BAB III. METODE PENELITIAN
E. Defenisi Operasional
Untuk menyelaraskan pemahaman mengenai beberapa konsep yang di gunakan dalam skripsi ini perlu di berikan defenisi secara operasional sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam satu periode tertentu, dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan selama periode 2008-2014 di kabupaten Barru dan dinyatakan dalam satuan rupiah.
2. Infrastruktur adalah sarana dan prasarana umum (fasilitas public) seperti jalan,listrik,irigasi/pengairan dan sebagainya.
3. Variabel bebas merupakan variabel yang tidak terikat pada variabel lainya.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu: jalan, listrik, irigasi/pengairan 4. Variabel terikat merupakan variabel yang mengikuti perubahan-perubahan
pada variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi
5. Regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih, variabel bebas dan variabel terikat.
6. Data sekunder adalah data yang di peroleh dalam bentuk jadi dan telah di olah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.
7. Data kuantitatif yaitu data atau informasi yang di peroleh dalam bentuk angka-angka yang dapat di hitung.
8. Data kualitatif yaitu data atau informasi yang di peroleh dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang relevan dengan obyek penelitian.
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Barru
Kabupaten Barru yang mempunyai luas wilayah 1174,72 km2, merupakan salah satu dari 24 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. berada pada pesisir pantai barat Selat Makassar dengan panjang garis pantai 78 Km. secara Geografis Kabupaten Barru terletak di antara koordinat 4 0,5’49’-4 47’35’ Lintang selatan dan 199 35’00’-119 49’16’ Bujur timur. Kabupaten Barru terdiri dari 7 Kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan, yang terletak di bagian tengah provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kota Pare-Pare
2. Sebelah Timur : Kabupaten Sidrap, Soppeng, Bone, Maros 3. Sebelah Barat : Selat Makassar
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Pangkep
Kabupaten Barru terletak pada jalan Trans Sulawesi dan merupakan daerah lintas provinsi yang terletak antara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare. Secara administratif kecamatan yang ada di Kabupaten Barru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Barru No KECAMATAN DESA/KELURAHAN
LUAS
Km2 %
1 TANETE RIAJA 7 174,29 14,84
2 TANETE RILAU 10 79,17 6,74
3 B A R R U 10 199,32 16,97
4 SOPPENG RIAJA 7 78,90 6,71
5 MALLUSETASI 8 216,58 18,44
6 PUJANANTING 6 314,26 26,75
7 BALUSU 7 112,20 9,55
TOTAL 55 1174,72 100%
Sumber: Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
B. Demografi Kabupaten Barru
Kabupaten Barru mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk yang setiap tahunya mengalami peningkatan yang bervariasi dapat di lihat dari tabel 2 berikut jumlah total jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam 7 tahun terakhir yaitu (2008-2014), jumlah penduduk sebesar 11.651,07 pada 7 tahun terakhir sedangkan kepadatan penduduk dalam 7 tahun terakhir sebesar 991,86 berikut tabelnya.
Tabel 2
Jumlah penduduk, Kepadatan penduduk Di kabupaten Barru Tahun 2008-2014 Tahun Jumlah penduduk Kepadatan penduduk
2008 1.603,06 136,46
2009 1.629,85 138,74
2010 1.659,47 141,27
2011 1.676,56 142,72
2012 1.680,34 143,04
2013 1.693,02 144,12
2014 1.708,77 145,51
Total 11.651,07 991,86
Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
C. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barru
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis pertumbuhan ekonomi terbagi atas:
