IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN
YANG DILAKUKAN OLEH PKBM EMPHATY MEDAN
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Disusun oleh :
010902024
YON YANTJEG
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat, rahmat dan pengetahuan yang diberikan-Nya sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana diharapkan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini memiliki
kekurangan dan masih sangat jauh dari sempurna. Dengan menyadari kekurangan
dalam skripsi ini, penulis dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak guna penyempurnaan karya ilmiah ini dimasa mendatang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bahan-bahan pemikiran
sehingga skripsi ini dapat terwujud, dan secara khusus penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
3. Bapak Sudirman, M. SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan dan arahan yang sangat
4. Bapak Bukti Nainggolan yang memberikan ijin penelitian dan
memberikan masukan mengenai program pendidikan kesetaraan di
Yayasan PKBM EMPHATY Medan kepada Penulis.
5. Kak Electa S.Sos sebagai pengelola PKBM EMPHATY Medan yang
memberikan data-data yang diperlukan Penulis guna melengkapi sekripsi
penulis.
6. Bapak B Damanik dan Kak Tiur M Nainggolan sebagai sahabat untuk
berbagi dan bercerita di Yayasan Emphaty dalam proses pembelajaran
warga belajar.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Bapak Yosua ginting dan Mamak
Jenda Mari Br Tarigan yang telah membesarkan, mendidik, memberikan
semangat dan doa yang begitu besar bagi penulis, yang jasa-jasa mereka
tidak akan pernah terlupakan.
8. Teristimewa juga bagi seluruh keluarga saya, khususnya adik-adik saya
Juli, Jimi, Jefking, dan Inganta. Semoga kelak menjadi orang yang
berguna.
9. Teristimewa buat kawan-kawan saya yang selalu setia menemani,
memberikan sumbangan pemikiran dan semangat antara lain: Angga,
Jujur, Fajar, Anggiat dan yang lain gak tersebutkan namanya satu persatu.
10.Teristimewa kawan-kawan setambuk 2001 Frety, Ilham, Fahmi, Marlina,
Udin dan yang lain.
11.Teristimewa buat sahabat aku etha yang memberikan semangat dan doa
12.Teristimewa Buat semua adik-adik dan warga belajar yang ada di pusat
kegiatan belajar masyarakat EMPHATY yang menjadi inspirasi bagi
skripsi ini. Tetap utamakan pendidikan dan rahilah cita-cita setingi langit.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2007
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN OLEH PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM )
EMPHATY MEDAN Oleh: YON YANTJE GINTING
NIM: 010902024
Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan (PKBM) EMPHATY Medan”. Skripsi ini terdiri atas Enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 79 halaman. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Oleh PKBM EMPHATY Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY Medan.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi dan keterlibat langsung (partisivatif). Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara, observasi dan keterlibatan langsung, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam analisa data.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ………VIII.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang………...1
I.2. Perumusan Masalah………...8
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..9
I.4 Sistematika Penulisan………...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.Konsep Tentang Implementasi Program….………11
II.2. Konsep Pendidikan.………...……….15
II.3. Pendidikan Kesetaraan.………..17
II.4. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).………30
II.5. Kerangka Pemikiran……….………..31
II.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional…...………..33
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tipe Penelitian………..35
III.2. Lokasi Penelitian………...35
III.3. Subjek Penelitian…………..……….35
III.4. Teknik Pengumpulan Data………36
III.5. Teknik Analisis Data……….………37
BAB IV DESKRIPSI LOKASI IV.1. Sejarah Berdirinya Yayasan EMPHATY Medan…………38
IV.3. Susunan Kepengurusan…………..………..37
IV.4. Struktur Organisasi……….……….40
IV.5. Program Kerja Yayasan EMPHATY Medan.………..44
IV.6. Sasaran Program……….….………47
IV.7. Lokasi Binaan………. ………47
IV.8. Sarana dan Prasarana Lembaga……….…….48
BAB V ANALISISADATA V.1. Program Pendidikan Kesetaraan….………...50
V.1.1. Program Paket B……….53
V.1.2. Program Paket C……….60
V.2. Keterlibatan PKBM EMPHATY Medan Dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan………..………..71
V.2.1. Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK)..……...71
V.2.2. Pendanaan Pendidikan Kesetaraan………..………75
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan………...78
VI.2. Saran……….………79
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sarana Yayasan EMPHATY Medan………..………48 Tabel 2 Prasarana Yayasan EMPHATY Medan……….…49 Tabel 3 Daftar Nama Warga Belajar Paket B 2007/2008….….………..………56 Tabel 4 Jadwal Belajar Paket B Tahun Ajaran 2007/2008..………...59 Tabel 5 Daftar Nama Warga Belajar Paket C 2007/2008………..63 Tabel 6 Jadwal Belajar Paket C Tahun Ajaran 2007/2008…………..………..65 Tabel 7 Daftar Nama Panitia Penyelenggara dan Monitoring Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket B Periode Pertama Tahun 2007 di Kecamatan Medan Selayang…………..………….…………...…...74 Tabel 8 Daftar Nama Panitia Penyelenggara dan Monitoring Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket CPeriode Pertama Tahun 2007 di Kecamatan Medan Selayang………..………74 Table 9 Rekapitulasi Anggaran Dana Biaya Operasional Penyelenggaraan
(BOP) Program Kesetaran Paket B PKBM EMPHATY TA. 2007/2008………..………77
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN OLEH PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM )
EMPHATY MEDAN Oleh: YON YANTJE GINTING
NIM: 010902024
Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan (PKBM) EMPHATY Medan”. Skripsi ini terdiri atas Enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 79 halaman. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Oleh PKBM EMPHATY Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY Medan.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi dan keterlibat langsung (partisivatif). Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara, observasi dan keterlibatan langsung, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam analisa data.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Merujuk amanat Undang-Undang Dasar 1945, tersebutkan dalam pasal 31
ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (2)
disebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Dan dalam UU No. 20/2003 pasal 5, bahwa
setiap warga negara berhak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intlektual, dan/atau sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus, warga negara
di daerah terpencil atau terbelakang.serta masyarakat adat yang terpencil berhak
mendapat pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapat pendidikan khusus serta setiap
warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam
agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karna
perannya yang signifikan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik
dan budaya. Karna itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi setiap hak
warga negara sebagai mana diamanatkan UUD 1945, yang mewajibkan
pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menciptakan kesejahteran umum. Pendidikan menjadi landasan kuat yang
lagi sebagi bekal dalam menghadapi era global sarat dengan persaingan antra
bangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi
syarat mutlak yang harus dipenuhi karna pendidikan faktor determinan bagi suatu
bangsa untuk bisa memenangi kompetisi global.
Dari sisi idiologi, pendidikan sebenarnya telah mendapat tempat dari
pendiri bangsa. Terbukti dimasukkannya pendidikan sebagai salah satu prioritas
utama dalam dalam pembukan UUD 1945, yang tak dapat diubah yang dianggap
sebagi landasan bangsa yang sakral.
