• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Total Karyawan

32

Di era Revolusi Industri 4.0 ASII, GDYR, GJTL, NIPS dan SMSM memiliki jumlah perekrutan karyawan yang terus mengalami kenaikan di tahun 2016 sampai 2018, padahal di era Revolusi Industri 4.0 ini terdapat potensi pengurangan input sumberdaya manusia. Hal tersebut menandakan bahwa ASII, GDYR, GJTL, NIPS dan SMSM belum melakukan pengurangan input sumberdaya manusia dalam proses produksi mereka, hal tersebut dibuktikan dengan terus bertambahnya karyawan yang bekerja di perusahaan ASII, GDYR, GJTL, NIPS dan SMSM pada tahun 2016 sampai 2018. Namun perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak memberikan informasi mengenai strategi perusahaan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 melalui tingkat pergantian dan atau tingkat perekrutan karyawan yang diungkapkan.

Waktu Istirahat dan Cuti Karyawan

Pemberian waktu istirahat dan cuti karyawan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 79 Ayat 1 menyatakan bahwa perusahaan wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada karyawan yang bekerja. Lalu GRI 401-3 mensyaratkan perusahaan untuk mengungkapkan pemberian cuti melahirkan kepada karyawan yang bekerja. Berikut ini kutipan atas UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 79 Ayat 1 dan GRI 401-3.

Perusahaan wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada buruh. (UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 79 Ayat 1)

Pengungkapan cuti melahirkan. (GRI 401-3)

Dari 13 perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI hanya ada satu perusahaan yang memiliki pengungkapan mengenai pemberian cuti kepada karyawannya, perusahaan tersebut adalah ASII. Pada tahun 2016 ASII mengungkapkan telah memberikan cuti ibadah kepada karyawan yang bekerja. Namun ASII hanya mengungkapkan pemberian cuti ibadah di tahun 2016 saja, sementara di tahun 2017 dan 2018 ASII tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian cuti ibadah. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian cuti oleh ASII.

Work-life balance: fasilitas keagamaan, unpaid leave , cuti untuk ibadah. (ASII, AR 2016 p115)

Kemudian untuk pengungkapan mengenai pemberian waktu istirahat kepada karyawan, 13 perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak ada yang memiliki pengungkapan tersebut. Dan untuk pengungkapan mengenai cuti melahirkan, 13 perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI juga tidak ada yang memiliki pengungkapan tersebut.

33

Berdasarkan pengungkapan mengenai komposisi karyawan, empat dari tujuh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki jumlah persentase karyawan perempuan dibawah 10% dari total karyawan yang bekerja. Keempat perusahaan tersebut adalah AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS.

Tabel 4. Persentase Jumlah Karyawan Perempuan AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS

2016 2017 2018

AUTO 8,80% 9% 8,70%

BRAM 5,70% 5,80% 6,10%

GDYR 5% 5% 5%

NIPS 3,10% 4% -

Dari Tabel 4 ditemukan bahwa komposisi karyawan perempuan yang bekerja di AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS dibawah 10%. Dengan persentase karyawan perempuan dibawah 10% AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS tidak memiliki pengungkapan mengenai cuti melahirkan.

Sementara tiga dari tujuh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang mengungkapkan komposisi karyawannya memiliki komposisi karyawan perempuan di atas 10% tapi dibawah 30% dari total karyawan yang bekerja. Ketiga perusahaan tersebut adalah ASII, BOLT dan LPIN.

Tabel 5. Persentase Jumlah Karyawan Perempuan ASII, BOLT dan LPIN

2016 2017 2018

ASII 12,4% 13,2% 12,4%

BOLT 18,90% 18,70% 19%

LPIN 29% 16% 18%

Meskipun ASII, BOLT dan LPIN memiliki persentase komposisi karyawan di atas 10%

tetapi ASII, BOLT dan LPIN tidak memiliki pengungkapan mengenai cuti melahirkan.

Sementara enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak mengungkapkan komposisi karyawan laki-laki dan perempuan yang bekerja, sehingga tidak diketahui persentase perbandingan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan. Keenam perusahaan tersebut adalah GJTL, IMAS, INDS, MASA, PRAS dan SMSM.

Dari analisis di atas ditemukan bahwa hanya satu dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan mengenai pemberian cuti

34

karyawan, perusahaan tersebut adalah ASII. Untuk pengungkapan mengenai pemberian waktu istirahat karyawan dan cuti melahirkan, 13 perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak ada yang memiliki pengungkapan tersebut. Berkaitan dengan pengungkapan mengenai pemberian cuti melahirkan ditemukan bahwa persentase karyawan perempuan yang bekerja di perusahaan AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS adalah kurang dari 10%. Dan persentase jumlah karyaan yang bekerja di ASII, BOLT dan LPIN adalah kurang dari 30%.