1. Kawasan Strategis Kabupaten Hutan Produksi;
2. Kawasan Strategis Kabupaten Pelabuhan Terpadu Barru;
3. Kawasan Strategis Kabupaten Perikanan;
4. Kawasan Strategis Pertanian Dan Perkebunan; dan
5. Kawasan Strategis Kabupaten Peternakan Sapi.
Berdasarkan pengembangannya kawasan strategis kabupaten Barru terdiri atas sebagai berikut:
1. Kawasan agropolitan Kecamatan Barru
2. Kawasan minapolitan dan hasil peternakan Kecamatan Mallusetasi
3. Kawasan minapolitan dan pendidikan Kecamatan Tanete Rilau 4. Kawasan agropolitan pertanian, perkebunan, dan hasil ternak
Kecamatan Balusu
5. Kawasan agropolitan pertanian, perkebunan, hasil ternak, dan hasil hutan Kecamatan Tanete Riaja
6. Kawasan terpadu pelabuhan, industri, perdagangan, pergudangan dan peti kemas Garongkong dan simpul transportasi darat, laut, dan kereta api.
D. Struktur Ekonomi Kabupaten Barru
Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan informasi tentang besarnya peranan masing-masing sector kegiatan ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Gambaran mengenai struktur ekonomi kabupaten Barru dapat di lihat pada tabel 3
Tabel 3
Struktur ekonomi kabupaten Barru Tahun 2008-2014 (%)
Lapangan usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Pertanian 2,67 3,00 4,18 5,90 6,11 5,42 6,00 2. Pertambangan 8,03 10,03 12,37 21,19 15,11 9,36 9,98 3. Industri
Pengolahan
3,00 4,16 5,40 7,09 6,45 4,18 4,47
4. Listrik, Gas
& Air
5,90 7,87 9,73 11,79 16,87 15,44 16,18
5. Bangunan 3,00 3,40 12,90 17,50 14,62 18,82 18,99 6. Perdag, Resto
& Hotel
2,11 2,67 5,57 9,34 10,20 10,16 11,16
7. Angkutan &
Komunikasi
3,40 4,49 5,64 9,29 11,32 11,08 11,08
8. Bank & lemb.
Keuangan
11,09 14,76 10,40 11,21 13,64 13,68 14,00
9. Jasa-Jasa 7,24 8,24 8,34 2,15 2,65 4,74 5,00 Pertumbuhan 4,18 5,72 6,54 7,41 7,77 7,81 8,71 Sumber: Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Dari data tabel 3 menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Barru dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor-sektor kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kabupaten Barru dalam kurun waktu tahun 2008-2014 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan sektor pertanian, pertambangan, industry pengolahan, jasa-jasa serta meningkatnya sektor Bangunan dan lisrik,gas,air dan Bank serta perdagangan, restaurant, hotel dan sector angkutan dan komunikasi.
Sektor bangunan,memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Barru pada tahun 2014 yakni sebesar 18.99%. Sementara urutan kedua adalah sektor listrik,gas & air yaitu sebesar 16,18%. Berikutnya adalah sektor Bank &lembaga keuangan sebesar 14,00 %, sector perdagangan, resto, hotel sebesar 11,16 dan sektor angkutan dan komunikasi dengan kontribusi sebesar 11,08%, sektor pertambangan sebesar 9,98%, sector pertanian sebesar 6,00%, sector jasa-jasa sebesar 5,00%, dan terakhir adalah sektor industry pengolahan sebesar 4,47%
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rill Di Kabupaten Barru
Salah satu hal penting dalam pembangunan dan merupakan salah satu tujuan pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam konteks pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Barru. Setiap kabupaten tentunya menginginkan dan menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sasaran dalam pembangunan daerah/kabupaten. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan, yaitu produksi, penggunaan, pendapatan ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah di rinci menurut sector ekonomi, komponen penggunaan, dan sumber pendapatan. PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh tambah bruto yang mampu di ciptakan oleh sector-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah/gaji surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang di peroleh. PDRB di sajikan dalam dua versi penilaianya, yaitu “ atas dasar
harga berlaku: yakni menggunakan harga tahun berjalan” serta “ atas harga konstan yakni menggunakan data harga tahun tertentu (tahun dasar).