Sebelum pemerintahan Persiden Soeharto, sebenarnya masalah
pendidikan nasional telah memperoleh cukup perhatian dari para elite politik yang
ada. Jika kita melihat sejarah, proklamator Bung Hatta merupakan salah satu
tokoh yang gencar menyuarakan pentingnya pendidikan nasional bagi kemajuan
bangsa sejak jaman kolonialisme.
Sebagai pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI baru) sejak tahun 1931
(PNI lalu pecah menjadi Partai Sosialis dan Partai sosialis Indonesia), konsep
pentingnya pendidikan telah diajukan Hatta dalam pasal 4 Konsitusi PNI, yaitu
untuk mencerdaskan rakyat dalam pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan
pendidikan sosial (pidato Bung Hatta dalam reuni Pendidikan Nasional Indonesia
yang diterbitkan di Bogor tahun 1968).
Pendidikan Untuk Semua disebut PUS atau Eduction for All (EFA) bukan
lah suatu program baru. Kalau bisa disebut jargon alias slogan,hal itu merupakan
suatu gerakan untuk mengaitkan dan mensinergikan berbagai program pendidikan
yang telah ada dilaksanakan oleh berbagai intansi terkait seperti aparat
Swadaya Masyarakat ), baik ditingkat pusat (nasional) maupun daerah (provinsi,
kabupaten/kota) sebagai sebuah komitmen global atau lebih dikenal dengan
Kerangka Aksi Dakar 2000. Program yang dipayungi oleh UNESCO ini lahir dari
keprihatinan dunia akan kondisi pendidikan pada tahun 1980-an yang memilukan.
Lebih dari100 juta anak (60 juta diantarnya perempuan ) tidak mengenyam
pendidikan dasar. 960 juta orang dewasa ( dua pertiganya perempuan ) masik buta
huruf, dan lebih dari dua pertiga penduduk dunia tidak memiliki akses teknologi
dan media. Pada pertengahan tahun 1990-an masih ada 872 juta penduduk negara
berkembang yang masih buta huruf, dua pertiganya adalah perempuan. Semenjak
tahun 1980, penurunan angka buta huruf hanya mencapai 15% dan sangat kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk dunia. Pada tahun 2000
diperkirakan jumlah buta huruf mencapai 881 juta jiwa. (Budiharso, 2007: 8)
Kerangka Aksi Dakar tersebut menegaskan Deklarasi Dunia tentang PUS
dengan enam komitmen. Pertama, memperluas dan meningkatkan kesempatan
pendidikan masa kanak-kanak terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Kedua,
memastikan pada tahun 2015 nanti, semua anak, terutama perempuan, anak-anak
yang terpinggirkan dan mereka yang menjadi etnis minoritas, memiliki akses
pendidikan dasar yang bermutu. Ketiga memastikan bahwa keperluan untuk
belajar dari semua generasi muda maupun dewasa terpenuhi melalui terbukanya
akses terhadap segala bentuk pendidikan, baik formal maupun informal. Keempat,
meningkat celik huruf khususnya bagi kaum perempuan, serta meningkatkan
akses pembelajaran seumur hidup bagi dewasa. Kelima, melenyapkan
kepincangan kesempatan gender dalam akses pendidkan dasar dalam akses
kesempatan gender pada tahun 2015. Keenam meningkatkan semua kwalitas
pendidikan, baik formal maupun informal.
Saat ini hampir 7 juta anak tidak bisa sekolah, sedangkan estimasi
UNESCO lebih dari jumlah itu. Data yang dilansir Departemen Pendidikan
Nasional (Juni 2007) menunjukan, 12.881.080 orang masuk kategori buta aksra di
Indonesia. Malah ada yang menyebut 70 juta orang yang buta huruf ( The New
Rulers of the World, Pilger ). (Kompas, 24 Agustus 2007 hal 60)
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) melakukan survei dan
menemukan tingkat pengangguran sangat besar antara mereka yang putus sekolah.
Pada kelompok usia 15-17 tahun, angka pengangguran sebesar 71 persen. Besaran
tersebuat berkurang secara berangsur-angsur menjadi sekitar 53 persen untuk usia
19-20 tahun dan 20 persen untuk usia 23-24 tahun.
Deputi Direktur ILO Jakarta, Peter Rademeker mengemukakan, laporan
ini merupakan bukti yang kuat adanya kebutuhan untuk tidak membiarkan
anak-anak dibawah usia 15 tahun masuk kedalam angkatan kerja, dan harus tetap
sekolah. “anak yang putus sekolah dan masuk dunia kerja memang dapat
membantu perekonomian keluarga untuk jangka pendek, namun diusia dewasa, ia
kemungkinan besar gagal atau kurang berhasil dalam kehidupan bekerjanya
ketimbang mereka yang berhasil menamatkan pendidikannya.
Peter juga menjelaskan masalah ini harus disikapi dengan mempormosikan
pendidikan dan kesempatan latihan yang luas bagi orang muda. “ hal ini tidak
hanya membantu mereka, namun akan menjadi investasi yang efektif bagi masa
depan ekonomi Indonesia.” Lanjutnya menjelaskan, mereka yang putus sekolah
cepat dibandingkan dengan mereka yang menyelesaikan pendidikan dasar.
(TEMPO Interaktif, 12 Juni 2006)
Anak putus sekolah di Sumatra Utara masih sangat memprihatinkan.
Sebanyak 86 ribu anak usia 7-15 tahun didaerah ini didapati tidak melanjutkan
sekolahnya. Sejumlah faktor menjadi penyebab, di antaranya kondisi ekonomi
keluarga, geografis, budaya dan pola pikir masyarakat.
Kondisi ini dibeberkan Kasubdis Dikmenjur Dinas Pendidikan Sumut Drs
Bahaudin Manik kepada wartawan di Bina Graha Pemprovsu. Dijelaskannya,
masalah ini terjadi didaerah terpencil yang cendrung terisolir. Letaknya yang jauh
dari pusat pamerintahan, meyulitkan akses kedaerah itu. “Jadi, daerah yang paling
parah putus sekolahnya di Sumut adalah pulau Nias sekitarnya. Kemudian,
kabupaten-kabupaten yang dimekarkan,” ujarnya. Di daerah-daerah itu, tenaga
pengajarnya dan prasarana masih jauh tertinggal dari kota besar. (Harian Global,
07 juni 2006)
Pendidikan Nonformal (PNF) merupakan salah satu jalur pendidikan pada
sistim pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan
belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan
sekolah formal. Pendidikan nonformal memberikan berbagai pelayanan
pendidikan untuk semua agar setiap warga negara memperoleh pendidkan
sepanjang hayat yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan nonformal adalah pendidikan
kesetaraan melalui program Paket A Setara SD, program Paket B Setara SMP dan
wajib belajar 9 tahun, serta memberikan pelayan pedidikan bagi masyarakat yang
kebutuhan pendidikannya tidak dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan formal.
