• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIJAK BERMEDIA SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID

Dalam dokumen PENDIDIKAN AL-QUR'AN PADA GENERASI MILENIAL (Halaman 97-110)

BIJAK BERMEDIA SOSIAL DI MASA

dampak positif dan negatif, dilihat dari realita yang terjadi di masa pandemi corona virus (covid-19) ini, terdapat banyak informasi yang didapatkan dari media sosial salah satunya tentang bahaya covid-19, namun informasi yang didaptkan tidak selalu benar yang menyebabkan dan menimbulkan keresahan pada masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Karena itu perlu adanya etika bijak dalam bermedia sosial agar tidak merugikan pihak lain atau pihak pembaca.

Pembahasan

1. Pengertian Etika Komunikasi dan Media Sosial a. Pengertian Etika Komunikasi

Menurut Etimologi, kata etik berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Hal yang senada diungkapkan Suhrawadi K. Lubis, secara etimologi kata etika berasal dari kata ethos yang diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas dunia ini. Dan pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.

Menurut Terminologi, istilah etika dikemukakan oleh para ahli, salah satunya Ahmad Amin yang mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakasanakan apa yang seharusnya diperbuat.

Menurut Etimologi, kata komunikasi berasal dari Bahasa Latin communication, yang berasal dari akar kata communis, yang berarti sama. Menurut Terminologi, istilah komunikasi dikemukakan oleh para ahli, salah satunya menurut Lasswell mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dapat disimpulkan bahwa Etika Komunikasi adalah tata cara baik buruk dalam menyampaikan

pesan. Dari definisi tersebut setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi yaitu: Pertama, komunikasi dipandang sebagai proses. Kedua, komunikasi menyangkut aspek manusia dan bukan manusia. Ketiga, komunikasi menyangkut aspek informasi atau keterangan.

b. Pengertian Media Sosial

Secara sederhana, istilah media bisa dijelaskan sebagai alat komunikasi sebagaimana definisi yang selama ini diketahui.

Sedangkan menurut Weber dalam buku Rulli Nasrullah menyatakan bahwa kata sosial secara sederhana merujuk pada relasi sosial. Relasi sosial itu sendiri bisa dilihat dalam kategori aksi sosial (social action) dan relasi sosial (social relations).

Menurut Rulli Nasrullah dalam bukunya menyatakan bahwa media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Dari definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa media sosail adalah wadah komunikasi yang menghubungkan personal maupun kelompok dalam berinteraksi.

2. Jenis-jenis Media Sosial

Dalam bermedia sosial terdapat beberapa media yang digunakan diantaranya adalah:

a. Media Jejaring Sosial (Social Networking)

Social Networking atau jaringan sosial merupakan medium yang paling popular dalam kategori media sosial.

Medium ini merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari hubungan sosial tersebut, di dunia virtual.

Contoh dari jejaring sosial yaitu facebook yang merupakan media sosial yang digunakan untuk mempublikasikan konten, seperti profil, aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna, serta sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi di media sosial.Facebook dimanfaatkan pengguna untuk mengungkapkan apa yang sedang disaksikan, bercerita tentang keadaan di sekitar, hingga bagaimana tanggapannya terhadap situasi.

b. Jurnal Online (blog)

Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan berbagi, baik bentuk tautan web lain, informasi dan sebagainya. Istilah berasal dari kata weblog, yang pertama kali diperkenalkan oleh Jorn Berger merujuk pada jurnal pribadi online. Karakter dari blog antara lain penggunanya adalah pribadi dan konten yang dipublikasikan terkait pengguna itu sendiri. Pada awalnya blog cenderung dikelola oleh individu-individu, namun sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jangkauan terhadap khalayak membuat perusahaan mupun institusi bisnis juga terjun mengelola blog.

c. Jurnal Online Sederhana atau Microblog (Microblogging) Microblogging merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktivitas serta pendpatnya. Secara hostoris, kehadiran jenis media ini merujuk pada munculnya Twitter yang hanya menyeduakan ruang tertentu atau maksimal 140 karakter. Di Twitter pengguna bisa menjalin jaringan dengan pengguna lain, menyebarkan informasi, memprosmosikan pandangan pengguna lain, membahas trending topik dengan menggunakan tagar.

