• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN EVALUASI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh: Eni Kamal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN EVALUASI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh: Eni Kamal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 10 MANAJEMEN EVALUASI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP)

DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh: Eni Kamal

Pusat Studi Pesisir Dan Kelautan, Universitas Bung Hatta Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

Abstract

The Department Marine Affair and Fisheries Republik Indonesia structurally effort to increase the walfare of the costal people that name “Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP). This program is generally purpose to increase the walfare of costal people through the development of cultural enterprise, the strengthen of Micro Financial Department, the participation of the people and another productivity of economie activities which is based on the continuity resourses.

Keywords: Costal, microfinancial, continuity resourses dan PEMP

PENDAHULUAN

Melalui Depatemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Republik Indonesia Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) sebagai solusi pragmatis dan sistematis bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan masyarakat secara komperhensif. Dalam program ini kesejahteraan tidak hanya di pandang dari aspek ekonomi (lapangan kerja dan pendapatan) tetapi juga meliputi aspek sosial, (pendidikan, kesehatan, dan agama), lingkungan sumberdaya perikanan dan laut serta pemukiman dan infrastruktur. Aspek ini harus ditunjang oleh kelembagaan sosial ekonomi yang kuat dan dikembangkan secara seimbang. Dalam upaya ini peran pemerintah masih sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung, termasuk didalamnya kebijakan pemerintah, akses permodalan, pasar, dan tata ruang kawasan pesisir. Disamping itu harus didukung pula oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal dengan memprioritaskan partisipasi masyarakat setempat dan memperhatikan skala dan tingkat kelayakan ekonomi.

Untuk keberhasilan implementasi program dalam pelaksanaanya Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP) sebagai pelaksana langsung program PEMP harus didukung oleh kegiatan pendampingan yang mampu memfasilitasi terlaksananya jalinan komunikasi antar kepentingan baik KMP maupun kelembagaan yang akan terbentuk sebagai pendukung proses pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir secara utuh.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah: Meningkatkan kapasitas lembaga Koperasi LEPP-M3/Koperasi Perikanan dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir secara utuh dan Memfasilitasi akses permodalan Masyarakat Pesisir kepada Koperasi LEPP- M3/Koperasi Perikanan

Sedangkan sasarannya adalah Anggota masyarakat pesisir sebagai sasaran Program PEMP yang akan direkrut dan difasilitasi PEMP 2006 dan Koperasi LEPP-M3/Koperasi Perikanan

METODE KEGIATAN

Metode pelaksanaan Kegiatan Pendampingan dan Pengembangan

(2)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 11 Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di

Kabupaten Pesisir Selatan meliputi : 1. Analisis data potensi kelembagaan

KMP dan LEPP-M3

2. Pelatihan penguatan kelembagaan LEPP-M3 dan KMP

3. Pendampingan Teknis dan Manajemen Usaha

4. Menfasilitasi Penyaluran DEP bersama TPD

5. Monitoring dan Evaluasi Lokasi Kajian

Lokasi Kajian dari kegiatan Pendampingan dan Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan adalah :

1. Identifikasi Sasaran Program Di laksanakan pada 10(sepuluh) KMP yaitu:

- KMP Takana Juo, Kec, Lengayang - KMP Harapan Jaya, Kec. Ranah

Pasisia

- KMP Mercusuar, Kec. Ranah Pasisia

- KMP Mayang Terurai Kec. Ranah Pasisia

- KMP Kurnia Laut, Kec. Linggo Sari Baganti

- KMP Ujung Tanjung Sakti, Kec. Pancung Soal

- KMP Teluk Betung Saiyo, Kec. Batang Kapas

- KMP Usaha Bersama, Kec. Sutera - KMP Bina Usaha, Kec. IV Jurai - KMP Luhung Bersaudara, Kec.

Bayang

2. Fasilitasi dan Penyiapan Masyarakat Peserta Program dilakukan di Kecamatan dan Desa/Jorong sebagai sasaran program.

KONSEP DAN MODEL SOSIALISASI PROGRAM PEMP

Untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia dan pengembangan ekonomi, peran pemerintah masih sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung, termasuk didalamnya kebijakan

pemerintah, akses permodalan, pasar dan tata ruang kawasan pesisir.

