• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Hasil Uji dengan Alat Marshall yang Diperoleh dengan Menggunakan Kadar Aspal Optimum

Dalam dokumen pengaruh penambahan limbah ampas kopi sebagai (Halaman 116-134)

BAB III METODE PENELITIAN

III. Klasifikasi Agregat Berdasarkan Kejadiannya

3. Variasi Ampas Kopi Kadar

4.4. Pembuatan Benda Uji dengan Penambahan Limbah Ampas Kopi Pada Perendaman Berulang

4.4.2. Data Hasil Uji dengan Alat Marshall yang Diperoleh dengan Menggunakan Kadar Aspal Optimum

Tujuan dari uji Marshall ini ialah untuk mengetahui karakteristik campuran aspal panas dengan kadar aspal optimum dengan waktu 30 menit. Maksud dari pengujian ini untuk mengetahui ketahanan (Stabilitas)

= 8.05 % 100 % - 8.05 % = 91.95

BP 1- 2 10 % x 91.95 % = 0.09195 x = 110.3

BP 0,5 - 1 38 % x 91.95 % = 0.34941 x = 419.3

Abu Batu 51 % x 91.95 % = 0.46895 x = 562.7

Filler 1 % x 91.95 % = 0.0092 x = 11.03

Aspal 8.05 % = 96.6

1200 Variasi Filler

Limbah Ampas Kopi 25 % = 11.034 x 80% = 2.759

Filler = 11.034 - 2.7585 = 8.276

Kadar Aspal

Hasil Combine

1200 1200 1200 1200

X 1200

= 8.05 % 100 % - 8.05 % = 91.95

BP 1- 2 10 % x 91.95 % = 0.09195 x = 110.3

BP 0,5 - 1 38 % x 91.95 % = 0.34941 x = 419.3

Abu Batu 51 % x 91.95 % = 0.46895 x = 562.7

Filler 1 % x 91.95 % = 0.0092 x = 11.03

Aspal 8.05 % = 96.6

1200 Variasi Filler

Limbah Ampas Kopi 30 % = 11.034 x 100% = 3.31

Filler = 11.034 - 3.3102 = 7.724

Kadar Aspal

Hasil Combine

X 1200

1200 1200 1200 1200

IV - 18

terhadap kelelehan plastis (Flow) dari campuran aspal tersebut, untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.

Dari hasil uji marshall dapat diketahui campuran aspal panas HRS- WC dengan variasi menggunakan penambahan ampas kopi 20%, 25%, dan 30% kedalam campuran aspal panas HRS-WC dengan perendaman selama 3, 7, dan 14 hari kemudian direndam 30 menit pada suhu 60°C.

Dapat kita amati pengaruh campuran aspal terhadap nilai Stabilitas, Flow, VIM, Marshall Quotient, VMA, dan VFB. Dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.12. Hasil Uji Marshall KAO dengan perendaman selama 30 menit pada suhu 60°C.

No Pemeriksaan KAO 8.05 % Spesifikasi 2018

1 Kepadatan 2.20 -

2 Stabilitas (Kg) 1196.97 Min 600

3 VMA (%) 20.38 Min 18

4 MQ (Kg/mm) 352.9 Min 250

5 Flow (mm) 3.40 -

6 VIM (%) 5.83 4-6

7 VFB (%) 71.38 Min 68

Tabel 4.13. Hasil Uji Marshall KAO menggunakan bahan Ampas Kopi 20%

dengan perendaman berulang kemudian di rendam selama 30 menit pada suhu 60°C.

KAO 8,05 % 3 Hari 7 Hari 14 Hari

1 Kepadatan 2.20 2.20 2.20 2.20 -

2 Stabilitas (Kg) 1196.97 1100.22 1079.55 1058.89 Min 600

3 VMA (%) 20.38 20.38 20.39 20.41 Min 18

4 MQ (Kg/mm) 352.89 318.03 304.45 297.84 Min 250

5 Flow (mm) 3.40 3.47 3.55 3.57 -

6 VIM (%) 5.83 5.84 5.85 5.87 4 - 6

7 VFB (%) 71.38 71.36 71.34 71.23 Min 68

No Pemeriksaan

Spesifikasi 2018 Penambahan Ampas Kopi

KAO 8,05 % Kadar Ampas Kopi 20 %

IV - 19

Tabel 4.14. Hasil Uji Marshall KAO menggunakan bahan Ampas Kopi 25%

dengan perendaman berulang kemudian di rendam selama 30 menit pada suhu 60°C.

