• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA ASPEK KETENAGAKERJAAN DALAM KONTEKS REVOLUSI INDUSTRI 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA ASPEK KETENAGAKERJAAN DALAM KONTEKS REVOLUSI INDUSTRI 4.0"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY PADA ASPEK KETENAGAKERJAAN DALAM KONTEKS REVOLUSI INDUSTRI 4.0

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Akuntansi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

HADITYA YUDHA KOSASIH 232016133

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2020

(2)

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini :

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Nama : HADITYA YUDHA KOSASIH

NIM : 232016133

Program Studi : Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas akhir :

Judul

:

Praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada

Aspek Ketenagakerjaan Dalam Konteks Revolusi Industri 4.0 Pembimbing : Arthik Davianti, SE.,M.Si.,CA, Ph.D

Tanggal diuji : 29 Juni 2020

Adalah benar-benar karyawa saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah–olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah–olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 29 Juni 2020 Yang memberi pernyataan

(Haditya Yudha Kosasih)

(3)

PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY PADA ASPEK KETENAGAKERJAAN DALAM KONTEKS REVOLUSIINDUSTRI 4.0

HADITYA YUDHA KOSASIH 232016133

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Akuntansi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Arthik Davianti, SE..M.Si..CA. Ph.D

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2020 Oleh:

Disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir

Nama Mahasiswa NIM

Progdi

: Praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Aspek Ketenagakerjaan Dalam Konteks Revolusi Industri 4.0

: Haditya Yudha Kosasih : 232016133

: Akuntansi

Menyetujui,

Arthik Davianti, SE.„M.Si.,CA, Ph.D Pembimbing

Dinyatakan Lulus Ujian Tanggai 30 Juli 2020

(5)

PE R P U S T A K A A N UN IV E R S I T A S

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Haditya Yudha Kosasih __________________________________________________

NIM : 232016133_________________ Email : 232016133@student.uksw.edu___

Fakultas : Fakultas Ekonomika dan Bisnis _Program Studi : Akuntansi____________________

Judul tugas akhir : Praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Aspek Ketenagakerjaan_

Dalam Konteks Revolusi Industri 4.0_______________________________________

Pembimbing : 1. Arthik Davianti, SE.,M.Si.,CA, Ph.D_______________________________________

2. ___________________________________________________________________

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.

Salatiga, __29 Juni 2020__________

Haditya Yudha Kosasih__

Tanda tangan & nama terang mahasiswa

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia Telp. 0298 – 321212, Fax. 0298 321433 Email: library@adm.uksw.edu ; http://library.uksw.edu

(6)

Pe r p u s t a k a a n Uni versi tas UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jl. Diponegoro 52 - 60 Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia Telp. 0 2 9 8 -3 2 1 2 1 2 , Fax. 0298 321433 Email: library@adm.uksw.edu ; http://library.uksw .edu

p e r n y a t a a n per setu ju a n a k ses

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Haditva Yudha Kosasih

NIM : 232016133 Email : 232016133<®student.uksw.edu

Fakultas : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi : Akuntansi

Judul tugas akhir : Praktik Peneunekanan Coroorate Social ResDonsibilitv Pada AsDek Ketenagakeriaan Dalam Konteks Revolusi Industri 4.0

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusij* kepada Perpustakaan Universitas - Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

Y a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA

n b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

* H ak ya n g tidak terbatas hanya bagi satu pih ak saja. P engajar, p en eliti, dan m ahasisw a ya n g m enyerahkan hak n on -ekslu sif kepada j R epositori Perpustakaan U niversitas sa a t mengumpulkan h a sil karya m ereka m asih m em iliki hak copyrigh t a ta s karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman ju du l dan abstrak Pilihan ini harus dilam piri denganpenjelasan/alasan tertulis daripem bim bing TA\

dan diketahui o l e h ... ... - ... ... ... ... ... ... ... I

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Salatiga, 08 Agustus 2020

Haditya Yudha Kosasih Mengetahui,

Arthik Davianti, SE.,M.Si.,CA, Ph.D

F-LIB-081

(7)

iii ABSTRACT

This study aims to determine the intensity of CSR disclosure on the employment aspect in the context of the Industrial Revolution 4.0 in the Indonesian automotive industry which is listed on the Indonesia Stock Exchange. This research uses descriptive qualitative method with the type of data used is secondary data. The analysis technique used in this research is qualitative content analysis (Qualitative Content Analysis). Qualitative content analysis is a scientific research technique that aims to find out the characteristics of the content and draw conclusions from the content (Eriyanto, 2011). The results of this study found that Indonesian automotive companies were already strong enough in expressing CSR in employment aspects in the context of the Industrial Revolution 4.0..

Key words : Compensation, Salary, Social Security, Employee Facilities, Employee Composition, Break Time and Leave

(8)

iv ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0 di industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi kualitatif (Qualitatif Content Analysis). Analisis isi kualitatif adalah teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi (Eriyanto, 2011). Hasil penelitian ini menemukan bahwa perusahaan otomotif Indonesia sudah cukup intens dalam mengungkapkan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0.

Kata kunci : Kompensasi, Gaji, Jaminan Sosial, Fasilitas Karyawan, Komposisi Karyawan, Waktu Istirahat dan Cuti

(9)

v

KATA PENGANTAR

Industri terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan tersebut dikenal dengan istilah Revolusi Industri. Sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0, Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Menurut Mentri Perindustrian Airlangga Hartanto, Indonesia telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0 sejak tahun 2011 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara mesin, manusia dan sumber daya lainnya melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pada Tanggal 5 April 2018 Pemerintah Indonesia Menertbitkan program Making Indonesia 4.0.

Sementara pada tahun 2017 industri otomotif nasional sudah mampu menerapkan sistem produksi Industri 4.0. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri otomotif nasional adalah salah satu sektor andalan dalam roadmap Making Indonesia 4.0. Pemerintah Indonesia menargetkan industri otomotif nasional pada tahun 2030 bisa menjadi basis produksi kendaraan bermotor untuk pasar domestik dan luar negeri. Walaupun demikian Revolusi Industri 4.0 berpotensi membawa masalah yang lebih besar bagi karyawan. Hal ini disebabkan karena dengan diterapkannya Industri 4.0 input tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Input tenaga kerja menjadi lebih sedikit dikarenakan pekerjaan manusia yang tergantikan oleh teknologi. Dalam Revolusi Industri 4.0 perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) yang harus dilakukan

Kertas kerja berjudul “Praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Aspek Ketenagakerjaan Dalam Konteks Revolusi Industri 4.0” bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai praktik pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Ind ustri 4.0.

(10)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat, kesehatan dan kelancaran sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung, membantu dan memberikan perhatian serta doa-doanya selama proses penulisan tugas akhir ini. Terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Aris Sarminto dan Ibu Sri Rahayuningsih selaku orang tua kandung serta saudara tercinta Mas Punky, Mas Indra, Mbak Iko dan Mas Langgeng yang sudah medukung dan memberikan semangat selama proses penulisan tugas akhir.

2. Ibu Arthik Davianti, SE.,M.Si.,CA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dalam memberikan arahan, motivasi dan ide selama proses penulisan berlangsung.

