• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data tentang Implikasi Metode TARSANA

Dalam dokumen implementasi metode tarsana dalam (Halaman 65-69)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

3. Data tentang Implikasi Metode TARSANA

fokus untuk belajar, karena sudah lelah beraktivitas di siang hari.

Mungkin bisa disampaikan bahwa kebanyakan masyarakat di Wungu ini khususnya, memiliki mata pencaharian yang mengharuskan untuk di sawah, di kebun, di hutan dari pagi sampai sore, bahkan maghrib baru sampai di rumah. Jadi, adanya aktivitas yang padat tersebut mengakibatkan tidak konsentrasi saat belajar, sehingga materi pembelajaran sulit dipahami. Mungkin yang terakhir, salah satu permasalahannya yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh, ada satu teman yang tidak masuk, akhirnya yang lain malas untuk datang mengikuti pembelajaran. Ya kurang lebih secara umum seperti itu.22

3. Data tentang Implikasi Metode TARSANA dalam Meningkatkan

yang belajar ada yang usianya 68 tahun, beliau itu masih belajar al- Qur’an dari nol. Mungkin bisa kita bayangkan, usia 68 tahun baru belajar al-Qur’an. Itu jika tidak nekat ya sangat sulit, membutuhkan kesabaran, dan juga metode yang sesuai. Ketika sudah khatam, beliau-beliau itu ada yang sampai menangis, karena tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa beliau bisa khatam al-Qur’an, bahkan bisa membaca al-Qur’an itu saja tidak pernah terpikirkan. Jadi, secara kemampuan, bisa dilihat dari kegiatan yasinan yang aktif disini. Dulu, para pembelajar aktif mengikuti kegiatan yasinan meskipun belum bisa membaca al-Qur’an, jadi beliau-beliau itu membaca tulisan latinnya. Tetapi sekarang sudah tidak ada yang membaca tulisan latinnya, yang dibaca tulisan arabnya. Dari hal tersebut sudah menjadi satu tanda bahwasannya memang pembelajaran orang dewasa ini bisa dikatakan berhasil. Tetapi, jika diminta secara nilai atau kuantitatifnya berupa angka, kita tidak bisa.

Karena memang pembelajaran ini berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya yang memiliki matrik khusus untuk nilai. Kalau di sini tidak ada, kan tidak mungkin kita memberikan rapot orang tua. Jadi, kita menilainya secara subjektif dari hasil observasi atau pengamatan secara langsung. Alhamdulillah, beliau-beliau yang sudah khatam itu tetap aktif membaca al-Qur’an setelah maghrib.

Jadi, setiap satu bulan sekali, tepatnya di malam Jum’at Legi, kita mengadakan mengaji bersama bagi beliau-beliau yang dulu ikut belajar mengaji dengan saya. Ya kurang lebih seperti itu.23

Berkaitan dengan kemampuan pembelajar setelah mengikuti pembelajaran, Bapak Herman Sutejo selaku salah satu pembelajar orang dewasa yang berusia 65 tahun, mengatakan bahwa,

Setelah mengikuti pembelajaran itu, ya saya lebih paham dan mengerti bagaimana cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai aturan yang berlaku. Alhamdulillah saya sekarang sudah disahkan bisa membaca al-Qur’an, kurang lebih sudah satu tahun ini.

Dari awal belajar Tarsana sampai khatam ini kurang lebih selama 3 sampai 4 tahun. Di samping itu, setiap malam Jum’at Legi ada kegiatan mengaji bersama. Sistemnya itu ya mengaji satu-satu begitu. Dan itu tidak dituntut untuk khatam dalam satu waktu itu.

Jadi beda dengan khataman yang ada di Mushola atau Masjid lain itu. Biasanya yang lansia seperti saya ini mulainya jam 9 sampai jam 12 atau 1 malam. Saya sendiri juga kurang mengerti tujuan dari adanya kegiatan tersebut. Ya kalau saya tanya ke gurunya itu supaya tidak lupa membaca al-Qur’an dan juga membiasakan serta mengembangkan kemampuan kita dalam membaca al-Qur’an.24

23 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/17-02/2023.

24 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/24-02/2023.

Berkaitan dengan kemampuan pembelajar setelah mengikuti pembelajaran, Bapak Sugiarto selaku salah satu pembelajar orang dewasa yang berusia 51 tahun, mengatakan bahwa,

Kemampuan saya sekarang alhamdulillah jauh lebih baik dibandingkan di awal sebelum mengikuti pembelajaran. Jadi, saya yang dulunya tidak bisa, alhamdulillah sekarang sudah bisa. Saya ini kan angkatan kedua, dulu itu sudah ada angkatan pertama yaitu orang-orang lansia dan sekarang sudah khatam. Angkatan saya ini kurang lebih ada 30 orang. Dan sekarang juga masih aktif mengikuti pembelajaran. Tetapi terkadang itu ada satu teman yang tidak datang, yang lain juga ikut tidak datang. Jadi, ikut-ikut temannya begitu. Dari angkatan saya ini sudah ada yang khatam satu orang.

