• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

B. Data Radar

B. Data Radar

2. 07:40 UTC

Gambar 2.13 Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Daerah Lombok

3. 07:50 UTC

Gambar 2.14 Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Daerah Lombok

4. 08:10 UTC

Gambar 2.15 Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Daerah Lombok

5. 08:20 UTC

Gambar 2.16 Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Daerah Lombok

C. Curah Hujan Febuari 2019

Tabel 2.1 Data Curah Hujan Tanggal 21-28 Febuari 2019

No. Tanggal Curah Hujan (mm)

1. 21 12

2. 22 -

3. 23 -

4. 24 11

5. 25 -

6. 26 -

7. 27 5

8. 28 -

D. Data Suhu Udara Febuari 2019

Tabel 2.2 Data Suhu Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

No. Tanggal Suhu Udara (oC)

1. 21 26.4

2. 22 27.0

3. 23 26.7

4. 24 25.7

5. 25 27.1

6. 26 28.2

7. 27 27.6

8. 28 27.0

E. Data Kelembaban Udara Febuari 2019

Tabel 2.3 Data Kelembaban Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

No. Tanggal Kelembaban Udara (%)

1. 21 87

2. 22 85

3. 23 82

4. 24 90

5. 25 83

6. 26 80

7. 27 85

8. 28 88

F. Data Tekanan Udara Febuari 2019

Tabel 2.4 Data Tekanan Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

No. Tanggal Tekanan Udara (mB)

1. 21 1008.3

2. 22 1007.1

3. 23 1005.4

4. 24 1004.6

5. 25 1006.6

6. 26 1005.6

7. 27 1004.2

8. 28 1004.2

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Citra Satelit Himawari 8 EH a. Himawari 8 EH 07:10 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.1. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang

menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 8oC - 0oC pada pukul 07.10 UTC (Universal Time Coordinat) atau pukul 15.10 WITA.

b. Himawari 8 EH 07:20 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.2. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu

8oC - 0oC pada pukul 07.20 UTC (Universal Time Coordinat) atau pukul 15.20 WITA.

c. Himawari 8 EH 07:30 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.3. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -13oC pada pukul 07.30 UTC (Universal Time Coordinat) atau pukul 15.30 WITA.

d. Himawari 8 EH 07:40 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.4. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -21oC pada pukul 07.40 UTC (Universal Time Coordinat) atau pukul 15.40 WITA.

e. Himawari 8 EH 07:50 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.5. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -28oC pada pukul 07.50 UTC (Universal Time Coordinat) atau pukul 15.50 WITA.

f. Himawari 8 EH 08:00 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.6 Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -41oC pada pukul 08.00 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.00 WITA.

g. Himawari 8 EH 08:10 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.7. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -48oC pada pukul 08.10 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.10 WITA.

h. Himawari 8 EH 08:20 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.8. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -62oC pada pukul 08.20 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.20 WITA.

i. Himawari 8 EH 08:30 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.9. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata. Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -62oC pada pukul 08.30 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.30 WITA.

j. Himawari 8 EH 08:40 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.10. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata.

Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -69oC pada pukul 08.40 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.40 WITA.

k. Himawari 8 EH 08:50 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.11. Peta Citra Satelit Himawari 8 EH untuk daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pada (Gambar a.2) dan Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.1). Warna hitam atau biru sampai dengan warna merah atau mendekati jingga yang terdapat pada peta Citra Satelit Himawari 8 EH yaitu menunjukkan temperatur rata rata.

Pada warna hitam maupun biru yaitu menunjukkan cerah atau tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (temperatur tinggi) dan jika warna mendekati jingga atau merah yaitu menunjukkan semakin dinginnya suhu puncak awan (temperatur rendah). Lingkaran warna merah menunjukkan daerah Bilebante merupakan lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur atmosfer di daerah Bilebante yaitu 0oC - -69oC pada pukul 08.50 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.50 WITA.

