BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional berisi rangkuman penjelasan-penjelasan mengenai seluruh variable-variabel yang menjadi studi kajian dalam penelitian ini, terkait dengan pengertian-pengertian dan indicator yang diganakan dalam rangka memberikan persepsi dan arah yang jelas terhadap masalah yang berkaitan dengan variable operasional. Dalam penelitian ini variable operasional berupa variable
independen yaitu kompensasi dan gaya kepemimpinan transformasional, dan variable mediasi berupa kepuasan kerja, serta variable dependennya berupa kinerja pegawai.
3.3.1. Variabel Independen (Kompensasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional)
Variabel stimulus, predictor ataupun antecedent merupakan penyebutan lain dari variabel independen atau variable terikat, dimana variable ini menjadi variable yang memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberadaan variable terikat atau dependen. (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, kompensasi dan gaya kepemimpinan transformasional ditetapkan peneliti sebagai variabel bebas atau independen.
a) Kompensasi
Kompensasi merupakan semua pemberian dalam bentuk finansial ataupun nonfinansial dari organisasi atau instansi kepada pegawai sebagai bentuk imbalan atau balas jasa atas jasa yang diberikan pegawai kepada organisasi atau instansi. Kompensasi dalam penelitian ini diartikan sebagai pemberian dari organisasi atau instansi kepada pegawai dalam bentuk upah dan gaji, insentif, tunjangan serta fasilitas. Indikatornya adalah:
a. Gaji dan upah;
b. Insentif;
c. Tunjangan; dan
d. Fasilitas. Sumber: (Simamora, 2014)
b) Gaya Kepemimpinan Transformasional.
Gaya kepemimpinan transformasional merupakan model kepemimpinan yang mampu menanamkan kepercayaan, loyalitas dan kebanggan kepada yang dipimpinnya dengan mentrasnformasi gagasan konsep sehingga mereka yang dipimpinnya termotivasi untuk menghasilkan kerja yang lebih baik.
Ciri khas atau indikatornya antara lain:
a. Pengaruh ideal;
b. Motivasi inspirasi;
c. Stimulasi intelektual; dan d. Pertimbangan individual.
Sumber: (Kharis, 2015)
3.3.2. Variabel Intervening (Kepuasan Kerja)
Variabel mediasi atau intervening merupakan sebuah variable yang digunakan dalam penelitian untuk memediasi atau menjadi perantara dalam menjelaskan hubungan atara variable bebas terhadap variable terikat yang secara teoritis variable ini turut memberi pengaruh dalam hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak bisa diamati dan diukur (Sugiyono, 2017). Variabel kepuasan kerja ditetapkan sebagai variable mediasi atau intervening dalam penelitian ini.
Kepuasan kerja merupakan sikap dan perasaan pegawai, karyawan atau pekerja terhadap pekerjaan yang dilakukannya, lingkungan kerjanya, ganjaran atau imbalan yang diterimanya dan penilaian terhadap hasil
pekerjaannya. Perasaan tersebut dapat berupa perasaan senang, tidak senang, nyaman atau tidak nyaman. Indikator-indikator kepuasan kerja meliputi:
a. Pekerjaan yang secara mental menantang;
b. Kondisi kerja yang mendukung;
c. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan; dan d. Rekan kerja yang mendukung.
Sumber: (Robbins, 2011)
3.3.3. Variabel Dependen (Kinerja Pegawai)
Variabel dependen atau variable terikat merupakan variabel yang dituju dalam kaitannya pengaruh dengan variable independen, atau dengan kata lain variable dependen menjadi akibat dari sebab adanya pengaruh variable independen (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini kinerja pegawai sebagai variable dependen.
