• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Pemberdayaan UMKM

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository - IAIN Metro (Halaman 43-46)

BAB II LANDASAN TEORI

B. Pemberdayaan UMKM

3. Dampak Program Pemberdayaan UMKM

Dampak Program Pemberdayaan Terhadap Peningkatan Usaha Program pemberdayaan baik berupa pelatihan, pemberian dana, maupun fasilitasi lainnya pada dasarnya diberikan untuk meningkatkan usaha UMKM sekaligus membuatnya menjadi lebih mandiri.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU UMKM No. 20 Tahun 2008 pasal 5 adalah :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

c. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan.

Sebenarnya ada banyak program yang bisa dilakukan untuk memberdayakan UMKM antara lain pelatihan, pembinaan, pendampingan usaha, pembinaan organisasi, perizinan, promosi, dan permodalan.

Salah satu ukuran keberhasilan program pemberdayaan adalah terjadi peningkatan usaha. Peningkatan usaha dapat dilihat dari kinerja usaha, misal penjualan, nilai tambah, keuntungan atau dilihat dari dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas misalnya penyerapan tenaga kerja, penanggulangan kemiskinan, dan lain-lain. Selain itu efektivitas program pemberdayaan dapat pula dilihat dari tiga hal, yaitu : (1) Kepuasan pelanggan dengan layanan jasa pengembangan usaha (2) Peningkatan kualitas UMKM, (3) Menambah manfaat UMKM yang dapat dilihat dari indikator perubahan laba, perubahan jumlah produksi, ataupun perubahan kualitas produksi.18

4. Faktor Kendala dan Potensi Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha yang banyak memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Usaha ini menyerap tenaga kerja di sekitarnya sehingga memberikan andil bagi peningkatan kesejahteraan keluarga di sekitar usaha. Selama ini

18 Ida Susi Dewanti, “Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Mikro: Kendala Dan Alternatif Solusinya”, Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 6. No. 2 Januari 2010, 6.

banyak skema program pemberdayaan yang dikucurkan bagi UMKM ini, namun ternyata belum semua program berhasil.

Beberapa kendala maupun pendorong efektivitas program pemberdayaan yang dihadapi oleh pengusaha mikro dan kecil antara lain:19

a. Waktu. Pada pengusaha kecil yang notabene sudah lama membuka usaha, maka waktu menjadi kendala untuk menerapkan hasil pelatihan maupun untuk ikut serta dalam pelatihan. Untuk menerapkan hasil pelatihan, misalnya pelatihan manajemen pengelolaan usaha, maka pengusaha terpaksa harus merubah cara maupun kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan dan perubahan ini dianggap membutuhkan waktu.

Sedangkan untuk mengikuti pelatihan mereka juga harus meluangkan waktu dari rutinitas kerja dan usaha sehari-hari, padahal biasanya banyak aktivitas yang membutuhkan koordinasi maupun pengwasan dari mereka sehingga berat bagi mereka untuk keluar dari rutinitas tersebut.

b. Sumber daya. Sumber daya ini biasa berupa dana maupun manusia. Pada usaha kecil dan mikro sumber daya manusia yang utama adalah pengusaha itu sendiri. Padahal mereka juga telah terbebani dengan tanggung jawab yang lain, sehingg sulit bagi mereka untuk menjalankan beragam tanggung jawab tersebut.

19 Ibid ., 7-8.

Sementara itu jika mendelegasikan tanggung jawab administrasi kepada orang lain belum sepenuhnya percaya.

c. Sikap. Sikap dalam hal ini bisa dianggap pula sebagai motivasi.

Beberapa pengusaha masih bersikap pasif dan apriori terhadap keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya program pemberdayaan tersebut, terutama pelatihan, sehingga mereka kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan terbukti dengan beratnya mereka untuk meninggalkan aktivitas rutin.

d. Jaringan dan informasi. Jaringan yang terbatas membuat informasi yang diperoleh juga terbatas. Padahal informasi ini sangat bermanfaat untuk menangkap peluang yang mungkin dibutuhkan.

C. Peranan KUR Terhadap Pemberdayaan UMKM

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah, diperlukan penyediaan kredit/pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau serta didukung fasilitas penjaminan.

Untuk itu, Menteri Keuangan pada tanggal 24 September 2008 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Penjaminan KUR tersebut diberikan oleh perusahaan penjamin yang melakukan kegiatan dalam bentuk penjaminan kredit atau pembiayaan untuk membantu

UMKM-K guna memperoleh kredit atau pembiayaan dari Bank Pelaksana.

