BAB IV PEMBAHASAN
A. Biografi Quraish Shihab dan Tafsir Al-Mis}ba>h
1. Biografi Quraish Shihab
M. Quraish Shihab mempunyai nama lengkap Muhammad Quraish Shihab, beliau lahir di kabupaten Sindenreng Rampang yang terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari pada tahun 1944. Ayahnya bermana Habib Abdurrahman Shihab yang merupakan ulama tafsir dan berasal dari keluarga yang sederhana namun sangat kuat berpegang pada agama.40
Quraish Shihab kecil selalu belajar Al-Qur‟an kepada ayahnya sendiri bahkan pada umur enam tahun ayahnya mewajibkan untuk mengikuti pengajian yang membahas tentang Al-Qur‟an baik dari kisah-kisan dan lain sebagainya yang diselenggarakan oleh ayahnya sendiri sehingga sudah sejak kecil sudah tumbuh benih kecintaanya terhadap Al-Qur‟an.41
Pendidikan dasarnya di mulai dari sekolah dasar yang terdapat dalam ujung padang, kemudian melanjutkan di tahap lanjutan yakni SLTP (Sekolah Lanjutan Tahap Pertama) dengan mondok atau nyantri di kota Malang, tepatnya di pondok pesantren Dar AL-Hadid Al-
40 Afrizal Nur, M.Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, Vol. XVIII, No. 1, (Jurnal Ushuluddin, 2012), 21.
41 Afrizal Nur, M.Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, Vol. XVIII, No. 1, (Jurnal Ushuluddin, 2012), 21.
Falaqiyyah dan ketika sudah rampung mondok, untuk mendalami studi keislaman ayah nya mengirimkan ke Kairo Al-Azhar pada tahun 1958.42
Quraish Shihab telah menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Al-Azhar dengan mengambil jurusan Tafsir dan Hadist Fakultas Ushuluddin pada tahun 1967 sehingga mengdapatkan gelar Lc, kemudian langsung melanjutkan Studi S2 di fakultas yang sama hingga mendapatkan gelar MA pada tahun 1969 dengan tesis yang berjudul “Al-I‟jaz Al-Tasyri‟iy Li Al-Qur‟an Al-Karim”. Selain fokus kuliah beliau juga aktif pada himpunan mahasiswa Indonesia cawangan Mesir dan berhasil memperluas relasi dengan mahasiswa dari negara lain sehingga dapat memperluas pemikiran dan memperkuat bahasa asing terutama bahasa Arab.43
Quraish Shihab merupakan sosok ulama di bidang tafsir di era kontemporer indonesia garda terdepan, Quraish Shihab telah melihatkan keseriusan dan keteladanan belajar ilmu Al-Qur‟an sejak kecil, keseriusanya telah di kuatkan oleh karya-karya beliau dalam bidang Al-Qur‟an dan tafsir yang sudah banyak di kenal seperti Membumikan Al-Qur‟an (1992), Studi Kritis Tafsir Al-Manar (1994), Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai persoalan Umat (1996), Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim (1997), Mukjizat Al-Qur‟an
42 Misbahul Munir, Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar, Vol. 14, No. 01, (MIYAH: Jurnal Studi Islam, 2018), 17.
43 Abdi Risalah Husni Alfikar dan Ahmad Taufik Kamil, Metode Khusus Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsirnya, Vol.2, No,3, (Jurnal Imam dan Spiritualisme, 2022), 375.
(1997), Secerah Cahaya Ilahi (2000) dan yang pastinya terdapat karya beliau yang paling bersejarah dan fantastis yakni Tafsir Al-Misbah yang berisi tafsir Al-Qur‟an tiga puluh juz yang ditulis secara Tahlili menjadi lima belas jilid.44
Penulisan sebuah kitab tafsir banyak hal yang sangat mempengaruhi mulai dari kepribadian karakter tokoh dan kapasitas intelektual yang tokoh punya dan pastinya lingkungan juga mempengaruhinya, dalam hal ini M. Quraish Shihab telah di kenal dalam sejarah perjalanan penafsiran Indonesia dengan karyanya yang sangat populer yakni Tafsir Al-Mis}ba>h: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, kitab ini juga tertulis sebagai kitab yang pertama yang menafsirkan lengkap sampai tiga puluh juz pada 30 tahun terakhir.45
Terdapat lima manhaj yang menerangkan tentang metode khusus yang digunakan Quraish Shihab untuk menafsirkan Al-Qur‟an dalam tafsir Al-Mis}ba>h sebagai berikut:
a) Menjelaskan hubungan antar surat
Pada hal ini Quraish Shihab menjelaskan secara umum mengenai surat yang akan dibahas terlebih dahulu kemudian dijelaskan menggunakan surat sebelumnya. Quraish Shihab mempunyai keyakinan bahwa setiap surat mempunyai tujuan utama dan tema yang sangat menarik.
