BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II
47
pada kategori rendah dengan skor rata-rata 67,31. Jika skor hasil belajar matematika siswa diklasifikasikan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), terlihat bahwa 71,87% atau 23 orang dari 32 siswa berada pada kategori tuntas dan 28,13% atau 9 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas.
B. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II
48
c. Orientasi siswa pada masalah yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
d. Mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Menyajikan informasi dan memberikan contoh kepada siswa yang biasa di jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Jika terdapat hal- hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru menjelaskan atau memberikan petunjuk seperlunya.
e. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang dan terdapat 6 kelompok, pembagian kelompok ini dilakukan secara acak sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.
Kemudian guru membagikan LKS atau tugas yang akan diselesaikan kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan LKS, selama diskusi berlangsung, guru memantau pekerjaan dari setiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
f. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu guru meminta masing- masing kelompok menyajikan hasil diskusinya sedangkan kelompok yang lain diminta menanggapi. Guru memberi masukan jika terdapat perbedaan pendapat serta memberikan penguatan. Siswa mencatat materi yang dianggap penting, menyimpulkan, evaluasi, dan refleksi.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi.
49
Pada pertemuan I di siklus II, observer mengamati dan mencatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang tercatat pada lembar observasi pertemuan I (lampiran D).
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan I diperoleh bahwa dari 32 siswa hanya 26 siswa yang hadir karena ada 6 orang siswa yang alpa. Siswa yang memperhatikan materi pelajaran sebanyak 20 siswa (62,5%), siswa yang aktif pada saat diskusi kelompok sebanyak 21 siswa (65,62%), siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami sebanyak 19 siswa (59,38%), siswa yang mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan secara lisan sebanyak 12 siswa (37,5%), siswa yang memperhatikan pada saat temannya mengerjakan soal sebanyak 21 siswa (65,62%), siswa yang menyimpulkan materi pelajaran sebanyak 12 siswa (37,5%), siswa yang mencatat materi pelajaran yang dianggap penting sebanyak 25 siswa (78,12%). Siswa yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS sebanyak 20 siswa (62,5%). Siswa yang aktif berdiskusi dalam mencari jawaban dari LKS yang diberikan oleh guru sebanyak 19 siswa (59,37%).
4. Refleksi
Pada pertemuan kelima siswa sudah mampu mencari informasi melalui buku paket yang dimilikinya sehingga timbulnya keingintahuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang telah diajukan. Terlihat dari siswa yang sudah mampu membimbing teman kelompoknya untuk mengerjakan LKS.
Beberapa siswa sudah berani ingin menunjukkan hasil kerjanya dengan tampil mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sehingga siswa dari
50
kelompok lain mulai menunjukkan keberaniannya dalam memberikan tanggapan atas jawaban yang telah dipaparkan oleh kelompok lain yang berpresentasi.
Pertemuan II
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
a. Mempersiapkan materi pelajaran.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan model problem based learning terdapat pada lampiran A.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat pada lampiran B.
d. Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung terdapat pada lampiran D.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Secara umum, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua hampir sama dengan kegiatan pertemuan sebelumnya, karena mengacu pada langkah-langkah kegiatan yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model problem based learning.
Hal-hal yang lebih khusus pada pertemuan kedua adalah kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP dan LKS kedua.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada pertemuan II di siklus II, observer mengamati dan mencatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang tercatat pada lembar observasi pertemuan II (lampiran D).
51
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan II diperoleh bahwa dari 32 siswa hadir semua. Siswa yang memperhatikan materi pelajaran sebanyak 29 siswa (90,62%), siswa yang aktif pada saat diskusi kelompok sebanyak 27 siswa (84,37%), siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami sebanyak 21 siswa (65,62%), siswa yang mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan secara lisan sebanyak 17 siswa (53,13%), siswa yang memperhatikan pada saat temannya mengerjakan soal sebanyak 27 siswa (84,37%), siswa yang menyimpulkan materi pelajaran sebanyak 16 siswa (50%), siswa yang mencatat materi pelajaran yang dianggap penting sebanyak 29 siswa (90,62%). Siswa yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS sebanyak 23 siswa (71,87%). Siswa yang aktif berdiskusi dalam mencari jawaban dari LKS yang diberikan oleh guru sebanyak 22 siswa (68,75%).