Pengembangan kegiatan usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan kelautan memerlukan perencanaan yang matang supaya dalam pelaksanaannya tidak menyebabkan kerusakan sumberdaya yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan tersebut harus dimulai dengan inditifikasi potensi dan permasalahan wilayah pesisir dan kelautan yang disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kemampuan, dan masyarakat serta kebijakan pemerintah dan infrastruktur yang mendukungnya.

Keberhasilan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) harus didukung oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal dengan memprioritaskan partisipasi masyarakat setempat dan memperhatikan skala dan tingkat kelayakan ekonomi. Pengembangan organisasi dan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis pada budaya lokal perlu dilakukan untuk mendukung aktifitas sosial dan ekonomi yang akan dikembangkan. Hal ini penting terutama untuk membantu mengantisipasi dan menyelesaikan konflik sosial yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan.

Upaya pencapaian keberhasilan program PEMP diawali dengan sosialisasi program, pembinaan dan evaluasi pada semua pihak terkait yang meliputi Dinas Teknis, Masyarakat, Sasaran Program, Tokoh Masyarakat dan Stakeholder lainnya guna mendapatkan respon dan masukan untuk menyempurnakan program yang telah disusun. Pada kondisi sosial (tingkat pendidikan, mental, perilaku) masyarakat Pesisir yang belum memadai, disisi lain program PEMP harus dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan, maka sangat diperlukan Tenaga Pendamping Profesional. Monitoring dan evaluasi

(3)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 12 harus dilakukan agar program dapat

berjalan sesuai dengan harapan.

Model pengembangan dan pembinaan program PEMP ini secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1: Model Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

PENDEKATAN KONSULTATIF PROGRAM PEMP

Pendekatan yang digunakan pada konsultatif Program PEMP adalah sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengembangan dan pelestarian pembangunan ekonomi, masyarakat dan wilayahnya.

2. Kemandirian (keswadayaan) masyarakat dalam pembangunan masyarakat dan wilayahnya.

3. Kemitraan antara masyarakat, aparat Pemerintah dan Swasta

dalam mengembangkan program kegiatan PEMP.

PRINSIP KONSULTATIF DAN

PENGELOLAAN DAN

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMP

Prinsip pengelolaan dan pengembangan Program PEMP adalah sebagai berikut : 1. Acceptable : Pilihan kegiatan

ekonomi (usaha) berdasarkan potensi sumberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhan/keinginan dan kemampuan masyarakat, sehingga memperoleh dukungan dari masyarakat.

Identifikasi Potensi dan Permasalahan - Sumberdaya Alam dan

Sumberdaya Pesisir - Sumberdaya Manusia - Kegiatan Usaha

Perikanan

- Sarana dan Prasarana - Kelembagaan Sosial

Ekonomi

- Kebijakan Pemerintah

Analisis Data Penyusunan Program Pengembangan

Implementasi Program - Pemilihan Calon Peserta - Pelatihan - Pelaksanaan Kegiatan Ekonomi - Pelaksanaan Kegiatan Sosial, Lingkungan dan Fasilitas

- Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi

Program

Ekonomi Program Sosial

Program Lingkungan dan

Infrastruktur

Sosialisasi Program

(4)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 13 2. Transparancy : Pengelolaan program

kegiatan PEMP dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut memantaunya. 3. Accountability : Pengelolaan

program kegiatan PEMP harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

4. Responsiveness : Program kegiatan PEMP dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin.

5. Quick Disbursement : Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran secara cepat dan tepat.

6. Democracy : Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah.

7. Sustainability : Pengelolaan Program kegiatan PEMP dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal dan berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal. 8. Equality : Pemberian kesempatan

kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, supaya semua masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung.

9. Competitiveness : Setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi produktif masyarakat ditujukan untuk dapat mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak.

