BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
4. Jurusan Bimbingan Konseling Islam 5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Perguruan tinggi UIN Mataram
7. Umur 23 tahun
8. Jenis Kelamin Laki-laki
9. Agama Islam
10. Alamat Keroya, kec. Aikmel, Lombok Timur
2. Identitas Konseli
a. Biodata Konseli Pertama
No. Biodata Konseli
1. Nama Lengkap Adi Wahyudi
2. Tempat, Tanggal Lahir Wanasaba, 12-03-2007
3. Umur 14 tahun
4. Jenis Kelamin Laki-laki
5. Agama Islam
6. Alamat Dusun Renga, desa Mamben Daya, Lombok Timur
Latar Belakang Konseli dan Masalah Kedisiplinan Konseli :
Konseli pertama adalah anak kedua dari tiga bersaudara, konseli memiliki satu kakak dan satu adik, kakak pertama sudah berkeluarga dan memiliki satu anak dan adiknya masih menduduki sekolah dasar kelas
empat. Semua saudara konseli berjenis kelamin perempuan, konseli tinggal bersama bapak, ibu, nenek dan adiknya. Bapak Konseli bekerja sebagai tukang ojek di pasar tradisional. Kedua orang tua konseli termasuk kurang berpendidikan, keduanya merupakan lulusan sekolah dasar.
Saat ini konseli tinggal dengan orang tuanya di rumah neneknya.
Konseli berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.
Konseli beragama Islam, akan tetapi dari segi ibadah konseli masih dikatakan minim karena masih ada beberapa sholat yang bolong. Orang tua konseli beragama Islam namun dari segi beribadah bapak konseli hampir sama dengan konseli, nenek konseli termasuk orang yang taat beragama.
Konseli pertama sering terlambat datang ke sekolah. Konseli juga seringkali tidak tertib saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Konseli juga sering bersikap tidak baik dengan teman sekelasnya.
b. Biodata Konseli Kedua
No. Biodata Konseli
1. Nama Lengkap Samsul Hadi
2. Tempat, Tanggal Lahir Wanasaba, 21-05-2007
3. Umur 14 tahun
4. Jenis Kelamin Laki-laki
5. Agama Islam
6. Alamat Dusun Lengkok Embuk, desa Mamben
Lauq, Lombok Timur
Latar Belakang Konseli dan Masalah Kedisiplinan Konseli:
Konseli kedua adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, konseli memiliki dua kakak, kedua kakak konseli sudah berkeluarga. Kakak pertama berjenis kelamin laki-laki dan kakak kedua berjenis kelamin perempuan. Konseli tinggal bersama bapak dan ibunya. Bapak Konseli bekerja sebagai pedagang sayur di pasar tradisional dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Kedua orang tua konseli termasuk kurang berpendidikan, keduanya merupakan lulusan sekolah dasar.
Konseli berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Konseli beragama Islam, akan tetapi dari segi ibadah konseli masih dikatakan minim karena masih ada beberapa sholat yang bolong.
Konseli kedua sering terlambat datang ke sekolah. Konseli juga seringkali tidak tertib saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Konseli juga sering bersikap tidak baik dengan teman sekelasnya. Konseli juga pernah kedapatan merokok.
c. Biodata Konseli Ketiga
No. Biodata Konseli
1. Nama Lengkap Fahri Rahman
2. Tempat, Tanggal Lahir Wanasaba, 07-01-2007
3. Umur 14 tahun
4. Jenis Kelamin Laki-laki
5. Agama Islam
6. Alamat Dusun Renga, desa Mamben Daya, Lombok Timur
Latar Belakang Konseli dan Masalah Kedisiplinan Konseli:
Konseli ketiga adalah anak tunggal, Bapak Konseli bekerja sebagai pegawai swasta, sedangkan ibunya berjualan nasi di rumah. Bapak konseli merupakan lulusan SMP sedangkan ibunya hanya menamatkan sekolah di bangku SD.
Saat ini konseli tinggal bersama kedua orang tuanya. Kondisi ekonomi keluarga konseli cukup sederhana. Konseli beragama Islam, akan tetapi dari segi ibadah konseli masih dikatakan minim karena masih ada beberapa sholat yang bolong. Orang tua konseli beragama Islam namun jarang memperhatikan intensitas ibadah konseli.