4. Tahap Refleksi
Kemajuan siswa dalam belajar sudah mulai terlihat dimana para siswa mulai antusias mengikuti pelajaran. Pengerjaan LKS yang dibagikan pada tiap kelompok juga mulai terlihat ada kemajuan. Hal ini disebabkan karena seluruh anggota kelompok mulai aktif dalam hal ini pengerjaan LKS tidak hanya dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja tetapi setiap anggota kelompok berusaha untuk menyelesaikan soal pada LKS dan sangat antusias bertanya pada teman kelompoknya yang berkemampuan tinggi jika mengalami kesulitan. Begitupun siswa yang berkemampuan tinggi sangat
52
bersemangat memberi bimbingan kepada teman kelompoknya yang berkemampuan rendah.
Suasana kelas semakin bersemangat pada saat masing-masing kelompok mempresentasekan hasil diskusi kelompok mereka, bahkan kelompok yang lain mulai saling memberikan pendapat atau komentar.
Sehingga masing-masing kelompok saling berusaha untuk memperoleh skor tertinggi pada saat pemberian penghargaan. Suasana kelas juga semakin kondusif dan tenang. Masih ada beberapa siswa yang menganggu temannya selama proses belajar berlangsung atau melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan proses pembelajaran.
Pertemuan III
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
a. Mempersiapkan materi pelajaran.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan model problem based learning terdapat pada lampiran A.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat pada lampiran B.
d. Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung terdapat pada lampiran D.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Secara umum, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga hampir sama dengan kegiatan pertemuan sebelumnya, karena mengacu pada langkah-langkah kegiatan yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
53 3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada pertemuan III di siklus II, observer mengamati dan mencatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang tercatat pada lembar observasi pertemuan III (lampiran D).
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan III diperoleh bahwa dari 32 siswa hadir semua. Siswa yang memperhatikan materi pelajaran sebanyak 30 siswa (93,75%), siswa yang aktif pada saat diskusi kelompok sebanyak 29 siswa (90,62%), siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami sebanyak 22 siswa (68,75%), siswa yang mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan secara lisan sebanyak 18 siswa (56,25%), siswa yang memperhatikan pada saat temannya mengerjakan soal sebanyak 28 siswa (87,5%), siswa yang menyimpulkan materi pelajaran sebanyak 19 siswa (59,37%), semua siswa sudah yang mencatat materi pelajaran yang dianggap penting. Siswa yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS sebanyak 26 siswa (81,25%). Siswa yang aktif berdiskusi dalam mencari jawaban dari LKS yang diberikan oleh guru sebanyak 25 siswa (78,12%).
4. Tahap Refleksi
Pada pertemuan ini terlihat bahwa perhatian, motivasi, keaktifan serta semangat siswa untuk belajar semakin memperlihatkan kemajuan setelah diterapkan model problem based learning. Ini terlihat dari keaktifan siswa memberikan respon jika guru memberikan memberikan soal untuk dikerjakan masing-masing.
54
Diskusi kelompok juga berjalan dengan baik, mereka mulai saling kompak dalam mengerjakan soal, serta saling memberi pemahaman kepada anggota kelompok yang belum mengerti. Masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerja mereka dengan jelas sehingga semua siswa dapat memahami materi yang diajarkan pada pertemuan ini.
Pertemuan IV (Tes Siklus II)
Pada pertemuan ini diberikan tes hasil belajar untuk siklus II, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan bantuan komputer (SPSS 16,0 for windows). Kategori ditentukan dengan menggunakan teknik Kategorisasi Skor Hasil Belajar.
a. Hasil Belajar
Pada siklus II diterapkan model problem based learning dengan membenahi dan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar matematika dengan bentuk tes essay. Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian beberapa materi selama 3 pertemuan. Analisis deskriptif skor hasil belajar matematika siswa Kelas VII1.A SMP Satria Makassar setelah diterapkan model problem based learning pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II Statistik Nilai Statistik
Subjek 32
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 91
Skor Minimum 49
55
Rentang Skor 42
Skor Rata-Rata 71,47
Standar Deviasi 8,37
Sumber: Lampiran C
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII1.A SMP Satria Makassar setelah diterapkan model problem based learning pada siklus II adalah 71,47 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi yakni 91 dan terendah 49 dengan rentang skor 42 dan standar deviasi 8,37. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 67,31 pada siklus I ke 71,47 pada siklus II.