PENDAMPINGAN PROGRAM

KEGIATAN PEMP

Program PEMP adalah program yang sasarannya masyarakat Pesisir. Mengingat kondisi sosial ekonomi dan budaya mereka yang pada umumnya relatif rendah, maka diperlukan pendampingan.

Pendampingan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang berperan sebagai fasilitator. Tenaga pendamping merupakan tenaga

profesional di bidangnya yangbersedia tinggal di tengah masyarakat sasaran dan bertugas mendampingi masyarakat secara terus menerus (selama program berlangsung) dalam bentuk mempersiapkan masyarakat pesisir untuk mengakses kredit pada LKM; mendampingi mereka menjalankan dan mengembangakan usaha baik dalam proses produksi maupun pemasaran; membuat laporan perkembangan kegiatan setiap bulan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten/kota. Tenaga Pendamping yangberkualifikasi pendidikan minimal D3 dalam bidang terkait dan berasal dari daerah setempat. Fungsi motivator, administrator dan katalisator harus dilakukan oleh tenaga pendamping selama program kegiatan berlangsung. Perubahan perilaku masyarakat untuk mandiri dan kreatif dalam usaha produktif dan pelestarian lingkungan merupakan fokus dari pendampingan.

MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM PEMP

Dalam pelaksanaan sosialisasi kegiatan program PEMP berjalan lancar jika direncanakan dengan baik. Lingkup kegiatan yang harus dilakukan oleh sebelum pelaksanaan kegiatan sosialisasi, monitoring dan evaluasi (monev) program PEMP adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan konsultan dan monev Program PEMP sesuai dengan kondisi wilayah setempat.

2. Identifikasi permasalahan PEMP yang sedang berjalan.

3. Peninjauan sasaran dan lokasi program kegiatan PEMP secara objektif yang dilaksanakan oleh penerima.

4. Sinkronisasi dan koordinasi program kegiatan PEMP dengan program lain yang telah ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait baik lembaga Pemerintah maupun Swasta.

(5)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 14 Evaluasi dan Pembinaan Mitra Desa

Mitra Desa terdiri dari wakil Aparat Desa, Tokoh Masyarakat /Adat/Agama dan wakil dari Dinas Perikanan dan Kelautan (KCD/PPL Perikanan) serta Rukun Nelayan (Organisasi Nelayan).

Pengurus Mitra Desa sedikitnya terdiri dari Ketua dan Sekretaris yang disahkan oleh Kepala Desa/Lurah. Pengurus Mitra Desa adalah orang yang berasal dari Desa/Kelurahan bersangkutan yang mempunyai perhatian terhadap Pembangunan wilayahnya. Pengurus Mitra Desa adalah mereka yang bekerja pada program kegiatan PEMP ini secara suka rela.

Evaluasi dan Pembinaan Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP)

Dengan tahapan yang mengacu ketentuan sbb :

§ Penggalian Gagasan

Pengurus Mitra Desa menfasilitasi KMP untuk melakukan penggalian gagasan melalui musyawarah yang dibantu oleh Tenaga Pendamping Desa (TPD).

§ Penyusunan Usulan Kegiatan

KMP dibantu oleh TPD menyusun dan menyempurnakan usulan kegiatan yang dilaksanakan dalam Pelatihan. § Penyusunan Rencana Kerja Tindak

Lanjut (RKTL) KMP

RKTL disusun oleh KMP dengan bantuan TPD bertujuan untuk menyiapkan lebih lanjut perbaikan dan kelengkapan usulan kegiatan selama proses verifikasi.

Evaluasi dan Pembinaan Pengurus Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3). Pengurus LEPP-M3 yang telah dipilih oleh KMP dan ditetapkan melalui musyawarah sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang disahkan oleh Camat pada tingkat Desa dan Kecamatan atau oleh Bupat pada tingkat Kabupaten. Pengurus LEPP-M3 terdiri dari perwakilan KMP desa yang berasal dari daerah bersangkutan. Selama proyek berlangsung TPD hendaknya

dipertimbangkan sebagai tenaga profesional tersebut.

