• Tidak ada hasil yang ditemukan

Content Validity Index (CVI)

Dalam dokumen Deddy P urnomo R etno (Halaman 63-67)

BAB 2 PENGELOLAAN OPERASI DAN

G. Analisis Validitas Isi (Content Validity Analysis)

2. Content Validity Index (CVI)

CVI adalah pendekatan yang paling banyak digunakan dan direkomendasikan dalam melakukan evaluasi validitas isi pada pengembangan instrumen (Zamanzadeh et al., 2015; Rodrigues et al., 2017). Instrumen CVI digunakan untuk menilai setiap item instrumen mengenai relevansinya dengan konstruk yang ada (Hadzaman et al., 2018).

Teknik ini dikembangkan oleh Martuza (1977) dan kemudian disempurnakan oleh Lynn (1986), di mana pada penelitiannya menghitung dua jenis CVI. Tipe pertama melibatkan validitas isi item individual (I-CVI) dan yang kedua melibatkan validitas konten dari skala keseluruhan (S- CVI) (Hendryadi, 2017; Polit dan Beck, 2006). Untuk melengkapi I-CVI dan S-CVI, Lawshe mengusulkan penggunaan rasio validitas isi (CVR) untuk mengukur derajat kesepakatan para ahli dari satu item dan yang dapat mengekspresikan tingkat validitas konten melalui indikator tunggal yang berkisar dari -1 sampai 1 (Lawshe, 1975).

Untuk CVI, panel ahli diminta untuk menilai setiap item skala dalam hal relevansinya dengan konstruksi yang mendasarinya (Shrotryia dan Dhanda, 2019). Di mana skala 4 poin digunakan untuk menghindari titik netral. Empat poin yang digunakan sepanjang item kontinum peringkat 1 = tidak relevan, 2 = agak relevan, 3 = cukup relevan, 4 = sangat relevan (Hadzaman et al., 2018; Shrotryia dan Dhanda, 2019).

Prinsip penilaian untuk I-CVI berkisar dari nilai 0 sampai dengan 1. Jika I-CVI > 0,79 maka item tersebut masuk dalam kategori relevan, antara 0,70 - 0,79 item tersebut dikategorikan memerlukan revisi, dan I-CVI < 0,70 maka item tersebut termasuk dalam kategori harus dihapus/digugurkan (Abdollahpour et al., 2010;

Zamanzadeh et al., 2015). Dalam perhitungan I-CVI disarankan nilai I-CVI 1,00 untuk lima atau kurang dari lima peserta panel ahli, sedangkan untuk enam atau lebih peserta panel ahli, nilai I-CVI tidak boleh kurang dari 0,78 (Shrotryia dan Dhanda, 2019).

S-CVI digunakan untuk memastikan validitas isi dari skala keseluruhan. Secara umum S-CVI dapat dikonseptualisasikan dalam dua cara yaitu S-CVI (Perjanjian Universal) dan S-CVI (Rata-rata). S-CVI (Perjanjian Universal) mencerminkan proporsi item pada instrumen yang mencapai peringkat 3 atau 4 oleh semua pakar di panel (Shrotryia dan Dhanda, 2019). S-CVI (Rata-rata) adalah interpretasi liberal dari skala indeks validitas, dan dihitung menggunakan I-CVI. S-CVI (Rata-rata) menekankan pada kualitas barang rata-rata dan bukan pada kinerja rata-rata para ahli (Shrotryia and Dhanda, 2019). Dalam penilaian S- CVI, disarankan agar nilai S-CVI minimum 0,8 untuk mencerminkan validitas isi (Polit dan Beck, 2006; Shrotryia dan Dhanda, 2019).

Validitas isi juga dapat dilengkapi dengan metode penilaian dan evaluasi panel berdasarkan rasio atau dikenal dengan rasio validitas isi (CVR). CVR mewakili tingkat persetujuan yang proporsional oleh para ahli dalam menilai suatu item sebagai hal yang penting (Lawshe, 1975). Adapun nilai minimum dari CVR yang dibutuhkan adalah 0,49 (Lawshe, 1975; Zamanzadeh et al., 2014).

