• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

D. PERMOHONAN PROVISI

II. BUKAN KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA

1. Keberadaan Pengadilan Niaga telah diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 1998 jo Undang- Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini yang merupakan perubahan dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang tentang Kepailitan Staatsblad Tahun 1905 Nomor 217 juncto Staatsblad Tahun 1906 Nomor 348, secara implisit telah mengatur tentang kewenangan Pengadilan Niaga yaitu hanya untuk menyelesaikan dan memeriksa perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

2. Bahwa berdasarkan Surat Edaran Agung (SEMA) No 9 Tahun 1976 yang menyatakan putusan pengadilan tidak boleh diadili pengadilan manapun.

Hal ini menjelaskan bahwa Penetapan pengadilan merupakan produk Hakim pada Pengadilan sebagai hasil dari pemeriksaan permohonan, di dalam sistem hukum Hakim dalam pelaksanaan tugasnya menjalankan kekuasaan kehakiman yang besa konstitusional dan perundangan- undangan. yang memperoleh jaminan;

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, telah secara tegas dan

"limitatif" menentukan kompetensi dari Pengadilan Niaga, gugatan Penggugat yang pada pokoknya mempermasalahkan tentang :

- Menyatakan penyitaan yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II terhadap harta pailit PT. Sun Prima Nusantara Pembiayaan (dalam pailit) senilai Rp. 50.852.567.604,- (lima puluh miliar delapan ratus lima puluh dua juta lima ratus enam puluh tujuh ribu enam ratus empat rupiah) secara melawan hukum yang merugikan Penggugat;

- Menyatakan Penggugat merupakan pihak yang secara sah dan berwenang untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit PT. Sun Prima Nusantara Pembiayaan (Pailit) senilai Rp. 50.852.567.604,- (lima puluh

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 40 dari 88 Hal. Putusan Nomor 16/Pdt.Sus-Gugatan Lain-lain/2023/PN Niaga Jkt Pst.

miliar delapan ratus lima puluh dua juta lima ratus enam puluh tujuh ribu enam ratus empat rupiah);

- Menyatakan penyitaan yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II berupa uang tunai yang secara keseluruhan berjumlah senilai Rp.

50.852.567.604,- (lima puluh miliar delapan ratus lima puluh dua juta lima ratus enam puluh tujuh ribu enam ratus empat rupiah), yang berasal dari penyitaan barang bukti.

- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II untuk mengembalikan seluruh harta pailit yang telah disita dan dirampas oleh negara yang secara keseluruhan berjumlah senilai Rp. 50.852.567.604,- (lima puluh miliar delapan ratus lima puluh dua juta lima ratus enam puluh tujuh ribu enam ratus empat rupiah) kepada Penggugat selaku kurator PT. Sun Prima Nusantara Pembiayaan (Pallit).

DALAM POKOK PERKARA

Bahwa Tergugat I mohon agar dalil-dalil yang telah disampaikan pada Bagian Eksepsi Kompetensi Absolut maupun Eksepsi Lain tersebut di atas dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan dalil-dalil pada Bagian Dalam Pokok Perkara ini. Sekali lagi, Tergugat I menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam Gugatan aquo. Pada prinsipnya Tergugat I dalam menjalankan tugas/wewenangnya dimaksud telah melakukannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Untuk itu akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini.

1. Bahwa penyelidikan maupun penyidikan adalah tugas yang wajib dijalankan oleh seorang yang berprofesi sebagai penyelidik/penyidik berdasarkan surat perintah dan penugasan apabila mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana (vide. Pasal 102 Jo. 106 KUHAP). Tergugat I sebagai penyelidik mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan penyelidikan, sedangkan sebagai penyidik mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan penyidikan (vide. Pasal 1 angka 4 dan Pasal 1 angka 1 KUHAP).

Adapun pengertian dari penyidikan, berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 2 KUHAP, adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

2. Bahwa dalam menjalankan tugas atau kewenangannya melakukan penyidikan, penyidik juga dibekali dengan wewenang untuk melakukan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 41 dari 88 Hal. Putusan Nomor 16/Pdt.Sus-Gugatan Lain-lain/2023/PN Niaga Jkt Pst.

upaya paksa lainnya, diantaranya pemanggilan seseorang untuk diperiksa sebagai saksi, penggeledahan, penyitaan, penangkapan, penahanan, dengan batasan wewenang yang secara ketat telah diatur dalam KUHAP.