3. Bapak Dr. Yefta Andi Kus Noegroho SE., M.Si., Ak., CA., CMA, selaku wali studi serta seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah memberikan layanan, akses dan fasilitas selama proses perkuliahan dan penulisan tugas akhir.

4. Seluruh teman-teman kuliah dan teman-teman sebimbingan yang telah saling mendukung dan membantu satu sama lain selama proses perkuliahan dan penulisan tugas akhir.

Salatiga, 29 Juni 2020

(HADITYA YUDHA KOSASIH)

(11)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... viii

PENDAHULUAN ... 1

TELAAH LITERATUR ... 4

Teori Stakeholder ... 4

Corporate Social Responsibility ... 5

Revolusi Industri 4.0 ... 6

Kesejahteraan Karyawan ... 7

Penelitian Terdahulu ... 7

METODA PENELITIAN ... 8

Teknik Analisis ... 9

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 11

Kompensasi ... 11

Gaji ... 15

Jaminan Sosial ... 18

Fasilitas Karyawan ... 22

Komposisi Karyawan ... 25

(12)

viii

Waktu Istirahat dan Cuti Karyawan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 38

DAFTAR TABEL Tabel 1. Daftar Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 8

Tabel 2. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ... 9

Tabel 3. Gobal Reporting Intiative (GRI) 401 ... 10

Tabel 4. Persentase Jumlah Karyawan Perempuan AUTO, BRAM, GDYR dan NIPS ... 33

Tabel 5. Persentase Jumlah Karyawan Perempuan ASII, BOLT dan LPIN ... 33

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Jumlah Total Karyawan ASII ... 27

Grafik 2. Jumlah Total Karyawan SMSM ... 27

Grafik 3. Jumlah Total Karyawan GJTL ... 28

Grafik 4. Jumlah Total Karyawan GDYR ... 29

Grafik 5. Jumlah Total Karyawan NIPS ... 29

Grafik 6. Jumlah Total Karyawan BOLT ... 30

Grafik 7. Jumlah Total Karyawan BRAM ... 31

(13)

1 PENDAHULUAN

Industri terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan tersebut dikenal dengan istilah Revolusi Industri. Menurut Davies (2015) dunia telah mengalami empat kali Revolusi Industri. Revolusi industri pertama atau Revolusi Industri 1.0 terjadi pada tahun 1784 ketika mesin uap mulai menggantikan tenaga manusia dalam proses produksi. Kemudian, Revolusi Industri 2.0 pada tahun 1870 ketika mesin tenaga listrik mulai digunakan untuk kegiatan produksi masal. Selanjutnya, Revolusi Industri 3.0 pada tahun 1970 ketika otomasi produksi manufaktur dengan sistem komputer. Saat ini Revolusi Industri 4.0 sedang terjadi. Menurut Angela Merkel (2014) dalam Prasetyo & Sutopo (2018) Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional.

Menurut Mentri Perindustrian Airlangga Hartanto, Indonesia telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0 sejak tahun 2011 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara mesin, manusia dan sumber daya lainnya melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (www.kemenperin.go.id). Pada Tanggal 5 April 2018 Pemerintah Indonesia Menertbitkan program Making Indonesia 4.0. Adapun lima sektor manufaktur utama yang akan menjadi fokus Pemerintah dalam pengembangan Industri 4.0. Kelima sektor manufaktur tersebut antara lain industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia dan industri tekstil. Sementara pada tahun 2017 industri otomotif nasional sudah mampu menerapkan sistem produksi Industri 4.0. Sistem tersebut membantu industri otomotif memproduksi berbagai macam produk dengan biaya yang lebih rendah.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri otomotif nasional adalah salah satu sektor andalan dalam roadmap Making Indonesia 4.0. Pemerintah Indonesia menargetkan industri otomotif nasional pada tahun 2030 bisa menjadi basis produksi kendaraan bermotor untuk pasar domestik dan luar negeri. Komisaris Independen PT Astra Otoparts Tbk, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa penggunaan teknologi dalam Industri 4.0 dapat menambah efisiensi dan penghematan biaya produksi.

Revolusi industri 4.0 membawa banyak manfaat untuk perusahaan diantaranya adalah pengembangan produk menjadi lebih cepat, mewujudkan permintaan bersifat individual (kostumasi produk), produksi yang fleksibel dan cepat dalam menanggapi masalah, serta efisiensi sumberdaya (Lasi & Kemper, 2015) dalam (Prasetyo & Sutopo, 2018). Selain itu Revolusi Industri 4.0 dapat memperbaiki produktivitas perusahaan, mendorong pertumbuhan

(14)

2

pendapatan, peningkatan tenaga kerja terampil dan peningkatatan investasi (Prasetyo &

Sutopo, 2018). Industri 4.0 membantu perusahaan dalam menurunkan biaya produksi, jika biaya produksi turun maka laba yang didapatkan perusahaan akan naik.

Walaupun demikian Revolusi Industri 4.0 berpotensi membawa masalah yang lebih besar bagi karyawan. Hal ini disebabkan karena dengan diterapkannya Industri 4.0 input tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Input tenaga kerja menjadi lebih sedikit dikarenakan pekerjaan manusia yang tergantikan oleh teknologi. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebutkan bahwa Revolusi Industri 4.0 membawa potensi pemecatan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan industri ritel dan tekstil pada tahun 2019 medatang (Rika, 2018). Selain itu KSPI juga memprediksi dalam empat tahun terakhir jumlah PHK yang terjadi mencapai hampir satu juta pada industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri tekstil, industri semen, industri baja, serta industri ritel (Rika, 2018). KSPI mencatat sejak tahun 2016 sampai 2018 sejumlah 50.000 pegawai bank terkena PHK karena pengembangan teknologi artificial intellegence (Franedya, 2019). Teknologi artificial intellegence yang dimaksud adalah SABRINA (Smart Bri New Assistant) pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), CINTA (Chat With Your Intellegent Advisor) pada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), VIRA (Virtual Assistant Chat Banking BCA) pada PT Bank Central Asia Tbk (BCA), dan MITA (Mandiri Intellegent Assistant) pada PT Bank Mandiri Tbk. Sementara dalam industri otomotif yang menjadi sektor andalan pemerintah dalam pengembangan Industri 4.0, Komisaris Independen PT Astra Otoparts Tbk, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa jika target produksi di atas 500 unit per hari maka tidak bisa hanya mengandalkan SDM saja dalam proses produksi, tanpa robot hal tersebut tidak akan tercapai.

Dalam Revolusi Industri 4.0 perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) yang harus dilakukan. CSR merupakan program sosial perusahaan untuk memberikan bantuan dan memberdayakan masyarakat di sekitar perusahaan sebagai bentuk pertanggung jawaban atau kompensasi atas berbagai hal yang hilang dari masyarakat karena kegiatan operasi perusahaan (Retnaningsih, 2015). Namun CSR tidak sebatas tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar saja, stakeholder intenal seperti karyawan juga menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut prinsip triple bottom line yang dicetuskan oleh John Elkington tahun 1997, agar profit perusahaan dapat dicapai maka perusahaan harus melakukan tanggung jawabnya terhadap planet (lingkungan) dan people (stakeholder internal dan eksternal) (Prayogo, 2016).