Tahapan yang dilakukan pada analisis validitas isi adalah sebagaimana Gambar 2.11. Tahap pertama adalah pengembangan instrumen (instrument development), kemudian tahap berikutnya adalah tahap pertimbangan (judgment) (Zamanzadeh et al., 2014).

Tahap 1 : Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen terdiri dari tiga langkah, yaitu : menentukan domain konten, pengambilan sampel dari konten (pembuatan item) dan konstruksi instrumen. Domain

konten adalah area konten yang terkait dengan variabel yang diukur (Zamanzadeh et al., 2014). Melalui definisi yang tepat tentang atribut dan karakteristik konstruk yang diinginkan, diperoleh gambaran yang jelas tentang batas, dimensi, dan komponennya. Konstruksi instrumen adalah langkah ketiga dalam pengembangan instrumen di mana item disempurnakan dan diatur dalam format dan urutan yang sesuai sehingga item akhir dikumpulkan dalam bentuk yang dapat digunakan (Lynn, 1986).

Tahap 2 : Pertimbangan

Langkah ini memerlukan konfirmasi oleh sejumlah ahli yang menunjukkan bahwa butir-butir instrumen dan seluruh instrumen memiliki validitas isi. Dalam memilih individu yang akan tergabung dalam panel ahli perlu diperhatikan penekanan pada hal-hal berikut, seperti : memiliki pelatihan yang relevan, pengalaman, dan kualifikasi ahli konten (Grant dan Davis, 1997). Riwayat publikasi dalam jurnal-jurnal yang direferensikan, presentasi nasional, dan penelitian tentang fenomena yang diminati dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam memilih ahli konten (Grant dan Kinney, 1992).

Tahap 3 : Kuantifikasi Validitas Konten

Validitas isi instrumen penelitian dapat ditentukan dengan menggunakan sudut pandang panel ahli. Panel ini terdiri dari pakar konten dan pakar awam. Pakar awam adalah subjek penelitian potensial, dan pakar konten adalah profesional yang memiliki pengalaman penelitian atau bekerja di lapangan (Davis, 1992). Penggunaan subjek dari kelompok sasaran sebagai ahli memastikan bahwa populasi untuk siapa instrumen sedang dikembangkan terwakili (Rubio et al., 2003). Dalam metode validitas isi kualitatif, ahli isi dan rekomendasi kelompok sasaran diadopsi dalam mengamati tata bahasa, penggunaan kata-kata yang tepat dan benar, penerapan urutan kata yang benar dan tepat dalam item dan penilaian yang tepat (Zamanzadeh et al.,

2014). Metode kuantitatif validitas isi, kepercayaan dipertahankan dalam memilih konten yang paling penting dan benar dalam suatu instrumen, yang diukur dengan rasio validitas isi (CVR) (Zamanzadeh et al., 2014). Setelah itu item diidentifikasi untuk dimasukkan dalam bentuk akhir, indeks validitas isi (CVI) dihitung untuk keseluruhan tes (I-CVI maupun S-CVI).

Meskipun CVI secara luas digunakan untuk memperkirakan validitas isi oleh banyak peneliti, namun indeks ini tidak mempertimbangkan kemungkinan peningkatan nilai karena kesepakatan kebetulan. Oleh karena itu, CVI dan koefisien kesepakatan Kappa (K*) dapat memberikan metode yang dapat diukur untuk mengevaluasi penilaian ahli konten. Kappa menawarkan informasi tambahan di luar kesepakatan proporsi karena menghilangkan kesepakatan kebetulan acak. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang kesepakatan antar penilai secara umum, dan untuk meningkatkan kepercayaan pada validitas isi instrumen baru maka peneliti harus melaporkan kesepakatan proporsi, sebagai indikasi variabilitas data dan Kappa sebagai ukuran kesepakatan di luar kesempatan (Brennan dan Hays, 1992).

Gambar 2. 1 Tahapan Proses Validitas Isi

Dalam dokumen Deddy P urnomo R etno (Halaman 63-67)