• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

5.1 Data Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Lembaga Keuangan Mikro Swamitra Mina Unit Usaha Koperasi Nelayan Langkat di Kecamatan Tanjung Pura. Dalam penelitian ini sebanyak 221 orang yang terdiri dari masyarakat yang telah mendapatkan bantuan pinjaman ataupun yang ingin mendapatkan pinjaman dari LKM Swamitra Mina sebagai wujud dari pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis diantaranya ada metode angket dan wawancara, dengan menggunakan metode ini penulis berusaha mengelola data dan mentabulasikan angket yang terkumpul guna menyelesaikan skripsi ini.

Tabel 5.1

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Pria 159 72

2 Wanita 62 28

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa, jenis kelamin pria yang dijadikan responden ada sebanyak 159 orang responden (72%) dan jenis kelamin wanita yang dijadikan responden sebanyak 62 orang responden (28%).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jawaban didominasi oleh kategori pria (72%). Hal ini terjadi karena pria merupakan tulang punggung

lxx keluarga yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup keluarganya dan biasanya para pria memiliki kekuasaan yang lebih dominan dalam membuat keputusan di dalam sebuah keluarga dibandingkan dengan para wanita.

Tabel 5.2

Identitas Responden Berdasarkan Usia

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 < 20 tahun 2 0,9

2 20 - 25 tahun 31 14,0

3 26 - 30 tahun 25 11,3

4 31 - 35 tahun 31 14,0

5 36 - 40 tahun 39 17,6

6 41 - 45 tahun 30 13,6

7 46 - 50 tahun 24 10,9

8 51 - 55 tahun 26 11,8

9 > 56 tahun 13 5,9

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia peminjam yang menjadi responden di LKM Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat pada kategori kurang dari 20 tahun ada sebanyak 2 orang responden (0,9%), kategori 20-25 tahun ada 31 orang responden (14%), kategori 26-30 tahun ada 25 orang responden (11,3%), kategori 31-35 tahun ada 31 orang responden (14%), kategori 36-40 tahun ada 39 orang responden (17,6%), kategori 41-45 tahun ada 30 orang responden (13,6%), kategori 46-50 tahun ada 24 orang responden (10,9%), kategori 51-55 ada 26 orang responden (11,8%) dan kategori lebih dari 56 tahun ada 13 orang responden (5,9%).

lxxi Data ini menunjukkan bahwa usia yang paling banyak mendapatkan pinjaman adalah pada rentang usia 36-40 tahun (17,6%) walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan kategori lainnya.

Sebanyak 158 responden diharapkan dapat meningkatkan performa usahanya dan dapat menopang kelompok usia non-produktif yang berada di tanggungannya.

Tabel 5.3

Identitas Responden Berdasarkan Agama

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Islam 220 99,55

2 Kristen Protestan 1 0,45

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang beragama Islam ada sebanyak 220 orang (99,55%) dan satu orang responden yang beragama Kristen Protestan (0,45%). Data ini sesuai dengan data kependudukan dari kantor Camat yang menyatakan bahwa penduduk Kecamatan Tanjung Pura mayoritas Islam.

Keadaan ini tidak merepresentasikan bahwa Swamitra Mina koperasi Nelayan Langkat melakukan pembedaan terhadap sekelompok atau orang tertentu karena Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat memberikan pelayanan kepada semua masyarakat pesisir tanpa memandang agama, suku dan ras.

lxxii Tabel 5.4

Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Melayu 150 67,87

2 Jawa 58 26,24

3 Batak 11 4,98

4 Karo 2 0,91

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa masyarakat yang mendapat fasilitas pinjaman bersuku Melayu sebanyak 150 orang (67,87%), suku Jawa sebanyak 58 orang responden (26,24%), suku Batak 11 orang responden (4,98%) dan suku Karo dua orang responden (0,90%).

Adapun yang menjadi penyebab suku Melayu menjadi mayoritas dikarenakan Kecamatan Tanjung Pura merupakan pusat kebudayaan melayu yang ada di Kabupaten Langkat. Selain suku Melayu, suku Jawa juga menjadi suku yang mendominasi Kecamatan Tanjung Pura. Keberadaan hal ini dapat dilihat dari keberadaan suku Jawa yang sebenarnya hampir ada di setiap daerah karena keberadaannya yang sangat banyak di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

Tabel 5.5

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 2 0,91

2 SD Sederajat 17 7,69

3 SMP Sederajat 70 31,67

4 SMA sederajat 107 48,42

5 Pendidikan Tinggi Sederajat 25 11,31

lxxiii

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas tamat pendidikan SMA sederajat yakni sebanyak 107 orang responden (48,42%), kemudian tamat SMP sederajat sebanyak 70 orang responden (31,67%), tamat pendidikan tinggi sederajat sebanyak 25 orang responden (11,31%), tamat pendidikan SD sederajat sebanyak 17 orang responden (7,69%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang responden (0,90%).