2. Analisis Peta Radar Petensi Curah Hujan a. Radar CMAX (dBZ) 07:30 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.12. Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.2). Peta Citra Radar CMAX (dBZ) ini menunjukkan potensi hujan di Pulau Lombok pada tanggal 24 februari 2019 pukul 07.30 UTC (Universal Time Coordinat) atau 15.30 WITA.

Lingkaran merah pada peta yaitu menunjukkan terjadinya potensi hujan di daerah Bilebante. Pada Peta tersebut dapat dilihat Potensi Curah Hujan di daerah Bilebante berkisar antara 40.0 – 55.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam.

.

b. Radar CMAX (dBZ) 07:40 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.13. Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.2). Peta Citra Radar CMAX (dBZ) ini menunjukkan potensi hujan di Pulau Lombok pada tanggal 24 februari 2019. Lingkaran merah pada peta yaitu menunjukkan terjadinya potensi hujan di daerah Bilebante. Pada Peta tersebut dapat dilihat Potensi Curah Hujan di daerah Bilebante berkisar antara 40.0 – 55.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam pada pukul 07.40 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 15.40 WITA.

c. Radar CMAX (dBZ) 07:50 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.14. Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.2). Peta Citra Radar CMAX (dBZ) ini menunjukkan potensi hujan di Pulau Lombok pada tanggal 24 februari 2019. Lingkaran merah pada peta yaitu menunjukkan terjadinya potensi hujan di daerah Bilebante. Pada Peta tersebut dapat dilihat Potensi Curah Hujan di daerah Bilebante berkisar antara 40.0 – 55.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam pada pukul 07.50 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 15.50 WITA.

d. Radar CMAX (dBZ) 08:10 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.15. Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.2). Peta Citra Radar CMAX (dBZ) ini menunjukkan potensi hujan di Pulau Lombok pada tanggal 24 februari 2019. Lingkaran merah pada peta yaitu menunjukkan terjadinya potensi hujan di daerah Bilebante. Pada Peta tersebut dapat dilihat Potensi Curah Hujan di daerah Bilebante berkisar antara 40.0 – 60.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan sangat lebat dengan ˃20 mm/jam pada pukul 08.10 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.10 WITA.

e. Radar CMAX (dBZ) 08:20 UTC

Gambar a.1 Gambar a.2 Gambar a.3

Gambar 3.16. Peta Citra Radar CMAX (dBZ) Untuk Pulau Lombok yaitu pada (Gambar a.2). Peta Citra Radar CMAX (dBZ) ini menunjukkan potensi hujan di Pulau Lombok pada tanggal 24 februari 2019. Lingkaran merah pada peta yaitu menunjukkan terjadinya potensi hujan di daerah Bilebante. Pada Peta tersebut dapat dilihat Potensi Curah Hujan di daerah Bilebante berkisar antara 40.0 – 55.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam pada pukul 08.20 UTC (Universal Time Coordinat) atau pada pukul 16.20 WITA.

B. Pembahasan

Pulau Lombok merupakan wilayah yang terletak didaerah tropis yang memiliki tingkat kerentanan terhadap perubahan cuaca dan iklim lebih besar dibandingkan dengan pulau lainnya, hal ini disebabkan karena kecenderungan curah hujan, curah hujan ialah bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan terdapat di atmosfer. Adapun parameter-parameter yang berperan penting dalam perubahan cuaca dan iklim salah satunya ialah curah hujan, tekanan udara, suhu udara, dan kelembaban udara.62

Pada tanggal 24 Febuari 2019 desa Bilebante, Kecamatan Peringgerate, Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia dikejutkan oleh fenomena ekstrem yaitu hujan es. Fenomena ekstrem ini dapat di amati oleh pengindaran jauh salah satunya menggunakan citra satelit dan radar, sehingga memudahkan peniliti dalam pengambilan data sesuai dengan kebutuhannya. Data citra satelit dan data radar yang diambil oleh peneliti adalah data yang sudah jadi (sudah diolah), dari data tersebut akan dianalisis menggunakan teknik analisis data yaitu analisis kuantitatif dari data temperature udara, tekanan udara, kelembaban udara, intensitas curah hujan di daerah Bilebante.