Bank pelaksana yang dimaksud adalah Bank Umum berdasarkan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang telah menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan Pemerintah dan Perusahaan Penjaminan.20

KUR adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp 500 Juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan Koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin

UMKM-K harus merupakan usaha produktif yang layak (feasible), namun belum bankable. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya kurang, maka sebagian di-cover dengan program penjaminan. Besarnya coverage penjaminan maksimal 70 persen dari plafond kredit. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial bank.21

Penyaluran kredit difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan.

KUR akan dioptimalisasi untuk memperkuat dan meningkatkan akses

20 Departemen Komunikasi Dan Informatika, Kredit Usaha Rakyat., 20-21

21 Ibid.,h. 28.

permodalan bagi UMKM. Pemberian kredit dengan jaminan pemerintah ini diharapkan bisa membuat UMKM lebih berkembang.22

22 Ibid.,h. 76.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta di bantu dengan panca indera.1 Penelitian lapangan dilakukan di Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah untuk mengetahui peranan KUR terhadap pemberdayaan UMKM.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan fenomena atau peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara holisitik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai

1 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Social dan Ekonomi: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Studi Social, KebijakanPublik, Komunikasi Manajemen, dan Pemasaran (Jakarta: Kencana, 2013), h. 142.

metode alami.2 Penelitian ini menggambarkan mengenai peranan KUR terhadap pemberdayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya.

B. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Sumber Data Utama (Primer)

Sumber data utama yaitu sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.3 Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara di lapangan. Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak yakni :

a. Pihak bank (Supervisor Bisnis dan Account Officer) Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya

b. Nasabah KUR Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer.4 Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari buku-buku dan jurnal skripsi tentang peranan KUR dan pemberdayaan UMKM, diantaranya buku karya Ismail dengan judul manajemen perbankan, buku karya Kasmir dengan judul Dasar-Dasar

2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.

3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., 129.

4 Ibid.

Perbankan, buku karya Mukti Fajar dengan judul UMKM Di Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi, dll.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara (interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden.5 Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terarah/bebas terpimpin, yaitu wawancara yang dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumya oleh pewawancara.6 Dalam penelitian ini yang menjadi obyek wawancara yaitu :

a. Bapak M. Budi Mulyawan selaku Supervisior Bisnis, dan Ibu Yasmin selaku Account Officer Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya

b. Tuti Ningsih, Bapak Samim, Bapak Mustafa, dan Bapak Suherman selaku nasabah KUR BPD Lampung KC Bandar Jaya

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016),

231.

6 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., 135.

Wawancara yang dilakukan kepada beberapa nasabah KUR Bank Pembangunan Daerah Lampung tersebut menggunakan teknik simple random sampling.

Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam menentukan sampel peneliti menggunakan cara Purposive Sampling yakni penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.7 Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Adapun kriteria nasabah yang menjadi sumber penelitian adalah sebagai berikut:

1) Bersedia menjadi informan

2) Nasabah adalah nasabah yang mengajukan pinjaman KUR

2. Dokumentasi

Penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi yaitu dokumen yang biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.8 Dokumentasi dalam penelitian ini yang digunakan adalah arsip struktur organisasi, brosur-brosur produk

7 Sugiyono, Metode Penelitian., 82.

8 Ibid., 240.

UMKM Bank Pembangunan Daerah Lampung, dan data-data dokumentasi lainnnya.

D. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.9

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa kualitatif karena data yang diperoleh berupa keterangan-keterangan dalam bentuk uraian-uraian. Metode ini bertujuan untuk menjabarkan keterangan dengan mengacu pada berbagai teori dengan pokok permasalahan dari penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh.10 Cara berfikir yang digunakan adalah berfikir induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari fakta atau peristiwa yang khusus ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Dengan demikian, bahwa teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif induktif.

Meurut Sugiyono, analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di

9 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), 402.

10 Ibid., 402.

lapangan.11 Berdasarkan dari uraian tersebut maka peneliti menganalisis data meggunakan data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian data yang diperoleh dianalisis kemudian menarik kesimpulan secara umum mengenai peranan KUR terhadap pemberdayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya.