Bagaimanapun, selembar ijazah tetap masih menjadi tumpuan harapan
bagi sebagian besar masyarakat, terutama terkait upaya untuk mendapatkan
pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Sekalipun itu hanya selembar ijazah
setingkat SMP.
Setidaknya itulah harapan Sri Wahyuni (20), warga Slipi, Jakarta Barat.
Ibu dari seorang anak berusia empat tahun ini, Selasa (26/6) kemarin—bersama
60 warga belajar pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Kecamatan
Palmerah—mengikuti ujian nasional (UN) pendidikan kesetaraan Paket B (setara
SMP). Mereka mengikuti ujian di lokasi PKBM Budi Daya, dengan jadwal mata
ujian pertama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Ada juga yang mencari ijazah untuk memenuhi persyaratan tertentu,
seperti para kader partai politik yang dicalonkan menjadi anggota parlemen.
Misalnya karena ijazahnya hilang waktu kebanjiran. Dulu pernah ada yang
demikian di PKBM kami," ujar Samsinar. (Kompas 27 Juni 2007)
Data final Puspendik pada 26 Agustus lalu menyebutkan peserta UN
Kesetaraan Paket A 17.481 orang, Paket B 245.698 peserta, Paket C 200.968
peserta. Jumlah total 464.147 atau naik 920 peserta. Jumlah peserta pada Mei-Juni
2006 280.980. Jadi, total peserta tahun ini 745.127. Jumlah peserta UN
Kesetaraan 2006 meningkat pesat dibandingkan Mei-November 2005 sebanyak
224.901 orang, kenaikannya 231,3 persen.
Provinsi dengan jumlah peserta terbesar pada periode kedua Jawa Tengah
(30.137), Kalimantan Barat (23.125), dan Sumatra Utara (21.020). Peserta DKI
untuk Paket A 252, Paket B 1.807, Paket C 8.720. Jumlah totalnya, 10.779
peserta. Tingkat kelulusan UN untuk Mei-Juni 2006 secara nasional kecuali DIY
dan Kabupaten Klaten untuk Paket A 84,28, Paket B 88,3, Paket C IPS 75,26 dan
Paket C IPA 65,57 persen. Pelaksanaan UN Kesetaraan DIY dan Kabupaten
Klaten diundur, karena gempa. Tingkat kelulusan di DIY untuk paket C IPS
62,23. ( Ella Yulaelawati, 2006)
Sebanyak 179 Siswa Pusat Kegitan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty
melaksanakan try out di Perguruan Gajah Mada Jalan Bunga Kenanga Medan
Selayang. Try out tiga hari ini dimaksudkan menguji kemampuan sebelum
mengikuti ujian nasional PKBM pada 19-21 Juni 2007.
Try out bagi peserta pendidikan luar sekolah yang didominasi anak putus
sekolah dalam paket belajar B setara SMP dan C setara SMA oleh PKBM
Emphaty dihari pertama menguji materi PPKN dan Matematika dengan jumlah 50
dan 30 soal ujian. Pelaksanaan try out ini langsung kepala cabang dinas
pendidikan medan selayang Ny. Sadariah SH didampingi Pimpinan PKBM B
Nainggolan didampingi tutor dan mahasiwa Universitas Sumatera Utara (USU)
yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Nainggolan kepada wartawan, “ Kita harapkan dengan langsung try out
dilokasi ujian akan membawa persiapan lebih mantap”. Ia berharap nantinya
kelulusan PKBM Emphaty dapat mencapai hasil serupa seperti tahun lalu. “
Tahun lalu lulus 100 persen dimana meluluskan 54 siswa Paket B dan 5 siswa
paket C. (Sumut Pos 6 Juni 2007)
ujian nasional Kesetaraan disetiap Provinsi di Indonesia. Sebenarnya masyarakat
kita sadar akan pentingnya pendidikan dan memiliki harapan untuk hidup lebih
baik. Karena tidak adanya akses dan faktor sosial ekonomi, sosial budaya, dan
kondisi geografis menyebabkan mereka tidak menikmati bangku sekolah.
Adanya Progam pendidikan Kesetaraan ini cukup membantu mereka untuk
dapat melanjutkan pendidikan dan juga mengurangi angka anak putus sekolah.
Disisi lain program ini membantu mereka yang benar-benar tidak mampu dalam
hal ekonomi untuk mendapatkan pendidikan juga status sosial yang lebih baik.
Karena salah satu sasaran program pendidikan kesetaraan adalah mereka yang
kurang mampu dari segi ekonomi.
Adapun yang menjadi dasar penulis mengangkat judul tentang
implementasi program pedidikan kesetaraan dikarenakan penulis terlibat langsung
sebagai tenaga pengajar di PKBM EMPHATY dalam menjalankan program
pendidikan kesetaraan yang menjadi lokasi penelitian penulis. Selain itu juga yang
menjadi ketertarikan penulis dikarenakan belum ada yang penelitian mengenai
pendidikan kesetaraan ini.
I.2. Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, dalam
penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan
latar belakang masalah dan uraian di atas. Penulis dapat merumuskan.
“Bagaimanakah Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan yang Dilakukan
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah
• Untuk mengetahui implementasi program pendidikan kesetaraan yang
dilakukan PKBM EMPHATY Medan.
I.3.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, dapat memberikan konstribusi positif terhadap
khasanah keilmuan bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
2. Secara teoritis, dapat menabah litratur sehingga dapat mempertajam kemampuan dalam penulisan karya ilmiah,
khususnya mengenai pedidikan kesetaraan
3. Secara Praktis, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Yayasan
EMPHATY dalam menjalankan program pendidikan kesetaraan
kedepan.
I.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang akan diteliti
BAB III : METODE PENELITIAN
BAB ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan
Sampel, Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisa Data
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
BAB ini berisikan Gambaran Umum mengenai lokasi dimana peneliti
melakukan penelitian
BAB V : ANALISA DATA
BAB ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian
Beserta analisisnya
BAB VI : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. KONSEP TENTANG IMPLEMENTASI PROGAM II.1.1. Pengertian Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi ketiga 2002)
Implementasi sama dengan pelaksanaan atau penerapan.
Kamus Webste, merumuskan secara pendek bahawa to implent
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out;
(menyediakan sarana untuk sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu), maka implementasi kebijaksanaan dapat
dipandang sebagai sesuatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan dalam
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah
eksekutif, atau dekrit persiden. ( Wahab 1990: 50 )
Sedangkan Cheema dan Rondinelli dalam Wibawa (1994:19),
Implementasi dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah
pelaksanaan dan melakukan suatu suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan
bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan sasaran yang
diinginkan.