PDRB adalah seluruh nilai netto barang dan jasa (komoditi) yang di produksi pada suatu wilayah domestic/regional tanpa memperlihatkan pemilihan faktor-faktor produksi. PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai barang dan jasa/pendapatan/pengeluaran yang di nilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun bersangkutan. PDRB atas harga konstan adalah nilai barang dan jasa/ pendapatan / pengeluaran yang di nilai atas dasar harga tetap (konstan).
Keadaan perekonomian Kabupaten Barru selama 7 (tujuh) Tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat di lihat dari peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas harga konstan maupun harga berlaku.
Perkembangan perekonomian akan mendorong kenaikan PDRB per kapita, dengan syarat kenaikan PDRB relatif lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan penduduk, selama kurung waktu tertentu.
Tabel 4
Perkembangan dan Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barru Tahun 2008-2014 ( Juta Rupiah )
Tahun PDRB Harga Berlaku
Perkembangan (%)
PDRB Harga Konstan
Pertumbuhan (%)
2008 1.430.054,27 17,53 646.333,96 5,71
2009 1.440.923,92 17,56 685.026,31 5,72
2010 1.665.901,72 15,61 726.210,91 6,54
2011 1.904.306,68 14,39 783.926,33 7,41
2012 2.189.892,65 15,00 844.797,31 7,77
2013 2.503.113,80 14,30 910.802,35 7,81
2014 2.535.869,72 14,40 982.017,65 8,81
Rata-Rata 1.952.866,10 15,54 797.016,40 7,11 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Dari Tabel 4 dapat di lihat bahwa nilai PDRB dalam 7 tahun terakhir terlihat selalu mengalami kenaikan. Nilai PDRB atas harga berlaku tahun 2014 telah mencapai sebesar 2,535.869,72 dan tahun 2013 telah mencapai 2.503.113,80 juta rupiah dengan laju perkembangan sebesar 14,30 %, sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan mencapai 910.802,35 juta rupiah dengan tingkat pertumbuhan 7,81 %.
Selama periode 2008-2013, laju perkembangan ekonomi Kabupaten Barru mengalami peningkatan drastis terjadi pada tahun 2009 dengan rata-rata sebesar 15,54% per
tahun. Sedangkan tingkat pertumbuhan bervariasi dengan rata-rata sebesar 7,11% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi secara riil di Kabupaten Barru. Gambaran ini sekaligus juga mengindikasikan adanya peningkatan produktivitas masyarakat dan terkendalinya tingkat harga barang dan jasa baik di tingkat produsen maupun konsumen Kabupaten Barru.
2. Analisa Deskriptif Infrastruktur Jalan Di Kabupaten Barru
Jalan merupakan salah satu prasarana penting dalam tranportasi darat. Hal ini karena fungsi strategis yang dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu daerah lain. Jalan sebagai penghubung antara sentra-sentra produksi dengan daerah pemasaran, sangat di rasakan sekali manfaatnya dalam rangka meningkatkan perekonomian suatu wilayah/daerah. Data panjang jalan di sajikan menurut pemerintah yang berwenang, kondisi jalan. Jalan sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya faktor produksi akan terus berjalan, dan dapat meningkatkan perekonomian yang baik.
Tabel 5
Panjang jalan menurut pemerintah yang berwenang Tahun 2008-2014 (km) Pemerintah yang
Berwenang
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nasional 71,40 71,40 71,40 71,40 71,40 71,40 71,40 Provinsi 33,90 33,90 33,90 33,38 33,38 33,38 34,08 Kabupaten 746,32 850,12 668,17 668,12 668,12 668,12 740,32
Total 851,62 956,03 773,47 772,90 772,90 772,90 845,80 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Dari tabel 5 dapat dilihat panjang jalan Nasional priode 2008-2014 tidak mengalami peningkatan atau penurunan angkanya tetap dari tahun ke tahun sebesar 71,40. Panjang jalan provinsi pada tahun 2008-2010 sebesar 33,90 dan pada tahun 2011-2013 sedikit mengalami penurunan sebesar 33,38. Dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 34,08. Panjang jalan kabupaten pada tahun 2008 sebesar 746,32 dan tahun 2009 sebesar 850,12,dan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 668,17 dan pada tahun 2011-2013 tetap penurunanya sebesar 668,12, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 740,32.