Evaluasi dan Pembinaan Administrasi Acuan yang menjadi evaluasi dan Pembinaan adalah harus pada kaedah yang telah ditetapkan pada saat lembaga ini di tetapkan seperti sbb:

§ TPD menyiapkan Surat Perjanjian Dana Ekonomi Produktif antara LEPP-M3 dan KMP dilampiri dengan kelengkapannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

§ LEPP-M3 menyiapkan dokumen Surat Perjanjian Pemberian Dana (SP2D) yang ditandatangani oleh LEPP-M3 dan KMP yang diketahui oleh kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan dilampiri kelengkapannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengajuan Dana

§ Berdasarkan SP2D, LEPP-M3 mengajukan SPP-LS (Surat Perintah Pembayaran Langsung) ke Bendahara LEPP-M3 untuk pencairan dana ke rekening KMP.

§ Berdasarkan Surat Perjanjian Dana Ekonomi Produktif dan kelengkapannya, KMP Desa mengajukan usulan penarikan dana kepada LEPP-M3.

Revisi Kegiatan

§ Revisi kegiatan dimungkinkan jika terjadi perubahan terhadap jenis kegiatan, modal usaha dan investasi ekonomi yang disebabkan oleh faktor alam (force majeure) dan perkembangan ekonomi makro.

§ Revisi kegiatan dimusyawarahkan oleh KMP desa.

Pencairan Dana

Ketua KMP Desa dengan berdasarkan Surat Perjanjian Dana Ekonomi Produktif mengajukan usulan pencairan dana kepada LEPP - M3.

Usaha Ekonomi Produktif

Setelah menerima dana bantuan, KMP melaksanakan kegiatan usaha ekonomi

(6)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 15 produktif masyarakat sesuai dengan

rencana kerjanya dan dipandu oleh TPD dilapangan sebagai Pengawas pelaksanaan Program agar tidak terjadi kesalahgunaan dana bantuan.

Kemitraan (Mitra Pengembangan)

§ Mitra pengembangan

(perorangan/lembaga) berfungsi memfasilitasi pemanfaatan sumberdaya Pesisir dan Kelautan melalui penyediaan akses permodalan, teknologi dan informasi pasar untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

§ Hubungan kemitraan ini difasilitasi oleh KM Kab/Kota dan Dinas Perikanan dan Kelautan berdasarkan kebutuhan KMP.

Pengendalian Dan Pengawasan Kegiatan

§ Kegiatan pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh masyarakat dan aparat Pemerintah terkait.

§ LEPP–M3 dan Mitra Desa melakukan kegiatan pengandalian dan pengawasan kepada KMP dengan cara kunjungan langsung maupun dengan mekanisme pelaporan kegiatan.

HASIL KAJIAN DAN EVALUASI

Kajian dan Evaluasi bertujuan untuk mendapatkan permasalahan dan hasil yang telah dicapai dalam perguliran Dana Ekonomi Produktif (DEP).

KMP Ujung Tanjung Sakti

Permasalahan yang ditemui oleh KMP akibat kemacetan perguliran dana DEP-PEMP KMP adalah :

1. Kurangnya pembinaan pengurus KMP yang berkelanjutan

2. Adanya pengaruh musim paceklik karena musim badai

3. Hasil kesepakatan lokakarya 2005 belum dilaksanakan

KMP Kurnia Laut

Permasalah yang ditemui saat pertemuan dan pantauan di lapangan adalah :

1. Perguliran DEP telah terjadi penunggakan

2. Pengurus KMP kurang melakukan pembinaan pada anggota

3. Produksi hasil tangkap ikan menurun secara tajam, akibat musim paceklik dan musim angin kencang

4. Kesepakatan Lokakarya Desember 2005 belum dilaksanakan

KMP Harapan Jaya

Monev dan identifikasi ini dilakukan dengan melakukan pertemuan langsung bersama KMP untuk memperoleh informasi tentang perkembangan perguliran DEP – PEMP Kabupaten Pesisir Selatan. Permasalahan yang dihadapi di KMP Harapan Jaya adalah : 1. Hasil tangkapan ikan berkurang akibat