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Wahab (1990:51),
menjelaskan makna implementasi adalah:
Implementasi kebijaksanaan merupakan aspek yang penting dari
keseluruhan proses kebijaksanaan. Bahkan Udoji dalam Wahab (1990:45) dengan
tegas mengatakan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting,
bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus
yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.
Lebih jauh Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (1990:51)
merumuskan proses implementasi adalah: tindakan-tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijaksanaan.
Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (1990:54) merumuskan proses
kebijasanaan negara ini dengan lebih rinci, yaitu:
Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, tersebut mengindentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh intansi pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata – baik yang dikehendaki atau yang tidak – dari output tersebut, dampak keputusan dipersepsikan sebagi oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap undang-undang/peraturan yang bersangkutan.
II.1.2. Program
Program merupakan dalam peyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi
unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program
akan menunjang implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat
berbagai aspek antara lain:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan diambil dalam mencapai
tujuan itu.
3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus
dilalui.
4. Adanya perkiran anggaran yang dibutuhkan.
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan. ( Manila, 1996:43).
II.1.3. Implementasi Program
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program
yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga
masyarakat merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang
dijalankan, adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupanya. Tanpa
memberikan manfaat kepada masyarakat maka program tersebut telah gagal
dilaksanakan.
Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur
pelaksanaannya. Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan
penting artinya karna pelaksanaan baik, organisasi maupun perorangan
bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses
Dalam tahap implementasi, eksekutif melaksanakan rencana yang
tercantum dalam anggaran dalam bentuk kegiatan nyata. Anggaran merupakan
kegiatan bagian dari program, dan program merupakan penjabaran dari strategic
objectives dan strategic initiatives. Oleh karena itu, eksekutif harus menyadari
keterkaitan erat antara implementasi, anggaran, program, strategic objectives dan
stratgic intatives dan startegi mewujudkan visi organisasi.
Dengan kata lain, dalam implementasi progam, khususnya yang banyak
melibatkan banyak organisasi dan intasi pemerintah atau berbagi tingkatan
struktur organisasi pemerintah sebenarnya dapat dilihat dari tiga sudut pandang,
yakni:
1. Pemarakasa kebijaksana atau pembuat kebijaksanaan(the center atau
pusat).
2. Pejabat-pejabat pelaksana dilapangan (the periphery).
3. Aktor-aktor perorangan diluar badan-badan pemerintahan kepada siapa
program itu ditujukan, yakni kelompok sasaran (target group) Wahab
(1990:49).
Dilihat dari sudut pandang pusat, maka fokus analisis implementasi
kebijakasanaan itu mencakup usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
atasan atau lembaga-lembaga ditingkat pusat untuk mendapat kepatuhan dari
lembaga-lembaga atau pejabat-pejabat ditingkat yang lebih rendah atau daerah
dalam upaya mereka untuk memberikan pelayanan atau untuk mengubah perilaku
II.2. Konsep Pendidikan II.2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terus menerus oleh manusia dalam
menyelarakan kepribadiannya dengan keyakinan dan nilai-nilai yang beredar dan
berlaku dalam masyarakat berikut kebudayaannya (Murtiningsih 2006:1)
Bertrand Russell dalam (Murtiningsih 2006:1) menyatakan bahwa ciri
pendidikan ada pada nilai-nilai kejujuran dan keberanian. Seperti tertuang dalam
peryataannya:
Pendidikan dimaksud supaya manusia mencerminkan lingkungannya dengan tepat lewat pengetahuannya yang diperoleh dengan kecerdasan supaya ia melibatkan diri secara emosional dengan cinta, keramahan, dan keadilan pada sesama. Akhirnya, supaya ia mengembangkan kehendak dan kemampuannya untuk proyek-proyek kemanusian dan tidak mengalami kendala chauvinisme sempit.
Menurut Prof. Dr Imam Barnadib dalam (Darmaningtyas 2004:1)
mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf
hidup atau kemajuan yang lebih baik.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,Pendidikan dibagi
dalam 3 jalur, yaitu:
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
II.2.2. Pendidikan Nonformal
1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
4. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
5. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
II.3. PENDIDIKAN KESETARAAN II.3.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup
progam Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara SMP/MTs dan Paket C Setara
SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil progam
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan (UU Sidiknas Pasal 26 Ayat 6 ).
Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B dan
Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang
ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan
yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan
pekerjaan.
II.3.2. Progam Pendidikan Kesetaraan
1. Progam Paket A
Progam Paket A adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal atau
berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan.
Pemegang ijazah Progam Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan
pemegang ijazah SD/MI.
2. Progam Paket B
Progam Paket B adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal
atau berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan
dasar. Pemegang ijazah Progam Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama
dengan pemegang ijazah SMP/MTs.
3. Progam Paket C
Progam Paket C adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal
atau berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan
menengah. Pemegang ijazah Progam Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama
dengan pemegang ijazah SMA/MA.
II.3.3. Tujuan Pendidikan Kesetaraan
nonformal program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs
yang menekankan pada ketrampilan fungsioanal dan kepribadian
professional.
• Memperluas akses pendidikan menengah melalui jalur pendidikan
nonformal program Paket C setara SMA/MA yang menekankan pada
ketrampilan fungsional dan kepribadian profesional.
• Meningkatkan mutu daya saing lulusan serta relavansi program dan daya
saing pendidikan kesetaraan progam Paket A, Paket B dan Paket C.
• Menguatkan tata kelola, akutanbilitas dan citra publik terhadap
penyelenggara dan penilaian program pendidikan kesetaraan.
II.3.4. Sasaran Pendidikan Kesetaraan
1. Penduduk usia tiga tahun diatas usia SD/MI (13-15 tahun) untuk
Paket A dan tiga tahun diatas usia SMP/MTs (16-18 tahun) untuk
Paket B.
2. penduduk usia sekolah yang bergabung dalam komunitas elerning,
sekolah rumah, dan sekolah alternatif, serta komunitas yang
berpotensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dan lain-lain.
3. penduduk usia sekolah yang terkendala kejalur formal karna
berbagai hal berikut:
• Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani,
nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja
rumah tangga, tenaga kerja wanita, pengerajin, buruh dan
pekerja lainnya.
• Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak
menyelenggarakan pendidikan formal.
• Mengalami masalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban
NAPZA, dan anak Lapas.
4. Penduduk usia 15-44 tahun yang belum tuntas wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun.
5. Penduduk usia SMA/MA yang berminat mengikuti program Paket
C terutama karna masalah ekonomi.
6. Penduduk diatas usia 18 tahun yang berminat mengikuti program
Paket C karna berbagai alasan.
II.3.5. Kurikulum Pendidikan Kesetaraan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan progam Paket A, Paket B
dan Paket C dikembangkan berdasarkan pada prinsip berikut; berpusat pada
kehidupan beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, menyeluruh dan berkesinambungan, dan prinsip
belajar sepanjang hayat.