b) Pengelompokan ayat Al-Qur‟an
44 Muhammad Iqbal, Metode Penafsiran Al-Quran Al-Qur‟an M. Quraish Shihab, Vol. 6, No.
2, (Jurnal Tsaqafah, 2010), 523.
45 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar 2020), 5.
Quraish Shihab ketika menulis tafsirnya selalu mengelompokkan ayat yang sesuai dengan tema dengan pemahamanya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca untuk memahami makna dan tujuan yang terdapat dalam surat.46 c) Penafsiran dengan pendekatan kebahasaan
Kajian bahasa sangat penting untuk dilakukan penafsiran Al-Qur‟an guna untuk mengetahui makna yang terdapat dalam ayat yang dibahas, kajian bahasa merupakan pisau analisis yang di pakai oleh Quraish Shihab untuk mengungkap makna yang terdapat dalam ayat. contoh lafadz bismillah, Quraish Shihab menjelaskan makna yang terkandung dalam huruf ba‟ yang dibaca kasroh, tidak cukup dengan makna “dengan‟ malainkan terdapat satu makna yang tidak terucap dan tidak tertulis namun harus terlintas dalam fikiran yakni “memulai”, sehingga ketika pengucapan lafadz bismillah harus ada tekad untuk melakukan sesuatu hal yang baik.
d) Menggunakan tafsir sosiso-historis
Selain menggunakan kajian bahasa Quraish Shihab menguunakan data-data sejarah dan kebiasaan masyarakat khususnya ketika turunya ayat tersebut untuk pisau analisis.
Seperti ketika menafsirkan ayat-ayat yang menyangkut tentang kehidupan masyarakat Makkah dan madinah serta kultural budaya
46 Tatang Muslim Tamimi dan wahyudin, Manhaj Al-Tafsir Al-Misbah Karya Qurasy Shihab, Vol. 2, No. 1, (Bayani: Jurnal Studi Islam, 2022), 100-102.
saat itu, Quraish Shihab berusaha menjelaskan sosio-historis yang terdapat dalam ayat terserbut untuk mengetahui makna objektifnya.47
e) Menggunakan tafsir yang rasional dan kontekstual
Dalam hal menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an Quraish Shihab sering menggunakan nalar dan rasio seperti contoh ketika menafsirkan tentang ayat-ayat Qishas (hukum bunuh). Dalam hal ini Quraish Shihab tidak setuju jika Qishas dijatuhkan kepada pihak pidana pembunuhan, karena hukuman mati merupakan suatu yang kejam dan tidak beradab, ketika Qishah dijatuhkan kepada pihak pidana pembunuhan justru akan menghilangkan satu nyawa lagi dan memungkinkan akan muncul rasa balas demdam diantaranya, sedangkan dalam islam perilaku balas demdam harus dihapus dengan pendidikan, oleh karena itu Quraish Shihab menyatakan bahwa hukuman bagi pidana pembunuhan adalah penjara seumur hidup dan dipekerjaan secara paksa.48
47 Tatang Muslim Tamimi dan wahyudin, Manhaj Al-Tafsir Al-Misbah Karya Qurasy Shihab, Vol. 2, No. 1, (Bayani: Jurnal Studi Islam, 2022), 100-102.
48 Tatang Muslim Tamimi dan wahyudin, Manhaj Al-Tafsir Al-Misbah Karya Qurasy Shihab, Vol. 2, No. 1, (Bayani: Jurnal Studi Islam, 2022), 100-102.