(15)

3

Penerapan Industri 4.0 melalui Revolusi Industri 4.0 memang membawa banyak manfaat bagi perusahaan, khususnya dalam hal efisiensi biaya produksi. Industri 4.0 membantu perusahaan dalam meminimalkan input sumberdaya dan memaksimalkan output produksi melalui bantuan teknologi. Teknologi tersebut antara lain: Teknologi Artificial Intellegence, Cyber Physical System (CPS), dan Internet of Things and Services (Iot dan Ios).

Teknologi Artificial Intellegence (AI) adalah teknologi kecerdasan buatan yang memungkinan benda mati memiliki kecerdasan seperti manusia. Namun, teknologi AI bisa menggantikan peran manusia dalam proses produksi seperti yang terjadi dalam industri perbankan. Teknologi AI seperti SABRINA (Smart Bri New Assistant), CINTA (Chat With Your Intellegent Advisor), VIRA (Virtual Assistant Chat Banking BCA) dan MITA (Mandiri Intellegent Assistant) berpotensi untuk menggantikan peran costumer service dalam industri perbankan.

Teknologi AI tersebut bisa mengambil alih peran costumer service dalam hal penyampaian informasi mengenai promo dan kegiatan, informasi mengenai produk bank (simpanan dan pinjaman), dan layanan aduan. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengatakan bahwa pengembangan Teknologi AI tersebut telah membuat 50.000 pegawai bank terkena PHK dari tahun 2016 sampai 2018. Kemudian Cyber Physical System (CPS), CPS merupakan sistem yang memungkinkan perusahaan untuk mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan proses produksi melalui teknologi komunikasi dan komputer. CPS membantu perusahaan dalam menekan biaya produksi dengan meminimalkan input tenaga kerja. Penggunaan CPS membuat proses produksi bisa bejalan secara otomatis dengan mengurangi campur tangan manusia dalam proses produksi, karena semua mesin produksi terintegrasi satu sama lain melalui komputer pabrik. Lalu Internet of Things (Iot), Iot adalah teknologi yang memungkinkan benda fisik untuk terhubung ke dalam jaringan internet.

Dengan CPS dan Internet of Things (Iot) perusahaan bisa mengendalikan, mengawasi dan mengkoordinasikan proses produksi dari jarak jauh, sehingga pengawasan dan pengendalian manual seperti satpam dan operator pabrik mungkin secara perlahan tidak akan dibutuhkan lagi.

Tenaga kerja adalah pihak yang paling merasakan dampak dari penggunaan teknologi canggih dalam Industri 4.0. Baik Teknologi Artificial Intellegence, Cyber Physical System (CPS), dan Internet of Things and Services semuanya membawa potensi PHK besar-besaran terhadap tenaga kerja dalam industri pemanufaktur. Dengan demikian tanggung jawab sosial perusahaan atas tenaga kerja mengalami tantangan baru dalam era Industri 4.0. Dengan

(16)

4

demikian, bagaimana perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosial terhadap tenaga kerja terutama di industry pemanufaktur dalam kontekz Industri 4.0? Tujuan Penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menganalisis intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan yang dilakukan oleh industri otomotif yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam konteks Revolusi Industri 4.0. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai praktik pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan dalam konteks Revolusi Industri 4.0.

TELAAH LITERATUR Teori Stakeholder

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi hanya untuk kepentingannya sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya (Karina, 2012). Keberlangsungan perusahaan sangat tergantung kepada dukungan para stakeholder, dan dukungan tersebut harus dicari oleh perusahaan (Grey, Kouhy & Adams, 1995) dalam (Rinaldy, 2011). Menurut Ullman (1995) dalam Ghozali dan Chariri (2007) perusahaan akan memilih stakeholder yang dianggap penting, kemudian mengambil tindakan yang menghasilkan hubungan harmonis dengan stakeholder tersebut (Karina, 2012). Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sember ekonomi yang digunakan perusahaan (Rinaldy, 2011).

Stakeholder dapat dibagi menjadi dua yaitu stakeholder internal dan stakeholder eksternal.

Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di dalam lingkungan perusahaan seperti manajer, karyawan dan pemegang saham. Sedangkan stakeholder eksternal adalah stakeholder yang berada di luar lingkungan perusahaan seperti pemerintah, investor, kreditur, pemasok dan masyarakat pada umumnya (Rahmatullah, 2012). Baik stakeholder internal maupun stakeholder eksternal keduanya memiliki pengaruh terhadap kerberlangsungan perusahaan.

Pengungkapan CSR adalah salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk memperoleh dukungan dari stakeholdernya. CSR memberikan informasi mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan. Melalui publikasi CSR perusahaan dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial, masyarakat, dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007) dalam

(17)

5

(Rinaldy, 2011). Selain itu pengungkapan CSR merupakan media bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan para stakeholdernya. Dengan begitu hubungan yang harmonis antara perusahaan dan stakeholder bisa dijalin.

Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) berkembang pada akhir tahun 90’an yang ditandai dengan munculnya definisi CSR dari WSBD (World Business Council for Sustainable Development) tahun 1995, konteks CSR pada saat itu adalah pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) (Rudito & Famiola, 2013). Pembangunan berkelanjutan yang dimaksud adalah suatu konsep pembangunan demi masa depan tanpa merusak sumber daya alam dengan menyatukan tiga elemen pembangunan yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Konsep pembangunan berkelanjutan dibuat untuk merubah padangan masyarakat mengenai dunia bisnis yang hanya mementingkan keuntungan semata menjadi dunia bisnis yang bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap kesejahteraan bersama.

Menurut Rudito & Famiola (2013) CSR adalah komitmen dan tanggung jawab korporat terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kegiatannya, baik bersifat sosial maupun lingkungan.

CSR di Indonesia termasuk pokok yang diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU tersebut mewajibkan perusahaan yang ada di Indonesia untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan perusahaan. Menurut UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Menurut Utama (2010) dalam Rahmatullah (2012) tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggung jawab sosial terhadap semua stakeholder yang terkait dan atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Stakeholder adalah individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitasnya Freeman (1984) dalam (Rahmatullah, 2012).

Fokus CSR pada penelitian ini adalah CSR yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Pengungkapan CSR perusahaan dapat dihitung atau dianalisis dengan menggunakan indikator CSR dalam Gobal Reporting Intiative (GRI). Gobal Reporting Intiative (GRI) memiliki 91 indikator yang dapat digunakan untuk menghitung atau

(18)

6

menganalisis CSR yang diungkapkan perusahaan. Indikator CSR tentang ketenagakerjaan (GRI 401) akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis pengungkapan CSR pada penelitian ini.

Revolusi Industri 4.0

Penjelasan lebih teknis mengenai Revolusi Industri 4.0 disampaikan oleh Kagermann, Wahlster, & Helbig (2013) dalam Prasetyo & Sutopo (2018) yaitu Revolusi Industri 4.0 adalah integrasi dari Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things and Services (Iot dan Ios) ke dalam proses industri meliputi manufaktur dan logistik serta proses lainnya.

Cyber Physical System (CPS) merupakan sistem rekayasa dan fisik dengan kegiatan operasional dapat diawasi, dikoordinasikan, dikendalikan dan terintegrasi dengan sistem komunikasi dan komputer (Purnaya, 2019). Internet of Things (Iot) adalah teknologi yang memungkinkan benda fisik untuk terhubung ke dalam jaringan internet. Internet of Services (Ios) adalah layanan aplikasi yang bisa digunakan oleh pemangku kepentingan untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Integrasi Internet of Things (Iot) ke dalam proses produksi merupakan kunci utama dalam Revolusi Industri 4.0. Melalui Internet of Things (Iot) CPS mampu berkomunikasi dan bekerjasama secara real time dalam proses produksi.