Tingkat pendidikan responden secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi pola fikir tentang memilih kebutuhan dan keinginan serta kesadaran untuk bertanggung jawab.

Bila melihat data, mayoritas responden berpendidikan SMA maka diharapkan kreatifitas dan tanggung jawab dalam mengelola rumah tangganya akan dapat lebih baik lagi, akan tetapi masih terdapat 89 responden yang tingkat pendidikannya di bawah SMA sederajat sehingga dikhawatirkan ada perbedaan pola berfikir mengenai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

lxxiv Tabel 5.6

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Wirausaha 221 100

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa semua responden yakni sebanyak 221 orang bergerak dalam bidang wirausaha (100%).

Khusus untuk kaum perempuan pada umumnya mereka berwirausaha untuk bekerja menambah penghasilan keluarga. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan seorang responden,

“Kebutuhan sehari-hari aja kadang kurang, kalau mengharapkan pendapatan suami yang cuma nelayan Jadi untuk menambah penghasilan keluarga ya saya jualan kecil- kecilan di depan rumah,” (Ida Rusmala, 38)

Selanjutnya mengenai bidang usaha yang dibiayai oleh Swamitra Mina dapat di lihat pada Tabel 5.7. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat sebanyak 90 (40,72%) orang responden bergerak di bidang pembeli hasil laut. Para pembeli hasil laut ini merupakan para tokee yang membeli ikan hasil tangkapan para nelayan. Sangat disayangkan tidak adanya nelayan yang mendapatkan pinjaman dalam penelitian ini yang bergerak langsung dalam bidang usaha perikanan hanya toke/ tengkulak yang membeli hasil tangkapan dari para nelayan, sehingga dikhawatirkan hubungan patron-client yang kurang menguntungkan bagi nelayan akan terus berlangsung.

Tabel 5.7

lxxv Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Agen Kelapa 4 1,81

2 Agen Minyak 1 0,45

3 Bengel Sepeda Motor 8 3,62

4 Doorsmeer Mobil & Spd. Motor 4 1,81

5 Jual Beli Ayam 1 0,45

6 Kios Jajanan 12 5,43

7 Kosmetik 1 0,45

8 Penjual Makanan 8 3,62

9 Pedagang Buah 1 0,45

10 Pedagang Sembako 30 13,57

11 Pembeli Asam Potong 2 0,90

12 Pembeli Barang Bekas (Botot) 2 0,90

13 Pembeli Hasil Laut 90 40,81

14 Pembeli kayu 2 0,90

15 Pembuat dodol 2 0,90

16 Pembuat Kaporit 2 0,90

17 Pembuat Tahu 2 0,90

18 Pencari Keong 2 0,90

19 Pengga li Pasir 2 0,90

20 Penjahit 10 4,52

21 Penjual Jamu 2 0,90

22 Penjual Pakaian 16 7,24

23 Penjual Sayuran 4 1,81

24 Penjual Sepatu 2 0,90

25 Ponsel 2 0,90

26 Salon 2 0,90

27 Supir 1 0,45

28 Tenda 1 0,45

29 Ternak kambing 5 2,26

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Tabel 5.8

lxxvi Alat Transportasi Yang Umum Digunakan Responden Menuju Kantor

Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat

No Kategori Frekuensi

(F)

Persentase (%)

1 Berjalan kaki atau bersepeda 98 44,34

2 Dengan angkutan umum / sepeda motor 56 25,34 3 Boat / perahu dilanjutkan dengan kombinasi dari

kategori sebelumnya di atas 67 30,32

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa 98 orang responden (44,34%) umumnya datang ke kantor Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat dengan berjalan kaki atau bersepeda, 56 orang responden (25,34%) umumnya datang dengan angkutan umum atau bersepeda motor dan 67 orang responden (30,32%) umumnya datang menggunakan boat/ perahu kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki atau angkutan umum.

Hal ini menunjukkan alat transportasi yang umumnya digunakan untuk menuju kantor Swamitra Mina yang dibutuhkan setiap responden berbeda-beda menurut jaraknya. Responden yang paling jauh datang ke Kantor Swamitra umumnya dengan boat/ perahu.