Jika skor hasil belajar matematika siswa tersebut dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase yang dapat disajikan pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 x 54 Sangat Rendah 4 12,5
54 x 64 Rendah 5 15,62
64 x 79 Sedang 21 65,63
79 x 89 Tinggi 2 6,25
89 x 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 32 100
Sumber: Lampiran C
56
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 32 siswa, siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat rendah sebanyak 4 siswa (12,5%), siswa yang memperoleh skor pada kategori rendah sebanyak 5 siswa (15,62), ada 21 siswa (65,63%) yang memperoleh skor pada kategori sedang, 2 siswa (6,25%) yang memperoleh skor pada kategori tinggi, dan tidak ada siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat tinggi.
Apabila skor hasil belajar siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII1.A SMP Satria Makassar pada Siklus II Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ × < 64 Tidak Tuntas 4 12,5
64 ≤ × ≤ 100 Tuntas 28 87,5
Jumlah 32 100
Sumber: Lampiran C
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah diterapkan model problem based learning pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa kelas VII1.A SMP Satria Makassar sebesar 87,5% atau 28 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategorisasi tuntas, sedangkan 12,5 % atau 4 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa yang termasuk ke dalam kategori tuntas hanya 71,87% atau 23 orang dari 32 siswa, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 87,5% atau 28 dari 32 siswa. Hal ini disebabkan karena pada siklus II ini, para siswa sudah mulai beradaptasi dan terbiasa dengan
57
model problem based learning setelah dilakukan pembenahan mengenai hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I.
b. Hasil Observasi
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil observasi selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa pada Siklus II
No Aktivitas Siswa Pertemuan Rata-
rata
Persentas e (%) I II III IV
1. Siswa yang hadir pada saat
kegiatan pembelajaran 26 32 32 T E S
S I K L U S I I
30 93,75 2.
Siswa yang
memperhatikan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru
20 29 30 26 81,25
3. Siswa yang aktif pada saat
diskusi kelompok 21 27 29 26 81,25
4.
Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami
19 21 22 21 65,63
5.
Siswa yang mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan secara lisan
12 17 18 16 50
6.
Siswa yang
memperhatikan pada saat temannya mengerjakan soal
21 27 28 25 78,13
7. Siswa yang menyimpulkan
materi pelajaran 12 16 19 16 50
8.
Siswa yang mencatat materi pelajaran yang diaggap penting
25 29 32 29 90,63
9.
Siswa yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS
11 9 6 9 28,12
10. Siswa yang aktif berdiskusi
dalam mencari jawaban 19 22 25 22 68,75
58 dari LKS yang diberikan
oleh guru
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa pada siklus I ini dilaksanakan observasi dengan 3 kali pertemuan sebagai berikut :
1) Pada siklus II tampak perubahan kehadiran siswa. Pada pertemuan pertama siklus II, ada 6 siswa yang tidak hadir. Pada pertemuan kedua dan ketiga tidak ada lagi siswa yang tidak hadir. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kehadiran siswa dari siklus I ke siklus II.
2) Perhatian siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II tampak terjadi peningkatan. Pada pertemuan pertama, dari 26 siswa yang hadir, terdapat 20 siswa yang memperhatikan pelajaran. Pada pertemuan kedua dan ketiga, dari 32 yang hadir, masih ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran tetapi jumlahnya berkurang dibanding siklus I, pada pertemuan kedua ada 3 siswa dan pertemuan ketiga ada 2 siswa.
3) Pada siklus II keaktifan siswa dalam diskusi sudah meningkat dibanding pada siklus I, pada pertemuan pertama dan kedua, ada 5 siswa yang kurang aktif sedangkan pada pertemuan ketiga hanya 3 siswa yang tidak aktif.
4) Pada siklus II jumlah siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami, sudah meningkat. Pada pertemuan pertama siklus II dari 26 siswa yang hadir, ada 19 siswa yang bertanya. Pada pertemuan kedua, dari 32 siswa yang hadir, ada 21 siswa yang bertanya dan pada pertemuan ketiga, dari 32 siswa yang hadir, ada 22 siswa yang bertanya.