11 Ibid., 402.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada BPD Lampung KC Bandar Jaya

1. Sejarah Perkembangan BPD Lampung KC Bandar Jaya

Bank Lampung merupakan Bank milik Pemerintahan Daerah Lampung yang pada saat pembentukannya berbentuk Perusahaan Daerah (PD) sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Lampung Nomor 10-A/1964 tanggal 01 Agustus 1964 dengan nama Bank Pembangunan Daerah Lampung dan telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan surat pengensahan Nomor : DES.57/7/31-150 tanggal 26 Juli 1965 serta telah mendapat persetujuan Izin Usaha dari Menteri Bank Sentral Republik Indonesia Nomor : Kep.66/UBS/1965 tanggal 13 Agustus 1965. Bank Pembangunan Daerah Lampung mulai beroperasi pada tanggal 31 Januari 1966.1

Tujuan pendirian Bank Pembangun Daerah Lampung adalah untuk mengelola keuangan daerah, yaitu sebagai pemegang kas daerah dan membantu mendorong pertumbuhan perekonomin daerah.2 Ketika

1 Wawancara dengan Bapak M. Budi Mulyawan selaku Supervisor Bisnis BPD Lampung KC Bandar Jaya pada hari Senin, 12 Mei 2019, pukul 10.30 WIB.

2 Dokumentasi berupa website dari www.banklampung.co.id, diakses pada hari Jum’at, 3 Mei 2019, pukul 05.30 WIB.

berbentuk Perusahaan Daerah (PD), terdapat peningkatan-peningkatan modal dasar BPD Lampung sebagai berikut:3

a. Berdasarkan Perda Nomor 8 Tahun 1973 tanggal 9 Oktober 1973 tentang Bank Pembangunan Daerah Lampung sesuai Surat Mendagri Nomor : Pem.10/28/39/161 Tahun 1975 tanggal 13 September 1975 modal dasar Bank sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

b. Terjadi peningkatan modal dasar yang tertuang dalam Perda Nomor 13 Tahun 1979 tanggal 26 November 1979 menjadi sebesar Rp. 1 miliar.

c. Pada tahun 1984 terjadi peningkatan yang tertuang dalam Perda Nomor 7 Tahun 1984 tanggal 10 Desember 1984, menjadi Rp 5 miliar.

d. Pada tahun 1990 terjadi peningkatan modal dasar sesuai Perda Nomor 3 Tahun 1990 tangga 7 Juni 1990, menjadi sebesar Rp.

10 miliar.

e. Pada tahun 1992 terjadi peningkatan modal dasar sesuai Perda Nomor 15 Tahun 1992 tanggal 10 Desember 1992,menjadi sebesar Rp 25 miliar.

Selanjutnya Bank Pembangun Daerah Lampung merubah status Badan Hukum dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Peraturan Daerah Lampung Nomor 2

3 Ibid.

Tahun 1999 tanggal 31 Maret 1999 dan Akte Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 5 tanggal 3 Mei 1999 yang dibuat dihadapan Soekarno, SH Notaris di Bandar Lampung dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : C-8261.HT01.01 Tahun 1999 tanggal 6 Mei 1999 dengan modal dasar bank sebesar Rp. 70 miliar. Saat ini anggaran dasar Bank Lampung telah disesuaikan menurut UU No. 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Luar Biasa Bank Lampung No. 4 Tanggal 28 Maret 2008 yang dibuat dihadapan Augusnani Sulasman, S.H.dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.No.AHU- 24771.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 13 Mei 2008 dan perubahan terakhirnya sesuai Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB Bank Lampung No.109 tanggal 21 April 2014 yang dibuat oleh Fahrul Rozi, S.H. notaris di Bandar Lampung.4

Pada tahun 2012 ditetapkan bahwa modal dasar Bank Lampung sebesar Rp. 500 miliar sesuai dengan akta risalah Keputusan RUPSLB Bank Lampung Nomor : 11 tanggal 11 April 2011 yang dibuat dihadapan Achmad Mulya Notaris di Bandar Lampung dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor : 7 Tahun 2012 Tanggal 16 April 2012 Penambahan Penyertaan Modal

4 Ibid.

Pemerintah Provinsi Lampung kepada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Lampung.5

2. Visi dan Misi BPD Lampung KC Bandar Jaya a. Visi

Menjadi Bank Regional Terkemuka dan Terpercaya di Lampung

b. Misi

1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan;

2) Memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi regional;

3) Mempunyai daya saing tinggi;

4) Tersedianya SDM yang berkualitas & memiliki kompetensi tinggi;

5) Memiliki sruktur permodalan yang kuat;

6) Pengembangan infrastuktur informasi teknologi;

7) Meningkatkan kualitas pelayanan dan coorporate image di masyarakat serta meningkatkan kualitas pengendalian intern;

8) Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan6

5 Ibid.

6 Dokumentasi berupa website dari www.banklampung.co.id, diakses pada hari Jum’at, 3 Mei 2019, pukul 06.00 WIB.

3. Struktur Organisasi Devisi Kredit PT BPD Lampung KC Bandar Jaya

Gambar 1.