Tabel 5.9

lxxvii Pengetahuan Responden Mengenai Partisipasinya dalam Pelaksanaan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Tanjung Pura

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 33 14,93

2 Tidak Tahu 188 85,07

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa hanya 33 orang responden (14,93%) yang mengetahui bahwa di Kecamatan Tanjung Pura sedang dilaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Selebihnya sekitar 188 orang responden (85,07%) menyatakan tidak mengetahui bahwa di daerah ini sedang dilaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.

Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pelaksanaan program ini tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini. Karena keterlibatan masyarakat secara langsung akan memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan.

Tapi pihak koperasi mempunyai alasan tersendiri untuk tidak memberitahukan tentang program ini kepada masyarakat umum, karena koperasi sendiri mempunyai pengalaman yang buruk pada saat awal-awal program ini berjalan ketika dihadapkan dengan para peminjam-peminjam yang macet. Karena sebagian besar kredit macet yang terjadi karena si peminjam mengetahui bahwa program ini adalah bantuan pemerintah sehingga terjadi banyak kerugian yang di alami oleh koperasi. Akan tetapi kepada masyarakat pesisir informasi tentang ini diberitahukan sesuai dengan tujuan Program PEMP.

lxxviii Tabel 5.10

Sumber Informasi Responden Mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Tanjung Pura

No Kategori Frekuensi (F) Persentase %

1 Pengurus Koperasi 15 45,45

2 Anggota Koperasi 18 54,55

Jumlah 33 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Berdasarkan data pada Tabel 5.10, dari 33 responden yang mengetahui bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ini sedang dilaksanakan sebanyak 15 orang responden (45,45%) mengetahui informasi ini dari pengurus koperasi dan sebanyak 18 orang responden (54,55%) mengetahui hal ini dari anggota koperasi.

Data di atas menunjukkan yang banyak berperan aktif dalam penyampaian informasi mengenai program ini adalah para pengurus dan anggota koperasi. Hal diperkuat dengan sebuah wawancara dengan Bapak Amir Chan selaku Ketua koperasi Nelayan Langkat, sebagai berikut:

“Biasanya yang menyampaikan informasi mengenai PEMP ini adalah para pengurus dan anggota Koperasi Nelayan Langkat, karena mereka lebih tahu tentang program ini”.

Tabel 5.11

Pendapat Responden Mengenai Pihak Yang Paling Berhak Mendapatkan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

lxxix

1 Anggota Koperasi 33 14,93

2 Masyarakat Pesisir 69 31,22

3 Masyarakat Umum 119 53,85

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Dari data pada Tabel 5.11 secara mayoritas menunjukkan bahwa 119 orang responden (53,85%) berpendapat program ini paling berhak kepada masyarakat umum, 69 responden (31,22%) berpendapat paling berhak kepada masyarakat pesisir dan 33 (14,93%) orang responden berpendapat program ini paling berhak kepada anggota koperasi.

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ini menurut pedoman umum Program PEMP yang paling berhak mendapatkannya sebenarnya adalah masyarakat pesisir yang menjadi anggota koperasi. Karena diharapkan kepada masyarakat pesisir ini mereka dapat memberdayakan kemampuannya dalam mengelola simpan pinjam dan berkarya melalui koperasi sehingga sesuai dengan visi misi koperasi yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara khusus dan masyarakat pesisir secara umum. Sehingga anggota koperasi dan koperasinya sendiri ikut maju.

Menurut penulis hal ini terjadi dikarenakan minimnya informasi yang diberikan oleh Koperasi Nelayan Langkat kepada masyarakat di Kecamatan Tanjung Pura.

Tabel 5.12

Status Responden di Koperasi Nelayan Langkat

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Anggota 33 14,93

2 Bukan Anggota 188 85,07

lxxx

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebanyak 188 responden (85,07%) bukan anggota Koperasi Nelayan Langkat dan sebanyak 33 orang responden (14,93%) merupakan anggota dari Koperasi Nelayan Langkat.

Bila melihat data pada Tabel 5.11 maka dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden yang mendapatkan pinjaman dari Koperasi Nelayan Langkat bukanlah anggota koperasi.

Keadaan ini terjadi karena Koperasi Nelayan Langkat bersifat tertutup terhadap perekrutan anggota koperasi yang baru. Sewaktu penulis melakukan penelitian di Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat, sama sekali tidak di temukan brosur atau formulir permohonan untuk menjadi anggota koperasi yang dapat dengan mudah di akses oleh siapapun.