2. Kitab Tafsir Al-Mis}ba>h
a. Latar belakang penulisan kitab tafsir Al-Mis}ba>h
Al-Qur‟an telah memperkenalkan dirinya sebagai Hudan Lin Nas yang mempunyai arti petunjuk bagi manusia, selian itu guna untuk menantang manusia dan jin yang tidak percaya akan firman Allah untuk membuat dan menyusun yang serupa dengan Al-Qur‟an. 49
Masyarakat muslim telah banyak yang mengagumi keindahan dan keagungan yang terdapat dalam Al-Quran, tetapi hanya berhenti dalam pembacaanya. Oleh karna itu sangat dianjurkan untuk memahami dan untuk mendalami makna yang terdapat dalam ayat, membacanya lebih elok ketika disertai kesadaran akan makna dan keagungan Al-Quran sehingga dapat melakukan tafakkur dan tadabbur.50
Kewajiban akan mengenalkan dan menyuguhkan pesan- pesan yang terdapat dalam Al-Qur‟an merupakan salah satu yang difikirkan oleh pakar ulama tafsir begitu juga dengan M.Quraish Shihab yang mempunyai kesadaran penuh dengan hal itu. Oleh karena itu Tafsir Al-Mis}ba>h ditulis untuk mempermudah khalayak ramai untuk bisa memahami dan mendalami Al-Qur‟an. Tafsir Al-Misbah terus berusaha untuk menghidangkan pembahasan yang mudah difahami disetetiap sub bab yang terdapat dalam
49 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar 2020), 14.
50 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar 2020), 14.
surah dan mengungkap tujuan penamaan surat, selain itu tafsir Al- Mis}ba>h juga menghidangkan tema-tema pokok dalam setiap surah sehingga dapat dirasakan begitu indahnya keserasian antar ayatnya disetiap surah yang terdapat dalam temanya masing- masing, karna hal itu kita lebih mudah untuk mengenal lebih dekat makna dan maksud yang terdapat dalam Al-Qur‟an.51
Dalam penulisan kitab tafsir Al-Mis}ba>h Quraish Shihab mengambil referensi dari berbagai kitab tafsir klasik maupun modern, yaitu:
1) Tafsir Al-Jami‟ Li Ah}kam Al-Qur‟an
Tafsir Al-Jami‟ Li Ah}kam Al-Qur‟an atau bisa disebut dengan tafsir Al-Qurthubi yang ditulis oleh Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al- Anshoriy Al- Khazrajiy Al-Andalusy Al-Qurthubi atau biasa dikenal imam Qurthubi. Kitab ini menjelasakan tentang ayat- ayat yang menjelasakn hukum, kitab ini bercorak tafsir Fiqh karna banyak menjelaskan tentang hukum Fiqh dan menggunakan metode Tahlili.52
2) Mafa>ti>h Al-Ghaib
Kitab Tafsir Mafa>ti>h Al-Ghaib merupakan karya Muhammad bin Umar bin Al Husain bin al-Husan bin ali al-
51 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar 2020), 14.
52 Ahmad Zainal Abidin dan Eko Zulfikar, Epistemologi Tafsir Al-Jami‟ Li Ahkam Al- Qur‟an, Vol. 11, No. 2, (KALAM, 2017), 498.
Timiy al-Bakary al- Thabary al-Ashl atau biasa dikenal denga Ar-Razi. Kitab ini menggunakan metode tahlili dan bercorak teologis-filosofis dan Fiqh.53
3) Tafsir Al-Manar (Karya Muhammad Abduh)
Tafsir Al-Manar merupakan tafsir bil-ra‟yi dan mempunyai corak Adab Ijtima‟i, corak Adab Ijtima‟i adalah corak tafsir yang didalam nya menjelaskan tentang kebiasaan masyarakat atau budaya, didalam tafsir ini terdapat tiga penulis yakni Jamaluddin Aghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho.54
4) Tafsir Al-Mara>ghi55
Tafsir Al-Mara>ghi Merupakan karya dari Ahmad Mustafa bin Mustafa bin Muhammad bin Abd al-Mun‟im Al- Maraghi, tafsir Al-Maraghi ini ketika dilihat dari sumber penafsiranya merupakan tafsir yang menggunakan metode Iqtiron ataun metode yang menggabungkan antara bil-Ma‟tsur dan bil-Ra‟yi.56
Latar belakang dari penamaan kitab tafsir Al-Mis}ba>h ini terdapat dalam surah An-Nur ayat 35, sebagai berikut:
53 Firdaus, Studi Kritis tafsir Mafatih Al-Ghaib, Vol.3, No. 1,( Jurnal Al-Mubarok, 2019), 57.
54 Dudung Abdullah, Pemikiran Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar, Vol. 1, No, 1, (Al-Daulah, 2012), 37.