3. Mengenai Peristiwa yang diduga Sebagai Tindak Pidana Sebagaimana Tercantum Dalam Laporan Polisi Nomor: LP/782/VI/2018/Bareskrim tanggal 26 Juni 2018 ("LP782/2018") dan Yang Menjadi Fokus atau Obyek Penyelidikan/Penyidikan oleh Tergugat I adalah Dugaan Tindak Pidana Tindak Pidana Pemalsuan dan atau Tindak Pidana Penggelapan dan atau Tindak Pidana Penipuan dan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (1) dan atau ayat (2) KUHP dan atau Pasal 372 KUHP dan atau Pasal 378 KUHP dan Pasal 3 dan atau Pasal 4 dan atau Pasal 5 UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagaimana terkait dengan Laporan Polisi Nomor: LP/B/782/VI/2018/Bareskrim tanggal 26 Juni 2018, yang terjadi di Bank Panin Pusat, Dengan cara pada Tahun 2016, PT.

Bank Panin, Tbk. memberikan fasilitas kredit pinjaman tetap dan pinjaman rekening koran kepada PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan (PT. SNP) dan pada bulan Mei 2018 status kredit tersebut macet dengan nilai sebesar Rp.141.065.491.460, selain memberikan fasilitas kredit tersebut PT. Bank Panin, Tbk. juga melakukan pembelian MTN (Medium Term Notes) yang diterbitkan PT. SNP dan pada bulan Mei 2018 MTN tersebut belum terjual dengan nilai sebesar Rp.57.549.395.833, dan piutang yang dijadikan jaminan diduga fiktif kemudian diketahui bahwa PT. SNP digugat pailit oleh pihak lain di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, atas kejadian tersebut PT.

Bank Panin, Tbk. merasa dirugikan sebesar Rp.198.614.887.293. yang dilakukan oleh tersangka DONNI SATRIA, SE. MM, ANDI PAWELLOI S.PI., MM, RUDI ASNAWI, CHRISTIAN D. SASMITA, ANITA SUTANTO, WAHYU HANDOKO SIE LING, LEO CHANDRA & LEO DARWIN yang terjadi di Kantor PT. SUNPRIMA NUSANTARA PEMBIAYAAN (PT. SNP Finance) yang beralamat di Alamat Kantor Pusat PT Sunprima Nusantara Pembiayaan Kompleks Pertokoan Jembatan Lima Indah A15 No 2326 Jl.

Moh Mansur, jakarta Pusat sekitar bulan Mei 2016 s.d Mei 2018.

4. Bahwa Penyidikan dilakukan penyidik (in casu. Tergugat I) berfokus pada mencari dan mengumpulkan bukti-bukti untuk membuat terang tindak pidana yang diduga terjadi dan menemukan siapa tersangkanya, termasuk di dalamnya melakukan penyitaan terhadap benda-benda yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 42 dari 88 Hal. Putusan Nomor 16/Pdt.Sus-Gugatan Lain-lain/2023/PN Niaga Jkt Pst.

5. Bahwa berdasarkan fakta perkara Laporan Polisi Nomor LP/782/VI/2018/Bareskrim tanggal 26 Juni 2018 aquo atas nama Tersangka Leo Chandra telah diputus berdasarkan Putusan pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 887/Pid.B/2019/PN.Jkt.Pst tanggal 8 januari 2020 Jo.

Putusan Nomor 62 / Pid / 2020 / PT .DKI tanggal 11 Maret 2020 Jo. Putusan Nomor 725/K/Pid/2020 tanggal 5 Agustus 2020 dan Putusan Nomor:

344/Pid.B/2021/PN.Jkt.Pst tanggal 14 April 2022 Jo. Putusan Nomor : 1004K/ Pid / 2022 tanggal 28 November 2022.

Dan didalam putusan tersebut telah secara jelas tertuang perintah terhadap barang- barang yang telah dilakukan penyitaan oleh Tergugat I.

6. Bahwa apabila Penggugat merasa berkeberatan atas segala tindakan yang dilakukan selama proses penyidikan mekanisme adalah melalui mekanisme hukum lembaga Praperadilan yang diatur dalam Hukum Acara Pidana/KUHAP, sebagaimana telah dijelaskan dalam dalil sebelumnya di awal. Misalnya jika seseorang merasa keberatan atas tindakan penyitaan, penyelesaiannya adalah melalui forum/lembaga Praperadilan, bukan melalui Gugatan Perdata ataupun perlawanan untuk menyatakan tindakan itu salah.

7. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas ini, serta seluruh dalil-dalil dalam Jawaban ini, maka sudah seharusnya menurut hukum seluruh tuntutan Penggugat terhadap Tergugat I dalam perkara aquo dinyatakan, ditolak.

Dokumen terkait