Tabel 5.13

Status Keanggotaan Responden di Koperasi Nelayan Langkat No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 7 - 12 bulan 10 30,30

2 > 12 bulan 23 69,70

lxxxi

Jumlah 33 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Menurut data pada Tabel 5.13 di atas, 10 orang responden (30,30%) telah menjadi anggota Koperasi Nelayan Langkat selama 7 - 12 bulan dan 23 orang responden (69,70%) telah menjadi anggota Koperasi Nelayan Langkat selama lebih dari 12 bulan.

Tabel 5.14

Ketepatan Sasaran Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Menurut Responden

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tepat Sasaran 188 85,07

2 Tidak Tepat Sasaran 33 14,93

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Dari data pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa 188 responden (85,07%) menyatakan bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yang dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Pura ini sudah tepat sasaran. Sedangkan 33 responden lainnya (14,93%) menyatakan bahwa program ini tidak tepat sasaran.

Responden yang menyatakan sudah tepat sasaran banyak beralasan karena dengan adanya Program PEMP ini mereka sangat terbantu dalam kebutuhan permodalan untuk usaha mereka. Sedangkan responden yang menyatakan tidak tepat sasaran beralasan karena seharusnya yang berhak mendapatkan bantuan dari Program PEMP ini adalah mereka yang sudah menjadi anggota koperasi, karena masyarakat pesisir diharapkan tidak hanya menjadi peminjam tetapi juga berperan aktif dalam setiap kegiatan koperasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

lxxxii Irhamuddin selaku Manager Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat sebagai berikut:

Sangat dianjurkan kepada para para peminjam untuk menjadi anggota koperasi, karena tujuan utama PEMP ini adalah untuk meningkatkan kekuatan kelembagaan koperasi itu sendiri melalui peran serta para anggotanya, Tapi yang terjadi di sini sepertinya pihak koperasi tidak banyak bertindak untuk melakukan oerekrutan anggota baru. Mungkin mereka punya alasan sendiri”

Tabel 5.15

Persyaratan Yang Diperlukan Responden Dalam Mendapatkan Bantuan Pinjaman dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ada 221 100

Jumlah 221 100

Sumber ; Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.15 menunjukkan bahwa semua responden sebanyak 221 orang (100%) menyatakan bahwa mutlak diperlukan persyaratan untuk mendapatkan bantuan pinjaman dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.

Responden menyatakan syarat-syarat yang bervariasi tapi umumnya seperti; membuka rekening tabungan di Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat, mengajukan surat permohonan kredit, fotokopi KTP, fotokopi kartu keluarga, rekening listrik terakhir dan jaminan.

Jaminan ini diperlukan apabila ada permohonan pengajuan kredit yang nilainya lebih dari Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kredit macet yang akan dihadapi oleh Swamitra Mina.

Seperti yang disampaikan seorang responden kepada penulis,

lxxxiii

Ya iyalah, kalau mau minjam di sini ya banyak syaratnya.

Tapi kalau di bawah dua juta biasanya gak perlu jaminan.

Orang saya aja sudah delapan kali minjam di sini. Tapi ya dua juta ajalah paling banyak. Habis saya gak punya jaminannya.

(Sri Hartati, 31)

Tabel 5.16

Pengetahuan Responden Mengenai Prioritas Penerima Bantuan Pinjaman dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ada 216 97,74

2 Tidak Ada 5 2,26

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Dari data pada Tabel 5.16, menunjukkan bahwa 216 orang responden (97,74%) menyatakan adanya prioritas pinjaman dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ini dan lima orang responden (2,26%) menyatakan tidak ada prioritas penerima pinjaman.

216 Responden yang menjawab “ada” beralasan karena terjadi perbedaan dalam waktu proses pinjaman mereka, ada yang merasa temannya lebih cepat dan ada yang merasa lambat. Sedangkan 5 orang responden yang menjawab “tidak ada” karena mereka tidak tahu.