55 Afrizal Nur, Tafsir Al-Misbah Dalam Sorotan: Kritik Terhadap Karya Tafsir M. Quraish Shihab, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), 10.
56 Fitrotin, Metodologi dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Mustafa Al-maraghi dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi: Kajian Atas QS. Al-Hujarat ayat 9, Vol, 1, No. 2, (Al-Furqan: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, 2018), 113.
ِفِ ُحﺎَﺒْﺼِﻤْلٱ ۖ ٌحﺎَﺒْﺼِﻣ ﺎَﻬيِﻓ ٍةَٰﻮَكْﺸِﻤَﻛ ۦِﻩِرﻮُﻧ ُلَثَﻣ ۚ ِضْرَْلْٱَو ِتََٰﻮََٰﻤهﺴلٱ ُرﻮُﻧ ُهللَّٱ ٍﺔهيِﻗْﺮَﺷ هلَّ ٍﺔَﻧﻮُتْ ﻳَز ٍﺔَﻛَََٰبَُّﻣ ٍةَﺮَﺠَﺷ ﻦِﻣ ُدَﻗﻮُﻳ ٌّىِّرُد ٌﺐَﻛْﻮَﻛ ﺎَﻬه ﻧَأَﻛ ُﺔَﺟﺎَﺟُّﺰلٱ ۖ ٍﺔَﺟﺎَﺟُز َلََّو
ﻦَﻣ ۦِﻩِرﻮُﻨِل ُهللَّٱ ىِدْﻬَ ﻳ ۗ ٍرﻮُﻧ َٰىَﻠَﻋ ٌرﻮُّﻧ ۚ ٌرَنَ ُﻪْﺴَﺴَْتَ َْلَ ْﻮَلَو ُءٓىِﻀُﻳ ﺎَﻬُ تْ ﻳَز ُدﺎَكَﻳ ٍﺔهيِﺑْﺮَﻏ ٌﻢيِﻠَﻋ ٍءْىَﺷ ِّلُكِﺑ ُهللَّٱَو ۗ ِسﺎهﻨﻠِل َلََٰثْﻣَْلْٱ ُهللَّٱ ُبِﺮْﻀَﻳَو ۚ ُءٓﺎَﺸَﻳ
Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan- akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya- Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.57
b. Metode dan corak penafsiran kitab tafsir Al-Mis}ba>h
Tafsir Al-Mis}ba>h ditulis dengan menggunakan metode tahlili sebagaimana runtut mushafi mulai dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas. Metode tahlili atau biasa di sebut metode tajzi‟i oleh Baqr Al-Shadr adalah metode tafsir yang cara kerjanya dengan menafsirkan runtut mulai surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas sesuai runtutan Al-Qur‟an mushafi.58
Menggunakan metode tafsir tahlili ini menafsirkan secara keseluruhan mulai dari menguraikan kosa kata yang dianggap sulit, asbabun nuzul, munasabah dan segala apapun yang
57 Al-Quran
58 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar, 2020), 16.
bersangkutan dengan ayat dan kandunganya, salah satu kekurangan dari metode ini yakni metode ini memang sangat luas dan mempunyai dampak yang memahamkan untuk pembaca yang awan namun sering sering kali tidak tuntas ketika menggunakan metode ini karena pokok pembahasan lanjutanya kadang kali di jelaskan pada ayat lain.59
Adapun metode yang digunakan dalam kitab tafsir Al- Mis}ba>h ketika dilihat dari segi sumber penafsiran, Quraish Shiihab mengambil metode Al-Iqtiran yang berarti metode ini dilakukan dengan cara memadukan antara sumber bil ma‟tsur dan bil ra‟yi sehingga penafsiran ini berdasar dari riwayah yang kuat dan shahih dengan pemikiran yang sehat.60
Ketika diliat dari cara menjelaskan isi penafsiranya, Quraish Shihab menggunakan metode muqorron, metode ini dilakukan dengan cara mengadopsi pemikiran mufasir sebelumnya, sebelum mengemukan pemikiran sendiri biasanya Quraish Shihab mengemukan pemikiran dari mufasir sebelumnya dan yang paling sering disebut oleh Quraish Shihab seperti Ibrahim Ibn Umar Al-Biqa‟i, Mahmud Syaltut, Sayyid Quthub, Syekh Muhammad Al-Madani, Muhammad Hijazi, Ahmad Badawi, Muhammad Ali Sabuni, Muhammad Sayyid Tantawi,