d. Media Berbagi (Media Sharing)

Situs berbagi media merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya. Beberapa contoh media berbagi ini adalah Youtube, Flickr, Photobucket atau Snapfish.

e. Penanda Sosial (Social Bookmarking)

Penanda Sosial atau Social Bookmarking merupakan media sosial yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online.Beberapa situs social bookmarking yang popular adalah Delicious.com, StumbelUpon.com, Digg.com, Reddit.com, dan untuk Indonesia adalah LintasMe.

f. Media Konten Bersama(Wiki)

Wiki merupakan media atau situs web yang secara

program, memungkinkan para penggunanya berkolaborasi untuk membangun konten secara bersama. Dengan wiki, setiap pengguna melalui perambah web bida dapat menyunting sebuah konten yang telah terpublikasi, bahkan turut membantu konten yang sudah dikreasikan atau disunting oleh pengguna lain yang telah berkontribusi.

3. Etika Bermedia Sosial di Masa Pandemi Covid Wawasan Al- Qur’an

Dalam berkomunikasi di media sosial terutama pada masa pademi covid-19 ini, hendaklah menggunakan etika bijak, adapun etika bijak dalam menggunakan media sosial dengan tinjauan wawasan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Qaulan Ma’rufan

Qaulan Ma’rufan berarti ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian dan tidak bertentangan dari ketentuan Allah SWT., Firman Allah SWT:

ا ْوُل ْوُق َو ُهْنِّم ْمُه ْوُقُز ْر اَف ُنْيِكٰسَمْل ا َو ى ٰمٰتَيْل ا َو ىٰب ْرُقْلا اوُلوُا َةَمْسِقْلا َرَضَح اَذ ِا َو اًف ْوُرْعَّم ًل ْوَق ْمُهَل

Artinya:“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa: 8)

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa ayat tersebut menekankan perlunya memilih qaulan ma’rufan, yakni kalimat-kalimat yang baik sesuai dengan kebiasaan dalam masing-masing masyarakat, selama kalimat tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Ayat ini mengamanahkan agar pesan hendaknya disampaikan dalam Bahasa yang sesuai dengana adat kebiasaan yang baik menurut ukuran setiap masyarakat. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa etika bijak dalam bermedia sosial yang pertama adalah menggunakan kata-kata yang baik, sebagai generasi muda, ketika berkomunikasi di media sosial hendaklah menggunakan

kata-kata yang baik sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung terhadap lawan komunikasi serta harus mampu menyaring informasi dan kata-kata yang baik untuk di sebar luaskan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Qaulan Kariman

Qaulan Kariman berarti ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat dan baik dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemuliaan. Firman Allah SWT:

َرَبِكْلا َكَدْنِع َّنَغُلْبَي اَّمِإ اًناَسْحِإ ِنْيَدِلا َوْلاِب َو ُهاَّيِإ َّلِإ اوُدُبْعَت َّلَأ َكُّبَر ىَضَق َو اًمي ِرَك ًل ْوَق اَمُهَل ْلُق َو اَمُه ْرَهْنَت َل َو ٍّفُأ اَمُهَل ْلُقَت َلاَف اَمُه َلاِك ْوَأ اَمُهُدَحَأ

Artinya:“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS.

Al-Isra: 23)

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa kata kariman biasa diterjemahkan mulia.

Kata ini terdiri huruf-huruf kaf, ra dan mim yang menurut pakar-pakar bahasa mengandung makna yang mulia atau terbaik sesuai objeknya. Ayat di atas menuntut agar apa yang disampaikan kepada kedua orang tua bukan saja yang benar dan tepat, bukan saja yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat akan tetapi juga harus yang terbaik dan termulia.

