamatan yang diteliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur di dalam problem. Berdasarkan melalui perubahan dalam pengamatan lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.

7. Belajar Berpikir

Pada jenis belajar ini, orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya mempergunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu. Misalnya, anak diminta melengkapi dua bilangan berikutnya setelah bilangan 1-4-7-10, maka anak menemukan kaidah +3, sehingga dengan mudah mendapatkan bilangan berikutnya.

8. Belajar Untuk Belajar

Proses belajar seseorang yang sangat menyadari tuntunan dalam belajar, sekaligus caranya dia bekerja, sehingga orang tersebut, melakukan serangkaian kegiatan sistematis yang meliputi, orientasi bacaan, dan membuat langkah-langkah untuk memecahkan masalah.

Setelah hasilnya, orang tersebut mengadakan refleksi tepat atau tindakan langkah tersebut. Kalau tidak tepat dianalisa jangan sampai terulang kembali langkah tersebut. Dan bila tepat ditinjau lagi apa yang membuat tepat, sehingga orang dapat menghubungkan hasil yang baru diperoleh dengan apa yang dipahaminya.

9. Belajar Dinamik

Bentuk belajar ini dibentuk kemauan, sikap, motif, dan modalitas perasaan yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan watak, di mana kemauan, sikap, motif dan perasaan merupakan sumber energy yang mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang di dalamnya termasuk belajar.

Dalam dokumen BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Halaman 44-49)