59 Zainal Arifin, Karakteristik Tafsir Al-Misbah, Vol. XIII, No.1, (Al-Ifkar, 2020), 16.
60 Misbahul Munir, Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar, Vol. 14, No. 01, (MIYAH: Jurnal Studi Islam, 2018), 25.
Mutawalli Asy-Sya‟rawi dll, dari sekian banyaknya yang telah disebut yang paling sering disebut yakni Al-Biqa‟i.61
Dalam keluasan menjelaskan tafsirnya Quraish Shihab menggunakan metode Ijmaly dengan cara menguraikan secara bertahap dahulu, kemudian dijelaskan secara terperinci, penyampaian secara ijmaly terlihat ketika menjelaskan arti dari ayat-ayat Al-Qur‟an baik perkata maupun perkalimat dam menyelipkan makna yang terkandung dali kata atau kalimat tersebut.62
Dalam kitab tafsir Al-Mis}ba>h ini Quraish Shihab menjelaskan kosa kata, munasabah yang terdapat di antara ayat satu dengan ayat lainya dan asbabun nuzulnya, walaupun dalam melakukan penafsiran Quraish Shihab selalu mendahulukan riwayat bukan ra‟yu, tetepi pendekatan yang bersangkutan dengan sains menjadi pertimbangan dalam penafsiranya, dari sini sudah bisa dilihat bahwa corak dari kitab tafsir Al-Mis}ba>h ini menggunkan riyawat bukan ra‟yu dalam Ijtihad Al-tafsiri.63
1) Sistematika penulisan kitab tafsir Al-Mis}ba>h Menyusun dengan runtun (Mushafi) dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas
61 Misbahul Munir, Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar, Vol. 14, No. 01, (MIYAH: Jurnal Studi Islam, 2018), 26.
62 Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, Vol. 11, No.1, (Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 2014), 123.
63 Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, Vol. 11, No.1, (Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 2014), 123.
2) Menjelaskan kandungan yang terdapat dalam ayat dan menyajikan sesuai tema pokok surat yang dibahas
3) Menyusun setiap suratnya dengan menjadikan beberapa kelompok sesuai sub tema yang di bahasa disetiap surat
4) Memperjelas makna-makna yang terdapat dalam satu ayat yang di bahas64
Memberikan penjelasan diawal sebelum membahas tema pokok surat. Penjelasan tersebut berisi jenis surat makkiyah atau madaniyah, jumlah ayat, sejarah penurunanya, cuplikan tema yang akan dibahas dan sesekali menjelaskan latar belakang penamaan surat.65
B. Analisis Penafsiran Ayat-ayat Air dan Angin dalam tafsir Al-Mis}ba>h a. Tafsir Surah Al-Furqan 49 (Air Rahmat)
1) Ayat
Artinya: “ agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan- hewan ternak dan manusia yang banyak”.66
Ayat sebelumnya telah menjelaskan tentang kekuasaan serta keesaan-Nya sehingga layak dan patut untuk disembah, nikmat yang dijelaskan pada ayat ini berupa kekuasaan-Nya
64 Misbahul Munir, Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar, Vol. 14, No. 01, (MIYAH: Jurnal Studi Islam, 2018), 25.
65 Misbahul Munir, Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar, Vol. 14, No. 01, (MIYAH: Jurnal Studi Islam, 2018), 25.