Tabel 4.15. Hasil Uji Marshall KAO menggunakan bahan Ampas Kopi 30%

dengan perendaman berulang kemudian di rendam selama 30 menit pada suhu 60°C.

4.4.3. Analisis Hasil Pengujian dengan Penambahan Ampas Kopi 20% Pada Campuran Beton Aspal Panas HRS-WC.

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut:

a. Kepadatan

Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat

KAO 8,05 % 3 Hari 7 Hari 14 Hari

1 Kepadatan 2.20 2.20 2.19 2.19 -

2 Stabilitas (Kg) 1196.97 1107.57 1087.95 1040.02 Min 600

3 VMA (%) 20.38 20.42 20.49 20.50 Min 18

4 MQ (Kg/mm) 352.89 308.19 299.21 285.41 Min 250

5 Flow (mm) 3.40 3.60 3.65 3.67 -

6 VIM (%) 5.83 5.88 5.96 5.98 4 - 6

7 VFB (%) 71.38 71.22 70.90 70.84 Min 68

No Pemeriksaan

Spesifikasi 2018 Penamabahan Kadar Ampas Kopi

KAO 8,05 % Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 8,05 % 3 Hari 7 Hari 14 Hari

1 Kepadatan 2.20 2.19 2.19 2.19 -

2 Stabilitas (Kg) 1196.97 1102.20 1072.80 1052.14 Min 600

3 VMA (%) 20.38 20.53 20.71 20.74 Min 8

4 MQ (Kg/mm) 352.89 298.13 288.92 276.64 Min 250

5 Flow (mm) 3.40 3.70 3.75 3.80 -

6 VIM (%) 5.83 6.02 6.22 6.26 4 - 6

7 VFB (%) 71.38 70.69 69.96 69.86 Min 68

No Pemeriksaan

Spesifikasi 2018 Penamabahan Ampas Kopi

KAO 8,05 % Kadar Ampas Kopi 30%

IV - 20

dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah.

Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran rendah. Nilai kepadatan campuran beton aspal lapis aus HRS-WC dengan penambahan Ampas Kopi 20%, dapat dilihat pada gambar 4.6 untuk campuran beton aspal lapis aus HRS-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

Gambar 4.6 Diagram hubungan variasi kadar Ampas Kopi 20% terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa semakin lama perendaman yang dilakukan maka semakin turun nilai Kapadatan (density) namun tidak terlalu signifikan. Pada hari ke 3 diperoleh nilai yaitu 2.19, pada hari ke 7 yaitu 2.19, dan pada hari 14 yaitu 2.19 bisa dikatan nilainya hampir sama hal ini

2.20 2.19 2.19 2.19

2.00 2.10 2.20 2.30 2.40

Kepdatan

Variasi Perendaman (hari)

Grafik Kepadatan Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 21

disebabkan karena sifat Ampas Kopi yang dapat mempertahankan daya lekat aspal

b. Stabilitas Minimum 600 (Kg)

Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan perkerasan akan mudah mengalami alur (rutting) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas dengan variasi Ampas Kopi pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.5.

Gambar 4. 7 Diagram hubungan variasi kadar Ampas Kopi 20% terhadap stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.5. diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang dilakukan perendaman berulang mengalami penurunan. Nilai stabilitas

1196.97

1100.22 1079.55 1058.89

400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00

stabilitas (kg)

variasi perendaman

Grafik Stabilitas Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 22

tanpa penambahan limbah Ampas Kopi yaitu 1196.97 kg mengalami penurunan nilai pada perendaman hari ke 3 yaitu 1110.22 Kg, pada hari ke 7 yaitu 1079.55 Kg, dan pada hari ke 14 yaitu 1058.89 Kg. Hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman daya lekat dalam aspal juga menurun.

c. Pelelehan (Flow)

Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flow tinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.

Grafik nilai Flow campuran HRS-WC untuk berbagai variasi ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.6

Gambar 4.8 Diagram hubungan variasi kadar Ampas Kopi 20% terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

3.40 3.47 3.55 3.57

2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

flow (mm)

variasi perendaman

Grafik Flow Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 23

Dari gambar 4.6. menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan karbit yang direndam secara berulang menyebabkan nilai Flow meningkat. Nilai flow tanpa penambahan kadar ampas kopi adalah 3.40 mm, kemudian mengalami kenaikan pada hari ke 3 yaitu 3.47 mm, pada hari ke 7 yaitu 3.55 mm, dan pada hari 14 yaitu 3.57 terlihat bahwa nilai flow meningkat hal ini dikarenakan semakin lama perendaman nilai viskositas semakin meningkat.

d. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 4.0%– 6.0%

VIM (void in mixture) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran.

Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan.

Grafik nilai VIM campuran HRS-WC untuk variasi kadar ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.7.

IV - 24

Gambar 4.9 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 20% terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.9 menunjukkan bahwa penambahan variasi Ampas kopi ke dalam campuran yang direndam secara berulang mengalami kenaikan nilai VIM dan masuk dalam batas spesifikasi. Nilai yang didapatkan tanpa penambahan kadar ampas kopi yaitu 5.83% kemudian mengalami peningkatan pada perendaman hari ke 3 yaitu 5.84%, pada hari ke 7 yaitu 5.85%, pada hari ke 14 yaitu 5.87%.

e. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 18%

VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.

Nilai VMA yang terlalu kecil dapat menyebabkan lapisan aspal yang dapat menyelimuti agregat menjadi tipis dan mudah teroksidasi, akan tetapi bila kadar aspalnya terlalu banyak akan menyebabkan bleeding.

5.83 5.84 5.85 5.87

3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

VIM (%)

Variasi Perendaman (hari)

Grafik VIM Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 25

Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori.

Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.

Grafik nilai VMA campuran HRS-WC untuk berbagai variasi kadar ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.10 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 20% terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.10 menunjukkan bahwa penambahan variasi ampas kopi ke dalam campuran yang direndam secara berulang mengalami peningkatan nilai VMA namun tidak terlalu signifikan. Hal ini disebakan karena pori pori diantara butir-butir agregat dalam campuran aspal tidak mengalami penurunan.

20.38 20.38 20.39 20.41

16.00 16.50 17.00 17.50 18.00 18.50 19.00 19.50 20.00 20.50 21.00 21.50 22.00

VMA (%)

variasi perendaman

Grafik VMA Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 26 f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 68 (%)

Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.

Gambar 4.11 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 20% terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°c.

Dari gambar 4.11. menunjukkan bahwa penambahan ampas kopi ke dalam campuran yang direndam secara berulang menyebabkan nilai VFB menurun. Nilai VFB tanpa penambahan limbah ampas kopi yaitu 71.38%, kemudian mengalami penurunan pada perendaman ke 3 yaitu 71.36%, pada hari ke 7 yaitu 71.34%, kemudian pada hari ke 14 yaitu 71.23%.

71.38 71.36 71.34 71.23

65.00 66.00 67.00 68.00 69.00 70.00 71.00 72.00 73.00 74.00 75.00 76.00

VFB (%)

variasi perendaman

Grafik VFB Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 27 g. Marshall Quitient

Hasil bagi Marshall atau Marshall Questient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12 Diagram hubungan variasi kadar Ampas Kopi 20% terhadap nilai MQ pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C

Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai Marshall Quitient mengalami penurunan. Nilai MQ tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu 352.89 Kg/mm, kemudian mengalami penurunan pada perendaman hari ke 3 yaitu 318.03 Kg/mm, pada perendaman 7 hari yaitu 304.03 kg/mm, dan pada hari ke 14 yaitu 297.84 Kg/mm mengalami

352.89

318.03 304.45 297.84

50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

marshall quetient

variasi perendaman

Grafik Marshall Quitient Ampas Kopi 20%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 28

penurunan. Hal ini disebabkan karena kohesi atau daya lekat dalam aspal menurun akibat oksidasi selama direndam dalam air.

4.4.4. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Ampas Kopi 25% Pada Campuran Beton Aspal Panas HRS-WC.

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut :

a. Kepadatan

Nilai kepadatan campuran beton aspal lapis aus HRS-WC dengan penambahan Ampas kopi 25%, dapat dilihat pada gambar 4.13 untuk campuran beton aspal lapis aus HRS-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

Gambar 4.13 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

2.20 2.20 2.19 2.19

2.00 2.05 2.10 2.15 2.20 2.25 2.30

Kepdatan

Variasi Perendaman (hari)

Grafik Kepadatan Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 29

Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa penambahan ampas kopi 25%

yang dikukan perendaman tidak terlalu menyebabkan nilai kepadatan (density) berubah hal ini disebabkan karena belum dilakukan pemebebanan.

b. Stabilitas Minimum 600 (Kg)

Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi kadar ampas kopi 25% pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.14

Gambar 4. 14 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.14 diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang dilakukan perendaman berulang cenderung mengalami penurunan. Nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu perendaman.

