• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Praktik Khiyar dalam sistem Jual Beli Padi di Desa Murbaya

2. Bentuk Perjanjian Khiyar dalam Sistem Jual Beli Padi

Setelah peneliti melakukan penelitian di Desa Murbaya, Adapun peneliti melakukan wawancara dengan petani sebagai penjual dan dengan pembeli. Sebagian besar penjual mengungkapkan adanya bentuk-bentuk perjanjian yang dilakukan seperti, tidak di terimanya padi sebagai objek jual beli pada saat berlangsungnya akad perjanjian awal antara penjual dan pembeli. Seperti makna khiyar yakni perjanjian yang masih belum terjadinya kesepakatan yang sepenuhnya, khiyar juga erat kaitannya dengan perjanjian awal yang akan diteruskan atau tidak diteruskan.

Praktiknya di Desa Murbaya, penjual dan pembeli melakukan perjanjian sampai adanya tawar menawar harga, penjabaran kualitas barang dan sebagainya, seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Ajmi:

Biasanya pembeli datang ketika saya sedang berkerja di sawah, tujuannya sudah jelas ingin membeli padi, namun pada saat saya berkerja di sawah tidak mungkin saya akan pulang terlebih dahulu untuk menunjukkan barang atau padi yang ingin saya jual, disitulah saya dan pembeli membuat kesepakatan, sampai membicarakan kesepakatan harga dan sebagainya dan pembeli akan datang ke rumah untuk mengambil padi tersebut.48

Maksudnya adalah, dalam perjanjian khiyar pada akad jual beli padi di Desa Murbaya antara penjual dan pembeil, sering kali melakukan kesepakatan dengan sistem saling percaya satu sama lain.

47Amaq Muhtar, (Penjual padi), Wawancara, Murbaya, Tanggal 30 April 2019.

48Ibu Ajmi, (Penjual padi), Wawancara, Murbaya, Tanggal 23 April 2019.

3. Problematika Khiyar dalam Sistem Jaul Beli Padi

Sering kali permasalahan yang timbul dari praktik pelaksanaan khiyar dalam sistem jual beli padi di Desa Murbaya yakni penjual yang awalnya sudah melakukan kesepakatan dengan pembeli baik dari segi kesepakatan harga dan sebagainya, sering kali pembeli tidak langsung membayardan tidak langsung datang mengambil padi.. Dengan dasar penjual yang tergiur dengan pembeli yang lain, terlebih pula ketika pembeli yang lainnya menawarkan dengan harga yang lebih tingi daripada harga yang telah disepakati dengan pembeli sebelumnnya (pembeli pertama).

pembeli pertama merasa memiliki hak atas padi yang sebelumnya mereka sudah sepakati di awal baik dari penentuan harga dan sebagainya.

Namun sering terjadi pembeli menemukan permasalahan yang dimana kesepatakan awal itu tidak di hiraukan oleh penjual, seperti padi di jual kepada pembeli yang lain lantaran adanya selisih harga.

Apa yang disampaikan oleh Ibu Nurma selaku pembeli yang sering menemukan permasalahan tersebut terjadi di tengah-tengah masyarakat Desa Murbaya, bisa memberikan gambaran kepada kita semua bahwa praktik jual beli padi yang masih dalam masa khiyar yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat Desa Murbaya ini sewajarnya harus di pertimbangkan kembali baik demi kejelasan suatu akad untuk masa sekarang dan yang akan datang.

Ibu Nurma mengungkapkan:

Waktu tawar menawar padi itu katanya mau jual ke saya, kami sudah sama-sama setuju dengan harga yang sudah kami tetapkan bersama, hanya saja waktu saya sama penjual bersepakat bahwa padi itu akan saya beli, padi itu tidak langsung saya bayar karena padinya sudah dibawa pulang kerumah kata penjualnya bagaimana saya bisa langsung mengambilnya, saya bilang saya mau lihat dulu padinya baru saya bayar dan diiakan oleh penjual itu artinya saya punya hak umtuk kembali dan membeli padi itu, taunya waktu saya kerumahnya padi itu sudah di jual kepada orang lain, siapa yang tidak kecewa.49

Senada dengan yang di ugkapkan oleh Ibu Nurma.Ibu Muslihati juga sering sekali merasa dirugikan atas sikap penjual yang tidak memperhatikan kesepakatan awal. Seperti padi di jual ke orang lain itu menjadi pemasalahan yang sering terjadi.