Terdapat enam prinsip utama dalam desain Industri 4.0. Prinsip pertama, Interoperability, yaitu integrasi secara digital mesin, peralatan dan sarana produksi lain menggunakan Internet of Things (Iot). Kedua Virtualisasi, Virtualisasi memungkinkan perusahaan untuk memonitoring segala hal yang sedang terjadi dalam lingkungan produksi pabrik. Ketiga Desentralisasi, Industri 4.0 memungkinkan operator lokal untuk merespons dan mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Keempat Real Time Capability, Industri 4.0 memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan membuat keputusan berdasarkan temuan baru (real time). Kelima Modularity, memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tren pasar.

Keenam Services Orientation, pembuatan produk yang berorientasi kepada pelanggan.

Dengan Internet of Things and Services memungkinkan perusahaan untuk memproduksi produk sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

(19)

7 Kesejahteraan Karyawan

Ketenagakerjaan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, salah satu hal yang diatur dalam UU tersebut adalah kesejahteraan pekerja. Menurut UU No.13 Tahun 2003 kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun diluar kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat menambah produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Pemberian kompensasi merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk memberikan kesejahteraan bagi karyawannya. Kompensasi adalah sesuatu yang diterima kayawan atas jasa yang mereka berikan kepada perusahaan melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Kompensasi yang memadai akan menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan (Kaswan, 2017). Menurut Kaswan (2017) kompenasasi terdiri dari tiga komponen, yaitu kompensasi dasar (Gaji atau Upah), insentif, dan tunjangan. Ketiga komponen tersebut akan dijadikan dasar untuk melihat kesejahteraan tenaga kerja dalam penelitian ini.

Penelitian Terdahulu

Pada tahun 2019 Laoli & Davianti melakukan penelitian mengenai analisis pengungkapan CSR pada aspek kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan kimia yang terdaftar di BEI. Penelitian tersebut menyimpulkan empat kelompok pengungkapan yang mencakup Kesehatan dan Keselamatan, Pencegahan, Implementasi, dan Penanganan Kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan, isi pengungkapan seluruh perusahaan adalah bagus meski belum detail (Laoli & Davianti, 2019). Pada tahun 2013 Nanda Febrina Wahyu Safitri melakukan penelitian mengenai analisis pengungkapan CSR pada 45 industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI. Nanda Febrina Wahyu Safitri (2013) menemukan bahwa indikator ekonomi dan sosial masyarakat menjadi indikator yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan. Nanda Febrina Wahyu Safitri (2013) menyimpulkan bahwa pelaporan pengungkapan CSR pada perusahaan industri dasar dan kimia di Indonesia masih tergolong lemah, karena dari total 45 perusahaan hanya dua perusahaan yang melaporkan CSR dalam bentuk laporan berkelanjutan yaitu Holcim Indonesia Tbk dan Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Secara umum penelitian terdahulu tentang pengungkapan informasi CSR untuk kesejahteraan karyawan belum memasukkan konteks Revolusi Industri 4.0 yang secara konseptual dan praktis penting bagi perkembangan industri, terutama perusahaan pemanufaktur.

(20)

8 METODA PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini adalah Laporan CSR Perusahaan. Data Laporan CSR Perusahaan akan diperoleh dari website perusahaan terkait.

Populasi data pada penelitian ini adalah perusahaan/industri otomotif yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri otomotif dipilih karena industri otomotif nasional merupakan prioritas Pemerintah dalam pengembangan Industri 4.0. Selain itu industri otomotif nasional telah menerapkan sistem produksi Industri 4.0 sejak tahun 2017 maka kemungkinan akan lebih mudah untuk melihat dampaknya terhadap pekerja dalam industri tersebut. Terdapat 13 perusahaan otomotif yang terdaftar dalam BEI. Karena jumlah dari perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tidak terlalu banyak maka semua perusahaan tersebut akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Berikut adalah daftar perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.

Tabel 1. Daftar Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 Astra International Tbk ASII

2 Astra Autoparts Tbk AUTO

3 Garuda Metalindo Tbk BOLT

4 Indo Kordsa Tbk BRAM

5 Goodyear Indonesia Tbk GDYR

6 Gajah Tunggal Tbk GJTL

7 Indomobil Sukses International Tbk IMAS

8 Indospring Tbk INDS

9 Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN

10 Multistrada Arah Sarana Tbk MASA

11 Nipress Tbk NIPS

12 Prima alloy steel Universal Tbk PRAS

13 Selamat Sempurna Tbk SMSM

Sumber : Saham Ok

(21)

9 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi kualitatif (Qualitatif Content Analysis). Analisis isi kualitatif adalah teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi (Eriyanto, 2011). Penelitian ini menggunakan enam tahapan analisis isi kualitatif yang diadaptasi dari Eriyanto, (2011). Berikut adalah penjelasan dari tiap tahapan analisis ini kualitatif tersebut.

Tahap pertama: Merumuskan Tujuan Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk melihat intensitas pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada aspek ketenagakerjaan. Penggunaan analisis isi kualitatif bertujuan untuk menganalisis isi laporan CSR perusahaan yang berfokus pada aspek ketenagakerjaan.

Tahap kedua: Konseptualisasi dan Operasionalisasi

Terdapat dua konsep utama yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pertama adalah UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan memberikan informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan perusahaan untuk menjamin kesejahteraan karyawan. Kedua adalah GRI 401, GRI 401 berisi tentang informasi CSR pada aspek ketenagakerjaan yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Tabel 2 dan Tabel 3 akan memberikan rincian mengenai kedua konsep tersebut.

Tabel 2. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

No Ketentuan Pengungkapan

1 Perusahaan dilarang memberikan upah dibawah Upah Minimum Regional (UMR)

2 Perusahaan wajib memberikan jaminan sosial tenaga kerja kepada setiap pekerja/buruh dan keluarganya

3 4

Perusahaan wajib memberikan fasilitas kesejahteran bagi karyawan/buruh dan keluarganya

Perusahaan wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada buruh

(22)

10 Tabel 3. Gobal Reporting Intiative (GRI) 401

No Informasi yang Wajib di Laporkan Perusahaan

1 Jumlah total dan perekrutan karyawan baru sealama periode pelaporan, berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah

2 Jumlah total dan tingkat pergantian karyawan selama periode pelaporan, berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah

3 Tunjangan yang bersifat standar untuk karyawan purna waktu tetapi tidak diberikan kepada karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan

4 Total jumlah karyawan yang berhak mendapatkan cuti melahirkan, berdasarkan jenis kelamin

5 Total jumlah karyawan yang mengambil cuti melahirkan, berdasarkan jenis kelamin 6 Total jumlah karyawan yang kembali bekerja pada periode pelaporan setelah cuti

melahirkan berakhir, berdasarkan jenis kelamin

7 Total jumlah karyawan yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan berakhir, yang masih dipekerjakan 12 bulan setelah kembali bekerja, berdasarkan jenis kelamin 8 Tingkat karyawan yang mengambil cuti melahirkan yang kembali bekerja dan dapat

dipertahankan, berdasarkan jenis kelamin

Tahap ketiga: Lembar Coding (Coding Sheet)

Lembar Coding (Coding Sheet) dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan Microsoft Office Excel. Semua persyaratan pelaporan dalam Tabel 1 dan 2 akan dijadikan dasar untuk membuat isi lembar coding. Persyaratan dan ketentuan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 akan dianalisis berdasarkan kata kunci yang telah ditentukan yaitu gaji, jaminan sosial, fasilitas karyawan, komposisi karyawan, waktu istirahat dan cuti.