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan memuat
komponen mata pelajaran baik yang diujikan pada ujian nasional (UN) maupun
yang tidak diujikan, ketrampilan fungsional, muatan lokal, seni budaya,
pendidikan jasmani, olah raga, kesehatan dan pendidikan pengembangan diri.
Kedalam muatan kurikulum pada program pendidikan kesetaran dituangkan
dalam kompetensi yang terdiri dari standar kompetensi (SK) dan kopetensi dasar
(KD) pada tingkat atau semester. Standar kopetensi dan kopetensi dasar
lebih tinggi. Sementara, pemenuhan kebutuhan maksimal SK dan KD di isi
dengan ketrampilan fungsional.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam Satuan Kredit
Kopetensi (SKK) yang menujukkan satuan kompetensi yang dicapai oleh peserta
didik dalam mengikuti program pemeblajaran melelalui sistim tatap muka,
praktek ketrampilan dan kegiatan mandiri yang terstruktur.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus pendidikan kesetaraan
ditetapkan oleh dinas yang bertanggung jawab dibidang pendidikan sesuai dengan
tingkat kewenangan, berdasar kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan, dan dikembangkan dilibatkan dengan pemangku kepentingan serta
pedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
kesetaraan yang disusun oleh Badan Standarisi Nasional Pendidikan (BSPN).
II.3.6. Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompentensi
pedagogi, personal, professional, sosial serta didukung dengan kualifikasi
pendidikan yang sesuai:
1. Kompetensi pedagogic, personal, professional, dan sosial.
Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompentensi
pedagogi adan adrogogik. Dengan demikian dapat mengelola pembalajaran
nonformal menggunakan metode partisipatif, kelas campuran, ketuntasan belajar,
dan melayani perbedaan individual dalam menerapkan maju keberlanjutan.
2. Kualifikasi Akademik
adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal D-IV atau S1 yang sederjat untuk Paket A, Paket B
dan Paket C. Namun untuk tidak daerah yang tak memiliki sumberdaya
manusia (SDM) yang sesuai, pendidikan minimal D-II dan yang sederjat
untuk Paket A dan Paket B, dan D-III untuk Paket C
b. Guru SD/MI untuk Paket A, guru SMP/MTs untuk Paket B dan guru
SMA/MA untuk Paket C
c. Kyai, Ustad di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan
kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan.
d. Nara sumber teknis dengan kompentensi dan kualifikasi dengan mata
pelajaran keterampilannya.
Tenaga kependidikan pada pendidikan kesetaran sekurang-kurangnya
terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administratifdan tenaga
perpustakan.
II.3.7. Peserta Didik
1. Peserta didik program Paket A Setara SD/MI adalah warga
masyarakat yang:
a. Belum menempuh pendidikan di SD/MI dengan prioritas usia
usia 13-15, kecuali bagi peserta didik yang menentukan Paket
A atas pilihan sendiri.
b. Putus Sekolah Dasar.
c. Tidak menempuh sekolah formal karna pilihan sendiri.
d. Tidak dapat bersekolah karna berbagai faktor (waktu, geografi,
2. Peserta didik program Paket B Setara SMP/MTs adalah warga
masyarakat yang:
a. Lulus Paket A/SD/MI.
b. Belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dari kelompok
usia 15-44 tahun dengan prioritas usia 16-18 tahun.
c. Putus SMP/MTs
d. Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri.
e. Tiadak dapat bersekolah karna berbagai faktor (waktu,
geografi, ekonomi sosial dan hukum, dan keyakinan)
3. Peserta didik program Paket C Setara SMA/MA adalah warga
masyarakat yang:
a. Lulus Paket B/SMP/MTs.
b. Putus SMA/MA, SMK/MAK
c. Tidak menempuh sekolah formal karna pilihan sendiri
d. Tidak dapat bersekolah karna berbagai faktor ( waktu,
geografi, ekonomi, sosial dan hukum dan keyakinan).
II.3.8. Sarana dan Prasarana
1. Tempat Belajar
Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan diberbagi lokasi dan tempat
yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti
gedung sekolah, madrasah, sarana-prasarana yang dimiliki pondok pesantren,
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar
organisasi-organisasi kemasyarakat, rumah penduduk dan tempat-tempat lainnya
yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Adminitarsi
Untuk menunjang kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan
sarana adminitrasi sebagai berikut:
1) Papan nama kelompok belajar.
2) Papan struktur organisasi penyelenggara.
3) Kelengakapan adminitrasi penyelenggara dan pembelajaran (format
terlampir) yang meliput i:
a. Buku induk peserta didik, tutor dan tenaga kependidikan.
b. Buku daftar hadir peserta didik, tutor dan tenaga kependidikan.
c. Buku keuangan/kas umum
d. Buku daftar inventaris.
e. Buku agenda pembelajaran.
f. Buku laporan bulanan tutor.
g. Buku agenda surat masuk dan keluar.
h. Buku daftar nilai peserta didik.
i. Buku tanda terima ijazah
II.3.9. Pengelolaan
1. Pembinaan dan Pengawasan
a. Direktorat pendidiakan kesetaraan, Jendral pendidikan luar
sekolah melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaran
pendidikan kesetaran program Paket A, Paket B, dan Paket C.
membina pelaksanaan penyelenggaraan, kegiatan belajar,
evaluasi, dan kegiatan lain yang berkaitan.
c. Penilik PLS di kecamatan memantau pelaksanaan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran secara rutin.
2. Proses Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
1) Kasubdin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan
penilik PLS di kecamatan mengadakan komunikasi dengan
tokoh masyarakat dan kepala desa/ kelurahan.
2) Kasubdin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan
penilik PLS di Kecamatan dengan para tokoh masyarakat
mengadakan sosialisasi program kepada masyarakat luas.
3) Kabsudin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan
penilik PLS di Kecamatan dengan para tokoh masyarakat
mengindentifikasi penyelengara program, tempat belajar,
calon peserta didik dan tutor/pendidik.
4) Penyelengara program membuat kesepakatan dengan
tenaga pendidik dan peserta didik tentang kegiatan belajar.
5) Penyelenggara program menyiapkan tempat kegiatan
belajar, modul, bahan dan peralatan praktek dan
pendidikan ketrampilan, dan perlengkapan lain.
b. Tahap Pelaksnaan
1) Tutor dan peserta didik mulai kegitan belajar sesuai dengan
2) Tutor dan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar.
3) Tutor memberi bimbingan baik secara individu maupun
kelompok.
4) Tutor melaksanakan kegiatan evaluasi.
c. Pasca Pembelajaran
1) Penyelenggara dan tutor membantu memfasilitasi peserta
didik yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi.
2) Penyelenggara dan tutor membantu peserta didik yang
telah lulus/tamat belajar untuk menciptakan kegiatan
usaha.
