• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Ayat-Ayat Shalat

4. Shalat Khawf





Artinya:

102. “Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan shalat bersama- sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum shalat, lalu mereka shalat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit, dan bersiap siagalah kamu. Sungguh Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.”

103. “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”176Q.S. al-Nisa>‟, 4: 102-103.

KH. Bisri Mustofa menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

102. “Iki ayat nerangake aturane shalat nalika ana ing peperangan, iya iku perajurit muslimin dibagi dadi rong pantha.

Sak pantha shalat bareng-bareng karo imam, pepanthan kapindho jaga ngadhepi musuh. Sak wuse oleh sak raka‟at pepanthan mahu niat mufaraqah lan nerusake shalate dhewe- dhewe. Sak wuse padha rampung nuli bubar lan ganteni panggonane pepanthan kapindho kang jaga mahu. Nuli pepanthan kapindho shalat ma‟mum marang imam kang isih nunggu lan sak jerone padha shalat, muslimin kudu tansah siap gegaman lan waspada. Wong-wong kafir padha ngarep-arep supaya muslimin talumpe, perlune yen wis talumpe, wong-wong kafir arep nyerbu nyergap bareng-bareng.”

(Tanbi>h) “Aturane shalat al-Khawf iku werna-werna sebab ana kalane musuh ana ing arah kiblat ana kalane ora ing arah kiblat lan ana kalane kahanan wus ruket banget. Para mahos kang

176 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Vol. II, 252-253.

kepingin weruh jelase, dak aturi ningali kitab Fath}ul Qari>b. Wa Alla>h a‟lam.”

103. “Nalika sira kabeh wus rampung sangking shalat al-khawf, sira kabeh padha dhikira ing Allah Ta‟ala nuju ngadek, lungguh lan nuju turon-turon. Nuli arikala sira kabeh wus kerasa aman, shalat ira kudu ditindakake kaya biasane. Sejatine shalat iku ing atase wong-wong mu‟min di fardhuake lan diwaktu-waktu.”177 Artinya:

102. “Ayat ini menerangkan aturan shalat ketika dalam peperangan, yaitu pasukan muslimin dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama shalat bersama imam, kelompok yang kedua berjaga-jaga menghadapi musuh. Setelah shalat satu raka‟at, kelompok pertama tadi niat mufaraqah (memisahkan diri dari jamaah) lalu meneruskan shalatnya sendiri-sendiri. Setelah semuanya selesai shalat kemudian bubar dan menggantikan tempat kelompok kedua yang berjaga. Kemudian kelompok kedua shalat ma‟mum pada imam yang masih menunggu dan selama shalat muslimin harus selalu siap senjata dan waspada. Orang- orang kafir mengharapkan supaya muslimin terlena, sehingga jika sudah terlena maka orang-orang kafir akan menyerbu dan menyergap bersama- sama.”

(Tanbi>h). “Aturan shalat al-Khawf itu bermacam-macam sebab adakalanya musuh berada di arah kiblat dan adakalanya tidak berada di arah kiblat dan adakalanya keadaan sudah sangat genting. Para pembaca yang ingin mengerti lebih jelasnya, dipersilahkan melihat kitab Fath}ul Qari>b. Wa Alla>h a‟lam.”

103. “Ketika kamu semua telah selesai dari shalat khawf, maka berdhikirlah pada Allah dengan berdiri, duduk atau berbaring. Kemudian ketika kamu semua sudah merasa aman, maka kerjakanlah shalat seperti biasanya. Sesungguhnya shalat itu diwajibkan bagi orang mu‟min dan ditentukan waktunya.”

Tentang tata cara shalat khawf,Imam Sha>fi‟i> dalam Tafsi>r Imam al-Sha>fi„i>berkata:

Malik memberitahu kami dari Yazid bin Ruman, dari Shalih bin Khawwat, dari sahabat yang shalat Khauf bersama Rasulullah SAW pada saat perang Dzatur-Riqa‟, „Satu kelompok berbaris bersama beliau, dan satu kelompok menghadap musuh. Lalu Nabi mengimami kelompok pertama satu rakaat kemudian tetap berdiri, sedangkan kelompok itu menyempurnakan shalat sendiri. Kemudian kelompok pertama beranjak dan berbaris menghadap musuh. Lalu kelompok lain

177 Bisri Mustofa, al-Ibri>z li Ma„rifah Tafsi>r al-Qur‟a>n al-„Azi>z, Juz 5, 238-239.

datang dan mengimami mereka untuk rakaat selebihnya. Nabi tetap duduk sementara mereka menyempurnakan shalat, lalu Nabi mengimami salam mereka‟.178

Dari penafsiran yang dijelaskan oleh KH. Bisri Mustofa sebelumnya, dapat diambil pengertian bahwa penafsirannya tentang tata cara shalat khawfadalah sejalan dengan pendapat Imam Sha>fi‟i>.

Kemudian tentang masalah seseorang harus siap senjata selama dalam shalat khawf, menurut ulama H{anafiyah, Hanabilah dan sebagian dari Sha>fi‟iyah adalah tidak wajib. Sedangkan menurut pendapat Imam Ma>liki dan pendapat ulama Sha>fi‟iyah yang lain adalah wajib.179

Dalam penafsirannya, KH. Bisri Mustofa mengemukakan bahwa selama mengerjakan shalat khawf kaum muslimin harus selalu siap senjata. Hal ini dapat dipahami bahwa hukumnya wajib. Penafsirannya ini dapat dikatakan sejalan dengan pendapat Imam Sha>fi‟i>dan juga Imam Ma>liki.