Tahap keempat: Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat 13 perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI, semua perusahaan tersebut akan dijadikan sampel untuk penelitian ini. Rincian mengenai 13 perusahaan tersebut telah dibuat dalam tabel 1Tahap kelima: Proses CodingProses coding dilakukan dengan mencari kata kunci yang telah ditetapkan ke dalam laporan CSR perusahaan. Kata kunci yang akan dipakai adalah gaji, jaminan sosial, fasilitas karyawam, komposisi karyawan dan cuti.

Tahap keenam: Input Data dan Analisis

Hasil dari proses coding akan diinput dan dianalisis dalam bentuk data. Analisis yang dilakukan adalah melihat bagaimana pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan yang dilakukan oleh perusahaan.

(23)

11 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dasar yang digunakan untuk melakukan analisis adalah UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan GRI 401. Analisis yang dilakukan akan terbagi menjadi enam pokok pengungkapan, keenam pokok pengungkapan tersebut adalah pengungkapan mengenai kompensasi, gaji, jaminan sosial, fasilitas karyawan, komposisi karyawan, waktu istirahat dan cuti karyawan. Hasil analisis setiap pokok pengungkapan akan digunakan untuk melihat intensitas pengungkapan CSR pada aspek ketenagakerjaan yang dilakukan oleh perusahaan otomotif IndonesiaIndonesia yang terdaftar di BEI dalam konteks Revolusi Industri 4.0.

Kompensasi

Kompensasi merupakan hal yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukan. Menurut Kaswan (2017) untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya perusahaan setidaknya harus memberikan gaji, insentif dan tunjangan dalam paket kompensasinya. Empat dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki paket kompensasi yang lengkap untuk karyawannya, hal tersebut diungkapkan dalam Laporan Tahunan mereka. Keempat perusahaan tersebut memberikan gaji, insentif dan tunjangan ke dalam paket kompensasi yang diberikan kepada karyawan. Keempat perusahaan tersebut adalah ASII, BOLT, BRAM dan MASA. Kemudian terdapat tiga perusahaan yang tidak mengungkapkan gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasinya namun memilki pengungkapan mengenai pemberian kompensasi kepada karyawan, ketiga perusahaan tersebut adalah AUTO, GDYR dan GJTL. Sedangkan enam perusahaan lainnya tidak mengungkapkan gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi karyawan, serta tidak memiliki pengungkapan terkait dengan paket kompensasi yang diberikan kepada karyawan. Keenam perusahaan tersebut adalah IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM.

Pada tahun 2018 dan 2017 ASII mengungkapkan telah memasukan gaji, insentif dan tunjangan ke dalam paket kompensasi perusahaan. Namun terdapat perbedaan pengungkapan pada tahun 2016, ASII tidak mengungkapkan gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi perusahaan. Meskipun demikian di tahun 2018, 2017 dan 2016 terdapat kesamaan dalam hal pemberian paket kompensasi karyawan, yaitu karyawan ASII menerima gaji pokok dan bonus akhir tahun untuk kompensasi kerja. Bonus akhir tahun yang diberikan

(24)

12

besarnya disesuaikan dengan kinerja karyawan tiap individu. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh ASII.

Untuk memotivasi hasil karya terbaik, Astra menawarkan paket remunerasi dan fasilitas yang lengkap bagi karyawan, terdiri dari gaji, tunjangan beserta fasilitas non- moneter lain yang memberikan kemudahan work-life balance untuk aktivitas bekerja dan kehidupan personal yang nyaman dan berimbang. (ASII, AR 2018 p95, AR 2017 p106)

Astra menyediakan paket remunerasi dan fasilitas yang komprehensif, menarik dan bersaing untuk memotivasi karyawan dalam mencapai tujuan. Astra mempunyai dan menerapkan sistem dan kebijakan remunerasi yang terstruktur dan jelas. Sistem ini diterapkan secara konsisten dan berlaku untuk semua karyawan tetap. (ASII, AR 2016 p114)

Remunerasi yang diberikan dikelola menjadi dua bagian, yaitu pendapatan tetap seperti gaji bulanan dan variable yaitu bonus akhir tahun yang besarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan dan dibedakan sesuai dengan kinerja individu. (ASII, AR 2018 p57, AR 2017 p57, AR 2016 p 64)

BOLT pada tahun 2018, 2017 dan 2016 memiliki pengungkapan yang konsisten mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawannya. BOLT mengungkapan gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi perusahaan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh BOLT.

Untuk menjaga motivasi, rasa aman dan kepuasan karyawan yang bekerja di Perusahaan, di samping gaji pokok dan tunjangan hari raya, karyawan juga menerima berbagai tunjangan dan fasilitas. (BOLT, AR 2018 p96, AR 2017 p86, AR 2016 p119)

Sama seperti BOLT, BRAM juga memiliki pengungkapan yang konsisten mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan. Pada tahun 2018, 2017, 2016 BRAM mengungkapkan bahwa gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi karyawan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh BRAM.

Remunerasi terdiri dari gaji bulanan atau dasar serta tunjangan dan fasilitas meliputi tunjangan transportasi, tunjangan perumahan, asuransi kesehatan serta bonus/insentif.

(BRAM, AR 2018 p132, AR 2017 p130, AR 2016 p126)

Kemudian MASA pada tahun 2018, 2017 dan 2016 mengungkapkan bahwa gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi perusahaan. Pengungkapan mengenai paket kompensasi pada tahun 2018, 2017 dan 2016 juga konsisten seperti BOLT dan BRAM.

Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh MASA.

(25)

13

Perseroan memberikan paket remunerasi yang terdiri dari gaji bulanan, tunjangan dan fasilitas. (MASA, AR 2018 p98, AR 2017 p99, AR 2016 p96)

Untuk AUTO, meskipun tidak mengungkapkan informasi tentang gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi perusahaan, AUTO mengungkapkan bahwa perusahaan memberikan perhatian penuh terhadap kesejahteraan karyawannya. Pada tahun 2018 dan 2017 AUTO mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki paket kompensasi yang adil, layak dan kompetitif di industri sejenis. Sementara pada tahun 2016 AUTO tidak memiliki pengungkapan mengenai paket kompensasi perusahaan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh AUTO.

Perhatian Perseroan terwujud melalui kebijakan remunerasi yang layak, adil dan kompetitif di industri sejenis serta memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.

(AUTO, AR 2018 p103, AR 2017 p172)

Perseroan memberikan perhatian penuh pada aspek kesejahteraan karyawan. (AUTO, AR 2018 p103, AR 2017 p172, AR 2016 p87)

GDYR pada tahun 2018 mengungkapkan telah memberikan paket kompensasi yang kompetitif bagi karyawan perusahaan meskipun GDYR tidak mengungkapkan gaji, insentif dan tunjangan masuk ke dalam paket kompensasi karyawannya. Namun pada tahun 2017 dan 2016 GDYR tidak memiliki pengungkapan mengenai paket kompensasi yang diberikan kepada karyawan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh GDYR.