Kinerja merupakan suatu capaian hasil kerja atau prestasi kerja yang ditunjukkan oleh seorang pegawai yang dinilai berdasarkan standar yang telah ditetapkan organisasi selama periode waktu tertentu, dan menjadi feedback bagi pegawai dalam bentuk penilaian kierja dengan konsekuensi imbalan tertentu. Indikator kinerja antara lain:
a. Kualitas kerja;
b. Kuantitas;
c. Ketepatan waktu;
d. Efektivitas;
e. Kemandirian; dan f. Komitmen individu
Sumber:(Sulaksono,2015)
66 4.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan antar variabel- variabel (hubungan sebab akibat). Menurut (Sugiyono, 2017) mengemukakan bahwa:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran. Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh kompensasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai yang datanya dikumpulkan dengan instrumen penelitian berupa angka-angka skor pada kuesioner.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2020.
4.3 Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2017) bahwa:
“populasi merupakan wilayah generelisasi yang terdiri dari subjek ataupun objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk diamati dan dipelajari, sehingga peneliti dapat memperoleh kesimpulan”.
Penelitian ini menggunakan seluruh pegawai yang ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru sebagai populasi dalam penelitian ini, dimana jumlah pegawai sebanyak 45 orang pegawai.
Menurut Morissan (2012) mengemukakan bahwa “sampel merupakan sejumlah bagian responden dari total jumlah populasi yang dapat digunakan untuk merepresentasi jumlah populasi terkait dengan karakteristik responden”.
Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini melalui teknik sampling jenuh (sensus) disebabkan jumlah pegawai atau jumlah populasi dalam penelitian ini relative sedikit sejumlah 45 pegawai.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Pengumpulan data penelitian dan kelengkapan informasi data penelitian ini menggunakan metode observasi partisipatoris. Peneliti memposisikan diri sebagai bagian dari kelompok yang di observasi atau partisipan dalam rangka untuk memperoleh data seperti fasilitas dan prasarana yang ada pada objek penelitian ataupu keadaan lingkungan dan perilaku responden.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data seperti sejarah berdirinya lembaga dan perkembangannya, struktur organisasi, serta data mengenai personal atau data pegawai dan dokumentasi foto-foto aktifitas yang relevan dengan penelitian.
c. Kuesioner (Questioner)
Kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh tabulasi data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sejumlah daftar item pertanyaan yang disesuaikan dengan indicator variable penelitian, digunakan sebagai alat ukur yang dibagikan kepada sejumlah sampel yang menjadi responden penelitian dengan penilaian menggunakan skala likert 5 pilihan yakni sangat setuju, setuju, ragu-rau, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
4.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan bahan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai sumber data.
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang didapat dari sumber pertama seperti data identitas responden dan tanggapan responden yang akan dijawab langsung oleh responden mengenai variabel-variabel kompensasi, gaya kepemimpinan, kinerja pegawai dan kepuasan kerja pegawai kantor
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari data yang diberikan seperti data jumlah pegawai, data tingkat pendidikan pegawai, masa kerja pegawai, tata tertib atau peraturan pegawai kepegawaian yang berlaku, data kinerja dan kompensasi finansial maupun non finansial di kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru, dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini seperti struktur organisasi, sejarah singkat objek penelitian, dan data lain yang relevan.
4.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan tahapan analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Pengeolahan data dalam penelitian ini menggunakan Software smart PLS.
Partial Least Square merupakan metode analisis yang powerfull yang mana dalam metode ini tidak mensyaratkan banyaknya asumsi. Pendekatan dengan PLS (Partial Least Square) adalah distribution free (tidak mengasumsikan data tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio). PLS (Partial Least Square) menggunakan metode bootstraping atau penggandaan secara acak yang mana asumsi normalitas tidak akan menjadi masalah bagi Partial Least Square.
Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menutup kelemahan yang terdapat pada metode regresi.
Menurut para ahli metode penelitian Structural Equation Modelling (SEM) dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Covariance Based SEM (CBSEM), karakteristik system aplikasi ini adalah:
a) Untuk mengestimasi model structural didasarkan pada teori yang kuat untuk menguji hubungan kausalitas yang ada pada pada laten variable, serta mengukur kelayakan model.
b) Model ini berbasis covarian, sehingga harus berbasis teori yang kuat dengan serangkaian analisis yang komplek.
c) Hubungan indicator dengan variable adalah reflektif.
d) Distribusi dalam SEM masih menjadi syarat penting.
e) Untuk keperluan analisis membutuhkan sampel yang relative besar sekitar 200-300 sampel.