Kondisi lingkungan tempat tinggal konseli terbilang cukup kondusif. Gotong royong warga disana cukup baik ketika ada acara-acara.
Sekitar rumah konseli, mayoritas merupakan keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.
Konseli kedua sering terlambat datang ke sekolah. Konseli juga seringkali tidak tertib saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Konseli juga sering bersikap tidak baik dengan teman sekelasnya. Konseli juga pernah kedapatan merokok.
C. Penyebab Perilaku-Perilaku Kurang Disiplin Ketiga Konseli
Dalam menentukan siswa yang akan dikonseling, peneliti hanya menerima tiga orang siswa dari guru BK. Peneliti menentukan konseli berdasarkan laporan nama-nama yang diberikan guru BK.
Dari beberapa orang yang peneliti wawancarai, seperti guru dan teman konseli, peneliti mendapat beberapa informasi mengenai masalah yang sering dilakukan oleh ketiga siswa tersebut. Ketiganya terbilang sering datang terlambat ke sekolah, bahkan ketiganya juga pernah tdak masuk sekolah tanpa keterangan apapun. Selain itu konseli juga dikatakan tidak tertib ketika berada di dalam kelas. Yang parahnya lagi konseli juga sudah terbilang sering merokok.
Konseli pernah ketahuan merokok di sekolah.36
Saat peneliti mewawancarai teman sekelas konseli, siswa tersebut mengatakan bahwa perilaku konseli kepada teman-temannya juga terbilang kurang baik. Konseli kurang menghargai teman-temannya. Konseli juga masih sering berlaku kurang sopan ketika bertutur kata dengan guru. Sudah beberapa kali sanksi yang diberikan konseli karena pelanggaran yang dilakukannya, namun belum ada perubahan yang signfikan.37
Orang tua Adi Wahyudi mengakui bahwa anaknya memang terlalu banyak main. Adi juga bermain dengan anak-anak yang usianya di atas dia. Jadi wajar kalau dia terpengaruh dengan pergaulan yang keliru.38 Orang Tua Samsul Hadi juga menuturkan hal yang sama bahwa anaknya jarang di rumah, sepulang
36 Hartati (wali kelas vii), Wawancara, 20 Mei 2021
37 Herdi (teman kelas konseli), Wawancara, 20 Mei 2021
38 Orang tua Adi Wahyudi, Wawancara, 24 Mei 2021
sekolah langsung keluyuran entah bermain kemana dan dengan siapa saja dia tidak tahu.39 Sedangkan orang tua Fahri Rahman mengakui bahwa anaknya terbilang pemalas, karena itulah dia sering terlambat sekolah atau dihukum di sekolah karena pelanggaran lainnya.40
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di lapangan, bahwa yang menyebabkan terjadinya kurangnya disiplin pada konseli dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari hasil observasi beserta wawancara peneliti menemukan beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya disiplin pada ketiga konseli.
Adapun fakor yang menyebabkan kurangnya disiplin pada konseli tersebut ialah faktor internal dan eksternal hal ini berdasarkan data temuan. Adapun pemaparan dari peneliti tentang faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi disiplin konseli sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Siswa yang melanggar disiplin SMPN 1 Wanasaba Lombok Timur kadang-kadang bermasalah dengan dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Permasalahan kedisiplinan yang disebabkan oleh faktor internal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi mulai dari masuk datang sekolah sampai bel jam pulang selesai.
Berikut merupakan jawaban ketiga konseli ketika ditanya mengapa kurang disiplin seringnya datang terlambat:
“Biasanya saya datang terlambat ke sekolah itu dikarenakan jarak rumah saya ke sekolah lumayan jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki menelusuri sawah, angkutan umum tidak ada yang menuju sekolah,
39 Orang tua Samsul Hadi, Wawancara, 26 Mei 2021
40 Orang tua Fahri Rahman, Wawancara, 27 mei 2021
orang tua tidak memiliki kendaraan untuk mengantar ke sekolah. Sehingga saya datang ke sekolah jadi terlambat”.41
“Saya sering telat bangun pagi, malamnya tidur agak larut karena keasyikan main game di hp. Orang tua juga jarang membangunkan saya waktu subuh”42
“Sama seperti Adi Wahyudi dan Angga, saya sering telat bangun, ditambah lagi pergi ke sekolah dengan berjalan kaki”43
Dari hasil wawancara beberapa informan atau siswa lainnya mereka juga mengatakan hal yang sama. mereka sulit untuk disiplin disebabkan karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah lumayan jauh dan alat transportasi umum ke sekolah jarang walaupun ada juga siswa yang diantar oleh orang tuanya. Dari sini memang jelas terlihat bahwa penyebab kurangnya disiplin siswa karena faktor dari dalam diri konseli itu sendiri.