Penelitian ini dilakukan di BMKG Praya Lombok Tengah dan BMKG Kediri Lombok Barat, dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa perubahan kodisi atmosfer yang ekstrem pada saat terjadi hujan seperti

62 Narendra, B.H., & Nandini, Rye. Kejadian Perubahan Curah Hujan, Suhu Dan Tipe Iklim Pada Zone Ekosistem Di Pulau Lombok. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol. 8, No. 3, 2011, Hlm. 228- 229.

penurunan temperatur, tekanan udara, dan kelembaban udara yang cukup signifikan merupakan penyebab utama terjadinya hujan es di daerah Bilebante. Perubahan kondisi ekstrem ini mengakibatkan terbentuknya kristal- kristal es di atmosfer yang selanjutnya turun sebagai hujan es ke permukaan bumi khususnya di daerah Bilebante.

Berdasarkan data citra satelit Himawari 8 EH, pada pukul 07.10 - 07.20 UTC (15.10 - 15.20 WITA) di daerah Bilebante adanya terjadi penurunan temperatur yang signifikan atau drastis yaitu 8oC - 0oC penurunan temperatur ini menunjukan adanya awan Cumulonimbus. Hingga pukul 08.40 – 08.50 UTC (16.40 – 16.50 WITA) kenaikan temperatur ini mencapai -690C, hal ini menunjukan bahwa adanya awan Cumulonimbus dengan suhu puncak awan yang kelewat dingin, ketinggian awan Cumulonimbus ini berkembang hingga melebihi lapisan 0oC (Freezing Level) kondisi ini mengindikasikan bahwa adanya partikel es yang terbentuk didalamnya pada saat pembentukan awan Cumulonimbus tersebut, karena temperatur drop yang signifikan sehingga menyebabkan terjadinya hujan es.

Proses pertumbuhan awan Cumulonimbus hingga terjadinya hujan es pada wilayah Bilebante ini dikarenakan keadaan yang menyimpang (anomali cuaca). Hujan es terjadi di wilayah Bilebante diakibatkan oleh kelembaban udara yang tinggi, curah hujan yang tinggi, suhu udara yang rendah, dan tekanan udara yang rendah. Rentang nilai anomali cuaca tersebut mendukung

laju penguapan yang memicu untuk membentuk awan-awan Cumulonimbus matang yang mengandung partikel es.63

Grafik 3.1 Data kelembaban Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019 di daerah Bilebante. Highlight warna kuning menunjukkan kelembaban udara pada saat terjadi hujan es.

Pada grafik kelembaban udara terlihat bahwa pada tanggal 24 febuari 2019 di daerah Bilebante dimana kelembaban udara mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasi menunjukan bahwa tingkat kebasahan atmosfer di daerah Bilebante sangat tinggi sehingga terjadinya perubahan kondisi cuaca yang memburuk. Semakin tinggi kelembaban suatu udara maka udara dikatakan jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik- titik air.64

63Indra., Khaerin Nur, A., & Ariwibowo, F. “Identifikasi Hujan Es Berbasis Analisis Faktor Cuaca Menggunakan Citra Satelit Himawari-8 Dan Data Upper Air Sounding (Studi Kasus: Kejadian Hujan Es Tanggal 20 Maret 2018 Di Depok)”. Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika, (2018), Vol. 02, Nomor 02, hlm. 79.

64 Miftahuddin. Analisis Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim Melalui Uji Mann-Kendal Multivariat. Jurnal Matematika, Statistika, Dan Komputasi. Vol. 13, No. 1, 2016, Hlm. 27-28

74 76 78 80 82 84 86 88 90 92

21 22 23 24 25 26 27 28

Kelembaban Udara (%)

Tanggal

Grafik Kelembaban Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

Grafik Kelembaban Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

Curah hujan adalah jumlah hujan yang turun pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.65 Penyebab terjadinya hujan dengan intensitas lebat hal ini disebabkan berkumpulnya massa uap air sehingga terjadi proses pembentukan awan konveksi yang dapat menyebabkan hujan intensitas lebat.66 pada grafik curah hujan terlihat bahwa pada tanggal 24 febuari 2019 di daerah Bilebante adanya intensitas hujan yang tinggi.