2. Variance Based SEM atau Partial Least Square (SEMPLS), karakteristik system ini:
a) Pemodelan PLS dapat berbasis teori, hasil-hasil penelitian empiris, analogi yakni hubungan antar bidang ilmu yang lain, hal-hal normative misalnya peraturan dan Perundang-undangan, dan hubungan rasional lainnya, sehingga dalam PLS ini landasan teowri yang terbangun bisa bersifat kuat ataupun lemah, bahkan eksploratif.
b) Hubungan indicator dengan variable dapat digambarkan dengan reflektif dan normative.
c) Indicator dapat ditentukan berbasis teori ataupun mengadopsi indicator
pada penelitianpenelitian sebelumnya.
d) Model ini dapat diterapkan pada sampel yang relative kecil sekitar 30 sampel.
Dalam metode PLS (Partial Least Square) teknik analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut:
4.6.1. Analisa outer model
Analisis outer model dilakukan untuk memastikan bahwa alat ukur berupa kuesioner yang digunakan memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Dalam analisis model ini terbagi menjadi reflektif dan formatif.
Untuk uji reflektifnya terdiri dari:
a) Convergent Validity. Nilai dari Convergent Validity dalam pengukuran ini untuk menilai konvergensi dari pengukuran yang didasarkan pada korelasi antara item score/component score dengan construct score, yang dapat dilihat dari nilai standardized loading factor. Persyaratan Convergent Validity ini adalaha besaran nilai loading factor > 0,7.
b) Discriminant Validity. Model pengukuran menggunaka discriminant validity dapat berupa nilai Fornell-larcker dan nilai crossloading. Nilai ini untuk menggambarkan apakah model pengukuran yang digunakan tergolong memadai, dengan membandingkan nilai konstruk laten yang dituju dengan konstruk lainnya.
c) Composite reliability. Nilai ini digunakan bersama dengan nilai dari cronbach’s alpha untuk mengukur tingkat reliabilitas. Nilai yang
dipersyaratkan pada uji ini dengan besaran nilai > 0,7. Untuk nilai composite reliability dikisaran 0,8 atau 0,9 termasuk kategori yang ideal untuk menjelaskan tingkat reliabilitas kuesioner.
d) Cronbach’s Alpha. Nilai ini adalah nilai digunakan untuk mengukur reliabilitas sekaligus untuk menguatkan hasil dari composite reliability.
Persyaratan nilai cronbach’s alpha > 0,7.
Uji yang dilakukan pada model measurement (outer model) berikutnya adalah uji normative, dimana pada uji yang dilakukan ini cukup dengan menganalisis besaran nilai VIF (Variance influence factors), dimana disyaratka nilai VIF < 5, sehingga apabila diperoleh nilai VIF memenuhinpersyaratan tersebut maka dapat dikatakan bahwa seluruh item pernyataan yang digunakan dalam penelitian terbebas dari kolinearitas.
4.6.2. Analisa Inner Model
Analisa Inner model atau model structural biasanya juga disebut dengan (inner relation, structural model dan substantive theory) yang mana menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Analisis inner model tergolong menjadi dua bagian yaitu:
a) Penentuan nilai R-square (determinasi) untuk konstruk dependen, R-square ini untuk merepresentasikan besaran pengaruh variable-variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan variable dependen.
b) Penentuan nilai untuk Q-square (Stone-Geisser Qsquare test) sebagai predictive relevance. Q-square ini merupakan bagian R-square untuk melihat goodness of fit dalam pengukuran. Nilai ini dapat diperoleh melalui
blindfolding pada kalkulasi PLS atau dengan menggunakan persamaan:
Q-square = 1 - [(1 - R21) x (1 - R22)] ……… (1) Dimana: R2 = R-square kepuasan kerja
R2 = R-square kinerja pegawai
4.6.3. Pengujian Hipotesis
Model pengujian hipotesis dengan PLS yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan yakni:
a) Directc Effect.