Nilai stabilitas tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu 1196.97 Kg, kemudian mengalami penurunan pada hari ke 3 nilainya yaitu 1107.57 Kg, pada perendaman hari ke 7 yaitu 1087.95 Kg, dan pada perendaman

1196.97

1107.57 1087.95

1040.02

400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00

stabilitas (kg)

variasi perendaman

Grafik Stabilitas Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 30

hari ke 14 yaitu 1040.02 Kg hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman daya lekat aspal semakin berkurang.

c. Pelelehan (Flow)

Grafik nilai Flow campuran HRS-WC untuk berbagai variasi ampas kopi 25% yang ditambahkan pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.15

Gambar 4.15 Diagram hubungan Variasi kadar ampas kopi 25% terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.15 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan ampas kopi 25% kedalam campuran yang direndam secara berulang menyebabkan nilai Flow menigkat hal ini dikarenakan limbah karbit yang tambahkan ke dalam campuran yang direndam secara berulang mempengaruhi aspal sehingga membuat campuran lunak dan titik lembek meningkat. Nilai flow tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu

3.40

3.60 3.65 3.67

1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

flow (mm)

variasi perendaman

Grafik Flow Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 31

3.40 mm, kemudian mengalami peningkatan pada hari ke 3 yaitu 3.60 mm, pada hari ke 7 yaitu 3.65 mm, dan pada hari ke 14 yaitu 3.67 mm.

d. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 4.0%– 6.0%

Grafik nilai VIM campuran HRS-WC untuk variasi ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.15

Gambar 4.16 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.16 menunjukkan bahwa penambahan variasi ampas kopi 25% ke dalam campuran yang direndam pada hari ke 3 yaitu 5.88%, pada perendaman hari ke 7 yaitu 5.96%, dan pada hari ke 14 yaitu 5.98%

mengalami penurunan. Nilai VIM mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan karena komposisi campuran dan yang digunakan sama.

5.83 5.88 5.96 5.98

3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

VIM (%)

Variasi Perendaman (hari)

Grafik VIM Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 32 e. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 18%

Grafik nilai VMA campuran HRS-WC untuk kadar ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.15 sebagai berikut.

Gambar 4.17 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.17 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan ampas kopi 25% ke dalam campuran yang direndam secara berulang tidak terlalu mempengaruhi nilai VMA. Nilai VMA tanpa penambahan kadar limbah ampas kopi yaitu 20.38%, pada perendaman hari ke 3 yaitu 20.42%, pada perendaman hari ke 7 yaitu 20.49, dan pada perendaman hari ke 14 yaitu 20.50%.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 68(%)

Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan

20.38 20.42 20.49 20.50

16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00

VMA (%)

variasi perendaman

Grafik VMA Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 33

aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.

Gambar 4.18 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.18. menunjukkan bahwa penambahan ampas kopi ke dalam campuran yang direndam secara berulang menyebabkan nilai VFB menurun. Nilai VFB tanpa penambahan limbah ampas kopi yaitu 71.38%, kemudian mengalami penurunan pada perendaman ke 3 yaitu 71.22%, pada hari ke 7 yaitu 70.90%, kemudian pada hari ke 14 yaitu 70.84%.

g. Marshall Quitient

Marshall Quitient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut

71.38 71.22

70.90 70.84

64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00

VFB (%)

variasi perendaman

Grafik VFB Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 34

terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ variasi ampas kopi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.19

Gambar 4.19 Diagram hubungan variasi kadar ampas kopi 25% terhadap nilai MQ pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dilihat dari tabel diatas bahwa penambahan ampas kopi 25% dari kadar aspal yang direndam secara berulang mengalami penurunan namun tetap memenuhi batas spesifikasi MQ. Hal ini disebabkan karena kohesi atau daya lekat dalam aspal menurun akibat oksidasi selama direndam dalam air.

352.89

308.19 299.21

285.41

100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

marshall quetient

variasi perendaman

Grafik Marshall Quitient Kadar Ampas Kopi 25%

KAO 3 Hari 7 hari 14 hari

IV - 35

4.4.5. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan Ampas

Dalam dokumen pengaruh penambahan limbah ampas kopi sebagai (Halaman 116-134)