Selama konseli tidak mengubah perilaku maka siswa akan selamanya menjadi tidak disiplin.
Dian, salah seorang teman konseli mengatakan:
“Rumah saya juga jauh, saya juga jalan kaki, tapi saya tidak pernah terlambat sekolah. Sebenarnya itu kan tergantung kemauan kita aja. Kalau tidak ingin terlambat ya berarti harus siap-siap lebih pagi.”44
2. Faktor Eksternal
Karakter kurang disiplin konseli sebenarnya juga dipengaruhi oleh banyak hal seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga menyebabkan siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Adapun penyebab kurangnya disiplin yang disebabkan oleh Faktor Eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Beberapa faktor tersebut adalah :
41 Adi Wahyudi, Wawancara, 2 Juni 2021
42 Samsul Hadi, Wawancara, l 2 Juni 2021
43 Fahri Rahman, wawancara 2 Juni 2021
44 Dian (teman kelas konseli), wawancara, 8 Juni 2021
a. Guru
Faktor yang menyebabkan kurangnya disiplin pada siswa dapat disebabkan faktor yang ditimbulkan oleh aktivitas, perkataan, dan tindakan dari seorang guru atau tenaga pendidik, adapun penyebab dari kurangnya disiplin siswa yang disebabkan oleh guru akan dipaparkan oleh peneliti, berikut hasil wawancara peneliti dengan salah seorang siswa di Kelas VIII SMPN 1 Wanasaba:
“Dalam belajar di kelas Adi, Samsul, dan Fahri tidak begitu aktif dalam pembelajaran, mungkin karena mereka kurang paham apa yang dijelaskan oleh guru, apalagi guru yang suka marah. Ketiganya juga sering lalai mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru. Mereka sering bercanda atau mengajak teman yang lain bercerita saat guru menerangkan.”.45
Peneliti juga mewawancarai siswa yang lain. Di antara mereka mengatakan guru-guru adalah yang paling bertanggung jawab untuk memperbaiki perilaku kurang disiplin konseli. Tugas guru tidak hanya sekedar menjelaskan materi pembelajaran, melainkan juga memperhatikan dan membimbing siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semua guru harus bersama-sama maksimal memberikan atensi terhadap perubahan perilaku disiplin siswa. Pendekatannya tidak mesti harus dengan hukuman, melainkan bisa menggunakan metode persuasive dengan memberikan nasehat-nasehat. Ia mengakui bahwa walikelas kelas VII sudah cukup maksimal memberikan bimbingan kepada siswa-
45Wawancara Andini Aulia siswi Kelas VII SMPAN 1 Wanasaba, 2 Juni 2021
siswanya untuk berdisiplin. Tapi wali kelas saja tidak cukup. semua guru harus bersama-sama melakukan hal yang demikian .46
b. Orang Tua
Siswa yang kurang disiplin di sekolah juga dapat ditimbulkan oleh faktor dari orang tua siswa itu sendiri, kondisi orang tua, perilaku orang tua, dan tindakan orang tua dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam pembelajaran di sekolah. Dari hasil observasi dan wawancara ke kediaman ketiga konseli, peneliti mendapatkan kesimpulan yang sama tentang ketiga orang tua konseli. Orang tua konseli sangat kurang memperhatikan aktivitas sekolah konseli, apalagi terkait disiplin anak-anaknya.
