• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep Visual Spasial

5. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial

Dalam kecerdasan visual-spasial diperlukan adanya pemahaman kiri- kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman tersebut juga diperlukan dalam belajar matematika. Pada anak usia sekolah kecerdasan visual-spasial ini sangat penting karena kecerdasan visual- spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum. Berikut cara mengembangkan kecerdasan visual spasial anak:

a) Kenalkan arah

Saat anak memasuki usia 2 tahun, anda sudah bisa mengajarkannya mengenal arah dengan mulai membedakan tangan kanan dan kiri. Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

36Sujiono dan Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, h. 100.

30

Gambar 1 Pengenalan arah 37 b) Bermain puzzle dan balok

Sebaiknya jumlah puzzle disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Saat berusia 3 tahun, coba lima keping puzzle dulu. Semakin usia bertambah jumlah puzzle pun bertambah. Begitu pun dengan bermain balok, semakin bertambah usianya, lebih tinggi pula tingkat kesulitannya.

Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

Gambar 2 Permainan puzzle dan balok38 c) Belajar bentuk

Saat anda membaca buku bersamanya, minta anak memperhatikan bentuk-bentuk rumah, bola atau benda yang ada di buku. Sebutkan konsep garis seperti melengkung, lurus, zig-zag, bentuk bulat, persegi atau kerucut. Deskripsikan suatu bentuk secara verbal, kemudian minta anak menggambarkannya.39 Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

37 Cupidocreativeblog.wordpress.com

38 Orami.co.id

39Yaumi dan Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intlegences) Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, h. 17.

Gambar 3 Mengenal bentuk40 d) Membuat peta

Saat anak berusia 4-5 tahun, anda bisa mengajaknya membuat peta sederhana, misalnya membuat peta perjalanan dari rumah menuju sekolahnya. Untuk melatih daya visualisasi, minta anak membuat denah rumah. Dari kegiatan ini anak mampu memvisualisasikan tata letak dan ruang kedalam bentuk dua dimensi. Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

Gambar 4 Peta perjalanan dari rumah ke sekolah41 e) Bermain tangram

Saat anak berusia 5-6 tahun berikan mainan tangram. Tangram merupakan sebuah permainan teka-teki transformasi yang terdiri dari tujuh kepingan potongan, disebut tan yang disatukan untuk membentuk pola. Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih anak dalam membentuk pola tertentu menggunakan ketujuh potongan yang mungkin tidak tumpang tindih. Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

40 id.pinterest.com

41 brainly.co.id

32

Gambar 5 Permainan tangram untuk anak usia dini42 f) Menggambar dan mewarnai

Anak berlatih membentuk berbagai gambar dari garis lurus atau lengkung. Ini bertujuan untuk melatih anak menerjemahkan suatu bentuk kedalam pikirannya menjadi gambar dua dimensi.43 Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

Gambar 6 Menggambar dan mewarnai44 g) Utak-atik playdough

Permainan ini melatih ketrampilan tangan, sehingga anak bisa membuat sekaligus mengenal beragam bentuk misal bulat, kerucut atau segiempat, dan lain-lain. Adapun contoh gambar, sebagai berikut:

Gambar 7 Permainan playdough untuk anak usia dini45

42 duniabelajaranak.id

43 Bob Samples, Revolusi Belajar LJ Untuk Anak (Bandung: Kalifa, 2002), 199.

44 epataschool.com

45 id.theasianparent.com

h) Belajar mengamati

Saat melihat suatu gambar, ajak anak melihat detail-detailnya.

Kemudian tanyakan kembali detail tersebut, misalnya “Jendelanya berbentuk apa?” atau “Ceritakan apa saja sih yang ada di rumah tadi”.46

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial anak. Dimana dunia anak adalah dunia bermain, maka dengan bermain anak akan belajar dan bebas bereksplor sehingga kemampuan visual spasial anak akan berkembang dengan baik.