Menurut Pedoman Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir secara umum program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan kelembagaan dalam hal ini koperasi sebagai wadah penggalangan partisipasi masyarakat dan mempunyai sasaran akhir yaitu masyarakat pesisir dengan usaha skala mikro yang berorientasi pada sektor usaha perikanan dan kelautan. Maka yang menjadi prioritas dalam program ini adalah

lxxxiv masyarakat pesisir Kecamatan Tanjung Pura yang menjadi anggota Koperasi Nelayan Langkat. Untuk lebih lengkapnya mengenai responden yang menjawab ada dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.17

Pendapat Responden Mengenai Prioritas Penerima Bantuan Pinjaman dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Anggota Koperasi 33 15,28

2 Calon Anggota Koperasi 10 4,63 3 Masyarakat Pesisir 173 80,09

Jumlah 216 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Berdasarkan data pada Tabel 5.17, ada sebanyak 173 orang responden (80,09%) berpendapat masyarakat pesisir mempunyai prioritas yang lebih tinggi dalam penerimaan bantuan program ini, kemudian 33 orang responden (15,28%) berpendapat bahwa anggota koperasi merupakan prioritas penerima bantuan pinjaman dan 10 orang responden (4,63%) berpendapat calon anggota koperasi yang menjadi prioritas dalam mendapatkan bantuan pinjaman.

Dari 33 orang responden yang berpendapat bahwa anggota koperasi merupakan prioritas pemberian bantuan pinjaman dari program PEMP ini mereka semuanya adalah anggota Koperasi Nelayan Langkat. Umumnya pendapat mereka diikuti dengan pernyataan karena mereka adalah masyarakat pesisir dan merupakan anggota Koperasi Nelayan Langkat. Sementara 173 orang responden yang berpendapat bahwa masyarakat pesisir adalah prioritas dalam program PEMP ini dikarenakan judul program yang diadakan oleh pemerintah ini yaitu

lxxxv Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Hal ini disampaikan dalam suatu wawancara dengan responden.

“Ya jelas untuk masyarakat pesisirlah.. Judulnya aja sudah jelas-jelas menyebutkan masyarakat pesisir.”(Rusmala, 49).

Tabel 5.18

Pendapat Responden Mengenai Diskriminasi dalam Mendapatkan Bantuan Pinjaman

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tidak ada 221 100

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.18 menunjukkan bahwa 221 orang responden (100%) menyatakan tidak mengalami diskriminasi dalam mengajukan ataupun dalam mendapatkan pinjaman.

Sebagaimana wawancara penulis dengan responden,

Bapak gak pernah dibedain sama mereka walaupun mata Bapak buta sebelah. Yang ada malah kita sering bercanda. Kami ini udah kayak keluarg, habisnya selama 3 tahun ini saya selalu rutin datang ke sini sama teman-teman saya” (Abdul Karim, 53)

Tabel 5.19

Jumlah Pinjaman Yang Diajukan Responden

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 500.000 - 1.000.000 58 26,24

2 > 1.000.000 - 1.500.000 19 8,60

3 > 1.500.000 - 2.000.000 130 58,82

4 > 2.500.000 - 3.000.000 2 0,90

5 > 3.000.000 - 4.000.000 3 1,36

6 > 4.000.000 - 5.000.000 4 1,82

7 > 5.000.000 - 10.000.000 3 1,36

lxxxvi

8 > 10.000.000 2 0,90

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.20 menunjukkan bahwa ada sebanyak 58 orang responden (26,24%) yang mengajukan pinjaman di antara Rp. 500.000 - Rp.

1.000.000, sebanyak 19 orang responden (8,60%) mengajukan pinjaman di antara

> Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000, sebanyak 130 orang responden (58,82%) mengajukan pinjaman > Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000, sebanyak 2 orang responden (0,90%) mengajukan pinjaman > Rp. 2.500.000 - Rp. 3.000.000, 3 orang responden (1,36%) mengajukan pinjaman >Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000, 4 orang responden (1,81%) mengajukan pinjaman > Rp. 4.000.000 - Rp.

5.000.000, 3 orang responden (1,36%) mengajukan pinjaman > Rp.5.000.000 - Rp. 10.000.000 dan 2 orang responden (0,90%) mengajukan pinjaman > Rp.

10.000.000.

Data ini juga menunjukkan bahwa seluruh responden berjumlah 221 orang (100%) telah melakukan pengajuan pinjaman kepada Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat. Jumlah pengajuannya bervariasi,selengkapnya dapat dilihat pada Tabel.

Pinjaman Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000 menjadi mayoritas di Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat. Hal ini dikarenakan batas maksimum pinjaman tanpa jaminan di Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat. Hal ini dinyatakan oleh seorang responden ketika penulis menyanyakan kenapa dia tidak mengajukan pinjaman lebih dari Rp. 2.000.000 (Dua Juta Rupiah).