Berikut beberapa jawaban narasumber ketika ditanya seberapa besar perhatian orang tua konseli kepada konseli terkait Pendidikan dan pergaulannya:
“Di rumah, orang tua saya tidak pernah memperhatikan saya tentang pelajaran, menyuruh ngerjain tugas rumah (PR) atau menanyakan besok ada tugas sekolah yang harus dikerjakan”.47
“Konseli memang diberikan keleluasaan bermain kapan dan dengan siapa saja. Orang tua konseli kurang perhatian dengan pergaulan konseli”48
Memang faktor perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa d sekolah. Dan itulah yang terjadi terhadap konseli. Hal ini dilihat oleh tetangga Adi Wahyudi. Saat diwawancarai seorang tetangga konseli mengatakan bahwa konseli kurang mendapat perhatian
46 Putri (teman kelas konseli), Wawancara, 2 Juni 2021
47 Adi Wahyudi, Wawancara, 2 Juni 2021
48 Saiful Hakim (tetangga Samsul Hadi), Wawancara, 3 Juni 2021
dari orang tuanya. Konseli dibiarkan bermain di luar dalam waktu yang sangat lama.49
Tetangga dari Samsul Hadi juga menuturkan hal yang sama. Ia mengatakan bahwa seharusnya orang tua lebih aktif lagi dalam memantau pergaulan anak. Wajar jika anak menjadi sedikit nakal kalau orang tua tidak memberikan bimbingan kepadanya.50 Peneliti juga tidak lupa mewawancarai salah seorang tetangga dari Fahri Rahman. Tetangga tersebut menuturkan dirinya jarang melihat fahri membantu pekerjaan rumah orang tuanya. Seharusnya dia punya kesadaran untuk itu. Ia beranggapan bahwa fahri memiliki kepribadian yang pemalas.51
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor penunjang untuk terciptanya kedisiplinan di sekolah. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku tidak disiplin pada siswa dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar tempat tinggal konseli.
Wali kelas konseli mengatakan konseli kelihatan belum pandai untuk memilah-milah teman bergaul. Ibu Hartati mengaku dirinya tidak terlalu mengetahui bagaimana aktifitas ketiga konseli di luar sekolah. Tapi dia seringkali menasehati konseli untuk pandai-pandai bergaul. Dia sering berpesan bergaul dengan siapa saja boleh, tapi jangan sampai teman
49 Imam (tetangga Adi Wahyudi), Wawancara, 24 Mei 2021
50 Sukri (tetangga Samsul Hadi), Wawancara, 26 mei 2021
51 Rustam (tetangga Fahri Rahman), Wawancara, 27 Mei 2021
bergaul dapat memberikan efek negatif kepada diri sendiri. Seharusnya diri kitalah yang memberikan efek positif ke orang lain.52
Lingkungan sekitar tempat tinggal konseli sangat mempengaruhi konseli untuk tidak disiplin. Di luar sekolah ketiga konseli sering bermain dengan anak diatas usia mereka, dan juga bermain dengan anak yang terbilang cukup nakal. Salah satu kenakalan yang cukup parah adalah merokok. Konseli bahkan pernah merokok di area sekolah. Hal ini terjadi karena konseli bergaul di luar dengan orang yang merokok. Seorang tetangga konseli mengatakan bahwa ia pernah melihat langsung konseli merokok. Menurut dia konseli hanya menjadi korban salah pergaulan.53
52 Hartati (wali kelas vii), Wawancara, 9 Juni 2021
53 Rustam (tetangga Fahri Rahman), Wawancara, 27 Mei 2021
BAB III PEMBAHASAN
A. PERILAKU KURANG DISIPLIN SISWA SMPN 1 WANASABA
Pada Bab sebelumnya, peneliti telah memaparkan secara terperinci tentang paparan data dan temuannya yang peneliti temukan apa adanya di tempat penelitian. Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti peroleh, setelah mengadakan penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai dengan fokus kajian yang peneliti angkat, setelah itu peneliti mengadakan pengolahan data dengan menjadikan SMPN 1 Wanasaba dan lingkungan tempat tinggal konseli sebagai lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Menurut Analisa peneliti dari hasil wawancara dengan berbagai narasumber, ketiga konseli memang memiliki perilaku kurang disiplin, namun perilaku tersebut bukanlah karakter yang sulit untuk dirubah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk dapat merubah kebiasaan kurang disiplin konseli, salah satunya dengan cara konseling.
Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kini kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.54
54 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013) hlm. 161
Peneliti sependapat dengan berbagai argumentasi yang disampaikan oleh berbagai narasumber terkait penyebab kurang disiplinnya konseli. Menurut konseli orang tua merupakan pemeran utama dalam membentuk konseli menjadi pribadi yang disiplin. Perhatian orang tua harus lebih maksimal terhadap perilaku konseli. Pelanggaran disiplin seperti telat masuk sekolah, tidak mengerjakan PR, tidak tertib di dalam kelas, bahkan sampai merokok tidak akan terjadi jika orang tua memberikan bimbingan yang baik terhadap konseli.
Tidak tertibnya konseli di dalam kelas juga dipengaruhi oleh cara guru mengajar. Guru-guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan materinya agar para siswa tertarik untuk menyimak dengan baik. Ketika konseli terlambat masuk sekolah atau bahkan merokok guru-guru harus memberikan sanksi yang mendidik, sanksi yang tidak hanya memberikan efek jera sementara, melainkan sanksi yang dapat memberikan kesadaran terhadap diri konseli.
B. ANALISIS PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Konseling individu adalah salah satu proses membantu orang untuk belajar untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.55 Layanan konseling individu dilaksanakan pada tiga peserta didik.
Kegiatan dilakukan di ruang kelas. Gambaran pelaksanaan kegiatan layanan konseling kelompok behavioral adalah sebagai berikut:
55 Muhammad, Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kota kembang, 1988), hlm. 19
No. Nama Keterangan
1. Tahap Pertama
Mengucapkan Salam
Membuka dengan pembacaan doa
Perkenalan diri konseli dan peserta konseling Penjelasan pengertian, tujuan, manfaat, azas, norma, cara pelaksanaan kegiatan konseling individu.
Penetapan kontrak waktu untuk melaksanakan konseling individu
Penjelasan maksud dan tujuan dari pelaksanaan bimbingan konseling behavoral.
Pernyataan pesan dan kesan peserta, serta membahas pertemuan bimbingan konseling berikutnya
Doa dan salam Pengucapan salam Doa
Pembahasan secara singkat mengenai kegiatan konseling individu di waktu sebelumnya
Penjelasan kembali kepada tentang cara pelaksanaan bimbingan konseling individu.
Penetapan kontrak waktu
2. Tahap Kedua Pembahasan tentang tips untuk meningkatkan perilaku disiplin,
peserta didik
Pengungkapan permasalahan perilaku disiplin yang dialami peserta didik
Pemberian materi suatu konsep dasar kedisiplinan di sekolah
Tanya jawab antara peserta konseling dengan peneliti,
Pemateri menyimpulkan seluruh kegiatan bimbingan konseling yang telah berlangsung Pengungkapan pesan dan kesan terhadap kegiatan bimbingan konseling individu Doa dan salam
3. Tahap Ketiga
Salam dan berdoa
Penjelasan singkat tentang kegiatan konseling individu
Menyepakati untuk membahas mengenai topik bebas seputar tindakan tidak disiplin peserta didik
Pemateri menanyakan kembali masalah yang dihadapi peserta didik dan materi yang sudah dibahas sebelumnya.
Pemateri memberikan penguatan diri (self reinforment) dengan memberikan suatu perlakuan melalui ceramah dan diskusi
Pemateri menyimpulkan kegiatan yang telah dilalui pada konseling kali ini
Doa dan salam
4. Tahap Keempat
Salam dan berdoa
Pemateri menjelaskan kembali mengenai kegiatan bimbingan konseling
Pemateri memastikan kesiapan para konseli untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
Seluruh konseli membahas dan memecahkan masalah yang telah disepakati bersama.
Setiap konseli memberikan motivasi satu sama lain
Pemateri juga memberikan motivasi terhadap semua konseli
Pemberian suatu penjelasan dengan bantuan media power point, adapaun tema yang diberikan pemateri yakni konsisten dalam berperilaku disiplin.
Pemateri menyimpulkan kegiatan yang telah dibahas dalam pertemuan keempat ini.