Grafik 3.2 Data Curah Hujan Tanggal 21-28 Febuari 2019 di daerah Bilebante. Highlight warna kuning menunjukkan curah hujan pada saat terjadi hujan es.

Data curah hujan yang tinggi ini menunjukan bahwa adanya ketersediaan uap air yang lebih banyak sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan awan-awan menjulang tinggi yang mampu berpotensi menimbulkan hujan.

65Nelvi, Afni & Srigutomo, W. “Analisis Dinamika Atmosfer Dan Lautan Bulan Januari - Febuari 2016 Di Padang”. Prosiding SNSA, 2016, hlm. 13.

66 BMKG, dalam http://www.bmkg.go.id/artikel/?=analisis-cuaca-ekstrem-ntb-7-8-november-2018-di- lombok, diakses tanggal 5 November 2019, 13.05

0 2 4 6 8 10 12 14

21 22 23 24 25 26 27 28

Curah Hujan (mm)

Tanggal

Grafik Curah Hujan Tanggal 21-28 Febuari 2019

Grafik Curah Hujan Tanggal 21-28 2019

Suhu udara dan curah hujan merupakan parameter yang sangat penting dalam kejadian hujan es, karena curah hujan menjadi input sumber air yang akan mengalami proses penguapan dimana dipengaruhi oleh suhu udara.67

Grafik 3.3 Data Suhu Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019 di daerah Bilebante. Highlight warna kuning menunjukkan suhu udara pada saat terjadi hujan es.

Pada grafik suhu udara tanggal 24 febuari 2019 terlihat bahwa suhu udara terdapat penurunan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan bahwa adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus sehingga menyebabkan daerah sekitarnya mengalami suhu yang rendah dan mengidentifikasikan bahwa adanya fenomena cuaca ekstrem hujan es yang menyebabkan penurunan suhu.

Tekanan udara suatu permukaan merupakan sebagai berat atau gaya yang diberikan sekolom udara diatas suatu permukaan atau area tersebut.

Tekanan udara selalu berkurang dengan bertambahnya ketinggian hal ini diakibatkan karena adanya tekanan yang diberikan sebanding dengan massa

67 Narendra, B.H., & Nandini, Rye. Kejadian Perubahan Curah Hujan, Suhu Dan Tipe Iklim Pada Zone Ekosistem Di Pulau Lombok. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol. 8, No. 3, 2011, Hlm. 242

24 25 26 27 28 29

21 22 23 24 25 26 27 28

Suhu Udara (oC)

Tanggal

Grafik Suhu Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

Suhu Udara Tanggal 21- 28 Febuari 2019

udara secara vertikal diatas permukaan sampai batas lapisan atmosfer terluar.68

Grafik 3.4 Data tekanan Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019 di daerah Bilebante. Highlight warna kuning menunjukkan tekanan udara pada saat terjadi hujan es.

Pada grafik tekanan udara tanggal 24 febuari 2019 terlihat bahwa tekanan udara terdapat penurunan udara yang cukup signifikan, penurunan tekanan udara ini terjadi akibat perubahan cuaca ekstrem atau hujan es.

Berdasarkan data Radar CMAX (dBZ), pada pukul 07.30 – 07.50 UTC (15.30 – 15.50 WITA) pada daerah bilebante menunjukkan potensi curah hujan berkisar 40.0 – 55.0 dBZ yang menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam. Hingga pukul 08.10 UTC (16.10 WITA) terjadi nilai reflectivity meningkat sangat signifikan 40.0 – 60.0 dBZ menunjukkan intensitas hujan sangat lebat dengan ˃20 mm/jam, kemudian mengalami penurunan secara perlahan pada pukul 08.20 UTC (16.20 WITA) sekitar 40.0

68Fadholi, A. “Analisa Kondisi Atmosfer Pada Kejadian Cuaca Eksterm Huja Es (HAIL)”. Simetri:

Jurnal Ilmu Fisika Indonesia, Vol. 3, Nomor 2D, 2012, hlm. 77.