“Saya sanggupnya cuma sampai di dua juta aja. Kepingin sih lebih dari dua juta, biar lebih banyak modal yang bisa diputar.

lxxxvii Tapi apa daya…. Saya tidak punya agunan. Jadi cukup dua juta

ajalah” (Sri Hartati, 31)

Tabel 5.20

Jumlah Pinjaman Responden Yang Disetujui Swamitra Mina

No. Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Rp. 500.000 - 1.000.000 57 25,79 2 Rp. 1.500.000 - 2.000.000 149 67,44 3 Rp. 5.000.000 - 6.000.000 10 4,52 4 Rp. 9.000.000 - 10.000.000 3 1,35

5 > Rp. 10.000.000 2 0,90

Jumlah 221 100,00

Sumber : Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.21 menunjukkan 57 orang responden (25,79%) mendapat pinjaman Rp.500.00 - Rp. 1.000.000, 149 orang responden (67,42%) mendapat pinjaman Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000, 10 orang responden (4,52%) mendapatkan pinjaman Rp. 5.000.000 - Rp. 6.000.000, 3 orang responden (1,35%) mendapatkan pinjaman Rp. 9.000.000 - Rp. 10.000.000 dan 2 orang responden (0,90%) mendapatkan pinjaman di atas Rp. 10.000.000.

Terjadi perbedaan antara pinjaman yang di ajukan oleh responden dan pinjaman yang diterima oleh responden. Hal-hal yang menjadi sebabnya selain karena kurang kuatnya jaminan untuk pinjaman di atas Rp. 2.000.000 juga karena analisa yang di buat oleh pembina kredit atas pengajuan pinjaman yang masuk untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kredit macet.

Hal yang menarik, ada dua orang responden yang mendapatkan pinjaman di atas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Mereka yang mendapatkan pinjaman ini berusaha di bidang pembeli botot (barang-barang bekas) dan pembeli asam potong. Alasan Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat untuk menyetujui

lxxxviii pinjaman ini karena mereka menilai performance usaha dan jaminan yang diberikan layak untuk dibiayai.

Tabel 5.21

Jumlah Uang Yang Diterima

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sama dengan kwitansi 221 100

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.22 menunjukkan bahwa 221 orang responden (100%) menyatakan uang yang diterimanya sama dengan yang tertera dan yang ditandatangani di kwitansi.

Dalam hal ini, jumlah pinjaman yang disetujui dengan uang yang diberikan dan ditandatangani di kwitansi tidak sama jumlahnya karena biaya- biaya yang timbul akibat perjanjian kredit dibebankan kepada peminjam. Untuk memudahkan prosedur, maka biaya-biaya yang timbul dipotong di muka.

Tabel 5.22

Biaya - Biaya yang Dipungut

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ada biaya-biaya 221 100

Jumlah 221 100

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.23 menunjukkan bahwa 221 orang responden (100%) menyatakan ada dikenakan biaya - biaya dalam proses pencairan pinjaman mereka.

lxxxix Adapun biaya - biaya yang dikutip seperti; biaya provisi sebesar 2% dari jumlah pinjaman yang disetujui, biaya materai, biaya asuransi dan pembukaan rekening tabungan bagi nasabah yang baru. Biaya provisi yang sudah menjadi ketentuan dalam pedoman swamitra sebagai pemasukan, sedangkan biaya lainnya seperti biaya materai dan asuransi merupakan inisiatif dari Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat untuk memudahkan urusan dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga, apabila peminjam meninggal dunia pinjaman langsung ditutupi oleh asuransi sehingga tidak membebani keluarga ahli waris.

Tabel 5.23

Kesepakatan atas Biaya - Biaya yang Dipungut

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sudah disepakati 89 40,27

2 Terpaksa disepakati 132 59,73

Jumlah 221 100,00

Sumber: Data Primer 2009

Data pada Tabel 5.24 menunjukkan bahwa 89 orang responden (40,27%) sudah menyepakati biaya - biaya yang timbul, 132 orang responden (59,73%) menyatakan terpaksa menyepakati biaya - biaya yang timbul.

Responden yang menyatakan terpaksa menyepakati pada umumnya disebabkan karena mereka tidak punya pilihan lain lagi, karena mereka benar - benar membutuhkan dana tersebut. Biaya yang dirasakan paling memberatkan oleh para responden adalah biaya asuransi. Demikian hal ini disampaikan dalam suatu wawancara penulis dengan responden berhubungan dengan hal asuransi,

Dokumen terkait