Pemateri meminta kesan dan pesan terkait pelaksanaan konseling behavoral
Konseli secara bersama-sama saling menuliskan harapan kepada pemateri (peneliti)
Salam dan doa
1. Tahap Pertama
Kegiatan bimbingan konseling individu dimulai dengan mengucapkan salam. Pemateri (peneliti) mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta didik atas kesediaannya untuk mengikuti bimbingan konseling individu. Pemateri (peneliti) memimpin doa dengan harapan supaya pelaksanaan bimbingan konseling dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat. Pemateri mengawali dengan perkenalan diri yang dilanjutkan oleh ketiga orang konseli.
Menurut peneliti setiap kegiatan konseling yang diawali dengan salam dan pembacaan doa cukup berdampak positif bagi perubahan karakter konseli. Dalam kajian behavioral, perilaku seseorang dapat terbentuk dari hasil segenap pengalamannya selama berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang menjadikan sebuah kepribadian seseorang. Maka kepribadian dianggap dapat diubah dengan mengkondisikan pengalaman yang ditemui oleh seseorang.56 Karena itulah peneliti menganggap
56 Hartono, Soedarmadji, Psikologi Konseling Edisi Revisi, (Jakarta, Kencana Prenada
Media Group: 2012), hlm. 27
pengucapan salam dan pembacaan doa merupakan salah satu upaya mengkondisikan lingkungan positif yang didapatkan oleh konseli.
Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan penstrukturan dengan menjelasakan pengertian, tujuan, manfaat, azas, norma, cara pelaksanaan kegiatan konseling individu. Pada tahap pemulaan ini konseli terlihat cukup antusias. Selanjutnya pemateri bersama dengan para konseli menetapkan kontrak waktu untuk melaksanakan konseling individu, waktu yang disepakati sekitar 45 menit untuk pertemuan bimbingan konseling pada pertemuan pertama ini.
Selanjutnyua pemateri (peneliti) mencoba menjelaskan kembali maksud dan tujuan dari pelaksanaan bimbingan konseling behavoral.
Pemateri menanyakan kesiapan kepada seluruh konseli untuk memasuki tahap selanjutnya yakni tahap inti dalam proses konseling (tahap monitoring).
Setelah dipastikan bahwa konseli terlihat siap untuk melangkah menuju tahap selanjutnya, kegiatan konseling individu pun dilanjutkan. Pada pertemuan pertama ini, peneliti tidak langsung masuk pada pengungkapan masalah namun khusus untuk melakukan pembahasan tentang layanan konseling individu.
Pada dasarnya perilaku diarahkan pada tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkahlaku yang maladatif serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.57 Hal itulah
57 Arintoko, Wawancara Konseling di Sekolah, (Yogyakarta, C.V Andi Offset:2011),
hlm. 34
yang di awal coba dilakukan oleh peneliti bagaimana menciptakan cara berpikir baru terhadap perilaku yang ideal.
Di akhir waktu pemateri menanyakan pesan dan kesan anggota secara bergantian serta membahas untuk pertemuan bimbingan konseling berikutnya. Pada wakytu ini peneliti melihat adanya antusiasme dari para konseli. Mereka tidak menunjukkan ekspresi kejenuhan dalam proses konseling. Tidak lupa kegiatan bimbingan konseling diakhiri dengan doa dan salam.
2. Tahap Kedua
Kegiatan bimbingan konseling pada tahap permulaan dibuka dengan mengucapkan salam. Pemateri mengucapkan terimakasih kepada para konseli atas kesediaanya dan dilanjutkan dengan memimpin doa. Pemimpin membahas secara singkat mengenai kegiatan konseling individu sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan penstrukturan dengan menjelaskan kembali kepada peserta didik tentang cara pelaksanaan bimbingan konseling individu.
Selanjutnya pemateri (peneliti) bersama dengan ketiga konseli menetapkan kontrak waktu. Pada tahap permulaan ini peserta didik terlihat lebih rileks dibandingkan dengan bimbingan konseling sebelumnya. Pada tahap peralihan, pemateri mencoba menjelaskan kembali maksud dan tujuan dari pelaksanaan bimbingan konseling individu. Setelah peserta didik dipastikan siap untuk melangkah menuju tahap berikutnya, kegiatan bimbingan konseling individu pun dilanjutkan.