Goodyear berupaya memfasilitasi setiap karyawan dengan paket kompensasi total yang kompetitif. (GDYR, AR 2018 p88)

Sementara GJTL pada tahun 2018, 2017 dan 2016 hanya mengungkapkan bahwa perusahaan memberikan benefit dan fasilitas yang terbaik bagi karyawan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi karyawan oleh GJTL.

Perusahaan selalu berupaya memberikan benefit danfasilitas yang terbaik sesuai kemampuan bagi karyawan. (GJTL, AR 2018 p75, AR 2017 p83, AR 2016 p75) Dengan demikian, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan.

Dari analisis di atas ditemukan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 saat ini hanya tujuh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan. Ketujuh perusahaan tersebut adalah ASII, BOLT, BRAM, MASA, AUTO, GJTL dan GDYR. Sementara enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak memiliki

(26)

14

pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan. Keenam perusahaan tersebut adalah IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM.

Dari pokok pengungkapan kompensasi yang diungkapkan oleh ASII, BOLT, BRAM, MASA, AUTO, GJTL dan GDYR, ditemukan bahwa kesejahteraan karyawan merupakan perhatian penting bagi perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan pemberian paket kompensasi yang lengkap untuk menunjang kesejahteraan karyawan, paket kompensasi yang diberikan meliputi gaji, insentif dan tunjangan karyawan. Namun sama seperti penelitian CSR sebelumnya yang dilakukan oleh Laoli & Davianti (2019) di industri kimia yang terdaftar di BEI yaitu tedapat pengungkapan yang tidak konsisten. Tedapat pengungkapan yang tidak konsisten mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan di industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2016 sampai 2018. Pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan oleh AUTO dan GDYR tidak konsisten di tahun 2016 sampai 2018. AUTO mengungkapkan pemberian kompensasi kepada karyawan di tahun 2017 dan 2018, sementara di tahun 2016 AUTO tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada kayawan. Lalu GDYR mengungkapkan pemberian paket kompensasi kepada karyawan di tahun 2018 saja, di tahun 2016 dan 2017 GDYR tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan.

Oleh karenanya, walaupun tedapat pengungkapan yang tidak konsisten dan tidak semua perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan mengenai pemberian paket kompensasi kepada karyawan, dilihat dari pokok yang diungkapkan oleh ASII, BOLT, BRAM, MASA, AUTO, GJTL dan GDYR, pemberian paket kompensasi kepada karyawan sudah memadai. Pemberian paket kompensasi oleh ASII, BOLT, BRAM, MASA, AUTO, GJTL dan GDYR sudah dapat menunjang kesejahteraan karyawannya karena paket kompensasi yang diberikan mencakup gaji, insentif dan tunjangan karyawan. Menurut Kaswan (2017) untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya perusahaan setidaknya harus memberikan gaji, insentif dan tunjangan dalam paket kompensasinya.

Mengingat di era Revolusi Industri 4.0 karyawan memiliki potensi terkena PHK dari perusahaan karena pekerjaannya yang tergantikan oleh teknologi, pemberian paket kompensasi yang memadai di era Revolusi industri 4.0 dapat menjamin kesejahteraan karyawan selama bekerja maupun ketika karyawan sudah pensiun. Dalam komponen kompensasi terdapat fasilitas dan jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan, fasilitas

(27)

15

dan jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan dapat membantu karyawan selama bekerja maupun ketika karyawan sudah pensiun. Namun ASII, BOLT, BRAM, MASA, AUTO, GJTL dan GDYR tidak memberikan informasi apakah pemberian kompensasi yang memadai meliputi pemberian gaji, insentif dan tunjangan kepada karyawan merupakan strategi perusahaan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 atau hanya bentuk balas jasa perusahaan kepada karyawan yang sudah bekerja.

Gaji

Gaji merupakan kompensasi atau penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukan karyawan. Besarnya gaji yang diterima oleh karyawan dapat menentukan kepuasan kerja di tempat mereka bekerja. Selain menentukan kepuasan kerja besarnya gaji yang dibayarkan dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat kesejahteraan pekerja. Untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya perusahaan harus memberikan gaji minimal sesuai dengan Upah Minimal Regional atau UMR. Pemberian UMR diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 90 Ayat 1, UU tersebut mengatur perusahaan agar tidak memberikan upah dibawah UMR.

Tiga dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI mengungkapkan telah memberikan upah sesuai dengan UMR yang berlaku. Ketiga perusahaan tersebut adalah AUTO, BOLT, dan BRAM. Sementara sepuluh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak mengungkapkan telah memberikan upah sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah ASII, GDYR, GJTL, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM dan MASA.

Pemberian upah pekerja oleh AUTO telah sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pada tahun 2018 AUTO mengungkapkan telah meberikan upah pekerja sesuai dengan UMR yang berlaku. Namun pengungkapan mengenai pemberian upah pekerja oleh AUTO tidak konsisten karena pada tahun 2017 dan 2016 AUTO tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian upah yang sesuai dengan UMR. Walaupun AUTO pada tahun 2017 tidak mengungkapkan bahwa upah yang diberikan telah sesuai dengan UMR, di tahun 2017 AUTO mengungkapkan bahwa paket kompensasi karyawan yang didalamnya termasuk upah pekerja diberikan secara adil, layak dan kompetitif di industri sejenis serta telah mematuhi peraturan yang berlaku. Sementara pada tahun 2016 AUTO mengungkapkan bahwa perusahaan memberikan perhatian penuh terhadap kesejahteraan karyawan. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian upah pekerja oleh AUTO.

(28)

16

Besaran Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Sektoral Provinsi/Kabupaten (UMSP/K) yang ditetapkan setiap pemerintah daerah selalu menjadi acuan Perseroan dalam menetapkan upah minimum bagi karyawan yang bekerja di area tersebut.

(AUTO,AR 2018 p68)

Perhatian Perseroan terwujud melalui kebijakan remunerasi yang layak, adil dan kompetitif di industri sejenis serta memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.

(AUTO, AR 2018 p103, AR 2017 p172)

Perseroan memberikan perhatian penuh pada aspek kesejahteraan karyawan. (AUTO, AR 2018 p103, AR 2017 p172, AR 2016 p87)

Pemberian upah pekerja oleh BOLT juga telah sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Di tahun 2018, 2017 dan 2016 BOLT mengungkapkan telah memberikan upah pekerja sesuai dengan UMR yang berlaku, berbeda dengan AUTO pengungkapan BOLT mengenai pemberian upah pekerja konsisten dari tahun 2018, 2017 dan 2016. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian upah pekerja oleh BOLT.

Pembayaran gaji karyawan mengikuti upah minimum sektoral provinsi. (BOLT, AR 2018 p96).

Sama seperti BOLT pemberian upah pekerja oleh BRAM juga telah sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan pengungkapan yang dilakukan oleh BRAM juga konsisten dari tahun 2018, 2017 dan 2016. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian upah pekerja oleh BRAM.