adanya musim badai dan ada indikasi terjadinya musim paceklik

2. Berkembangnya isu tsunami mengakibatkan berkurangnya aktifitas nelayan dalam melakukan penangkapan ikan

3. Pembinaan pelaksanaan Program PEMP tidak berjalan dengan baik 4. Laporan perkembangan perguliran

DEP tidak berkelanjutan

5. Belum terlaksananya hasil kesepakatan Lokakarya 12-13 Desember 2005 di Painan

KMP Mercusuar

Perkembangan perguliran DEP-PEMP berlangsung relatif lancar dibandingkan dengan KMP lainnya. Beberapa hal yang mengakibatkan adanya kendala pengembalian Perguliran DEP adalah: 1. Hasil tangkapan jauh menurun

2. Harga BBM sebagai bahan utama untuk melakukan operasi penangkapan tidak terjangkau nelayan, selain itu masih relatif sulit untuk mendapatkan BBM yang cukup 3. Adanya kelemahan pengelolaan KMP

serta belum terjadinya kerjasama yang baik antara pengurus maupun anggota KMP

(7)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 16 4. Pertemuan masih relatif jarang

dilakukan

5. Kesepakatan Lokakarya 2005 belum banyak dilakukan

KMP Mayang Terurai

Hal-hal yang ditemukan dalam identifikasi tersebut adalah:

1. Adanya kelamahan pengelolaan KMP secara umum

2. Hasil tangkapan ikan menurun drastis 3. Perhatian anggota KMP relatif

berkurang

4. Kesepakatan lokakarya 2005 tidak dilaksanakan

KMP Usaha Bersama

Permasalahan yan ditemui dan dikemukakan oleh KMP adalah :

1. Cicilan pinjaman dan guliran DEP macet sejak awal tahun 2005

2. Hasil tangkapan nelayan sangat menurun

3. Harga BBM relatif mahal KMP Takana Juo

Dalam pertemuan dibahas permasalahan yang ditemui oleh KMP dalam perguliran DEP. Permasalahan pada KMP Takana Juo adalah:

1. Kemacetan perguliran DEP telah berlangsung lama

2. Produksi hasil tangkap sangat berkurang akibat musim ikan yang tidak menentu dan musim angin yang sangat kencang

3. Kesepakatan hasil lokakarya tanggal 12-13 Desember 2005 belum dilaksanakan

4. Adanya kelemahan pengelolaan KMP 5. Pertemuan anggota KMP masih jarang

dilakukan

KMP Teluk Betung Saiyo

Permasalahan yang dihadapi oleh KMP Teluk Betung Saiyo yang mengakibatkan perguliran dana DEP-PEMP tidak lancar adalah :

1. Produktifitas dan hasil tangkapan ikan menurun, musim paceklik

2. Pengurus KMP relatif kurang aktif dalam pembinaan anggotanya

3. Kesepakatan lokakarya belum dilakukan

KMP Bina Usaha

Dari laporan pengurus KMP diperoleh bahwa dengan adanya perguliran dana tersebut walaupun masih terjadinya kemacetan pengembalian seperti KMP lainnya.

Namun walaupun demikian KMP ini masih memperlihatkan keterlambatan pengembalian DEP sejak tahun 2004 hal ini disebabkan antara lai :

1. Akibat terjadinya penurunan aktifitas penangkapan ikan karena faktor eksternal seperti cuaca dan isu tsunami

2. Harga BBM yang jauh dari jangkauan nelayan

KMP Luhung Bersaudara

Pertemuan dengan KMP Luhung Bersaudara-Pasar Baru Kecamatan Bayang untuk Perguliran DEP pada KMP Luhung Bersaudara tidak berlangsung dengan baik hal ini diakibatkan karena : 1. Sosialisasi KMP tidak berjalan dengan

semestinya

2. Hasil tangkapan sangat menurun tajam

3. Penyaluran tidak tepat sasaran

4. Kondisi ekonomi masyarakat yang relatif kurang baik

5. Hasil kesepakatan lokakarya 2005 tidak dilaksanakan

KAJIAN AKADEMIS PERMASALAHAN PEMP

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tersebut ditemui beberapa masalah pokok yang menyebabkan kelambatan atau mendegnya pengembalian dana PEMP tersebut. Adapun permasalahan yang ditemui yang menyebabkan kemacetan pengembalian kredit PEMP tersebut antara lain:

Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga BBM sudah merupakan keputusan pemerintah, untuk itu nelayan

(8)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 17 harus diberikan pengertian untuk

melakukan kegiatan penangkapan dengan peralatan yang lebih efektif dan cara-cara penangkapan yang efisien. Cara-cara tersebut antara lain adalah dengan memilih alat tangkap yang sesuai, menentukan gerombolan ikan yang tepat, serta mengefisienkan penangkapan dengan memasang rumpon.

Hasil Tangkapan yang Kurang Memadai Guna meningkatkan hasil tangkapan nelayan perlu pemikiran untuk memasyarakatkan penggunaan rumpon dalam operasi penangkapan, sehingga biaya operasional menjadi lebih hemat dan hasil tangkapan menjadi lebih baik. Musim yang Tidak Menentu

Ketidak menentuan musim perlu dicarikan jalan keluar dalam bentuk pemsangan rumpon, meningkatkan alat tangkap menjadi alat yang efisien dan alat multipurpose, sehingga alat tangkap yang dipunyai dapat dioperasikan pada segala musim

Peralatan yang Rusak

Perlu dibentuk team yang independen, guna mencek peralatan yan rusak serta keseriusan nelayan untuk tetap berusaha. Sepanjang itikat nelayan masih baik untuk berusaha, sebaiknya nelayan tersebut dibantu untuk kredit baru (dari hasil perguliran) dengan tambahan jaminan, sehingga diharapkan dengan suntukan modal baru usaha nelayan dapat berkembang.

Adanya Alat Tangkap Lampara Dasar yang Beroperasi di Indrapuro

KMP di Indrapuro mengelami keresahan akibat banyaknya beroperasi alat tangkap lampara dasar yang diperkirakan berasal dari Air Haji. Hal ini menyebabkan keresahan masyarakat sekitar, karena nelayan setempat tidak dapat lagi melakukan operasi penangkapan, dan akibat dari itu juga hasil tangkapan menjadi berkurang.

Guna mengatasi hal tersebut, perlu adanya kebijakan yang tegas dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten untuk menindak tegas nelayan yang melakukan operasi penangkapan dengan alat yang tidak diizinkan.

Adanya Salah Persepsi Terhadap Program PEMP

Sebagian dari peserta yang menerima, mempunyai persepsi yang salah terhadap program PEMP ini, dimana diantaranya memandag bahwa dana bantuan yang disalurkan melalui PEMP ini adalah hadiah dari pemerintah, karena berkaca kepada program-program massal yang sudah terdahulu bahwa program ini akan diputihkan (contoh Bimas, Inpres, JPS, dll) Untuk meluruskan kembali salah pesepsi ini maka sudah selayaknya pengurus KMP, LEPP-M3, pendamping program, maupun pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten harus lebih gencar lagi menjelaskan dan memberikan pemahaman bahwa ini adalah kredit dan harus dikembalikan. Disamping itu dalam program ini juga terdapat hak rekan maupun saudara-saudaranya yang seprofesi. Sehingga kelancaran pengembalian kredit PEMP merupakan dasar bagi pergiliran dana PEMP, serta akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Kurang Efektifnya Pengurus PEMP Pada KMP tertentu ditemui kurang efektifnya pengelolaan KMP, yang ditandai dengan kurang baiknya pembukuan oleh KMP, karena tampaknya pengurus kurang menguasai administrasi sederhana untuk pembukuan keuangan KMP.