6.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Visual Spasial

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan visual spasial baik dari faktor kecerdasan itu sendiri, maupun faktor yang muncul dari pihak guru dan orang tua:

a) Faktor yang mempengaruhi kecerdasan:

1) Faktor bawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir dalam mengetahui batas kesanggupan atau kecakapan anak dalam memecahkan masalah.

2) Faktor minat dan bawaan yang khas, dimana dalam diri anak terdapat dorongan atau motif yang mendorong anak untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh anak dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

3) Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.

Disini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan,

46 Sujiono dan Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, h. 46.

34

seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitar.

4) Faktor kematangan, dimana organ dalam tubuh pada anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

5) Faktor kebiasaan, dimana anak dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebiasaan memeilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.47

b) Faktor muncul dari pihak guru meliputi:

1) Guru memiliki keterbatasan pemahaman tentang kecerdasan visual spasial sehingga guru belum memberikan perhatian pada aspek kecerdasan ini.

2) Adanya tuntutan calistung (membaca, menulis, berhitung) dari sekolah dasar.

3) Guru juga belum mampu mengembangkan indikator dalam merancang sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi anak.

4) Kurangnya media pembelajaran.

c) Faktor yang muncul dari pihak orang tua:

1) Keterbatasan pengetahuan orang tua tentang kecerdasan visual spasial.

47Dyah Rahma Pertiwi, “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit” (Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2015), h. 11.

2) Orang tua memiliki pola pikir bahwa anak yang cerdas adalah anak yang mahir dalam membaca, menulis dan berhitung.48

Selain penjelasan diatas, terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menstimulasi kemampuan visual spasial pada anak, yaitu:

a) Faktor pendukung

Anak mampu membedakan benda berdasarkan bentuk, fungsi dan warna. Tak hanya itu, anak juga mempunyai kreativitas dan imajinasi yang cepat dan tepat, anak dapat menerjemahkan ketidakaturan benda- benda yang ada disekitarnya (dalam dan melalui pikirannya) menjadi suatu yang indah dan teratur.

b) Faktor penghambat

Berdasarkan kemampuan anak dapat menjadi petunjuk bahwa adanya kesulitan belajar dalam memahami konsep dasar dari bermain. Dengan aktivitas dan permainan monoton yang diberikan orang tua atau pendidik yang membuat anak kurang dalam mengembangkan kecerdasan visual spasialnya sehingga berakibat rendahnya kemampuan visual spasial anak.49

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan visual spasial anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yakni dari fakor kecerdasan itu sendiri, faktor yang muncul dari pihak guru maupun faktor yang muncul dari pihak orang tua. Kemampuan visual spasial seorang anak

48 Rosidah, “Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini Melalui Permainan Maze,” h. 282-283.

49 Arini Dian Setianingrum, “Keefektifan Permainan Costumed And Build (CAB) Untuk Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia 5-6 Tahun di TK Aisyiyah Kajen Kabupaten Tegal,” (Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usa Dini, Universitas Negeri Semarang, 2020), h. 5-8.

36

tergantung kepada apa yang diberikan orang tua, sejak anak masih berada di dalam kandungan hingga dewasa. Selain itu juga terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dari stimulasi yang diberikan oleh orang tua atau pendidik dalam mengembangkan kemampuan visual spasial anak.

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode kualitatif deskripif. Kualitatif deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.50 Penelitian kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpuan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiah. Menurut John W, penelitian deskriptif tidak berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan membandingkan, mencari kesamaan-kesamaan dan hubugan kasual dalam berbagai hal.51

Berdasarkan teori diatas, maka peneliti akan mendeskripsikan penelitian ini secara menyeluruh dengan menganalisis fenomena, peristiwa, sikap dan pemikiran dari orang secara individu maupun kelompok untuk memperoleh data- data yang berisi informasi mengenai bentuk stimulasi perkembangan kemampuan anak usia dini, baik yang diperoleh dari data observasi, wawancara, maupun dokumentasi.

50 Sulaiman Saat dan Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian Panduan Bagi Peneliti Pemula (Makassar: Sibuku, 2018), h. 117.

51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006).

