Razak Miraza: Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009. Dengan adanya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) diharapkan terjadi perbaikan kualitatif berupa meningkatkan budaya kelompok, kesadaran menjaga kualitas lingkungan dan sumber daya ikan berupa kesepakatan menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang merusak (penggunaan kalium dan bom), meningkatkan budaya menabung dan mengurangi penyakit sosial (seperti mabuk-mabukan, perjudian, dan seterusnya berturut-turut).
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Implementasi Program
Pemberdayaan
Defenisi Pesisir
Gambaran Umum Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Kerangka Pemikiran
Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
- Defenisi Konsep
- Defenisi Operasional
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau mendeskripsikan sekumpulan variabel yang berkaitan dengan masalah dan unit yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkannya dengan variabel lain (Sugiyono, 2006: 11). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan situasi atau status fenomena mengenai fakta bagaimana sebenarnya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
Lokasi Penelitian
Populasi dan Sampel
- Populasi
- Sampel
Menurut penentuan besar sampel dari populasi yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono) dan penelitian ini dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 10% (sepuluh persen), maka dari jumlah populasi sebanyak 1200 jumlah yang dianggap sebagai sampel yang diambil berjumlah 221 orang.Kriteria informan dalam penelitian ini antara lain: Pertama, informan adalah staf dari organisasi yang melaksanakan atau melaksanakan program bagi masyarakat, khususnya masyarakat pengguna program di Kecamatan Tanjung Pura.
Teknik Pengumpulan Data
Data pada Tabel 5.3 menunjukkan 220 responden beragama Islam (99,55%) dan satu responden Kristen Protestan (0,45%). Data pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa hanya 33 responden (14,93%) yang mengetahui bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir sedang dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Pura. Menurut penulis, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang diberikan Koperasi Nelayan Langkat kepada masyarakat di Kecamatan Tanjung Pura.
Data pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa 188 responden (85,07%) bukan anggota Koperasi Perikanan Langkat dan 33 responden (14,93%) merupakan anggota Koperasi Perikanan Langkat. Berdasarkan data pada Tabel 5.13 di atas, sebanyak 10 responden (30,30%) telah menjadi anggota Koperasi Perikanan Langkat selama 7 sampai 12 bulan dan 23 responden (69,70%) telah menjadi anggota Koperasi Perikanan Langkat selama lebih dari 12 bulan. Data pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sebanyak 188 responden (85,07%) menyatakan bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yang dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Pura tepat sasaran.
Hal ini disebabkan Koperasi Nelayan Langkat tidak terbuka terhadap pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yang sedang berjalan di Kabupaten Tanjung Pura. Berdasarkan data yang disajikan pada Bab V, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian “Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009”. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dilaksanakan oleh Koperasi Nelayan Langkat melalui Unit Usaha Mina Swamitra.
Teknik Analisa Data
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Swamitra Mina
- Profil Swamitra Mina Koperasi Nelayan Langkat
- Perjalanan Program Koperasi Nelayan Langkat
- Visi dan Misi Swamitra Mina Koperasi Nelayan
- Kelompok Sasaran Koperasi Nelayan Langkat
Koperasi Nelayan Swamitra Mina Langkat merupakan salah satu unit usaha milik Koperasi Nelayan Langkat yang berbadan hukum no.254 /BII/KDK 2.3/ pelayanan permodalan bagi masyarakat pesisir khususnya segmen usaha mikro. Unit usaha ini merupakan rekanan Bank Bukopin dengan orientasi pelayanan permodalan berbasis sistem teknologi perbankan online. Swamitra Mina merupakan unit usaha koperasi yang bergerak di bidang pelayanan permodalan bagi masyarakat pesisir khususnya segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Visi, Mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan mengembangkan budaya kewirausahaan, penguatan kelembagaan dan permodalan dengan mendorong partisipasi masyarakat berbasis sumber daya lokal dan berkelanjutan. Pembentukan kelembagaan dan perubahan sistemik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara sistematis berdasarkan prinsip pemberdayaan. Pendanaan kegiatan LKM Swamitra Mina Nelayan Langkat berasal dari Koperasi Perikanan Langkat yang menerima Dana Ekonomi Produktif (DEP) dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir yang terjamin.
Sasaran akhir secara umum adalah masyarakat pesisir di Kabupaten Langkat dengan usaha skala mikro yang terfokus pada sektor kelautan dan perikanan, seperti penangkapan ikan, budidaya, perdagangan hasil perikanan, pengolahan ikan, jasa perikanan dan pengelolaan wisata bahari, yang berlokasi di wilayah sekitar Kabupaten Langkat. pesisir. dan pulau – pulau kecil Kabupaten Langkat.