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dianjurkan untuk berkata-kata yang mulia kepada orang tua, hal tersebut adalah khususnya. Umumnya dianjurkan untuk berkata yang mulia kepada siapa pun termasuk dalam bermedia sosial.

Sehingga kata-kata yang dilontarkan menjadi bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

c. Qaulan Maisuran

Qaulan Maisuran berarti tutur kata yang ringan dan mudah dipahami. Firman Allah SWT:

ا ًر ْوُسْيَّم ًل ْوَق ْمُهَّل ْلُقَف اَه ْوُج ْرَت َكِّبَّر ْنِّم ٍةَمْحَر َءٓاَغِتْبا ُمُهْنَع َّنَض ِرْعُت اَّم ِا َو

Artinya:“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah.”

(QS. Al-Isra: 28)

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk mengucapkan ucapan yang mudah yang tidak menyinggung perasaan dan yang melahirkan harapan dan optimisme.

Kalimat Ibtigha’a rahmatin min Rabbikal untuk memeroleh rahmat dari Tuhanmu juga bisa dipahami berkaitan dengan perintah mengucapkan kata-kata yang mudah. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam berkomunikasi hendaklah menggunakan tutur kata yang mudah dipahami termasuk dalam bermedia sosial terhadap lawan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ketikadapat memahami tutur kata yang diucapkan maka orang lain akan mudah untuk memahami yang disampaikan.

d. Qaulan Laiyinan

Qaulan Laiyinan berarti perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus, mudah dicerna dan ramah agar berbekas pada jiwa berkesan serta bermanfaat. Firman Allah SWT:

ىٰشْخَي ْوَا ُرَّكَذَتَي ٗهَّلَعَّل اًنِّيَّل ًل ْوَق ٗهَل َل ْوُقَف

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Qs. Thaha: 44)

Dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid M. Hasbi Ash Shiddiieqy menyatakan bahwa dalam ayat tersebut memerintahkan untuk mengucapkan kata-kata yang lemah lembut agar kata- kata itu diingat. Sedangkan menurut M. Quraish Shihab

dalam Tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini menjadi dasar tentang perlunya sikap bijaksana dalam berdakwah yang antara lain ditandai dengan ucapan-ucapan yang sopan yang tidak menyakitkan hati sasaran dakwah. Dakwah pada dasarnya adalah ajakan lemah lembut. Dakwah adalah upaya menyampaikan hidayah yang merupakan penyampaian sesuatu dengan lemah lembut guna menunjukkan simpati.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam bermedia sosial hendaklah mengucapkan kata-kata yang simpatik tan pa menyakiti hati sasaran yang dimaksud serta kata-kata yang bermanfaat bagi pembaca atau lawan komunikasi karena jika tidak bermanfaat maka tidak ada gunanya dalam komunikasi tersebut dan hanya akan menimbulkan mudarat atau keburukan. Mengucapkan kata-kata yang bermanfaat akan menjadi ladang pahala karena ketika orang lain melaksanakan dan memahami kata-kata tersebut maka pahala akan terus mengalir kepada sipenulis.

e. Qaulan Balighan

Qaulan Balighan berarti perkataan yang membekas di dalam sebelumnya tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Firman Allah SWT:

ْۤيِف ْمُهَّل ْلُق َو ْمُهْظِع َو ْمُهْنَع ْض ِرْع َاَف ْمِهِب ْوُلُق ْيِف اَم ُ ّٰالل ُمَلْعَي َنْيِذَّلا َكِئٰٓلوُا اًغْيِلَب ۢ ًل ْوَق ْمِهِسُفْنَا

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (Qs. An-Nisa: 63)

Dalam Tafsir Al Misbah, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kata balighan terdiri dari huruf ba’, lam dan ghain.

Pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf-huruf tersebut mengandung arti sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain. Seorang yang pandai menyampaikan pesannya dengan baik lagi cukup disebut baligh.Dalam arti menyampaikan nasihat secara rahasia, tidak mempermalukan

di hadapan umum, karena nasihat secara terang-terangan dapat melahirkan antipati, bahkan sikap keras kepala yang mendorong pembangkangan yang lebih besar lagi. Dalam memberikan nasihat harus menggunakan kata-kata yang baik secara tertutup dan rahasia dengan tujuan menjaga perasaan orang yang diberi nasihat. Memberikan nasihat dengan mengucapkan kalimatyang mendalam sehingga menimbulkan kesadaran dalam diri seseorang. Serta dengan ketulusan hati dalam menyampaikan sesuatu sehingga apa yang disampaikan bermanfaat untuk sesama.

f. Qaulan Sadidan

Qaulan Sadidan berarti ucapan yang benar dan segala sesuatu yang hak. Firman Allah SWT:

اًدۡيِدَس ًل ۡوَق ا ۡوُل ۡوُق َو َ ّٰالل اوُقَّتا اوُنَمٰا َنۡيِذَّلا اَهُّيَاـٰۤي

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.

(Qs. Al-Ahzab: 70)

Dalam Tafsir Al-qur’anul Majid M. Hasbi Ash Shiddiieqy menyatakan bahwa dalam ayat tersebut dapat dimaknai sebagai perintah untuk mengucapkan selalu perkataan- perkataan yang benar yang mengandung kebajikan dan jauhkanlah diri dari perkataan-perkataan yang salah yang menyebabkan azab di akhirat. Sedangkan dalam tafsir al- misbah, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kata sadidan mengandung makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya, diperoleh pula petunjuk bahwa ucapan yang meruntuhkan jika disampaikan harus pula dalam saat yang sama memperbaikinya, dalam arti kritik yang disampaikan hendaknya merupakan kritik yang membangun, atau dalam arti informasi yang disampaikan haruslah baik, benar, dan mendidik. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam berkomunikasi di media sosial hendaklah mengucapkan kata-kata yang benaragar tidak menimbulkan fitnah terhadap sesama dan tentunya bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

4. Solusi Bijak dalam Bermedia Sosial di Masa Pandemi Covid-19

Setelah memahami beberapa etika bijak dalam bermedia sosial di masa pandemi covid-19 tinjauan wawasan alqur’an tadi maka didapatkan solusi dalam menghadapi permasalahan di masa pandemi covid-19 ini, diantaranya adalah: pertama, dalam menyampaikan informasi di media sosial hendaklah menggunakan kata-kata yang baik, mulia dan benar. Kedua, sebelum meneruskan pesan atau informasi hendaklah di saring terlebih dahulu dan diteliti kebenarannya agar tidak merugikan orang lain. Ketiga, menanggapi informasi dengan bijak tidak terburu-buru dalam menanggapinya.

Penutup

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa etika bijak dalam bermedia sosial di masa pandemi covid-19 tinjauan wawasan Al-qur’an adalah:

1. Dalam bermedia sosial hendaklah menggunakan kata-kata yang baik (Qaulan Ma’rufan) dankalimat yang mulia(Qaulan Kariman).

2. Dalam menyampaikan informasi hendaklah menyampaikan dengan tutur kata yang mudah dipahami(Qaulan Maisuran), dan dengan bijaksana(Qaulan Laiyinan).

3. Qaulan Balighan, berarti menyampaikan nasihat di media sosial dengan simpatik dan secara rahasia.

4. Qaulan Sadidan, berarti menyampaikan dan menyebarkan informasi dengan kalimat yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1980

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1991

Subrawadi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1994

Ahmad Amin, Etika (Limit Akhlak), terj, KH. Faridl Maruf dan judul asli, Al-Akhlaq, Jakarta: Bulan Bintang, 1983

Onong Uchajana Effendy, Kamus Komunikasi, Bandung: Maju, 1989 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011 Laughey, Themes in Media Theory, New York: Open University

Press, 2007

Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2016.

