• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk, Metode, dan Karakteristik/Corak Penafsiran

E. Tafsir Al-Ibri>z

3. Bentuk, Metode, dan Karakteristik/Corak Penafsiran

Seiring dengan perkembangan berbagai hasil karya dalam bidang tafsir, para pengkaji dan peminat studi al-Qur‟an mengenal adanya istilah-istilah sistematika penafsiran, bentuk penafsiran, metode penafsiran maupun corak atau karakteristik penafsiran. Istilah-istilah tersebut sebagai sarana ketika para pengkaji akan menetapkan kategori tertentu terhadap suatu hasil karya tafsir. Salah satu dari sekian banyak kitab tafsir adalah tafsir al-Ibri>z yang disusun oleh KH. Bisri Mustofa.

97 Bisri Mustofa, al-Ibri>z li Ma„rifah Tafsi>r al-Qur‟a>n al-„Azi>z, Juz 1, 10.

98Ibid.,1.

Untuk mengetahui kategori dalam tafsir ini, penulis akan menguraikannya dalam pembahasan berikut.

a. Bentuk Penafsiran

Bentuk penafsiran merupakan pendekatan (approach) dalam proses penafsiran.99 Menurut Nashruddin Baidan, bentuk penafsiran ada dua macam, yaitu: bentuk riwayat (al-Ma‟thu>r) dan bentuk pemikiran (al-Ra‟y).100

Bentuk riwayat (al-Ma‟thu>r) adalah penafsiran yang diterima dan diriwayatkan dari nabi, sahabat, dan ta>bi‟i>n dari mulut ke mulut dengan menyebutkan perawinya mulai dari Nabi Saw. terus kepada perawi terakhir.101 Pada tafsir bi al-ma‟thu>r, riwayat dijadikan dasar pijakan dan titik tolak serta subjek penafsiran.102 Adapun bentuk pemikiran (al-Ra‟yu) adalah penafsiran melalui pemikiran atau ijtihad, di mana mufassir mencari ayat-ayat al-Qur‟an dan h}adi>th- h}adi>th kemudian mereka tafsirkan sesuai dengan keyakinan atau madhhab yang mereka anut.103 Sehingga pada tafsir bi al- ra‟y,riwayat hanya difungsikan sebagai legitimasi untuk mendukung penafsiran yang diberikan mufassir.104

99 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 386.

100Kedua bentuk ini, menurut al-Farmawi termasuk pada corak tafsir.

101 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 374.

102 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 51.

103 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 374.

104 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 51.

Dengan memperhatikan pembagian bentuk tafsir tersebut, maka bentuk penafsiran dalam tafsir al-Ibri>z dapat dikatakan mengikuti bentuk yang kedua, yakni bentuk bi al-ra‟y.

b. Metode Penafsiran

Metode penafsiran merupakan kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an.105 Metode yang digunakan oleh para mufasir, menurut al-Farmawi> dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1) Metode tah}li>li> (analisis), di mana dengan metode ini mufassir menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dengan cara meneliti semua aspeknya dan mengungkapkan seluruh maksudnya. Dalam metode ini biasanya mufassir menguraikan makna dan kandungan al-Qur‟an ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan urutannya dalam mushaf dengan berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian kosakata, konotasi kalimat, munasabat, asba>b al-nuzul, serta riwayat- riwayat dari nabi, sahabat, ta>bi‟i>n, maupun ahli tafsir lainnya.

2) Metode ijma>li> (global), yaitu menafsirkan ayat al-Qur‟an secara global dan menjelaskan makna-makna al-Qur‟an dengan uraian singkat dan bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh semua orang, mulai dari orang yang berpengetahuan luas sampai orang yang berpengetahuan sekadarnya. Sistematika

105Ibid., 2.

penulisannya sesuai dengan susunan ayat dan surat dalam mushaf, dan mufassir menjelaskan al-Qur‟an dengan bantuan asba>n al-nuzul, sejarah, h}adi>th nabi, atau pendapat ulama.106 Tafsir dengan metode ijma>li> tidak memberikan penafsiran secara rinci, tetapi secara ringkas dan umum. Namun pada ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, tapi tidak sampai pada wilayah tafsir analisis (tah}li>li>).107