3) Penyelengara dan tutor membantu peserta didik telah
lulus/tamat untuk mendapatkan lapangan kerja.
4) Mendata peserta didik yang telah kerja.
II.3.10. Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaran program diambil dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
swadaya masyrakat dan sumber dana lain yang sah dan tak mengikat. Diantra
komponen pendanaan yang perlu mendapat perhatian adalah:
a. Pengadaan bahan dan peralatan belajar; buku/modul dan alat tulis.
b. Pengadaan bahan dan peralatan praktek dan ketrampilan.
c. Honorarium pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan.
f. Evaluasi dan ujian.
g. Beasiswa bagi peserta didik yang cemerlang.
h. Monitoring dan evaluasi program.
II.3.11. Dasar Hukum
Dasar hukum penyelenggaran pendidikan kesetaraan program Paket A, Paket B,
dan Paket C adalah:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
3) Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
4) Intruksi Persiden :
• No. 1 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun
• No. 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta
Aksara
5) Keputusan Mendikbud Nomor 0131/U1994 Tentang Program Paket A Dan
Paket B
6) Keputusan Mendiknas No 0132/U/2004 Tentang program paket C
II.3.12. Pendekatan Pendidikan Kesetaraan
Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan menggunakan pendekatan
induktif, tematik, partisipatif (andragogis), konstruktif dan berbasis lingkungan.
a. Indukif; adalah pendekatan yang membangun pengetahuan melalui
kejadian atau fenomena empirik dengan menekankan pada belajar dan
pengalaman langsung. Pendekatan ini mengembangkan pengetahuan
peserta didik dari permasalahannya yang paling dekat dengan dirinya.
Membangunm pengetahuan dari serangkaian permasalahan dan fenomena
yang dialami oleh peserta didik dan yang diberikan oleh tutor, sehingga
peserta didik dapat membuat kesimpulan dari serangkaian penyelesaian
masalah yang dibuat.
b. Tematik; adalah pendekatan yang mengorganisasikan
pengalaman-pengalaman dan mendorong terjadinya pengalamn belajar yang meluas
tidak hanya tersekat-sekat oleh batasan pokok bahasan, sehingga dapat
mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan kerja sama .
c. Konstruktif; merupakan suatu pendekatan yang sesuai dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, dimana peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri. Dalam pendekatan ini peserta didik telah
mempunyai ide tersendiri tentang suatu konsep yang belum dipelajari.
Peran tutor yaitu untuk membetulkan konsep yang ada pada peserta didik
atau untuk membentuk konsep baru.
d. Partisipatif andragogis; adalah pendekatan yang membantu menumbuhkan kerja sama dalam menemukan dan menggunakan
pendidikan yang dapat merangsang pertumbuhan dan kesehatan individu,
maupun masyarakat.
PEDAGOGI ANDRAGOGI
Kategori Usia Peserta Didik
Anak Orang Dewasa
Konsep Diri Bergantung Lebih Mandiri
Pengalaman Pengalaman yang dapat
dijadikan sumber belajar
Kesiapan Belajar Bergantung pada
ketertarikan sesuai rasa ingin tahu, perkembangan fisik, dan emosinya
Diorentasikan pada tugas peran dan fungsinya dimasyarakat.
Orientasi Belajar Lebih berpusat pada
subjek, bila tutornya tidak menarik perhatiannya dari berpusat pada subjek keberpusat lebih pada masalah.
e. Berbasis Lingkungan\Kontekstual; adalah pendekatan yang
meningkatkan relevansi dan kebermanfaatan pembelajaran bagi peserta
didik sesusai potensi dan kebutuhan lokal. Pendekatan pembelajaran ini
harus terkait dengan lingkungan dimana peserta didik hidup dan bekerja.
Peserta didik merasa bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajarinya terkait
II.4. PKBM (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat)
PKBM (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat) merupakan institusi
pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat atau ormas,
atau organisasi keagamaan. Pemerintah berperan sebagai faslitator. PKBM
didirikan untuk pemberdayaan masyarakat; dalam aspek ekonomi, budaya, sosial.
Ia adalah tempat atau pusat belajar masyarakat; oleh, dari dan untuk masyarakat
yang netral dan fleksibel. PKBM sebagi lembaga pendidikan nonformal, yang
tersebar diberbagai desa dan kota, melayani berbagai program pendidikan
nonformal, yang diantaranya adalah pendidikan anak usia dini, keaksaraan
fungsional, kursus, dan pendidikan kesetaraan Paket A, B,dan C.
PKBM Emphaty Medan merupakan penyelenggara program Paket B Dan
Paket C yang dilaksanakan oleh Yayasan Empahaty medan yang beralamat Jl.
II.5. KERANGKA PEMIKIRAN
Sadar akan pentingnya pendidikan para pendiri bangsa merumuskannya
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang. Ini tercantum dalam UUD 45 Pasal 31 disini
tertulis bahawa setiap warga negara berhak dapat pendidikan dan warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Dan lebih jauh diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 26 mengenai pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal diselengarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Menajadi sasaran disini
adalah mereka yang tidak merasakan pendidikan formal karna berbagai alasan.
Dalam hal ini Yayasan Emaphaty medan bekerja sama dengan dinas
pendidikan dan pemerintah daerah sebagai pengawas dan penyalur dana demi
terwujudnya amanat Undang-Undang Dasar. Yayasan Emphaty sebagai
penyelengara dan pengelola wajib menerima dan mengorganisasi masyarakat
tanpa memungut biaya(gratis) tehadap peserta didik (warga belajar), dan
melakukan proses belajar dan menyelengarakan Ujian Nasional UN pendidikan
Urain dalam kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam bagan
dibawah ini:
PKBM EMPHATY
Warga Belajar Program
Paket B
Progam Paket C Masyarakat luas
II.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.6.1. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1993:33).
Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara
mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang diteliti serta menghindari
salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian:
Ada pun pembatasan konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi adalah suatu kegiatan guna melaksanakan sebuah program
baik dilakukan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga, maupun
pemerintahan.
2. Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan nonformal yang mencakup
program Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara SMP/MTs dan Paket C
Setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan,
ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional peseta didik.
3. PKBM Emphaty adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang
dikelola oleh Yayasan Emphaty Medan yang beralamat di Jl. Jamin
II.6.2. Defenis Oprasional
Defenisi oprasional adalah petunjuk bagaimana suatu variable diukur
dengan membaca suatu defenisi oprasional dalam suatu penelitian, seorang
peneliti akan tahu pengukuran suatu variable, sehingga ia dapat mengetahui baik
buruknya pengukuran (Singarimbun, 1989:46).