Saya biasanya langsung ke sawah, karena kalau langsung ke sawah lebih mudah saya mencari penjualnya (petani), kata penjualnya padi sudah kami bawa pulang kerumah karena memang biasanya setelah panen mereka biasa keringin padi dirumah, kemudian saya menanyakan harga padi setelah itu saya dan penjual bersepakat mengenai harga dan jumlah padi yang akan saya beli, saya tidak langsung membayar sebelum saya melihat padinya. Beberapa hari kemudian saya mendatangi rumah penjual, ternyata padi yang sudah disepakatai sebelumnya sudah di jual oleh penjual kepada orang lain dengan alasan penjual saya sebagai pembeli telat datang, padinya sudah dijual kepada pembeli yang lain, disini saya sangat merasa dirugikan oleh penjual.50

Adapaun beberapa faktor yang sering terjadi dalam prkatik pelaksanaan khiyar dalam akad jual beli padi yang menyebabkan terjadi permasalahan terhadap praktik pelaksanaan khiyar dalam akad jual beli padi di Desa Murbaya antara lain:

49Ibu Nurma, Wawancara, (Pembeli padi), Murbaya, Tanggal 30 April 2019.

50Ibu Muslihati, Wawancara, (Pembeli padi), Murbaya, Tanggal 22 April 2019.

a. Perjanjian di bawah Tangan

Sering terjadinya permasalahan karena dalam perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini sebagai penjual dengan pembeli, tidak melakukan perjanjian secara tertulis atau seperti ketentuan hukum yang berlaku. Sering kali perjanjian tersebut sebatas dasar saling percaya satu sama lain atau perjanjian dibawah tangan.

b. Adanya Pembeli Baru/lain

Praktik pelaksanaan khiyar dalam sistem jual beli padi di tengah-tengah masyarakat Desa Murbaya pada dasarya terikat dengan adanya sikap saling percaya satu sama lain, adanya pembeli lain yang menawarkan harga dengan harga yang lebih tinggi membuat sebagian penjual yang awalnya melakukan kesepakatan dengan pembeli sebelumnya dengan harga yang berbeda dengan pembeli yang lain, sering kali menjadi pertimbangan penjual untuk menjual padinya kepada pembeli yang lain hanya kerena harga yang ditawarkan oleh pembeli baru ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga menawaran pembeli pertama.

C. Respon Tokoh Agama Terhadap Praktik Khiyar dalam Sistem Jual Beli Padi di Desa Murbaya Kabupaten Lombok Tengah

Dalam mengetahui respon tokoh agama terkait dengan praktik khiyar dalam sistem jual beli padi di Desa Murbaya. Peneliti telah memperoleh data dengan menggunakan tehnik wawancara. Adapun untuk lebih jelasnya peneliti akan memaparkan data tersebut dibawah ini.

Praktik pelaksanaan khiyar dalam sietem jual beli padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Murbaya sudah menjadi kebiasaan dari turun temurun masyarakat Murbaya sejak dulu.Hal ini diungkapan oleh Ustadz Mustofa Ali sebagai tokoh agama yang berada di Desa Murbaya. Ia mengungkapkan bahwa:

Kami sebagai tokoh agama maupun masyarakat Desa Murbaya sendiri sudah lama mengetahui terkait adanya praktik pelakaksanaan akad khiyar dalam jual beli padi yang dilakukan di Desa ini, Akan tetapi masyarakat disini tidak pernah menghiraukan hukum yang berlaku dalam jual beli tersebut, jadi masyarakat disini hanya mengandalkan kepercayaan antara satu dengan yang lain. Selama praktik jual beli padi yang mereka dilakukan itu saling meridhoi dan tidak pernah menimbulkan konflik jadi menurut saya juga sah sah saja untuk tetap terus dilakukan. Saya sendiri juga punya sawahdan saya juga ikut melakukan jual beli seperti yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.51

Senada dengan yang di ungkapkan oleh Ustadz Mustafa Ali. Ustadz Nasrudin juga mengungkapkan hal yang sama, yang dimana mengatakan sudah mengetahui praktik khiyar tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Murbaya sejak dahulu, namun sering kali masyarakat tidak terlalu memperhatikan hukum jual beli yang pada umumnya disebutkan baik dalam sayariat Islam dan panduan-panduan peraturan lainnya. sebagian besar masyarakat melakukan praktik jual beli tersebut dengan dasar saling percaya satu sama lain. Bapak Nasrudinmengungkapkan bahwa:

Saya mengetahui adanya pelaksanaan jual beli padi yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Murbaya. Saya juga mengikuti betul setiap kali pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat. Pelaksanaan jual beli padi ini memang sudah dilaksanakan dari sebelum-sebelum saya lahir.52

51Ustadz Mustofa Ali, (Tokoh Agama), Wawancara, Murbaya, Tanggal 08 Mei 2019.

52Bapak Nasrudin, (Tokoh Masyarakat), Wawancara, MurbayaTanggal 08 Mei 2019.

Hal berbeda yang di ungkapkan oleh Ustadz Hamdiyanto selaku tokoh agama di Desa Murbaya, yang mengatakan selama ini masyarakat Desa Murbaya dalam melakukan akad jual beli tersebut yang dalam kesepakatan awalnya yang di nilai masih adanya ketidak pastian dan sebagainya, seharusnya masyarakat peka akan zaman yang sudah semakin modern dan sewajarnya akan melakukan akad jual beli yang lebih memberikan kepastian baik dalam seluruh proses perjanjian-perjanjian yang dilakukan.