1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009

21 22 23 24 25 26 27 28

Tekanan Udara (mB)

Tanggal

Grafik Tekanan Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

Grafik Tekanan Udara Tanggal 21-28 Febuari 2019

– 55.0 dBZ menunjukkan intensitas hujan lebat dengan 10 s/d 20 mm/jam.

Meningkatnya nilai intensitas curah hujan yang cukup besar sekitar 60.0 dBZ dengan durasi yang singkat menunjukkan bahwa adanya awan konveksi kuat pada saat fase tumbuh hal ini menyebabkan terjadinya hujan es.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data radar dan data citra satelit, maka dapat peneliti simpulkan bahwa ada beberapa parameter fisis di atmosfer yang mempengaruhi terbentuknya hujan es di daerah Bilebante, antara lain:

temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, dan curah hujan.

Analisis kondisi atmosfer menunjukkan suhu relatif lebih dingin dengan kelembaban yang cukup tinggi 90% di daerah Bilebante. Kondisi atmosfer seperti ini relatif sangat mendukung terbentuknya hujan es. Pada saat curah hujan yang tinggi di daerah Bilebante, diwaktu yang sama Data citra satelit menunjukkan penurunan temperatur yang sangat rendah hingga -69oC.

Penurunan temperatur ini mengakibatkan terbentuknya kristal-kristal es yang selanjutnya menjadi hujan es di daerah bilebante yang terjadi pada tanggal 24 Februari 2019 Pukul 16.30 WITA.

B. Saran

Adapun saran skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai hujan es dengan menggunakan citra radar dan citra satelit, terutama dalam bidang meteorologi.

2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mampu mengembangkan lagi penelitian di bidang meteorology yang berhubungan dengan gejala-gejala alam terutama mengenai hujan es.

Ali,

A, &

Hldayat.

S.

Pering ar Dini Potensl HuJ!. Es Menggunakan Mclode Sclere Hail Index Berdasa*.n Peneamalln Rad.r Curca Doppiei' Prosi{iins Scminar N6ional FBika {E-.lournal) SNF 2015 IX,25,

Vol

IV, 2015, hlm 25 30

Arbain,A

A,

Suiano.F. &Mullana,

E

'Deteksj Es Dan Hail Di Alnoslcr Dengan Radar Polanmetrik X-BAND Furuno WR-2100 (Studi Kasu: 24 .ranuar' Dan l4

Febuan 2016). Detectio. of A lmo sphen c Ice and Hailwith Furuio wR-2100 X-

Band Polaimelric Radar(Case SLudy: Janury 24 th and r_ebruary 14 th 2016 .

vol

19, Nomor 1,2013. hlm

2l

3l

Ariasluli.

Nr Luh

Putu

Srl

"CumulonimbuJ wieuna, Pande Putu Hadi ''MeteodroDc"

vol

l, Nonror 2. 2017. Dcnpasar Sr2eun Meteorolo8i Kelas I

Iadboli,

A Anllsa

(ondisi Almos{ar Pada Kejadian Cuaca Ekslem Hura Es

(HAll-) .

Siietfl

.luaral llmu Fisika lndonesia, Vol

I,

Nomor 2D, 2012, htn :5 :10.

I:adlan.

A.

Sadamn.

Fs, &

W'caksono,

H An,his llujon Es Di

Kola l,ubutlngsau Denean Memanlaatkn Dala C'16 S.telit Himawari

3

Dan

Rrdiosonde Prosiding SNFA (Semimr Nasionll F$r*a dan AFlikannya), 2018, hlm

l3l

Brshil. Nurnadi, Sasnro. Bandi. & RahayLr No,lana AnalGG pengaruh Fenomena lndian Oceu Dipole (lOD) 1erhadap Cu6h Hujan

Di

Pulau

Ja$"" J,/,a/

(;..nld tl,.ttp,e0lq.yol

7, No. l, hln.59

BMKO, htlpsth.Epublika.co id/amp/pnlo\a:17?, drakses tanggal 24

Ap.t

2019,

Dokumen terkait