Untuk melihat variable dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan program pendidikan kesetaraan • Program Paket B
• Program Paket C
2. Keterlibatan PKBM Emphaty Medan dalam pelaksanaan Program
Pendidikan Kesetaraan
• Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK)
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Tipe Penelitian
Ada pun tipe penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu suatu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu
keadan subjek/objek penelitian ( seorang, lembaga, masyarkat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya
(Nawawi, 1990:63).
Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada
usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki
agar jelas keadaan atau kondisinya.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Yayasan Emphaty Sumut Medan yang beralamat di
Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin. Alasan penulis
memilih lokasi ini, karna Yayasan Emphaty Medan memiliki warga belajar di
Pusat Kegitan Belajar Masyarakatnya dan memiliki izin sebagi penyelenggara
pendidikan kesetaraan juga melakukan proses belajar dengan rutin. Dimana juga
penulis terlibat langsung dalam proses pelaksanaan program pendidikan
kesetaraan PKBM Emphaty Medan.
III.3. Subjek Penelitian
Penelitian menggunakan subjek penelitian sebagai sumber informasi dan data
yang akan diwawancarai secara mendalam digunakan pertimbangan tertentu.
Adapun yang menjadi criteria informan dalam penelitian ini antara lain:
• Informan yang menjadi sumber data adalah pimpinan, staf dan pekerja
sosial yang ada di Yayasan Emphaty Medan yang merupakan pelaksana
program penedidiikan kesetaraan.
• Informan lain sebagai sumber data adalah warga belajar yang menjadi
sasaran dari program pendidikan kesetaraan yang dilakasanakan oleh
Yayasan Emphaty Medan.
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapat informasi yang dibutuhakan penelitian menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer, yang terdiri dari:
• Wawancara yaitu dengan cara berdialog langsung dengan warga belejar
dan staf Yayasan Emphaty Medan.
• Observasi yaitu pengumpulan data tentang gejala-gejala tertentu yang
dilakukan dengan mengamati dan mencatan kejadian-kejadian yang
menjadi sasaran penelitian.
• Partisifativ yaitu Penulis ikut serta dalam melakukan proses pelaksanaan
pendidikan kesetaraan di Yayasan EMPHATY Medan
2.Data Sekunder
Studi kepustakaan, yaitu denagan cara mengumpulkan data-data informasi
yang ada baik yang diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel, jurnal
penelitian, surat kabar, internet, jurnal-jurnal dan pendapat para ahli/pakar
III.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan
dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam dan
observasi.
Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan
disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas
tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh
Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara dan observasi yang
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pelaksanan lokasi penelitian dilakukan Yayasan Emphaty Medan yang
beralamat di Jalan. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin.
Dalam hal ini penulis akan menggambarkan lokasi penelitian yang meliputi
sejarah singkat lembaga, lokasi lembaga struktur organisasi, sarana dan parasarana
lembaga dan kondisi sumber daya dalam Yayasan Emphaty Medan.
IV.1. Sejarah Berdirinya Yayasan Empathy Medan
Yayasan Emphaty Medan adalah suatu Lembaga Swadaya Masyarakat
yang mendapingi masyarakat miskin perkotaan khususnya anak-anak yang
beraktifitas dan penghidupan dijalan. Lembaga ini muncul disaat pendiri yayasan
mengadakan investigasi dan melihat tingkat persaingan hidup serta banyak anak
turun kejalan akibat keris ekonomi yang berkepanjangan dan adanya PHK oleh
pihak perusahaan.
Melihat masalah tersebut , maka pada tahun 1999 didirikanlah Lembaga
Swadaya Masyarakat Emphaty Medan dan dinotariskan pada tanggal 26
November oleh Lolita Pulungan SH. Kemudian berubah pada tanggal 5 April
2002 oleh Merci Rumiris SH, yang didirikan oleh Drs Bukti Nainggolan (USU),
Pendeta N. Sihite(Pelayan Gereja), Electa S.Sos (USU), Hamdan Surbakti
IV.2. Visi dan Misi Yayasan Emphaty Medan
Visi
- Mengangkat hak anak sesuai dengan Konvensi Hak Anak dan
eksploitasi yang terjadi pada anak harus segera dihentikan dan setiap
anak harus mendapat haknya masing-masing.
Misi
- Turut serta dalam membantu dan meningkatkan keseimbangan daya
tahan anak jalanan dan keluarga miskin dan menanggulangi
masalah-masalah sosial yang dihadapi.
- Berdedikasi untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan manusia
Indonesia khususnya anak yang beraktivitas di jalan, serta
memobilisasi usaha-usaha untuk mempromosikan seluruh hak-hak
anak terutama untuk memperoleh pendidikan yang bebas dan
melindungi anak dari seluruh pekerjaan dan kegiatan yang
membahayakan perkembangan fisik maupun mental dan sprituan anak.
- Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pentingnya
IV.3. Susunan Kepengurusan
Susunan kepengurusan di LSM Emphaty Medan Sumut yaitu : A. Penasehat/ Pembina :
• Gunawan Harsono MBA • Pdt. M. Saragih Sth • Merci Rumiris SH SN • Drs. Tunggul Siagian • P. Simamora
• Hj. Riris Hasibuan • Heri Zulkarnaen SE
B. Staff Ahli :
• Dra. Ria Manurung M • Drs. Adri Sembiring • Swanto, SH
• M. Silaban
C. Direktur Eksekutif : Drs. Bukti Nainggolan Sekretaris Eksekutif : M. Dariaman A. Md Staff Administrasi : Frida Lsmawati Penjaga Kantor : Riko Sembiring
Bidang pembekalan : Eko Bidang kompueter : Donna
Bidang salon : N Br Napitupulu
F. Pengelola Sanggar Binembamng ( Rumah Singgah) Koordinator : Drs. Bukti Nainggolan Administrasi : Dewi
Pekerja Sosial : Tiur Malum, S.Sos Mulak Amd Electa, S. Sos Nuel Silalahi
IV.4. Struktur Organisasi
IV.4.1. Sturuktur Organisasi Yayasan Emphaty
Koordinasi Rumah Singgah Yayasan Emphaty Drs. Bukti Nainggolan
Staf Administrasi
Tiur MN Ssos
PEKSOS PEKSOS PEKSOS PEKSOS PEKSOS Desnal SE B.Damanik Electa A. Iskandar Seprin
IV.4.2. Struktur PKBM Emphty Medan
Sumber: Yayasan Emphaty Medan
PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) EMPHATY MEDAN
Pengelola Electa S. Sos
Paud :
Labora Siregar
Kejar Paket B Binsar Damanik
Kejar Paket C Tiur MN Ssos
Program KF Irmawaty Hrp
TBM Desnal SE
IV.5. Program Kerja Yayasan Emphaty Medan
Bertitik tolak dari investigasi yang telah dilakukan, maka LSM Yayasan Emphaty merncanakan akan mencapai tujauan umumnya yaitu sebahagian penarik becak dan anak yang bekerja akan diharapkan terbantu untuk mengurangi penderitaan dankesulitan yang dialami mereka selama ini yang juga membantu pemerintah Indonesia didalam menangani persoalan-persoalan sosial yang melahirkan tercipanya masyarakat madani. Metode yang dilaksanakan dalam program mereka adalah penelitian, investasi pemberdayan yang dilakukan melalui kunjungan, diskusi, pertemuan, supervisor dan evaluasi kerja. Metode ini dipilih agar mereka dapat secara langsung berssahabat, menngetahui masalah dan karakter.