Selanjutnya, hasil analisis belum menunjukkan informasi mengenai strategi perusahaan dalam menghadapi era Revolusi industri 4.0 melalui pemberian waktu istirahat dan cuti kepada karyawan. Mengenai pemberian cuti kepada karyawan, dari pengungkapan mengenai komposisi karyawan oleh AUTO, BRAM, GDYR, NIPS, ASII, BOLT dan LPIN ditemukan bahwa mayoritas karyawan yang bekerja di perusahaan adalah laki-laki. Namun AUTO, BRAM, GDYR, NIPS, ASII, BOLT dan LPIN tidak memberikan informasi apakah hal tersebut merupakan strategi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia di era Revolusi Industri 4.0 atau memang karyawan laki-lakilah yang lebih dibutuhkan oleh AUTO, BRAM, GDYR, NIPS, ASII, BOLT dan LPIN.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0 pada industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI. Terdapat enam pokok pengungkapan yang digunakan untuk melakukan analisis guna mengetahui intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0 pada industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI. Keenam pokok pengungkapan tersebut adalah pengungkapan mengenai pemberian kompensasi, gaji, jaminan sosial, fasilitas karyawan, komposisi karyawan, waktu istirahat dan cuti karyawan.

Pokok pengungkapan mengenai pemberian kompensasi adalah pokok yang paling intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, tujuh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan kompensasi karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan merupakan perhatian penting bagi ketujuh perusahaan tersebut. Hal itu didasarkan pada hasil analisis tentang pemberian paket kompensasi yang memadai meliputi pemberian gaji, insentif dan tunjangan

35

karyawan. Akan tetapi, ketujuh perusahaan yang memiliki pengungkapan kompensasi tidak memberikan informasi apakah pemberian kompensasi yang memadai tersebut merupakan strategi perusahaan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 atau hanya bentuk balas jasa perusahaan kepada karyawan yang sudah bekerja.

Pokok pengungkapan jaminan sosial dan pengungkapan fasilitas karyawan juga cukup intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan jaminan sosial dan pengungkapan fasilitas karyawan. Untuk pokok pengungkapan jaminan sosial ditemukan bahwa terdapat tiga pokok utama yang menjadi fokus perusahaan dalam memberikan jaminan sosial kepada karyawannya, ketiga pokok tersebut adalah pemberian jaminan sosial untuk masa pensiun karyawan, jaminan sosial untuk masa karyawan masih bekerja dan jaminan sosial untuk keluarga karyawan. Sedangkan, perusahaan yang memiliki pengungkapan jaminan sosial tidak memberikan informasi mengenai apakah pemberian jaminan pensiun dilakukan untuk mempersiapkan karyawan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 khususnya jika terjadi PHK karena pekerjaan karyawan yang tergantikan oleh teknologi atau hanya untuk mematuhi peraturan pemerintah. Untuk pokok pengungkapan fasilitas karyawan ditemukan kemiripan isi pengungkapan perusahaan amatan penelitian yaitu perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan melalui pemberian fasilitas kepada karyawan. Namun perusahaan yang memiliki pengungkapan fasilitas karyawan tidak memberikan informasi mengenai strategi perusahaan untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0 melalui pemberian fasilitas kepada karyawan baik dari mekanisme maupun jenis fasilitas yang diberikan.

Kemudian pokok pengungkapan gaji dan pengungkapan komposisi karyawan tidak terlalu intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, hanya tiga dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang memiliki pengungkapan gaji. Untuk pengungkapan komposisi karyawan terbagi menjadi dua pengungkapan yaitu pengungkapan tingkat pergantian karyawan dan pengungkapan jumlah perekrutan karyawan, dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI hanya dua perusahaan yang memiliki pengungkapan tingkat pergantian karyawan dan tidak ada perusahaan yang memiliki pengungkapan jumlah prekrutan karyawan. Pada pokok pengungkapan jumlah perekrutan karyawan ditemukan tujuh perusahaan melakukan perekrutan karyawan tetapi tidak mengungkapkannya ke dalam Laporan Tahunan Perusahaan dan Lima dari tujuh perusahaan tersebut memiliki jumlah perekrutan karyawan yang terus naik di tahun 2016 sampai 2018.