Pengujian hipotesis ini untuk menilai dan sekaligus menjelaskan pengaruh langsungnya berupa uji hipotesis H1, H2, H3, H4, dan H5, yang didasarkan pada output PLS berupa rincian data direct effect atau path coefficient.
Persyaratan ini berupa nilai P-value < 0,05 dan t-statistics > t-tabel.
b) Indirect effect. Pengujian ini untuk mrnilai sekaligus menjelaskan pengaruh tidak langsungnya dengan efek mediasi berupa uji hipotesis H6 dan H7, yang didasarkan pad output PLS berupa rincian data indirect effects.
74 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kabupaten Barru dan Keputusan Bupati Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru Unit Kerja Dinas Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru tahun 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah, adalah sebagai unsur pelaksana peraturan daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan dibidang pekerjaan umum. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Dinas Pekerjaan Umum memiliki fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan dibidang pekerjaan umum dan Penataan Ruang;
2. Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang pekerjaan umum dan Penataan Ruang;
3. Pembinaan pelaksanaan tugas penyelenggaraan dibidang pekerjaan umum dan Penataan Ruang;
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas; dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
a. Aspek Stratejik Organisasi
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataa Ruang Kabupaten Barru merupakan salah satu Perangkat Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis dalam mendukung dan mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.
Sebagai bagian yang integral dari pemerintahan Kabupaten Barru, Dinas Pekerjaan Umum mendukung pencapaian visi Kabupaten Barru: “Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas dan Bermartabat yang bernafaskan Keagamaan”. Dinas Pekerjaan Umum sepenuhnya mendukung upaya Pemerintah Kabupaten Barru, dalam menjalankan peran strategiknya dalam pembaharuan manajemen Pemerintahan melalui pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang akuntabel. Dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mendukung peran Pemerintah Kabupaten Barru dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang akuntabilitas.
b. Struktur Organisasi
Untuk mendapatkan informasi tentang kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru, pengenalan terhadap profil unit kerja akan
membantu dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru dan Keputusan Bupati Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru, maka struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terdiri dari Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terdiri dari Kepala Dinas; Sekretaris yang terdiri dari Sub Bagian Program dan Keuangan , Sub Bagian Umum dan SDM; Bidang Bina Marga terdiri dari Seksi Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan, Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan, serta Seksi Peralatan; Bidang Pengairan terdiri dari Seksi Bina Operasi dan Pemeliharaan Irigasi, Seksi Sungai dan Pantai dan Seksi Bina Pembangunan dan Pemeliharaan Irigasi; Bidang Cipta Karya yang terdiri dari Seksi Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung, Seksi Tata Ruang, dan Seksi Pengawasan dan Pengendalian IMB; dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Susunan struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru sebagai berikut:
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Dinas PUPR
c. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok dan fungsi:
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam memimpin dan melaksanakan tugas pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang menjadi kewenagan daerah dan tugas pembantuan yang
Kasubag.
Umum &
SDM Kasubag. Prog
& Keuangan
Kasi. Peralatan Kasi. Jembatan
Kasi. Jalan Kabid. Bina
Marga
Kasi. Bina Operasi &
Pemel. Irigasi Kabid.
Pengairan
Kasi. Pemb. &
Pemel. Gedung Kabid. Cipta
Karya Sekretaris
Kasi. Bina Pemb. & Pemel.
Irigasi Kasi. Bina Pemb. & Pemel.
Irigasi
Kasi. Tata Ruang
Kasi. Pengawasan
& Pengendalian IMB
ditugaskan kepada pemerintah daerah berdasarkan pedoman yang ada untuk kelancaran tugas.
Sebagai pimpinan organisasi Kepala Dinas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang bina marga;
b. Perumusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang pengairan;
c. Perumusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang ciptakarya dan penataan ruang;
d. Perumusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan kesekretariatan yang menunjang tugas organisasi;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat memiliki tugas memimpin dan melaksanakan penyiapan bahan dalam rangka penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan pelayanan administrasi dan fungisional kepada semua unsur dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang berdasarkan pedoman yang ada untuk kelancaran tugas.