59
5) Pada siklus II terlihat bahwa siswa yang menjawab pertanyaan (mengerjakan soal) dengan benar sudah meningkat. Pada pertemuan pertama siklus II dari 26 siswa yang hadir, ada 12 yang mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan dengan lisan. Pada pertemuan kedua, dari 32 siswa yang hadir, ada 17 siswa yang mengerjakan dan menjawab pertanyaan dengan lisan. Pada pertemuan ketiga, dari 32 siswa yang hadir, ada 18 siswa yang mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan dengan lisan.
6) Pada siklus II hampir semua siswa memperhatikan saat temannya menjawab pertanyaan. Pada pertemuan pertama dan kedua, ada 5 siswa yang tidak memperhatikan saat temannya mengerjakan soal sedangkan pada pertemuan ketiga hanya 4 siswa yang tidak memperhatikan.
7) Pada siklus II, kemampuan siswa menyimpulkan materi pelajaran sudah meningkat dibanding pada siklus I. Pada pertemuan pertama, ada 12 siswa, pertemuan kedua ada 16 siswa dan pada pertemuan ketiga ada 19 siswa.
8) Pada siklus II, jumlah siswa yang mencatat materi pelajaran sudah meningkat. Pada pertemuan pertama, hanya 1 siswa yang tidak mencatat.
Pada pertemuan kedua ada 3 siswa yang tidak mencatat. Dan pada pertemuan ketiga semua siswa mencatat materi pelajaran.
9) Siswa yang meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan LKS pada pertemuan I sebanyak 11 siswa, pada pertemuan II sebanyak 9 siswa dan pertemuan III sebanyak 6 siswa.
60
10) Siswa yang aktif berdiskusi dalam mencari jawaban dari LKS yang diberikan oleh guru pada pertemuan I sebanyak 19 siswa, pada pertemuan II sebanyak 22 siswa dan pertemuan III sebanyak 25 siswa.
Selanjutnya respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diterapkan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa pada Siklus II
No. Pertanyaan
Frekuensi Persentase Ya Tidak Ya Tidak 1. Apakah Anda suka belajar matematika? 19 13 59,38 40,62 2. Apakah Anda suka belajar matematika
dengan belajar berkelompok?
31 1 96,88 3,12 3. Apakah Anda suka belajar matematika
dengan model problem based learning ?
29 3 90,62 9,38 4. Apakah dengan problem based learning
membuat Anda menjadi siswa yang aktif?
32 0 100 0
5. Apakah dengan problem based learning menjadikan Anda mampu berpikir dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah?
24 8 75 25
6. Apakah problem based learning cocok digunakan dalam belajar matematika?
31 1 96,88 3,12 7. Apakah Anda senang dengan cara guru
menyampaikan pelajaran dengan problem based learning?
32 0 100 0
8. Apakah Anda merasa ada perubahan pada diri anda setelah di terapkan problem based learning dalam belajar matematika?
25 7 78,12 21,88 9. Apakah Anda termotivasi untuk belajar
matematika setelah diterapkan problem based learning?
28 4 87,5 12,5
2. Tahap Refleksi
Dalam kegiatan pada siklus II didapatkan hasil refleksi sebagai berikut.
61
a) Pada siklus II ini perhatian siswa dan keinginan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran semakin antusias. Hal ini ditandai perhatian siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran.
b) Siswa yang minta dibimbing pada siklus II semakin berkurang. Ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan.
c) Kemampuan siswa dalam menyimpulkan semakin meningkat hal ini ditandai dengan semakin banyaknya siswa menyimpulkan benar dibandingkan pada siklus I.
Kemudian hasil evaluasi menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 67,31 meningkat menjadi 71,47 pada siklus II dan berada pada kategori tinggi. Jika skor hasil belajar matematika siswa diklasifikasikan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), terlihat bahwa 87,5% atau 28 orang dari 32 siswa berada pada kategori tuntas dan 12,5% atau 4 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas VII1.A SMP Satria Makassar meningkat setelah diterapkan model problem based learning.
Keputusan
Dari dua siklus yang telah dilaksanakan dengan menerapkan model problem based learning terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa Kelas VII1.A SMP Satria Makassar Makassar meningkat.