38

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Lokasi penelitian bertempat di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara.

C. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan, yaitu:

1.Pendekatan pendidikan, dimana sasaran utama dalam penelitian ini adalah orang tua, dengan menelaah bgaimana cara orang tua mendidik anak dalam mengembangkan kemampuan visual spasialnya.

2.Pendekatan psikologis, dimana yang akan diteliti adalah bentuk stimulasi perkembangan kemampuan visual spasial anak usia 5-6 tahun selama pandemi covid-19.

D. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengamatan yang bertumpu pada sumber data berdasarkan situasi yang terjadi, sumber data yang dimaksud adalah data kualitatif yang merupakan bahan-bahan yang direkam atau yang ditulis secara aktif oleh peneliti itu sendiri. Bahan-bahan itu menyangkut hal-hal khusus yang masih merupakan bahan mentah dan menjadi unsur penting dalam proses analisis.

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan yaitu:

1.Sumber data primer adalah informasi yang langsung diperoleh dari sumber- sumber primer, yaitu informasi dari orang pertama atau narasumber. Menurut peneliti, sumber data utama pada penelitian ini yaitu diperoleh dari orang tua anak, yaitu para ibu kandung dari sumber data sekunder yang informasinya

diambil langsung dari lokasi penelitian. Sumber data primer beserta keterangannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Sumber data primer

No. Sumber Data Primer Inisial Usia Keterangan

1. Kurnia Fadillah KF 28 Tahun

Ibu dari FQ yang memiliki kesibukan sebagai seorang penjahit baju serta ibu rumah tangga.

2. Ponia Ulfia PU 25 Tahun

Ibu dari ANH yang

memiliki kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan memiliki usaha onlineshop kosmetik dan baju.

3. Diana D 30 Tahun

Ibu dari BFA yang

memiliki kesibukan sebagai ibu rumah tangga.

2.Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber, tetapi dari pihak ketiga. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh, yang dimaksud adalah bersumber dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan penelitian, teori

40

dan beberapa dokumen yang menunjang penelitin.52 Adapun dalam penelitian ini, sumber data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi beserta foto-foto anak yang berusia 5-6 tahun. Sumber data sekunder dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Sumber data sekunder

No. Sumber Data Sekunder Inisial Umur Jenis Kelamin

1. Farah Qonitah FQ 6 Tahun Perempuan

2. Arifah Nurul Hidayah ANH 5 Tahun Perempuan 3. Bil Faqih Alfareza BFA 6 Tahun Laki-laki

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal dalam penelitian guna mendapatkan data yang valid dan relevan dengan permasalahan yang telah ditentukan, maka dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu:

1.Observasi

Menurut Nasution, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.

Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.53 Pada metode penelitian ini, peneliti ikut andil dalam kegiatan saat dilapangan dengan mempertimbangkan

52 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif, Skripsi dan Tesis (Yogyakarta:

Suaka Media, 2017), h. 87.

53 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 13 ed. (Bandung: Alfabeta, 2011).

bahwa data yang dikumpulkan secara efektif yang dilakukan secara langsung dalam memberikan stimulasi kemampuan visual spasial pada anak.

2.Wawancara (interview)

Metode wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannya juga diberikan secara lisan. Menurut Sugiyono, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.54

Dalam wawancara penelitian menggunakan pedoman wawancara terstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada interviewer telah ditetapkan terlebih dahulu.55 Dalam wawancara terstruktur, pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk menghimpun berbagai informasi tentang bentuk stimulasi perkembangan kemampuan visual spasial pada anak usia 5-6 tahun selama pandemi covid- 19. Informan dalam wawancara ini adalah orang tua anak. Metode ini digunakan agar peneliti mengetahui reaksi responden saat diwawancara.

3.Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di tempat peneliian, dalam hal ini meliputi laporan kegiatan,

54 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010).

55 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009).