Tabel 6
Panjang jalan menurut jenis permukaanya Tahun 2008-2014 (km) Jenis
Peemukaan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Beton _ _ _ 11,16 11,16 11,16 11,16 Aspal 306,21 406,21 410,34 413,96 413,96 413,96 413,96
Batu _ _ _ 43,84 43,84 43,84 43,84 Kerikil 11,30 12,30 10,39 10,39 10,39 10,39 10,39 Jumlah/Total 317,51 418,51 420,73 479,35 479,35 479,35 479,35 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Dari tabel 6 dapat dilihat jenis permukaan jalan Beton hanya terjadi di tahun 2011-2013 dan angkanya tetap sebesar 11,16. dan jenis permukaan Aspal pada tahun 2008 sebesar 306,21 dan 2009 sebesar 406,21, dan mengalami sedikit peningkatan di tahun 2010 sebesar 410,34 dan kembali lagi mengalami peningkatan sebesar 413,96 pada tahun 2011-2013. Sedangkan jenis permukaan batu hanya terjadi di tahun 2011- 2013 dan angkanya tetap yaitu sebesar 43,84. Jenis permukaan jalan kerikil pada tahun2008 sebesar 11,30 sedangkan 2009 sebesar 12,30 dan mengalami penurunan sebesar 10,39 dari tahun 2010-2013 angakanya tetap sama.
Tabel 7
Panjang jalan menurut kondisi jalan Tahun 2008-2014 (km) Kondisi
jalan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Baik 272,71 284,76 298,26 315,88 315,88 326,53 336,23 Sedang 105,39 115,50 103,33 91,43 91,43 87,17 91,07
Rusak 47,03 48,10 46,82 45,74 45,74 43,25 46,07 Rusak berat 214,78 219,76 219,76 215,07 215,07 211,73 214,88
Total 639,91 668,12 668,17 668,12 668,12 668,12 688,25 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa kondisi jalan baik pada tahun 2008 sebesar 272,71 dan tahun 2009 sebesar 284,76 dan mengalami sedikit peningkatan sebesar 298,26 pada tahun 2010, dan tetap mengalami peningkatan sebesar 315,88 pada tahun 2011-2012 , pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 326,53. Pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan sebesar 336,23. Di ketahui kondisi jalan sedang pada tahun 2008 sebesar 105,39 pada tahun 2009 sebesar 115,50 dan menurun sebesar 103,33 pada tahun 2010 dan tetap mengalami penurunan sebesar 91,43 pada tahun 2011-2012 kembali lagi mengalami penurunan sebesar 87,17, pada tahun 2014 kembali lagi mengalami peningkatan sebesar 91,07.
Diketahui kondisi jalan rusak pada tahun 2008 sebesar 47,03 dan tahun 2009 sebesar 48,10 dan setiap tahunya mengalami penurunan dilihat dari tahun 2010 sebesar:
46,82, tahun 2011-2012 sebesar 45,74, tahun 2013 sebesar 43,25, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 46,07. Diketahui kondisi jalan rusak berat pada tahun 2008 sebesar 214,78 dan tahun 2009-2010 sebesar 219,76 dan mengalami sedikit penurunan sebesar 215,07 pada tahun 2011-2012 dan kembali lagi mengalami penurunan sebesar 211,73 pada tahun 2013 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 214,88.
3. Analisa Deskriptif infrastruktur listrik Di kabupaten Barru
Infrastruktur dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi sendiri juga dapat menjadi tekanan bagi infrastruktur.