Struktur Oganisasi Divisi Kredit PT BPD Lampung KC Bandar Jaya

Keterangan :

a. Pemimpin Cabang

Bertanggungjawab untuk memimpin Kantor Cabang demi tercapainya Sasaran Bisnis di Kantor Cabang, terjaganya kepuasan nasabah, terjaganya hubungan baik dengan mitra kerja, terjaminnya validitas dan akuntabilitas seluruh transaksi di cabang, serta terkendalinya aspek kepatuhan dan risiko pada seluruh kegiatan operasional Kantor Cabang.

PEMIMPIN LIES YULIANTY

Supervisor Bisnis M. Budi Mulyawan

Account Officer

Amalia Yasmine Adelira Rizqi

Meitaantia Account

Officer Komersial

Dani Adi Saputra Account

Officer Konsumer

Ahmad Huzairin Funding

Officer Retail, Institusi &

Komersial

Johan

b. Supervisor Bisnis (SPV. Bisnis)

Bertanggungjawab untuk mencapai target bisnis Kredit UMKM, Komersial, Program Cabang, menjaga kualitas portofolio kredit komersial, mengelola dan memproses kegiatan yang berlangsung diperusahaan, memastikan keefisien kerja bawahan, memantau dan mengevaluasi cara kerja karyawan, dan mengambil keputusan sesuai dengan batasan jabatannya.

c. Funding Officer Retail, Institusi dan Komersial

Bertanggungjawab untuk menyusun rencana pemasaran tahunan berdasarkan target yang telah ditetapkan oleh pimpinan cabang sebagai pedoman kerja, menyusun rencana kerja tiga bulanan dan bulanan berdasarkan rencana kerja tahunan yang telah ditetapkan, dan mewakili PT.Bank Pembangunan Daerah Lampung dalam negosiasi dengan calon nasabah sesuai batas kewenangannya.

d. Account Officer Konsumer

Bertanggungjawab untuk mencapai target bisnis kredit konsumer cabang, serta menjaga kualitas portofolio kredit konsumer

e. Account Officer Komersial

Bertanggungjawab untuk mencapai target bisnis kredit komersial cabang, serta menjaga kualitas portofolio kredit komersial.

f. Account Officer

Bertanggungjawab untuk mencapai target dana dan fee based income cabang, serta meningkatkan kualitas hubungan Cabang dengan nasabah khususnya nasabah prioritas.

4. Produk-Produk UMKM BPD Lampung KC Bandar Jaya

Produk-produk BPD Lampung KC Bandar Jaya yang disalurkan untuk UMKM:

a. Kredit Aneka Usaha

Kredit yang diberikan kepada pengusaha perorangan maupun kelompok untuk membiayai kebutuhan usaha produktif baik investasi maupun kebutuhan modal kerja.7

1) BPD Peduli

Pinjaman untuk kelompok usaha mikro yang termasuk dalam skim kredit ini adalah kredit aneka usaha dengan plafond kredit s/d 50 juta. Merupakan fasilitas kredit modal kerja dan/atau kredit investasi yang diperuntukan bagi usaha kecil baik perorangan maupun kelompok yang memiliki usaha produktif untuk mengembangkan usaha mikro.8

7 Dokumentasi berupa website dari www.banklampung.co.id , diakses pada hari Jum’at, 3 Mei 2019, pukul 06.20 WIB.

8 Dokumentasi berupa brosur dari BPD Lampung.

2) Pikul

Kependekan dari Pinjaman Kelompok Usaha Kecil yang termasuk dalam skim kredit adalah kredit aneka usaha dengan plafond kredit diatas 50 juta s/d 200 juta.

Merupakan fasilitas kredit modal kerja dan/atau kredit investasi yang diperuntukan bagi usaha kecil baik perorangan maupun kelompok yang memiliki usaha produktif untuk mengembangkan usahanya.9

b. KUR (Kredit Usaha Rakyat)

Program pembiayaan modal kerja dan investasi melalui perbankan yang mendapatkan subsidi dari Pemerintah untuk membantu para pelaku usaha meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya.