Kecamatan Tanjung Pura
- Letak dan Geografis
Mohammad Hasan dan Kabupaten Langkat masih berstatus Asisten Residen (istilah Belanda) yang merupakan kepala administrasi pemerintahan pada saat Tengku Amir Hamzah dilantik, kemudian digantikan oleh Adnan Noer Lubis dengan gelar Bupati, berkedudukan di Pangkalan Brandan dan dilantik pada tanggal 2 April 1946. Pada masa peralihan tersebut, pada tanggal 5 Juli 1946, tambang minyak Pangkalan Brandan diambil alih dari tangan Jepang (sayutai) dan resmi diganti dengan Tambang Minyak Negara Indonesia (TMRI). Sejalan dengan kedudukan kota Pangkalan Brandan sebagai ibu kota Kabupaten Langkat, maka Komando Militer di wilayah ini juga dikembangkan hingga setingkat Plaat sleyche Commandan (PMC) atau Komandan Garnizum di bawah pimpinan Mayor Nazaruddin.
Persatuan Wilayah Sumatera Timur melantik pejabat pimpinan pemerintahan di seluruh Kabupaten Langkat yang berkedudukan di Binjai dan sebagai Bupati H. Samaluddin, sejak itu ibu kota Kabupaten Langkat resmi dipindahkan dari Pangkalan Brandan ke Kota Binjai. Pada tanggal 1 Oktober 1964, wilayah Kewedanaan dilikuidasi/dihapuskan dan sejak itu Pangkalan Brandan hanya menjadi ibu kota kabupaten Babalan.
Sebagaimana disebutkan di atas, dengan terbitnya Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, tentang pemberlakuan otonomi bagi bupati di wilayah Provinsi Sumatera Utara, sekaligus kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Langkat, pada waktu itu Kecamatan Tanjung Pura. kabupaten ini mempunyai 16 (enam) 11) desa dan pada tahun 1980 berubah status dari Desa Pekan Tanjung Pura menjadi Desa Pekan Tanjung Pura. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat nomor 11 Tahun 2003, Desa Pantai Cermin dimekarkan menjadi 2 (dua) desa.
Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan
Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah
Banyaknya Lingkungan, Dusun, RW dan RT
Gambaran Umum Penduduk Kecamatan Tanjung Pura
- Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
- Komposisi Penduduk Menurut Usia
- Komposisi Penduduk Menurut Agama
- Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa
- Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tercatat, warga Kecamatan Tanjung Pura berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35.188 jiwa dan perempuan sebanyak 33.883 jiwa. Penduduk Kecamatan Tanjung Pura pada umumnya mempunyai mata pencaharian yang beragam, namun mayoritas penduduknya bekerja pada sektor non formal seperti pedagang, petani, nelayan dan lain-lain. Tanjung Pura didominasi oleh sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja sebanyak 6.539 orang, pedagang sebanyak 3.654 orang, nelayan sebanyak 2.665 orang dan lain sebagainya.
Sarana dan Prasarana Kecamatan Tanjung Pura
- Jarak dan Waktu Tempuh Ke Ibukota Kecamatan…
- Sarana Transportasi
- Sarana Rumah Ibadah
- Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis
- Sarana Listrik dan Telepon Rumah
- Sarana Pendidikan
Berdasarkan data pada Tabel 5.10, dari 33 responden yang mengetahui dilaksanakannya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 15 responden (45,45%) mengetahui informasi tersebut dari pengurus koperasi dan 18 responden (54,55%) mengetahui informasi tersebut. ini dari koperasi. anggota. Jika melihat data pada Tabel 5.11 terlihat bahwa sebagian besar responden penerima pinjaman Koperasi Nelayan Langkat bukan merupakan anggota koperasi. Data pada Tabel 5.15 menunjukkan bahwa seluruh 221 responden (100%) menyatakan adanya persyaratan mutlak untuk menerima bantuan pinjaman Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
Dari data pada tabel 5.16 terlihat 216 responden (97,74%) menyatakan adanya prioritas pinjaman Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, dan lima responden (2,26%) menyatakan tidak ada prioritas penerima pinjaman. Data pada Tabel 5.20 menunjukkan terdapat 58 responden (26,24%) yang mengajukan pinjaman antara Rp. Data pada Tabel 5.24 menunjukkan bahwa 89 responden (40,27%) menyetujui biaya yang dikeluarkan, 132 responden (59,73%) menyatakan terpaksa menyetujui biaya yang dikeluarkan.