Pertumbuhan ekonomi yang positif akan mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur sebagai contohnya adalah kebutuhan akan listrik. Data listrik di sajikan adalah bayaknya pelanggan listrik. Dan produksi listrik.
Tabel 8
Jumlah produksi listrik dan pelanggan listrik di Kabupaten Barru Tahun 2008-2014
Tahun Produksi listrik Pelanggan listrik
2008 6.746,30 26.922
2009 8.733,32 27.952
2010 10.165,51 29.099
2011 12.152,53 30.081
2012 15.002,92 31.809
2013 18.188,05 35.293
2014 21.571,73 39.152
Total 92.560,36 2.203,08 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Berdasarkan tabel 8 diketahui produksi listirk pada tahun 2008 sebesar 6.746,30 sedangkan pelanggan listriknya sebesar 26.922 dan tahun 2009 sebesar 8.733,32 dan dilihat dari pelanggan listriknya sebesar 27.952 dan pada tahun 2010 produksi listriknya mengalami peningkatan sebesar 10.165,51 dan pelanggan listrik juga mengalami peningkatan sebesar 29.099. pada tahun 2011 produksi listrik kambali meningkat sebesar 12.152,53 begitupun pelanggan listrik kembali meningkat sebesar 30.081. tahun 2012 produksi listrik terus meningkat sebesar 15.002,92 dan pelanggan listrik terus mengalami peningkatan sebesar 31.809.
sedangkan tahun 2013 produksi listrik kembali meningkat sebesar 18.188,05 begitupun pelanggan listrik kembali mengalami peningkatan sebesar 35.293.dan pada tahun 2014 produksi listrik kembali meningkat sebesar 21.571,73 begitupun pelanggan listrik kembali meningkat sebesar 39.152.
4. Analisis Deskriptif infrastruktur irigasi/pengairan Di kabupaten Barru Istilah irigasi/pengairan adalah kegiatan - kegiatan yang bertalian atau berkaitan dengan usaha mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain- lain usaha pertanian, rawa - rawa, perikanan. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian. Data irigasi/pengairan yang di sajikan adalah jenis-jenis irigasi/pengairan (irigasi primer, skunder, tersier dan irigasi setengah teknis, irigasi sederhana).
Tabel 9
Jenis saluran irigasi/pengairan Di kabupaten Barru Tahun 2008-2014 (hektar) Saluran
Irigasi
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Primer 12.094 13.120 14.225 15.235 16.253 17.353 18.562 Skunder 12.064 13.122 14.220 25.230 52.252 83.323 86.425 Tersier 18.634 36.533 39.188 40.955 121.810 139.825 153.628
Total 42.792 62.775 67.633 81.420 190.315 240.501 258.615 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat 7 tahun terakhir dari tahun 2008 saluran irigasi primer sebesar 12.094 sedangkan skunder menurun menjadi 12.064 dan tersier meningkat sebesar 18.634 dan pada tahun 2009 saluran irigasi primer sebesar 13.120 sedangkan skunder meningkat sebesar 13.122 dan tersier meningkat sebesar 36.533.
dan tahun 2010 saluran irigasi primer sebesar 14.225 dan skunder menurun 14.220 dan tersier meningkat sebesar 39.188. dan tahun 2011 saluran irigasi primer sebesar 15.235 sedangkan skunder meningkat sebesar 25.230 dan primer meningkat sebesar 40.955. dan tahun 2012 saluran irigasi primer sebesar 16.253 sedangkan skunder meningkat sebesar 52.252. dan tersier sebesar 121.810. dan tahun 2013 saluran irigasi primer sebesar 17.353.dan skunder meningkat sebesar 83.323. sedangkan tersier meningkat sebesar 139.825. dan pada tahun 2014 saluran irigasi primer sebesar
18.562. sedangkan skunder meningkat sebesar 86.425. dan tersier meningkat sebesar 153.628.