Ustadz Hamdiyantomengungkapkan bahwa:

Terkait pelaksanaan akad khiyar ini saya sendiri mengetahui,tapi masyarakat disini masih pagah (membangkang) seharusnya masyarakat sadar dan tidak mengulangi kebiasaan buruk seperti itu lagi, kita juga tidak harus menunggu adanya konflik antara penjual dan pembeli dulu baru kita sadar, seharusnya kita harus sadar bahwa praktik seperti ini tidak baik untuk terus dilakukan. Saya selaku tokoh agama yang ada di Desa ini akan memberikan edukasi kepada masyarakan bahwa dalam melakukan jual beli, baik itu padi atau barang barang yang lain kita harus sesuaikan dengan perjanjian yang sudah kita tetapkan di awal akad, tidak boleh membatalkan perjanjian oleh satu pihak saja karena itu akan menimbulkan kerugian untuk pihak yang lainnya. Kemudian ungkapnya lagi dalam konteks ini dilihat dari hukum dasarnya, hal-hal yang bersifat spekulasi tetapi kemudian akan kembali ke ayat-ayat yang artinya kalau akadnya saling meridhoi (antarodin) sebagian ulama menyatakan itu boleh, namun kalau kita kembali ke hukum dasar itu yang kita kemudian khawatirkan jual beli seperti itu jatuh kepada jual beli yang dilarang dalam Islam.53

Hal senada juga diucapkan oleh bapak hamzuardi selaku tokoh masyarakat Desa Murbayaia mengungkapkan bahwa:

Saya rasa masyarakat di Desa ini banyak yang mengetahui terkait pelaksanaan akad khiyar yang ada di Desa ini, tapi mereka menganggap suatu hal yang sepele, menurut saya jual beli seperti itu tidak baik untuk dilakukan lagi, sepengetahuan saya sering terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pedagang (penjual padi), yang

53Ustadz Hamdiyanto, (Tokoh Agama), Wawancara, Murbaya, Tanggal 30 April 2019.

untung malah pembeli yang lain, kasian pembeli yang lebih dulu menawarkan padi itu, seperti yang kita ketahui bersama bahwa jual beli itu harus memenuhi rukun dan syarat jual beli tidak asal membatalkan perjanjian seenaknya karena akan merugikan pembeli yang lain, hal-hal kecil seperti itu juga yang harus kita pikirkan jangan mau untungnya saja ujarnya lagi.54

Senada dengan yang di ungkapkan oleh Ustadz Hamdiyanto, dan Ustadz Hamzuardi, Bapak Fathurahman selaku Tokoh Masyarakat juga mengungkakan hal yang sama. Dalam hal jual beli yang sangat penting itu harus memberikan kepastian dan harus disesuaikan dengan rukun dan syarat jual beli itu baru dikatakan jual beli yang sah, sementara yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat di Murbaya sangat melenceng dari dari rukun dan syrata jual beli yang seharusnya diterapkan.

Bapak Fathurahman mengungkapkan bahwa:

Dalam hal jual beli padi memang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat disini dan kami mengetahuinya, namun berbeda dengan jual beli yang dilakukan oleh masyarakat di Desa yang lain, penjual padi disini walaupun sudah ada perjanjian dengan pembeli sebelumnya, suatu waktu ada yang menawarkan padi miliknya dengan harga yang lebih malah dari penawaran pembeli sebelumnya pasti mereka lebih memilih harga yang mahal itu, saran dari saya selaku masyarakat di Desa ini terutama untuk penjual atau pedagang yang ada di Desa Murbaya lebih baik hindari kebiasaan kebiasaan buruk seperti itu agar sama sama enak dan tidak ada kecurangan antara pembeli dan penjual.55

Ungakapan Ustadz Mulyadi mendasari praktik pelaksanaan akad khiyar dalam jual beli padi yang dilakukan oleh masyarakat Murbaya kebiasaan ini sudah berlangsung sangat lama namun kami sebagai tokoh

54Ustadz Hamzuardi S.Pd.i, (Tokoh Agama), Wawancara, Murbaya, Tanggal 30 April 2019.

55Bapak Fathurahman SP.d, (Tokoh Masyarakat), Wawancara, Murbaya, Tanggal 30 April 2019.

Agama di Desa Murbaya memang menganggap sepele, bahkan dari ulama, tuan guru, dan Ustadz terdahulu sampai sekarang belum ada yang melarang kalau dari sepengetahuan saya.

Jikalau memang tidak diperbolehkan saya rasa dari dulu para ulama tuan guru serta Ustadz melarang terkait pelaksanaan khiyar dalam jual beli padi seperti ini, karena menurut saya hal terpenting dalam proses terjadinya jual beli yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat selama tidak pernah adanya konflik dan adanya keridhaan antara penjual dan pembeli jadi sah-sah saja.56

56Ustadz Mulyadi, (Tokoh Agama), Wawancara , Murbaya, Tanggal 08 Mei 2019.

BAB III

Dokumen terkait