Guna mengatasi hal tersebut, maka pengurus KMP yang sudah tidak aktif lagi dan bermasalah perlu dilakukan rapat anggota dengan sesegeranya untuk menunjuk pengurus KMP baru dan berkeinginan mengelola program ini. Pelatihan pengurus KMP akan administrasi pembukuan sederhana, ditambah dengan contoh-contoh pembukuan perlu dilakukan.

(9)

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 18 Pengurus KMP juga harus lebih aktif

dalam penarikan dana cicilan anggota (Jemput Bola)

Pengembangan Kelompok

Perlu adanya pembinaan yang kontinyu dari lembaga terkait (Dinas-Dinas), sehingga kelompok ini dapat berkembang dan tumbuh menjadi lebih kokoh dan besar. Instansi terkait perlu membina sehingga berkembang menjadi koperasi (misalnya) dan mampu melakukan berbagai unit usaha yang produktif dan ekonomis.

Pengurus LEPP-M3 Kerja Tidak Optimal Hal lain yang mengakibatkan kerja pengurus LEPP-M3 tidak optimal adalah keterbatasan dana pengelolaan LEPP-M3. Hal ini disebabkan karena terjadinya kemacetan pengembalian pinjaman anggota KMP. Sesuai dengan aturan yang ada bahwa dana operasional KMP, Mitra Desa dan LEPP-M3 dialokasikan pada pengembalian jasa pinjaman anggota KMP.

Profil Anggota Kelompok Sukses Terdapat juga beberapa anggota kelompok yang sukses, ditunjukkan oleh; hasil usaha yang berkembang, cicilan lancar, tingkat ekonomi yang bersangkutan yang meningkat (pendapatn, peningkatan sarana rumah tangga, dan sebagainya). Untuk itu anggota ini perlu disokong dan dibina

terus menerus, sehingga menjadi pengusaha perikanan yang tumbuh dari bawah, dan sebagai contoh bagi angota-anggota lainnya, untuk dapat tumbuh dan berkembang lebih baik.

SARAN-SARAN

Berdasarkan permasalahan yang ditemui di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya pertemuan rutin kelompok 2. Pelatihan pembukuan sederhana

pengurus KMP

3. Penyegaran pengurus KMP

4. Pengurus KMP menjemput simpanan anggota secara berkala sebagai cicilan 5. Kerjasama antara pihak terkait dan program PEMP seperti KMP, Mitra Desa dan LEPP-M3 perlu ditingkatkan 6. Penetapan sangsi yang tegas bagi

anggota KMP penunggak pinjaman 7. Sanksi ditetapkan oleh masing-masing

KMP

8. Perlu dilakukan pertemuan secara berkelanjutan

9. Pembenahan perlu dilakukan secara bersama

10. Perlu didudukan kejelasan peran LEPP-M3 dan Koperasi LEPP-M3 11. Untuk sementara perlu pemikiran

permodalan dana operasional khusus bagi KMP, Mitra Desa dan LEPP-M3 bukan dari hasil pengembalian jasa dana pinjaman.

12.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan., 2006. Term Of Reference Konsultan Manajemen Kabupaten Program PEMP 2006. Pesisir Selatan.

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir., 2006. Pedoman Umum Pelaksanaan PEMP 2006.

Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta..

Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta., 2006. Konsultan Manajemen Kabupaten Program PEMP Kabupaten Pesisir Selatan. Padang. Hal 1-47.

Gambar

Gambar 1:  Model Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan, bahwa model lingkungan pembelajaran yang inklusif tersebut dapat memotivasi guru, pengelolah/Kepala sekolah, anak, keluarga dan masyarakat untuk

[r]

Untuk mengetahui manfaat micro wave diathermy dan core stabilitation dalam. mengurangi nyeri

Hak Tanggungan atas tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada

Seiring dengan peningkatan penjualannya, toko Adis Sportindo ini mempunyai kendala dalam hal pengelolaan datanya terlihat dari sistem informasi yang sedang

Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.. Menentukan aspek-aspek proses

Aturan merupakan suatu tata tertib yang harus ditaati suatu peserta pertandingan, Permainan merupakan salah satu dari banyaknya wahana untuk membawa anak dalam

[r]