B. Pembahasan 1. Data Penelitian
Dari data yang diperoleh mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu panjang jalan menurut kondisi jalan , jumlah pelanggan listrik, jumlah saluran irigasi/pengairan dari tahun ke tahun dapat diliat pada tabel berikut.
Tabel 10
Data penelitian tahun 2008-2014
Tahun Y X1 X2 X3
2008 646.333,96 639.91 26.922 42.792 2009 685.026,31 668,12 27.952 62.775 2010 726.210,91 668,17 29.099 67.633 2011 783.926,33 668,12 30.081 81.420 2012 844.797,31 668,12 31.809 190.315
2013 910.802,35 668,12 35.293 240,501 2014 982.017,65 688,25 39.152 258.615 Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka (BPS)
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Juta Rupiah) X1 = panjang jalan menurut kondisi jalan
X2 = jumlah pelanggan listrik (satuan orang) X3 = jumlah saluran irigasi/pengairan
Tabel 11
Hasil Log Dari Data Penelitian tahun 2008-2014
Tahun Log Y Log X1 Log X2 Log X3
2008 6,64 4,08 3,76 3,93
2009 6,66 4,10 3,78 4,07
2010 6,68 4,10 3,79 4,10
2011 6,71 4,10 3,80 4,17
2012 6,73 4,10 3,82 4,48
2013 6,76 4,10 3,86 4,57
2014 6,79 4,11 3,90 4,60
Sumber : Hasil Log
Dalam penelitian ini data diubah dalam bentuk log karena data penelitian memiliki tingkat perbedaan yang tinggi.
2. Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel jalan, listrik dan irigasi/pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Barru pada tahun 2008- 2014 secara bersama-sama dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi ganda atau R2. Besarnya R2 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh sebesar 0,97,4 Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel jalan, listrik dan irigasi/pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barru secara bersama-sama sebesar 97,4 %. Sedangkan sisanya sebesar 2,6 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk menghitung arah dan besarnya pengaruh variabel independent (jalan, listrik dan irigasi/pengairan) terhadap variabel dependent (pertumbuhan ekonomi kabupaten Barru).
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan statistical product and service solution (SPSS) 16.0 maka diperoleh sebagai berikut:
Tabel 12
Rangkuman Hasil Analisis Variabel
Variabel Koefisien Sig Beta Colinearity statistics Tolerance VIF
X1 0,384 0,679 0,064 0,451 2,217
X2 0,600 0,148 0,542 0,112 8,922
X3 0,083 0,213 0,412 0,128 7,807
Konstanta = 2,494 F(sig) = 0,007
R = 0,987 , R Square = 0,974 Durbin Waston = 1,951
F tabel = 36,980 , T tabel = 3,182 Sumber : Hasil Olahan SPSS 16.0
Berdasarkan pada tabel hasil rangkuman analisis, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + βx1 + βx2 + βx3 Y = 2,494 + 0,384 X1 + 0,600 X2 + 0,083 X3
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Konstanta sebesar 2,494 artinya jika jumlah kondisi jalan, pelanggan listrik dan jumlah saluran irigasi/pengairan dan nilainya berada pada titik 0, maka nilai pertumbuhan ekonomi akan berada pada level 2,494
b) Koefisien regresi variabel jalan (jumlah kondisi jalan) (X1) yaitu sebesar 0,384 artinya bahwa setiap peningkatan jumlah kondisi jalan sebesar 1 satuan, akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barru meningkat sebesar 0,384 satuan, ceteris paribus.
c) Koefisien regresi variabel listrik (pelanggan listrik) (X2) yaitu sebesar 0,600 artinya bahwa setiap jumlah pelanggan lisxtrik sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barru meningkat sebesar 0,600 satuan, ceteris paribus.
d) Koefisien regresi variabel irigasi/pengairan (jumlah saluran irigasi) (X3) yaitu sebesar 0,083 artinya bahwa setiap jumlah saluran irigasi sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barru meningkat sebesar 0,083 satuan, ceteris paribus.
4. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent yaitu jalan, listrik dan irigasi/pengairan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel bebas dependent atau tidak, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ho : Secara simultan ada pengaruh signifikan antara jalan, listrik dan irigasi/pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ha : Secara simultan tidak ada pengaruh signifikan antara jalan, listrik dan irigasi/pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
α
= 5%.Signifikan 5% atau 0,05 merupakan ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian. Berdasarkan tabel anova F-hitung diperoleh sebesar 36,980. F-tabel dapat ditentukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%,
α
= 5%, df 1 (jumlah variabel -1) =3 dan df 2 (n-k-1) atau 7-3-1 = 3 (n adalah jumlah kasus, dan k adalah jumlah variabel independent), hasil F-tabel dapat dihitung pada Ms Excel dengan cara ketik =finv(0,05;3) pada cell kosong lalu enter. Hasil F-tabel yang diperoleh adalah sebesar 9,276. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:Ho diterima bila F-hitung > F-tabel Ho ditolak bila F-hitung < F-tabel
Nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel masing-masing dengan nilai sebesar 36.980>9,276 maka Ho di terima, artinya ada pengaruh signifikan antara jalan, listrik dan irigasi/pengairan secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi dikabupaten Barru.
5. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent yaitu jalan, listrik dan irigasi/pengairan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent pertumbuhan ekonomi (Y).
a) Uji Koefisien Regresi Variabel jalan (X1) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Secara parsial ada pengaruh antara jalan (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara jalan (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Tingkat signifikan yang digunakan adalah
α
= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel koefisien diperoleh t-hitung sebesar 0,457 dan t-tabel dapat dicari padaα =
5%: 2 = 2,5 % ( uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 7-3-1 = 3 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 3,182 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;3) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel
Nilai t hitung < t tabel ( 0,457 <3,182) maka Ho ditolak , artinya secara parsial jalan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barru.
b) Uji Koefisien Regresi Variabel listrik (X2) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Secara parsial ada pengaruh antara listrik (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y)
Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh antara listrik (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Tingkat signifikan yang digunakan adalah
α
= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel koefisien diperoleh t-hitung sebesar 1,939 dan t-tabel dapat dicari padaα =
5%:2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 7-3-1 = 3 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 3,182 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;3) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel
Oleh karena nilai t hitung < t tabel (1,939 ,< 3,182) maka Ho ditolak, artinya secara parsial listrik tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Barru.
c) Uji Koefisien Regresi Variabel irigasih/pengairan (X3) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Secara parsial ada pengaruh antara irigasi/pengairan (X3) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh antara irigasi/pengairan (X3) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Tingkat signifikan yang digunakan adalah
α
= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel koefisien diperoleh t-hitung sebesar 1,575 dan t-tabel dapat dicari padaα =
5%: 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 7-3-1 = 3 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 3,182 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;3) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel
Oleh karena nilai t hitung < t tabel (1,575< 3,182) maka Ho ditolak, artinya secara parsial irigasi/pengairan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Barru.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh jalan, listrik dan irigasi/pengairan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barru selama priode 2008-2014. Hal ini dilihat dari f hitung yang signifikan (36,980 > 9,276) pada tingkat kenyakinan 95%.
2. Secara partial seluruh variabel berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Barru selama priode 2008-2014. Hal ini pengaruh positif menunjukkan bahwa infrastruktur ( jalan, listrik dan irigasi/pengairan) menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barru selama periode 2008-2014.
3. Besarnya nilai R square (R2) adalah 0,974 atau 97,4% artinya besarnya pengaruh variabel independent yaitu jalan, listrik dan irigasi/pengairan terhadap dependent yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 97,4%. Sedangkan sisanya sebesar 2,6% di jelaskan atau di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.