42

foto-foto, file dokumen dan data lain guna mendapatkan data-data yang relevan dalam penelitian.56

Tujuan peneliti menggunakan metode ini karena untuk memperoleh data yang diinginkan, sehingga data tersebut akan mudah dipercaya sehingga dapat menjadi bukti saat penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian atau alat penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian, guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan di lapangan. Adapun instrumen penelitian yang telah divalidasi oleh Ibu Dr. Hj. Ulfiani Rahman, M. Si (validator 1) dan Ibu Ade Agusriani, S. Psi., M. A (validator 2) sebagai berikut:

1.Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mempermudah peneliti malakukan pengamatan terhadap subjek dan objek yang akan diteliti. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk stimulasi perkembangan kemampuan visual spasial pada anak usia 5-6 tahun. Dalam proses observasi, peneliti tinggal memberikan komentar tanda centang (√) yang telah ditentukan pada kolom BB, MB, BSH, BSB. Pedoman observasi diadaptasi dari Permendikbud dapat dilihat dalam tabel berikut:

56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Tabel 3.5 Pedoman Observasi

Bentuk Stimulasi Perkembangan Kemampuan Visual Spasial pada Anak Usia 5-6 Tahun selama Pandemi Covid-1957

No. Aspek yang dinilai

Ceklis

BB MB BHS BSB

1.

Anak mampu menyebutkan bilangan serta

mampu menunjukkan lambang

bilangannya.

2.

Anak mampu menggambarkan suatu objek setelah diperlihatkan gambar aslinya.

3.

Anak mampu mengenal dan menyebutkan bermacam-macam warna.

4.

Anak mampu mengenal perbedaan ukuran benda-benda disekitarnya (besar, kecil, tinggi, pendek)

5.

Anak mampu menyebutkan gambar benda serta mampu menuliskannya.

6.

Anak mampu mengenal arah (kanan kiri, atas bawah, depan belakang).

7. Anak mampu menyebutkan kembali nama-

57Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Nomor 137 Tahun 2014, h. 24-26.

44

nama benda yang baru dilihatnya.

8.

Anak mampu menyebutkan kembali urutan kegiatan (kegiatan saat makan).

Keterangan:

BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik

Konversi nilai skor dan indikator pengamatan adalah:

BB : 1 MB : 2 BSH : 3 BSB : 4 Kriteria:

1) Kriteria penilaian saat menyebutkan bilangan dan lambang bilangannya a) Jika anak belum mampu menyebutkan bilangan dan lambang

bilangannya, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu menyebutkan dua bilangan dan lambang bilangannya, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu menyebutkan tujuh bilangan dan lambang bilangannya, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu menyebutkan sepuluh bilangan dan lambang bilangannya, maka kriterianya adalah BSB.

2) Kriteria penilaian objek

a) Jika anak belum mampu mencurahkan satu objek yang dituangkan didalam gambarannya, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu mencurahkan dua objek yang dituangkan didalam gambarannya, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu mencurahkan tiga objek yang dituangkan didalam gambarannya, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu mencurahkan lima objek yang dituangkan didalam gambarannya, maka kriterianya adalah BSB

3) Kriteria penilaian mengenal warna

a) Jika anak hanya mampu mengenal dan menyebutkan satu warna, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu mengenal dan menyebutkan dua warna, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu mengenal dan menyebutkan tiga warna, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu mengenal dan menyebutkan lima warna, maka kriterianya adalah BSB

4) Kriteria penilaian perbedaan ukuran

46

a) Jika anak hanya mampu mengenal perbedaan ukuran satu benda, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu mengenal perbedaan ukuran dua benda, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu mengenal perbedaan ukuran tiga benda, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu mengenal perbedaan ukuran lima benda, maka kriterianya adalah BSB

5) Kriteria penilaian menyebutkan gambar benda serta mampu menuliskannya

a) Jika anak hanya mampu menyebutkan satu gambar benda serta mampu menuliskannya, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu menyebutkan gambar benda, namun belum mampu menuliskannya, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu menyebutkan tiga gambar benda serta mampu menuliskannya, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu menyebutkan lima gambar benda serta mampu menuliskannya, maka kriterianya adalah BSB