Nasrullah. R, Teori dan Riset Cybermedia, Jakarta: Prenada Media, 2014

Cross. M, Bloggerati, Twitterati: How Blogs and Twitter are Transforming Popular Culture, California: Praeger, 2011

Gilmor. D, We The Media: Grassroots Journalism By The People, For The People, Sebastopol, CA: O’Reilly Media, 2004

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Vol 2.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Vol. 7

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majied An-Nur, Jakarta:

Bulan Bintang, 1964, Juz. 22

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Vol. 10

Yusraini,S.Pd. lahir di Pulau Kijang, 8 Februari 1998. Lahir dari keluarga sederhana seorang ayah yang bernama Mastar, S.Ag dan Ibu Jasmani. Penulis tinggal bersama orang tua di Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.

Memasuki jenjang perguruan tinggi di Universitas Islam Indragiri dengan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2016 dan Alhamdulillah menerima gelar sarjana pendidikan pada tahun 2020. Penulis adalah orang yang antusias dalam mengikuti perlombaan karya tulis ilmiah Al-Qur'an.

Setelah beberapa kali mengikuti perlombaan mulai dari tahun 2017 Alhamdulillah penulis mendapat juara 2, tahun 2018 mendapat juara 3, tahun 2019 mendapat juara 3 dan berhasil meraih Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an pada MTQ tingkat Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2020.

Dr. Ridhoul Wahidi, MA. lahir pada tanggal 14 Oktober 1986 di Mugomulyo, Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Menempuh pendidikan dasar (MI) dan Menengah Pertama (MTs) di pesantren al-Huda al- Ilahiyah Riau, kemudian menruskan Menengah Atas (MA) di Ma’had Tahfiz al-Qur’an (MTA) al-Amin Prenduan Madura. Kemudian menempuh pendidikan strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadis lulus tahun 2011.

Kemudian melanjutkan strata dua (S2) di IAIN Imam Bonjol Padang dengan jurusan yang sama, yakni Jurusan Tafsir dan Hadis lulus tahun 2013 dan menyelesaikan program doktor di UIN

Wali Songo Semarang 2018. Alhamdulillah sudah banyak buku- buku yang diterbitkan, baik yang buku ajar maupun buku agama populer, diantaranya adalah Ridhoul Wahidi, Praktis Belajar Tajwid (InterPena, Yogyakarta, 2012), Ridhoul Wahidi, Rahasia Puasa Ramadhan (InterPena, Yogyakarta, 2012), Ridhoul Wahidi, Beli Syurga dengan al-Qur’an (Mutiara Media:2013), Ridhoul Wahidi, Inden pada Puasa Senin dan Kamis (Mutiara Media: 2013), Ridhoul Wahidi, Wirid-wirid Wanita Haid (Mutiara Media, 2014), Ridhoul Wahidi, Keutamaan Kalimat-kalimat Tayyibah (Mutiara Media:

2014), Ridhoul Wahidi, Pengantar Ulumul Qur'an (Manggu Media:

2015), Ridhoul Wahidi, Metode Sukses Hafal al-Qur’an Saat Kuliah (Semesta Hikmah 2015), Ridhoul Wahidi, Tafsir ayat Aqidah:

wawasan al-Qur’an tentang ayat-ayat Aqidah (TrussMedia: 2017), Ridhoul Wahidi, Sukses hafal al-Qur’an Saat Sekolah (Quanta: 2017), Ridhoul Wahidi, Tafsir Ayat Akhlak (Penafsiran Ayat-Ayat Akhlak Mazmumah) (TrussMedia: 2018), Tafsir Yas’alunaka: Tanya Jawab dalam al-Qur’an, (TrussMedia: 2019), Ridhoul Wahidi, Ma’anil Qur’an : menyelami samudera makna-makna Al-Qur’an (Uwais Inspirasi Indonesia:2020), Ridhoul Wahidi, Tafsir Yas’alunaka : penafsiran ayat-ayat tanya jawab dalam Al-Qur’an (TrussMedia:

2020), Ridhoul Wahidi, Pengantar Ilmu al-Wujuh al-Nazair (Omah buku Yogyakarta:2021).

INTERNALISASI NILAI-NILAI

Dalam dokumen PENDIDIKAN AL-QUR'AN PADA GENERASI MILENIAL (Halaman 97-110)