36

Hal tersebut menandakan bahwa kelima perusahaan tersebut belum melakukan pengurangan input sumberdaya manusia dalam proses produksi mereka di era Revolusi Industri 4.0 ini yang memiliki potensi pengurangan input sumberdaya manusia. Hal tersebut dibuktikan dengan terus bertambahnya jumlah perekrutan dan jumlah karyawan di tahun 2016 sampai 2018. Sementara pokok pengungkapan waktu istirahat dan cuti adalah pokok yang tidak intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, hanya satu perusahaan yang memiliki pengungkapan cuti karyawan. Sementara untuk pokok pengungkapan waktu istirahat, perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak ada yang memilikinya.

Secara keseluruhan pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan di era Revolusi Industri 4.0 sudah cukup intens. Berikut tabel pengungkapan yang menunjukan intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan di era Revolusi Industri 4.0 dalam industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Perusahaan Yang Memiliki Pengungkapan CSR

Pengungkapan Ketentuan Pengungkapan

Jumlah Perusahaan yang

mengungkapkan

Persentase

Kompensasi

UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 90 Ayat 1

7 53,8%

Jaminan Sosial

GRI 401-2, UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagaerjaan Pasal 99 Ayat 1

6 46,1%

Fasilitas Karyawan

UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 100 Ayat 1

6 46,1%

Gaji

UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 90 Ayat 1

3 23%

Komposisi Karyawan GRI 401-1 2 15,4%

Waktu istirahat dan cuti

GRI 401-3, UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 79 Ayat 1

1 7,6%

Pokok pengungkapan kompensasi, pengungkapan jaminan sosial dan pengungkapan fasilitas karyawan merupakan pokok yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, 53,8% perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiiki pengungkapan kompensasi dan 46,1 % perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan jaminan sosial dan pengungkapan fasilitas. Sementara pokok

37

pengungkapan gaji dan pengungkapan komposisi karyawan tidak terlalu intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI, 23% perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan gaji dan 15,4% perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan komposisi karyawan. Lalu pokok pengungkapan waktu istirahat dan cuti adalah pokok yang tidak intens diungkapkan oleh perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI karena hanya 7,6% perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan waktu istirahat dan cuti.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu ada beberapa perusahaan yang pengungkapan CSRnya tidak konsisten di tahun 2016 sampai 2018 dan tidak semua perusahaan memiliki pokok pengungkapan yang dibutuhkan untuk proses analisis. Hal tersebut mengakibatkan peneliti tidak bisa memperoleh semua data yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti menyarankan agar perusahaan yang belum memiliki pengungkapan CSR dapat mulai menyusun pengungkapan CSR di tahun-tahun mendatang dengan pengungkapan yang lengkap dan konsisten. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel di industri lain agar hasil penelitian nantinya bisa dibandingan untuk menambah pengetahuan mengenai pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan di industri lain.

38 DAFTAR PUSTAKA

Davies, R. (2015). Briefing Industry 4.0 Digitalisation for productivity and growth. European Parliamentary Research Service, (September). Retrieved from http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/568337/EPRS_BRI(2015)56 8337_EN.pdf

Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Franedya, R. (2019). Tsunami PHK Terjadi, 30% Pegawai Bank Akan Punah. Retrieved from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/news/20190116112940-4- 50893/tsunami-phk-terjadi-30-pekerjaan-di-bank-akan-punah

Kagermann, H., Wahlster, W., & Helbig, J. (2013). Recommendations for implementing the strategic initiative Industrie 4.0 - Final report of the Industrie 4.0 Working Group.

Acatech - National Academy of Science and Engineering, (April), 84.

Karina, L. A. D. (2012). Analisis Faktor - Faktor yang mempengaruhi Pengungkapan CSR di Indonesia. Jurnal of Economic, 1. Retrieved from http://ijog.bgl.esdm.go.id

Kaswan. (2017). Psikologi Industri & Organisasi. Cimahi: ALFABETA, cv.

Laoli, W. B., & Davianti, A. (2019). Health and Safety Disclosures Practice in Indonesian Chemical Industries : A Qualitative Content Analysis Study. International Journal of Social Science and Business, 3(4), 348. https://doi.org/10.23887/ijssb.v3i4.21321

Lasi, H., & Kemper, H. G. (2015). Pillars of Industry 4.0. The Boston Consulting Group, 1–

20. https://doi.org/10.1007/s12599-014-0334-4

Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki Revolusi Industri Ke-4. (n.d.). Retrieved from https://kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki- Revolusi-Industri-Ke-4

Michael Rüßmann, Markus Lorenz, Philipp Gerbert, Manuela Waldner, Jan Justus, Pascal Engel, M. H. (2007). Industry 4.0 : The Future of Productivity and Growth in Manufacturing Industries. Jane’s Defence Industry, (JAN.).

Febrina Nanda. (2013). Analisa Pelaporan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan Pedoman Global Reporting Initiatives (GRI). 1–18.

Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Industri 4.0 : Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah

Dokumen terkait