6) Kriteria penilaian mengenal arah

a) Jika anak hanya mampu menunjukkan satu arah, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu menunjukkan dua arah, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu menunjukkan tiga arah, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu menunjukkan semua arah, maka kriterianya adalah BSB

7) Kriteria penilaian menyebutkan kembali nama-nama benda yang baru dilihatnya

a) Jika anak hanya mampu menyebutkan satu nama benda, maka kriterianya adalah BB

b) Jika anak hanya mampu menyebutkan dua nama benda, maka kriterianya adalah MB

c) Jika anak hanya mampu menyebutkan tiga nama benda, maka kriterianya adalah BSH

d) Jika anak mampu menyebutkan lima nama benda, maka kriterianya adalah BSB

8) Kriteria penilaian menyebutkan kembali urutan kegiatan

a) Anak masih membutuhkan arahan pendidik dalam menyebutkan urutan kegiatan, maka kriterianya adalah BB

b) Anak mulai dapat menyebutkan satu persatu urutan kegiatan namun masih dengan arahan pendidik, maka kriterianya adalah MB

48

c) Anak mulai mampu menyebutkan urutan kegiatan, namun tidak berurutan dan masih membutuhkan arahan pendidik, maka kriterianya adalah BSH

d) Anak mampu menyebutkan urutan kegiatan secara sempurna tanpa bantuan pendidik, maka kriterianya adalah BSB

2.Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data berikutnya, melalui pedoman wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan narasumber atau subjek penelitian, dimana yang menjadi subjek penelitian adalah orang tua anak. Dalam pedoman wawancara berisi pertanyaan- pertanyaan yang dibutuhkan. Jadi, dalam proses wawancara, peneliti menggunakan media agar mempermudah peneliti dalam proses wawancara.

Pedoman wawancara pada penelitian ini diadaptasi dari Permendikbud dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Pedoman wawancara

Bentuk Stimulasi Perkembangan Kemampuan Visual Spasial pada Anak Usia 5-6 Tahun selama Pandemi Covid-19

No. Pertanyaan

1. Stimulasi seperti apa yang ibu/bapak berikan kepada anak untuk pengenalan perbedaan ukuran:

a. Panjang pendek

b. Besar kecil c. Tinggi pendek?

2. Stimulasi seperti apa yang ibu/bapak berikan kepada anak dalam mengenal arah:

a. Kanan kiri b. Atas bawah c. Depan belakang?

3. Bagaimana bentuk pemberian stimulasi yang ibu/bapak berikan kepada anak dalam menyebutkan bilangan dan lambang bilangannya?

4. Adakah bentuk permainan yang ibu/bapak berkan untuk menstimulasi pengenalan warna pada anak?

5. Dalam pengenalan warna, apakah ibu/bapak memberikan peluang kepada anak untuk memilih tema permainan?

6. Apakah pernah ibu/bapak memberikan stimulasi kepada anak mengenai pengenalan bentuk gambar serta penulisannya?

7. Apa faktor pendukung yang ibu/bapak hadapi dalam memberikan stimulasi pada anak?

8. Apa faktor penghambat yang ibu/bapak hadapi dalam memberikan stimulasi pada anak?

50

3.Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto yang digunakan sebagai bukti pendukung peneliti untuk melengkapi data-data dan sebagai alat bantu penelitian dalam melakukan kegiatan wawancara dan observasi.

G. Teknik Analisis Data

1.Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses pemilihan atau merangkum, menyederhanakan, memilih hal-hal pokok, mencari tema dan polanya, serta membuang yang tidak perlu. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan,

2.Penyajiam Data (Display Data)

Selanjutnya setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah dengan penyajian data. Melalui penyajian data maka data akan terorganisasi, tersusun pada pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori dan sebagainya. Dalam tahap ini peneliti membuat teks naratif mengenai informasi yang diberikan oleh informan.

3.Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conslusing Drawing/Verification)

Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pengumpulan data berikutnya. Peneliti akan melakukan uji kebenaran setiap

Dokumen terkait