Sistem remunerasi yang dijalankan Perseroan juga sudah sejalan dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan kondisi keuangan Perseroan. (BRAM, AR 2018 p174, AR 2017 p168, AR 2016 p162)

Sementara untuk ASII, GDYR, GJTL, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM dan MASA tidak mengungkapkan telah memberikan upah pekerja sesuai dengan UMR yang berlaku.

Dari analisis yang telah dilakukan ditemukan bahwa hanya tiga dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan mengenai pemberian upah yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, ketiga perusahaan tersebut adalah AUTO, BOLT, dan BRAM. Sama seperti penelitian CSR sebelumnya yang dilakukan oleh Laoli & Davianti (2019) di industri kimia yang terdaftar di BEI yaitu tedapat pengungkapan yang tidak konsisten. Tedapat pengungkapan yang tidak konsisten mengenai pemberian upah yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan kepada karyawan di perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2016 sampai 2018. Pengungkapan mengenai pemberian upah yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan kepada karyawan oleh AUTO tidak

(29)

17

konsisten di tahun 2016 sampai 2018. AUTO mengungkapkan pemberian upah yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan di tahun 2018, di tahun 2016 dan 2017 AUTO tidak memiliki pengungkapan tersebut.

Sementara sepuluh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak mengungkapkan bahwa upah yang dibayarkan telah sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah ASII, GDYR, GJTL, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS, SMSM dan MASA. Untuk ASII, GDYR, dan GJTL meskipun tidak mengungkapkan telah memberikan upah pekerja sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, ASII, GDYR, dan GJTL memiliki paket kompensasi yang memadai untuk karyawannya. ASII memberikan bonus akhir tahun, tunjangan dan insentif untuk karyawan diluar gaji pokok yang diberikan. Lalu GDYR dan GJTL mengungkapkan telah memberikan upah pekerja yang kompetitif pada industri sejenis.

Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian paket kompensasi oleh ASII dan pemberian upah yang kompetitif oleh GDYR dan GJTL.

Untuk memotivasi hasil karya terbaik, Astra menawarkan paket remunerasi dan fasilitas yang lengkap bagi karyawan, terdiri dari gaji, tunjangan beserta fasilitas non- moneter lain yang memberikan kemudahan work-life balance untuk aktivitas bekerja dan kehidupan personal yang nyaman dan berimbang. (ASII, AR 2018 p95, AR 2017 p106)

Goodyear berupaya memfasilitasi setiap karyawan dengan paket kompensasi total yang kompetitif. (GDYR, AR 2018 p88)

Perusahaan selalu berupaya memberikan benefit dan fasilitas yang terbaik sesuai kemampuan bagi karyawan. (GJTL, AR 2018 p75, AR 2017 p83, AR 2016 p75) Oleh karena itu walaupun tidak semua perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengungkapan mengenai pemberian upah yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bukan berarti bahwa perusahaan yang tidak mengungkapkan pemberian upah pekerja yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan tidak memberikan kompensasi yang layak kepada karyawan untuk menunjang kesejahteraannya. Untuk strategi perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0, dari analisis yang dilakukan menemukan bahwa perusahaan otomotif di Indonesia yang terdaftar di BEI tidak memberikan informasi mengenai strategi perusahaan untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0 melalui pemberian upah kepada pekerja baik dari mekanisme pemberian upah maupun besaran upah yang diberikan.

(30)

18 Jaminan Sosial

Pemberian jaminan sosial kepada karyawan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 99 Ayat 1, yaitu perusahaan wajib memberikan jaminan sosial kepada buruh dan keluarganya. Kemudian GRI 401-2 mewajibkan perusahaan untuk mengungkapan pemberian jaminan sosial kepada karyawannya. Berikut ini kutipan atas GRI 401-2 dan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 99 Ayat 1.

Perusahaan wajib memberikan jaminan sosial tenaga kerja kepada setiap pekerja/buruh dan keluarganya.(UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan) Pengungkapan tunjangan yang bersifat standar untuk karyawan purna waktu tetapi tidak diberikan kepada karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan. (GRI 401)

Enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI mengungkapkan telah memberikan jaminan sosial kepada karyawan dan atau keluarga karyawan. Keenam perusahaan tersebut adalah ASII , AUTO, BOLT, GJTL,MASA dan GDYR. Sementara tujuh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan maupun keluarga karyawan. Ketujuh perusahaan tersebut adalah BRAM, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS dan SMSM.

Untuk pemberian jaminan sosial kepada karyawan ASII mengungkapkan telah mengikutsertakan seluruh karyawan tetapnya ke dalam program pensiun dan program BPJS Ketenagakerjaan. Sementara untuk jaminan sosial yang berkaitan dengan keluarga karyawan ASII memberikan beasiswa kepada anak karyawan golongan tertentu yang berprestasi.

Pengungkapan ASII mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan konsisten di tahun 2018, 2017 dan 2016. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh ASII.

Manfaat lain yang diperoleh karyawantetap Astra adalah tersedianya beasiswa untuk anak karyawangolongan tertentu yang berprestasi. (ASII SR 2018 p57, 2017 p57, 2016 p64)

Seluruh karyawan tetap Astra diikutsertakan dalam program BPJS Ketenagakerjaan untuk Jaminan Pensiun dari pemerintah, dan juga berhak atas manfaat program pensiun perusahaan yang dikelola oleh Dana Pensiun Astra (DPA). (ASII AR 2018 p96, 2017 p107, 2016 p116)

Kemudian AUTO mengungkapkan telah memberikan jaminan ketenagakerjaan kepada karyawan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. AUTO mengikutsertakan seluruh karyawan tetap ke dalam program pensiun perusahaan. Selain itu untuk jaminan sosial yang berkaitan dengan keluarga karyawan, AUTO mengungkapkan telah memberikan

(31)

19

beasiswa kepada anak karyawan yang berprestasi. Pengungkapan AUTO mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan konsisten di tahun 2018, 2017 dan 2016. Namun pengungkapan AUTO mengenai pemberian beasiswa kepada anak karyawan yang berprestasi hanya diungkapkan di tahun 2017, di tahun 2018 dan 2016 AUTO tidak memiliki mengungkapkan tersebut. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh AUTO.

Perseroan juga memberikan jaminan sosial tenaga kerja dan kesehatan sesuai dengan peraturan pemerintah. (AUTO, AR 2018 p103, 2017 p274, 2016 p 87)

Perseroan juga memiliki program beasiswa untuk anak-anak karyawan. (AUTO, AR 2017 p274)

Lalu BOLT hanya mengungkapkan jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan. BOLT tidak mengungkapkan jaminan sosial yang diberikan kepada keluarga karyawan. Untuk jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan, BOLT mengungkapkan telah mendaftarkan karyawannya ke dalam program BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan. Pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial oleh BOLT konsisten di tahun 2018, 2017 dan 2016.

Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh BOLT.

Karyawan juga menerima berbagai tunjangan dan fasilitas di antaranya: BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, Pembinaan kegiatan jasmani karyawan melalui olahraga, Fasilitas ibadah (musholla), kantin dan koperasi karyawan, Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan kerja. (ASII, AR 2018 p96, 2017 p96, 2016 p119)

Sama seperti BOLT, GJTL tidak mengungkapkan jaminan sosial yang diberikan kepada keluarga karyawan. Untuk jaminan sosial kepada karyawan GJTL mengungkapkan telah mendaftarkan seluruh karyawan ke dalam BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan Jaminan Pensiun. Selain itu GJTL mengungkapkan telah memberikan asuransi kesehatan tambahan untuk sebagian karyawan dan pemeriksaan kesehatan rutin untuk seluruh karyawan. Pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial GJTL konsisten di tahun 2018, 2017 dan 2016. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh GJTL.