66Tim Pelaksana, Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia: Ayat pojok, 364.
mengirimkan angin sebagai kabar gembira sebelum datang nya rahmat (hujan) yang diturunkan dari langit (udara) yakni air yang bersih. Pada ayat ini menjelaskan tentang kemanfaatan angin yang dikirim oleh Allah Swt yang ditujukan untuk binatang ternak dan manusia.67
2) Penafsiran Quraish Shihab Q.S. Al-Furqan: 49
Quraish Shihab pada ayat ini menjelaskan tentang kemanfaatan angin yang ditujukan untuk binatang ternak dan manusia dari air yang suci tersebut. Kata (al-an’a>m)
ماعًلأا
merupakan bentuk jamak dari (na’a>m)
نعً
yang mempunyai arti unta, sapi dan kerbau. Di dalam ayat ini sengaja menyebutkan binatang- binatang tersebut karena binatang tersebut yang populer dan paling dibutuhkan pada masa itu di Arab, terdapat banyak binatang yang tidak disebutkan di dalam ayat tersebut karna bisa mencari minumnya sendiri seperti burung dan binatang buas lainya.68Selanjutnya ada kata (ana>siyy)
ّّيساًأ
yang berasal dari kata (ana>sin)ييساًا
yang mempunyai arti manusia, huruf (nun)ى
yang terletak pada akhir kata dibuang dan diganti oleh huruf (ya‟)
ي
serta digabungkan dengan huruf ya‟ sebelumnya. 69 karena67 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 9, (Jakarta: Lentera Hati), 2004.491.
68 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 9, 492.
69 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 9. 492
terdapat dua huruf ya‟ yang bersanding sehingga ditambah tanda tasydid. Kata (kastirân)
ازيثك
mempunyai artinya banyak yang kemudian dikaitkan dengan manusia, tetapi bukan berarti semua manusia mencari sumber air minum dari air yang turun dari langit saja, sebagian dari mereka ada yang minum dari mata air (air yang muncul dari tanah), danau dan sebagainya. Sebagai contoh masyarakat Jazirah Arab yang sangat bergantung pada air yang turun dari langit (air hujan) sebagai mencari sumber air bersih sehingga bisa memenuhi kebutuhan minum sehari hari dan kebutuhan lainya, oleh karna itu masyarakat Jazirah Arab dikenal sebagai “Putra Langit”. Berbeda dengan penduduk Mesir yang mengandalkan sungai Nil.70Ayat ini menjelaskan bahwasanya tujuan hujan sebagai penyubur tanah-tanah yang telah tandus, selain itu air hujan juga berfungsi sebagai sumber minum untuk binatang-binatang ternak dan manusia.71
Dalam ayat ini disebutkan kata (Al-An’a>m)
ماعًلأا
yang artinya binatang ternak lalu (ana>siyy)يساًأ
yang artinya manusia, kata manusia memang diakhirkan dari binatang ternak maupun tumbuh-tumbuhan karena mereka sangat membutuhkan air dan tidak mampu mengutarakan apa yang di butuhkan. Berbeda70 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 9. 492
71 Tim Penyusun, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid VII, 30.
dengan manusia yang mempunyai panca indra sehingga mampu berusaha mendapatkan air atas izin Allah Swt. Ketika manusia mendapatkan air maka manusia tersebut akan menyirami tanaman mereka dan memberi minum binatang ternak.72 Dengan ini manusia berperan sebagai lantaran untuk berlangsungnya hidup binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan.73
Dua kata yang terdapat dalam ayat tersebut.74 Berbentuk nakiroh yang disifati dengan kata (Al-Kastiran)
ا ًزْيِثَك
yangmempunyai makna bahwasanya binatang ternak sangat jauh untuk menjangkau mata air untuk minum dan penduduk suku Badui yang hidupnya bergantung dengan turunya air hujan. Berbeda dengan orang yang tempat tinggalnya di daerah kota yang berdekatan dengan sungai-sungai dan mata air lainya yang mungkin untuk dijadikan sumber minum untuk sehari-hari, oleh karna itu mereka tidak perlu menunggu air hujan turun dan tidak membutuhkanya karna sumber untuk minum sudah bisa dijangkau dengan mudah.75
Dalam tafsir Al-Munir Marah Labid karya Syeh Muhammad Nawawi Al-Bantani lafadz
ازيثك
(katsira<) yang mempunyai arti “yang banyak" merujuk pada lafadz (ana>siyy)72 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari‟ah, Manhaj, Jilid. 10,( Jakarta: Gema Insani, 2016), 95.
73 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari‟ah, Manhaj, Jilid. 10,( Jakarta: Gema Insani, 2016), 95.
74 Al-An‟am )ماعًلأا( yang artinya binatang ternak lalu anasiyy )يساًأ( yang artinya manusia.
75 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari‟ah, Manhaj, Jilid. 10. 95.