Dan setiap malam Jum’at Legi, ada kegiatan mengaji bersama. Itu dimulainya setelah Maghrib, tetapi ya orang-orang seusia saya ini datangnya terkadang setelah Isya begitu. Sistemnya itu satu-satu membaca, jadi bergiliran begitu. Untuk waktunya itu tidak dibatasi.

Kalau sudah lelah ya sudah, kalau belum lelah dan mau lanjut ya silakan. Jadi, tergantung orangnya itu sendiri.25

Dari paparan hasil wawancara, peneliti memperkuat kembali berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan kemampuan pembelajar setelah diterapkannya metode TARSANA dalam pembelajaran, sebagaimana kutipan di bawah ini.

Pembelajar memiliki kemampuan membaca al-Qur’an yang jauh lebih baik daripada sebelum mengikuti pembelajaran TARSANA.

Secara makharijul huruf, pengucapannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan awal pembelajar sesuai pemaparan pada saat wawancara. Sama halnya secara tajwid. Ilmu tajwid yang dipelajari selama mengikuti pembelajaran, diterapkan pada saat membaca al-Qur’an. Di samping itu, pembelajar orang dewasa juga aktif mengikuti Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang telah disepakati bersama, yaitu membaca al-Qur’aan bersama setelah maghrib dan setiap malam Jum’at Legi.

25 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 04/W/24-02/2023.

Berkaitan dengan tanggapan pembelajar dengan dilaksanakannya pembelajaran orang dewasa, Bapak Herman Sutejo selaku salah satu pembelajar orang dewasa yang berusia 65 tahun, mengatakan bahwa,

Menurut saya, dengan adanya pembelajaran itu ya memudahkan orang-orang yang ingin belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Bagi saya sendiri, adanya pembelajaran ini sangat bermanfaat. Di samping itu, dalam pembelajaran itu kan yang mengarahkan guru. Jadi, kita belajar berdasarkan arahan dari guru, ada yang mengarahkan begitu. Dalam pembelajaran itu kan tidak ada paksaan dari pengajar sendiri. Jadi, siapa yang mau belajar membaca al-Qur’an ya silakan begitu. Dan ketika mau belajar itu ya harus niat.

Kalau saya lihat di masyarakat itu ya, kebanyakan dari mereka itu tidak mau kalau dipaksa untuk belajar. Jadi, atas dasar keinginan sendiri. Tergantung orangnya itu punya keinginan untuk belajar atau tidak.26

Berkaitan dengan tanggapan pembelajar dengan dilaksanakannya pembelajaran orang dewasa, Bapak Sugiarto selaku salah satu pembelajar orang dewasa yang berusia 51 tahun, mengatakan bahwa,

Adanya pembelajaran membaca al-Qur’an itu menurut saya sangat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri. Dengan mengikuti pembelajaran, menjadikan orang yang tidak bisa mengaji, menjadi bisa mengaji. Saat ini saya alhamdulillah saya sudah sampai juz 27 dan masih mengikuti pembelajaran. Belajar mulai dari awal sampai sekarang ini kurang lebih selama tiga tahun. Karena tidak setiap ada jadwal mengaji, saya datang, terkadang ada kesibukan lain yang menyebabkan saya tidak bisa mengikuti pembelajaran.27

Berkaitan dengan dampak dari adanya pembelajaran orang dewasa, Bapak Alfin Taufik selaku pengajar orang dewasa mengatakan bahwa,

Dampak positifnya yaitu adanya kegiatan rutin yang bersifat keagamaan di sela-sela kesibukan ataupun aktivitas lain.

Selanjutnya, ini bisa di cek juga, terkait berkurangnya kumpul- kumpul yang negatif. Misalnya, dulu itu hampir setiap hari di malam hari, ada kumpul minum minuman keras. Di waktu tertentu, karena ada jadwal mengaji, akhirnya juga ikut mengaji, dampak positifnya itu. Selanjutnya ada banyak sekali, termasuk yang berkaitan dengan keluarga. Dari pihak istri pembelajar, merasa jauh lebih tenang

26 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/24-02/2023.

27 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/24-02/2023.

karena melihat suaminya sedikit demi sedikit berproses untuk mengenal dan memahami agama. Selanjutnya, yang awalnya tidak bisa membaca al-Qur’an, karena mengikuti pembelajaran, jadi bisa membaca al-Qur’an. Yang awalnya pada saat sholat mengikuti imam, sekarang sudah mulai belajar doa-doa dengan bahasa arab yang lebih baik dari sebelumnya.28

Dalam dokumen implementasi metode tarsana dalam (Halaman 65-69)

Dokumen terkait