3) Metode muqa>ran (perbandingan), adalah menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dengan merujuk pada penjelasan-penjelasan yang pernah ditulis oleh mufasir sebelumnya dengan cara membandingkannya. Dalam cakupan yang lebih luas, metode muqaran tidak hanya membandingkan ayat dengan ayat, namun termasuk membandingkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan hadis- hadis nabi, dan pendapat para mufasir dalam menafsirkan al- Qur‟an.108

4) Metode mawd}u>‟i (tematik), yaitu membahas ayat-ayat al-Qur‟an sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Dalam metode ini mufasir menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki tujuan dan tema yang sama, kemudian menguraikan seluruh aspek yang

106 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i dan Cara Penerapannya, terj.

Rosihon Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 38.

107 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 14.

108 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i dan Cara Penerapannya, 39.

dapat digali dengan memperhatikan asba>b al-nuzu>l, kosakata, dan sebagainya.109

Dari keempat metode tafsir yang telah diuraikan di atas, penafsiran yang dilakukan oleh KH. Bisri Mustofa dalam menafsirkan al-Qur‟an mengisyaratkan metode tah}li>li>. Hal ini tampak dari penyajian tafsirnya dengan menguraikan makna dan kandungan al-Qur‟an ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan urutannya dalam mushaf dengan berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian kosakata, konotasi kalimat, dan adakalanya disertai asba>b al-nuzul, kisah-kisah, riwayat-riwayat dari nabi, sahabat, ta>bi‟i>n, maupun ahli tafsir lainnya. Namun aspek munasabah kurang diperhatikan dalam menguraikan penafsirannya.

KH. Bisri Mustofa dalam menguraikan penjelasan tafsirnya menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit sehingga pemahaman al-Qur‟an segera dapat diserap oleh pembacanya serta tidak jauh dari sasaran dan maksud al-Qur‟an. Oleh karena itu, tafsir ini lebih cocok untuk mereka yang baru belajar tafsir al-Qur‟an.

Tidak heran jika tafsir ini banyak diminati dan masih banyak dikaji oleh umat Islam dari berbagai strata sosial dan lapisan masyarakat.

c. Karakteristik/Corak Penafsiran

Yang dimaksud dengan corak penafsiran ialah suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang

109Ibid., 44.

mendominasi sebuah karya tafsir.110 Corak penafsiran menurut pemetaan Nashruddin Baidan, di antaranya: Tasawuf (s}u>fi>/isha>ri>), Fiqh, Filsafat (falsafi>), Ilmiah („ilmi>), Sosial kemasyarakatan (ada>b al-ijtima>‟i>).111

Dalam menafsirkan al-Qur‟an, KH. Bisri Mustofa tidak memiliki kecenderungan khusus untuk menggunakan satu corak yang spesifik secara mutlak, misalnya fikih, aqidah, atau yang lain.

Dalam kitab tafsirnya justru mencakup berbagai corak, baik fiqih, aqidah, tasawuf maupun ada>b al-ijtima>‟i>.

Artinya, penafsiran yang diberikan tidak didominasi oleh suatu warna atau pemikiran tertentu, tetapi menjelaskan ayat-ayat yang dibutuhkan secara umum dan proporsional, misalnya ayat-ayat tentang hukum-hukum fiqih dijelaskan jika terjadi kasus-kasus fiqhiyah seperti shalat, zakat, dan puasa. Demikian juga dengan ayat- ayat yang berhubungan masalah sosial kemasyarakatan, diberikan penjelasan sesuai konteks di masyarakat pada umumnya. Penafsiran ayat-ayat tersebut kebanyakan dijelaskan secara global dan jarang disertai analisis yang panjang lebar, meski ada beberapa ayat yang ditafsirkan demikian.

110 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 388.

111 Lihat skema ilmu tafsir, Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 9.

BAB IV

ANALISIS PENAFSIRAN KH. BISRI MUSTOFA TERHADAP AYAT- AYAT IBADAH DALAMTAFSIR AL-IBRI<Z