Sesuai kebijakan pemerintah, Perusahaan telahmendaftarkan seluruh karyawan dalam program BPJS Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Jaminan Pensiun. (GJTL AR 2018 p75, 2017 p83, 2016 p75)

Perusahaan juga memberikan manfaat tambahan berupaasuransi kesehatan tambahan untuk sebagian karyawan,pemeriksaan kesehatan rutin (Medical Check Up) untukseluruh karyawan. (GJTL AR 2018 p75, 2017 p83, 2016 p75)

MASA juga tidak memiliki pengungkapan mengenai jaminan sosial yang diberikan kepada keluarga karyawan. Masa hanya mengungkapkan jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan yang bekerja yaitu mengikutsertakan seluruh karyawan ke dalam program BPJS

(32)

20

Ketenagakerjaan dan Jaminan Pensiun. Pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial oleh MASA konsisten di tahun 2018, 2017 dan 2016. Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh MASA.

Perseroan mengikutsertakan seluruh pekerja dalam program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Keselamatan (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) serta Jaminan Pensiun Sesuai dengan BPJS Ketenagakerjaan yang berlaku. (MASA AR 2018 p97, 2017 p 98, 2016 p95)

Kemudian GDYR mengungkapkan telah memberikan jaminan sosial kepada karyawan dan kelaurganya. Untuk pemberian jaminan sosial kepada karyawan, GDYR mengungkapkan telah mengikutsertakan seluruh karyawan ke dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Sementara untuk jaminan sosial kepada keluarga karyawan, GDYR mengungkapkan telah memberikan asuransi kesehatan kepada keluarga karyawan dengan maksimal tanggungan hingga tiga orang anak. Namun pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial oleh GDYR tidak konsisten. GDYR hanya mengungkapkan pemberian jaminan sosial di tahun 2018 saja, sementara di tahun 2017 dan 2016 GDYR tidak mengungkapkan pemberian jaminan sosial kepada karyawan maupun keluarga karyawan.

Berikut ini kutipan atas pengungkapan tentang pemberian jaminan sosial oleh GDYR.

Goodyear Indonesia telah mengikutsertakan karyawan ke dalam program Jaminan Sosial Nasional yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Selain keikutsertaan dalam BPJS Kesehatan, Perusahaan juga mengikutsertakan karyawan ke dalam program asuransi kesehatan karyawan termasuk keluarga dengan maksimum tanggungan hingga 3 orang anak. (GDYR AR 2018 p132)

Dari hasil analisis di atas ditemukan bahwa hanya enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial untuk karyawan dan atau keluarga karyawan. Keenam perusahaan tersebut adalah ASII , AUTO, BOLT, GJTL, MASA dan GDYR. Sementara tujuh dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI tidak memiliki pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan maupun keluarga karyawan, ketujuh perusahaan tersebut adalah BRAM, IMAS, INDS, LPIN, NIPS, PRAS dan SMSM.

Dari pokok jaminan sosial yang diungkapkan oleh ASII , AUTO, BOLT, GJTL, MASA dan GDYR ditemukan bahwa terdapat tiga pokok utama yang menjadi fokus perusahaan dalam memberikan jaminan sosial kepada karyawannya. Ketiga pokok tersebut adalah pemberian jaminan sosial untuk masa pensiun karyawan, jaminan sosial untuk masa

(33)

21

karyawan masih bekerja dan jaminan sosial untuk keluarga karyawan. ASII, AUTO, GJTL dan MASA mengungkapkan telah memberikan jaminan pensiun kepada karyawan untuk kesejahteraan karyawan saat mereka telah pensiun. BOLT, GJTL, MASA dan GDYR mengungkapkan telah mendaftarkan karyawannya ke dalam BPJS Ketenagakerjaan dan atau BPJS Kesehatan untuk jaminan sosial karyawan selama karyawan masih bekerja dan atau ketika karyawan sudah pensiun. ASII dan AUTO mengungkapkan telah memberikan beasiswa kepada anak karyawan yang berprestasi sebagai bentuk jaminan sosial kepada keluarga karyawan. Lalu GJTL mengungkapkan telah memberikan asuransi kesehatan kepada keluarga karyawan sebagai bentuk jaminan sosial kepada keluarga karyawan.

Ditemukan terdapat kesamaan dengan penelitian CSR sebelumnya yang dilakukan oleh Laoli & Davianti (2019) di industri kimia yang terdaftar di BEI yaitu tedapat pengungkapan yang tidak konsisten. Terdapat pengungkapan yang tidak konsisten mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan dan atau keluarga karyawan di perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2016 sampai 2018. Pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial kepada karyawan dan atau keluarga karyawan oleh AUTO dan GDYR tidak konsisten di tahun 2016 sampai 2018. AUTO mengungkapkan pemberian jaminan sosial kepada keluarga karyawan di tahun 2017 saja, di tahun 2018 dan 2016 AUTO tidak memiliki mengungkapkan tersebut. Lalu GDYR mengungkapkan pemberian jaminan sosial kepada karyawan dan keluarga karyawan di tahun 2018, di tahun 2017 dan 2016 GDYR tidak memiliki pengungkapan tersebut. Selain itu juga terdapat kesamaan lain dengan penelitian CSR sebelumnya yang dilakukan oleh Laoli & Davianti (2019) di industri kimia yang terdaftar di BEI yaitu terdapat kemiripan isi pokok pengungkapan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Pokok pengungkapan jaminan sosial di industri otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki kemiripan satu sama lain.

Pokok pengungkapan jaminan sosial yang diungkapkan oleh ASII , AUTO, BOLT, GJTL, MASA dan GDYR mengandung isi yang sama yaitu mengenai pemberian jaminan sosial untuk masa pensiun karyawan, jaminan sosial untuk masa karyawan masih bekerja dan jaminan sosial untuk keluarga karyawan.

Walaupun hanya enam dari tiga belas perusahaan otomotif Indonesia yang terdaftar di BEI yang memiliki pengungkapan mengenai pemberian jaminan sosial untuk karyawan dan atau keluarga karyawan, dilihat dari pokok yang diungkapkan oleh ASII , AUTO, BOLT, GJTL, MASA dan GDYR pemberian jaminan sosial kepada karyawan dan atau keluarga

Gambar

Tabel 1. Daftar Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tabel 2. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Grafik 2. Jumlah Total Karyawan SMSM
Grafik 3. Jumlah Total Karyawan GJTL
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

struktur kepemilikan terhadap praktik penghindaran pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

Menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan yang terdaftar (listing) di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh pengungkapan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa

Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor industri kesehatan

Efendi (2009) dalam penelitiannya yaitu Pengaruh Pengungkapan Sosial terhadap Return Saham (Analisis Komparatif Perusahaan High Profile dan Low Profile yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh pengungkapan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan CSR Perusahaan Manufakrur Subsektor Rokok Yang Terdaftar BEI Tahun 2021 .... 6 Tabel 2.1 Kriteria Pengukuran Perusahaa