Persyaratan pengajuan KUR ke BPD Lampung:

1) Aplikasi permohonan.

2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) &

pasangan.

3) Fotocopy Kartu Keluarga (KK).

4) Fotocopy Surat Nikah / Surat Cerai bagi calon debitur yang telah berkeluarga/telah bercerai.

5) Asli Surat Izin Usaha (IUMK) atau surat perizinan usaha mikro dan kecil.

9 Ibid.

6) Bilamana dipersyaratkan agunan/jaminan tambahan, maka dapat dilengkapi dengan : fotocopy dokumen agunan, fotocopy KTP pemilik (suami-isteri)dan dokumen pendukung lainnya.

7) Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 2 buah milik calon debitur dan pasangan.

8) Print out mutasi rekening giro/tabungan di Bank Lampung/lembaga keuangan lainnya dalam 6 bulan terakhir (bila ada).

Dan bagi Badan Usaha adalah : 1) Aplikasi permohonan.

2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Direksi (management) dan Komisaris/Komanditer (pemilik).

3) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama badan usaha.

4) Fotocopy SPT atas nama badan usaha.

5) Fotocopy Surat Izin Usaha (minimal memiliki SIUP, SITU,TPD).

6) Dokumen agunan/jaminan tambahan yang dilengkapi dengan : fotocopy dokumen agunan, fotocopy KTP pemilik (suami-isteri) dan dokumen pendukung lainnya seperti IMB/PBB/STNK/Hasil Fisik Kepolisian Kendaraan Bermotor/ dsb.

7) Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 2 buah milik Direksi dan Komisaris/Komanditer.

8) Print out mutasi rekening giro/tabungan di Bank Lampung/ lembaga keuangan lainnya atas nama badan usaha dalam 6 bulan terakhir (bila ada)

9) Print out mutasi rekening giro/tabungan di Bank Lampung/ lembaga keuangan lainnya atas nama Direksi dan Komisaris/ Komanditer dalam 6 bulan terakhir (bila ada)

10) Fotocopy tabungan/ print out rekening giro Bank Lampung atas nama calon debitur.

Suku bunga, sesuai yang berlaku saat pengajuan (7% p.a efektif).10

B. Peranan KUR Terhadap Pemberdayaan UMKM Pada BPD Lampung KC Bandar Jaya

Kehadiran BPD Lampung dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang membantu kalangan usaha mikro, kecil dan menengah menjadikan lembaga tersebut memiliki peran tersendiri dalam kehidupan pengusaha, pemberian Kredit usaha Rakyat untuk KUR yang plafondnya sampai dengan Rp 25.000.000.00 (dua puluh lima juta rupiah) dapat diberikan tanpa agunan, namun agunan tambahan tetap diminta oleh pihak

10 Dokumentasi berupa website dari www.banklampung.co.id, diakses pada hari Jum’at, 3 Mei 2019, pukul 09.00 WIB.

BPD Lampung. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi resiko kredit sebesar 30%. Sedangkan KUR diatas Rp 25.000.000.00 (dua puluh lima juta) sampai dengan Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta) agunan harus 100% atau lebih.

Program KUR tentu tidak jalan mulus begitu saja, ada beberapa faktor pendukung dan penghambat program KUR di BPD Lampung KC Bandar Jaya.

a. Faktor pendukung program KUR di Bank Pembangunan Daerah Lampung KC Bandar Jaya adalah sebagai berikut:

1) Bunga yang ditetapkan rendah

Pada saat ini suku bunga kredit untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengalami penurunan. Penurunan tingkat suku bunga KUR yang awalnya 9% menjadi sebesar 7% efektif per tahun. Dengan bunga yang cukup rendah diharapkan nasabah tidak merasa terbebani dan optimal dalam mengembangkan kegiatan usahanya.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Yasmin selaku AO (Account Officer) di BPD Lampung KC Bandar Jaya, beliau mengatkan bahwa:

“Saat ini suka bunga KUR yang ditetapkan oleh bank mengalami penurunan dari 9% menjadi 7%, dengan rendahnya suku bunga tersebut diharapkan nasabah dapat lebih optimal lagi dalam kegiatan usahanya”11

11 Wawancara dengan Ibu Yasmin selaku AO (Account Officer) BPD Lampung KC Bandar Jaya pada hari Senin, 13 Mei 2019, pukul 11.30 WIB.

Dalam dokumen SKRIPSI - IAIN Repository - IAIN Metro (Halaman 43-46)

Dokumen terkait