Program-program kegiatan di LSM Emphaty Medan Sumut Yaitu : 1. Program Penyuluhan Narkoba
2. Program Pelatihan Keterampilan Komputer, menjahit, bengkel, mengemudi, belajar bahasa inggris serta matematika
3. Program Pemberian Bantuan Sekolah ( bea siswa) 4. Program Pembagian Sembako
5. Program Tambahan Belajar (Privet Les) 6. Program Belajar Paket
7. Program Bina Mental, Rohani dan Konseling
Adapun program yang sudah dilaksanakan adalah : 1. Tahun 1999
- Penannganan anak jalanan/ terlantar sebanyak 40 oranng bekerja sama dengan Depsos
- Pelatihan sumber daya manusia bekerja sama dengan Handal Mahardika
2. Tahun 2000
- Penanganan anak jalanan sebanyak 30 orang
- Pemjberian les tambahan/tentor umum bagi anak jalanan bekerja sama dengan tentor BT/ BS Bima dan Medica
3. Tahun 2001
- Penanganan anak jalanan sebanyak 200 orang bekerja sama dengan dinas sosial Sumut
- Pemberian beasiswa sebanyak sebanyak 130 orang anak jalanan bekerjasama dengan Dinas Sosial
- Pemberdayan orng tua anak jalanan bekerja sama dengan Dinas Sosial
- Pelatihan bidang kesehatan bekerja sama dengan koalisi untuk Indonesia sehat
4. Tahun 2002.
- Penanganan anak jalanan sebanyak 200 orang bekerja sama dengan Dinas Sosial
- Pelatihan ketarampilan bagi pemuda pengganguran untuk dapat mandiri sebanyak 20 orang bekerja sama dengan Dikrakernas
- Pemberdayan usaha bagi anak jalanan bekerjasama dengan Dinas Sosial
- Program Life Skill (Kursus menjahit, perbengkelan, elektonika) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Medan
- Pelatihan SDM bekerjasama dengan PPAI
5. Tahun 2003
Pada tahun 2003 dibentuklah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty dengan program belajar Keaksaraan Fungsional (KF), Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C.
6. Tahun 2004
- Pemberdayaan anak jalanan sebanyak 25 orang bekerja sama
dengan Dinas Sosial.
- Program Pendidikan Kesetaraan
- Bimbingan les kepada anak kurang mampu.
7. Tahun 2005
- Program Pendidikan kesetaraan
- Pembagian sembako bagi warga miskin didaerah Setarban
- Program pengurusan AKESKIN
- Bimbingan les bagi anak kurang mampu.
8. Tahun 2006
- Sebagai penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan
Kejar Paket B dan Paket C sebanyak 60 warga belajar.
- Program Keaksaraan Fungsional (KF).
9. Tahun 2007
- Sebagai penyelenggara Program pendididikan Kesetaraan
Kejar Paket B dan Paket C sebanyak 90 warga belajar.
- Pelaksana Program Keakasraan Fungsional (KF)
- Bimbingan les komputer bekerja sama dengan Yayasan
BINANIKA Medan.
-IV.6. Sasaran program
• Warga miskin.
• Anak-anak putus sekolah.
• Anak-anak gagal Ujian Nasional (UN).
• Anak jalanan (anjal). • Masyarakat Buta Aksara.
IV.7. Lokasi Binaan
• Jalan Jamin Ginting No.807
• Jalan DR Mansyur Gang Sipirok • Prumnas Simalingkar
IV.8. Sarana dan Prasarana Lembaga
Sarana dan prasana adalah unsure yang sangat mempengaruhi tujuan dari
suatu organisasi. Berhasilnya usha pencapaian dari tujuan program suatu
oraganisasi tidak terlepas dari pengaruh sarana dan parasana suatu organisasi.
Adapun yang menjadi sarana dan prasaran yang ada di yayasan emphaty
medan adalah sebagi berikut:
Table 1
Sarana Yayasan Emphaty Medan:
No. Nama Jumlah
1. Kantor 1
2. Ruang Belajar 2
3. Perpustakaan 1
4. Ruang Konseling anak 1
5. Ruang Tutor 1
7. Kantin 1
8. Dapur 1
9. Ruang istirahat anak 1
10. Kamar mandi 1
11. Ruang Komputer 1
Tabel 2
Prasarana Yayasan Emphaty Medan: No Nama Barang Merek Jumlah
26 - Ilmu Pengetahuan Sosial 29 Buah Milik Yayasan Baik
27 - Kerohanian Agama Kristen 392
Buah
Milik Yayasan Baik
28 - Kesenian & Kesehatan 16 Buah Milik Yayasan Baik
29 - Ekonomi 26 Buah Milik Yayasan Baik
30 - Pengetahuan umum 79 Buah Milik Yayasan Baik
31 - Keterampilan 29 Buah Milik Yayasan Baik
32 - Majalah 79 Buah Milik Yayasan Baik
BAB V ANALISA DATA
Semua anak memiliki impian dapat sekolah setinggi mungkin untuk
meraih cita-citanya. Namun ini tidak lah mudah untuk digapai karena banyak
faktor yang harus dipenuhi. Salah satu faktor yang utama adalah ekonomi, faktor
ini tak semua anak bisa memenuhinya sehingga banyak anak yang harus
menggantung impiannya. Karna mereka harus membantu perekonomian orang
tua dengan turut serta bekerja., sehingga mereka harus mengorbankan pendidikan.
Adanya program pendidikan kesetaraan (nonformal) memberikan solusi
dan secercah harapan untuk menjawab kondisi anak-anak yang tidak dapat
merasakan pendidikan formal. Berangkat dari realita ini pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM EMPHATY) Medan membanggun kerja sama dengan dinas
terkait guna mengelola dan menyelenggarakn pendidikan kesetaraan.
V.1. Program Pendidikan Kesataraan
Pendidikan kesetaran merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, Paket C setara
SMA/MA. Dengan penekanan pada pengengtahuan, keterampilan fungsional,
serta pengmbangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.
Sumber daya manusia (SDM) yang berkwalitas, merupakan kebutuhan
mutlak bagi suatu bangsa atau negara, jika ingin berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di era globalisasi ini. Dalam rangka peningkatan sumber daya
manusia Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya, yang salah satu
upaya-upaya tersebut adalah melalui pembangunan pendidikan, karna pendidikan
merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan langkah yang paling