Peran ataupu fungsi dari secretariat yaitu:
a. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang program
b. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang keuangan c. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan,
monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang umum dan sumber daya manusia. Sub bagian sekretariat terdiri dari:
3. Bidang Bina Marga
Memimpin dan melaksanakan perumusan kebijkan teknis, memberikan dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Bina marga merupakan tugas Kepala Bidang Bina Marga.
Bidang Bina Marga memiliki fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang penigkatan dan pemeliharaan jalan;
b. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pemeliharaan jembatan;
c. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang peralatan dan;
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lainsesuai bidang tugasnya.
4. Bidang Pengairan
Memimpin dan melaksanakan perumusan kebijakan teknis, memberikan dukungan, atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, membina,
mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang pengairan berdasrkan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas merupakan tugas Kepala Bidang Pengairan.
Fungsi Bidang Pengairan sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang Bina Operasi dan pemeliharaan irigasi;
b. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pemeliharaan irigasi;
c. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang sungai dan pantai;dan
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
5. Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang
Memimpin dan melaksanakan perumusan kebijakan teknis, memberikan dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, membina, mengkoordinasikan, dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang Berdasarkan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas merupakan tugas Kepala Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang.
Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang memiliki fungsisebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan rehabilitasi gedung;
b. Perumusan kebijakan teknis, pemberian dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang tata ruang;
c. Perumusan kebijakan teknis, pemberiang dukungan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pengawasan dan pengendalian IMB; dan
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Data dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang sudah dibuat oleh peneliti mengenai kompensasi, gaya kepemimpinan transformasional, dan kepuasan kerja serta kinerja pegawai dengan sampel yang digunakan sebanyak 45 responden. Analisis data kuantitatif dilakukan melalui Outer Model dan Inner Model. Program aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah data yang diperoleh adalah Microsoft Excel dan Smart PLS 3.2.7.
Karakteristik responden digunakan dalam rangka memberikan gambaran mengenai responden yang menjadi objek dalam penelitian, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 orang responden pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru sebagaimana dimaksud dalam
metode penelitian, maka diperoleh beberapa karakteristik-karakteristik secara umum terkait dengan data responden.
Tabel berikut memperlihatkan perbedaan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin secara jelas:
Tabel 5.1
Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-Laki 34 75,56
2 Perempuan 11 24,44
Total 45 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan data tabel diatas terlihat bahwasannya jumlah pegawai yang ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru dengan komposisi pegawai laki-laki berjumlah 34 orang atau 75,56 persen sedangkan jumlah pegawai perempuan sebanyak 11 orang atau 24,44 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa komposisi pegawai yang didominasi oleh laki-laki merupakan hasil analisa pemerintah daerah mengenai kebutuhan pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, sehingga penempatan pegawai pada dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang didominasi oleh laki-laki yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dengan pertimbangan kegiatan survey dan pengawasan lapangan.
Tabel berikut ini memperlihatkan sebaran responden menurut kelompok umur yang ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Barru.
Tabel 5.2
Sebaran Responden Menurut Kelompok Umur No. Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < 20 0 0
2 21 – 30 1 2,22
3 31 – 40 6 13,33
4 > 40 38 84,45
Total 45 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah umur diatas 40 tahun dengan jumlah 38 orang responden atau sekitar 84,45 pesen. Hal ini memberikan gambaran bahwa penambahan jumlah pegawai baru pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang untuk fresh graduate atau lulusan baru belum menunjukkan adanya perubahan angka yang signifikan, sehingga jumlah pegawai dengan usia diatas 40 tahun masih yang terbanyak pada saat ini.
Tabel berikut ini memperlihatkan sebaran responden menurut pendidikan terakhir yang ada pada Dinas PUPR Kabupaten Barru.
Tabel 5.3
Sebaran Responden Menurut Pendidikan Terakhir No. Pendidikan
Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SMA 9 20,00
2 Diploma 2 4,44
3 S1 20 44,45
4 S2 14 31,11
5 S3 0 0
Total 45 100
Sumber: Hasil pengolahan data primer 2020