Data pada Tabel 5.29 menunjukkan bahwa 74 responden (33,48%) mengembalikan pinjaman tepat waktu dan 147 responden (66,52%) tidak mengembalikan pinjaman tepat waktu. Data pada Tabel 5.34 menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden (4,52%) menyatakan mengetahui terdapat TPK yang ditempatkan di wilayahnya, 23 responden (10,41%) menyatakan tidak ada Pendamping Desa yang ditempatkan di wilayahnya dan sebanyak 188 responden (85,07%) tidak mengetahui keberadaan Pendamping Desa. Hal ini terlihat pada Tabel 5.12 dimana lebih dari 85% responden bukan anggota koperasi dan tidak mengetahui tentang Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
HASIL DAN ANALISA DATA
Data Hasil Penelitian
Data pada Tabel 5.1 menunjukkan responden laki-laki sebanyak 159 orang (72%) dan perempuan sebanyak 62 orang (28%). Data pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas tamat SLTA sederajat yaitu sebanyak 107 responden (48,42%), kemudian tamat SMP sederajat sebanyak 70 responden (31,67%) dan tamat sebanyak 25 responden. pendidikan tinggi atau sederajat (11,31%), tamat SD sebanyak 17 orang (7,69%) dan tidak bersekolah sebanyak 2 orang (0,90%). Berdasarkan data pada tabel 5.17, sebanyak 173 responden (80,09%) berpendapat bahwa masyarakat pesisir mempunyai prioritas tertinggi dalam menerima bantuan program ini, kemudian 33 responden (15,28%) berpendapat bahwa anggota koperasi merupakan prioritas penerima bantuan pinjaman dan 10 responden berpendapat bahwa masyarakat pesisir merupakan prioritas penerima bantuan pinjaman. (4,63%) berpendapat bahwa calon anggota koperasi merupakan prioritas dalam menerima bantuan kredit.
Umumnya pendapat mereka akan diikuti dengan pernyataan, karena mereka adalah masyarakat pesisir dan anggota Koperasi Nelayan Langkat. Data pada Tabel 5.18 menunjukkan bahwa sebanyak 221 responden (100%) menyatakan tidak mengalami diskriminasi saat mengajukan atau memperoleh pinjaman. Data ini juga menunjukkan bahwa seluruh 221 responden (100%) pernah mengajukan pinjaman ke koperasi perikanan Swamitra Mina Langkat.
Data pada Tabel 5.23 menunjukkan bahwa sebanyak 221 responden (100%) menyatakan dikenakan biaya pada saat pencairan pinjamannya. Responden yang menyatakan pinjamannya telah lunas kembali ke koperasi perikanan Swamitra Mina Langkat untuk mengajukan pinjaman baru. Data pada Tabel 5.27 menunjukkan bahwa 33 responden (14,93%) menyatakan proses pinjamannya <7 hari, 146 responden (66,06%) menyatakan proses pinjamannya antara 7 hingga 14 hari, 21 responden (9,50%) menyatakan bahwa proses pinjaman mereka memakan waktu antara 15 dan 21 hari dan 21 responden lainnya (9,50%) menyatakan bahwa proses pinjaman mereka memakan waktu antara 21 dan 30 hari.
Berdasarkan cara pelunasan pinjaman di atas, sebanyak 154 responden (69,68%) telah melunasi pinjaman melalui setoran langsung pada Koperasi Perikanan Swamitra Mina Langkat. Dari data pada tabel 5.31 terlihat 175 responden (79,19%) menggunakan dana pinjaman yang diperoleh untuk pembelian bahan/barang untuk kegiatan non penangkapan ikan, 10 responden (4,52%) menggunakan dana pinjaman yang diperoleh untuk pembelian peralatan penangkapan ikan, Sebanyak 35 responden (15,84%) menutupi utangnya sebelumnya dengan pinjaman yang diperoleh.
Analisa Data
PENUTUP
Kesimpulan
Meskipun tidak semua perusahaan penerima bantuan bergerak di sektor perikanan dan kelautan, namun masyarakat pesisir di Kabupaten Tanjung Pura telah dapat mengakses permodalan dengan suku bunga rendah dan pinjaman yang transparan. Responden penerima pinjaman sebagian besar bukan anggota koperasi, padahal yang paling berhak menerima bantuan pinjaman program PEMP adalah masyarakat pesisir yang tergabung dalam koperasi, hal ini disebabkan kurangnya informasi dari Koperasi Nelayan Langkat. Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pencairan pinjaman dipengaruhi oleh jauhnya jarak yang diperlukan dari rumah responden ke kantor Swamitra Mina, hal ini terjadi karena keterbatasan tenaga dan luasnya wilayah kerja Koperasi Nelayan Swamitra Mina Langkat.
Responden (bukan anggota koperasi) tidak ada yang mengetahui bahwa ada Tenaga Pendamping Desa (TPD) yang ditempatkan di wilayahnya dan tidak pernah menerima bantuan apa pun dari TPD. Oleh karena itulah TPD disediakan oleh program PEMP untuk membantu.
Saran